Anda di halaman 1dari 72

MODUL PELAKSANAAN METODE PENDIDIKAN KESEHATAN

BERMAIN PERAN (ROLE PLAY) DAN DISKUSI KELOMPOK


TERHADAP REMAJA TENTANG HIV/AIDS
METODE PENDIDIKAN KESEHATAN
DISKUSI KELOMPOK

I. Pokok Bahasan
HIV /AIDS
II. Sub Pokok Bahasan
Pencegahan dan Penularan HIV / AIDS
III. Tujuan Instruksional Umum
Pada akhir proses penyuluhan dengan harapan sasaran mampu memahami
dan mengenal HIV / AIDS
IV. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan sasaran dapat :
1. Mengenal tanda-tanda HIV / AIDS
2. Mengetahui bahaya HIV /AIDS
3. Lebih waspada untuk tidak terkena HIV / AIDS
4. Memberikan informasi terhadap orang-orang terdekat
V. Materi
1. Pengertian HIV / AIDS
2. Tahap Infeksi HIV
3. Gejala HIV / AIDS
4. Pencegahan Penularan HIV/AIDS
VI. Metode
1. Diskusi kelompok
2. Tanya jawab
VII. Media
-

VIII. Kegiatan Penyuluhan


1. Pembukaan

Memperkenalkan diri dan menyampaikan kepada


peserta tujuan dan topik yang akan dibahas
10 menit (pencegahan dan penularan HIV/AIDS).
Kemudian menjelaskan mekanisme dan
melakukan kontrak waktu.

2. Mendiskusikan HIV/AIDS
1. Membagi peserta menjadi 7 kelompok, dengan
45 menit setiap kelompok beranggotakan 6-7 orang.
Masing-masing kelompok membahas
mengenai:
Kelompok 1 :
Disajikan kasus penularan HIV/AIDS melalui
penggunaan narkoba suntik. Kemudian
kelompok mendiskusikan apa itu HIV dan
AIDS, serta apa yang menjadi akar penyebab
seseorang dapat terinfeksi HIV sesuai dengan
kasus yang telah disajikan.
Kelompok 2 :
Disajikan kasus penularan HIV/AIDS melalui
seks bebas. Kemudian kelompok
mendiskusikan apa itu HIV dan AIDS, serta
bagaimana tahapan seseorang kemudian
terinfeksi HIV/AIDS sesuai dengan kasus yang
telah disajikan.
Kelompok 3 :
Disajikan kasus penularan HIV/AIDS pada Ibu
hamil. Kemudian kelompok mendiskusikan apa
itu HIV dan AIDS, serta bagaimana dengan
bayi yang lahir dari ibu dengan HIV positif
sesuai dengan kasus yang telah disajikan.
Kelompok 4 :
Disajikan kasus penularan HIV/AIDS pada ibu
hamil. Kemudian kelompok mendiskusikan apa
itu HIV dan AIDS, serta bagaimana sikap
kelompok jika mereka adalah salah satu
keluarga dari ibu hamil tersebut dan sudah
mengetahui bahwa ibu hamil tersebut positif
terinfeksi HIV sesuai dengan kasus yang telah
disajikan.
Kelompok 5 :
Disajikan kasus penularan HIV/AIDS melalui
penggunaan narkoba suntik. Kemudian
kelompok mendiskusikan apa itu HIV dan
AIDS, serta apa saja hal yang tidak dapat
menularkan penyakit HIV sesuai dengan kasus
yang telah disajikan.
Kelompok 6 :
Disajikan kasus penularan HIV/AIDS melalui
penggunaan narkoba suntik. Kemudian
kelompok mendiskusikan apa itu HIV dan
AIDS, serta bagaimana sikap kelompok jika
mereka adalah salah satu teman dekat dari
penderita HIV/AIDS sesuai dengan kasus yang
telah disajikan.
Kelompok 7 :
Disajikan kasus penularan HIV/AIDS pada gay.
Kemudian kelompok mendiskusikan apa itu
HIV dan AIDS, serta apa saja gejala HIV/AIDS
sesuai dengan kasus yang telah disajikan.
2. Mempersilahkan untuk kelompok berdiskusi
sesuai dengan kasus yang diperoleh.
3. Mempersilahkan wakil dari masing-masing
kelompok untuk mempresentasikan hasil
70 menit
diskusinya. @ 1 kelompok = berdurasi 10
menit.
4. Memberikan kesempatan bagi peserta
20menit
untuk bertanya.
5. Menanggapi dan melengkapi pendapat
5 menit
setiap kelompok.

3. Penutup

Menyimpulkan hasil diskusi, kemudian menutup


5 menit kegiatan penyuluhan.
METODE PENDIDIKAN KESEHATAN
BERMAIN PERAN (ROLE PLAY)

I. Pokok bahasan
HIV /AIDS
II. Sub pokok bahasan
Pencegahan dan Penularan HIV / AIDS
III. Tujuan Instruksional Umum
Pada akhir proses penyuluhan dengan harapan sasaran mampu memahami
dan mengenal HIV / AIDS
IV. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan sasaran dapat :
1. Mengenal tanda-tanda HIV / AIDS
2. Mengetahui bahaya HIV /AIDS
3. Lebih waspada untuk tidak terkena HIV / AIDS
4. Memberikan informasi terhadap orang-orang terdekat
V. Materi
1. Pengertian HIV / AIDS
2. Tahap Infeksi HIV
3. Gejala HIV / AIDS
4. Pencegahan Penularan HIV/AIDS
VI. Metode
1. Bermain peran (role play)
2. Tanya jawab
VII. Media
Naskah bermain peran
Properti bermain peran

VIII. Kegiatan Penyuluhan


1. Pembukaan

Memperkenalkan diri dan menyampaikan kepada


peserta tujuan dan topik yang akan dibahas
10 menit (pencegahan dan penularan HIV/AIDS). Kemudian
menjelaskan mekanisme dan melakukan kontrak
waktu.

2. Melakukan latihan bermain peran (role play)


Membagi peserta menjadi 5 kelompok, dengan
setiap kelompok beranggotakan 9-10 orang. Masing-
masing kelompok mendapatkan naskah bermain
peran (role play) mengenai:
Kelompok 1 :
Bercerita mengenai penularan HIV/AIDS melalui
penggunaan narkoba suntik, kemudian di akhir cerita
dijelaskan mengenai tahap-tahap atau stadium
infeksi HIV.
Kelompok 2 :
Bercerita mengenai penularan HIV/AIDS melalui
seks bebas, kemudian di akhir cerita dijelaskan
mengenai tahap-tahap atau stadium infeksi HIV.
Kelompok 3 :
2 minggu Bercerita mengenai penularan HIV/AIDS pada Ibu
hamil, kemudian di akhir cerita dijelaskan mengenai
hal-hal yang dapat menularkan infeksi HIV/AIDS.
Kelompok 4 :
Bercerita mengenai sikap masyarakat tentang ODHA
(Orang Dengan HIV/AIDS), kemudian di akhir
cerita di jelaskan mengenai hal-hal yang tidak dapat
menularkan HIV/AIDS.
Kelompok 5 :
Bercerita mengenai penularan HIV/AIDS pada gay,
kemudian di akhir cerita dijelaskan mengenai hal-hal
yang dapat menularkan infeksi HIV/AIDS.
@ 1 kelompok = diberi waktu 2 minggu untuk
berlatih mempersiapkan diri untuk tampil bermain
peran (role play)

3. Menyajikan role play

1. Mempersilahkan masing-masing kelompok


150 menit untuk menyajikan role play. @ 1 kelompok =
berdurasi 30 menit
2. Memberikan kesempatan bagi peserta untuk
20 menit
bertanya.
3. Menanggapi dan melengkapi pendapat setiap
5 menit
kelompok.
4. Penutup

Menyimpulkan hasil penampilan role play,


5 menit kemudian menutup kegiatan penyuluhan.
KASUS 1

TEMA : Penularan HIV / AIDS melalui penggunaan narkoba suntik

Lex merupakan seorang remaja yang sedang jatuh cinta dengan seorang

perempuan, bernama Lisa. Namun cintanya kandas, ia harus merelakan

perempuan yang dicintainya jatuh hati pada laki-laki lain. Karena hal itu, Lex

terus-menerus murung, bersedih, dan tidak bersemangat melakukan aktifitas lain.

Yoga yang merupakan teman sekelas Lex pun turut prihatin padanya.

Malam harinya, ia mengajak Lex untuk dugem bareng di diskotik. Ia juga

mengenalkan Lex pada teman-teman clubbingnya, yaitu Bagas dan Kelvin.

Mereka menikmati alunan musik dugem di diskotik sambil minum-minuman

beralkohol dan merokok.

Tidak lama setelah keempatnya asik bermabuk-mabukan, mereka kemudian

pergi ke gudang yang berada di bagian paling belakang diskotik. Yoga

mengeluarkan barang yang ada di dalam tas ransel yang digendongnya. Ternyata

barang itu adalah narkoba yang dapat disuntikan ke lengan. Mereka berempat pun

pesta narkoba dan nge-fly semalaman. Lex merasakan kesenangan sesaat, ia bisa

melupakan semua hal yang membuatnya sedih saat itu.

Tak terasa waktu terus bergulir, dua tahun pun telah berlalu. Lex dan teman-

teman clubbingnya masih setia nongkrong bareng kemudian pesta narkoba suntik

bersama. Hingga suatu hari Yoga dikabarkan meninggal karena terkena AIDS.

Berita tersebut langsung membuat Lex ketakutan. Ia kemudian memeriksakan


dirinya ke Rumah Sakit untuk melakukan pengecekan laborat. Dan hasilnya pun

mengejutkan, Lex positif terinfeksi HIV.

Lex menyesali apa yang sudah ia perbuat selama ini. Seandainya ia tidak

menggunakan narkoba suntik bersama dengan teman-temannya, ia tidak harus

menerima kenyataan pahit ini. Lex hanya bisa menyesal, waktu dalam hidupnya

tidak bisa diputar kembali. Ia harus hidup dengan menderita HIV/AIDS selama

hidupnya.

Pertanyaan

1. Apa itu HIV?


2. Apa itu AIDS?
3. Dari kasus tersebut, apa yang menjadi akar penyebab Lex terjerumus

dalam pergaulan bebas hingga akhirnya membuat ia positif terinfeksi HIV?


4. Bagaimana bisa Lex terinfeksi virus HIV?
KASUS 2

TEMA : Penularan HIV/AIDS melalui Seks Bebas

Siang itu cuaca cerah, tapi tak secerah hati Billy. Seketika hati nya panas,

melihat ibu nya berduaan bersama dengan seorang lelaki paruh baya. Billy yang

baru saja pulang dari sekolah, menyesal pulang ke rumah, lebih baik tadi mampir

saja ke tempat tongkrongan bersama teman-temannya.

Billy sangat membenci perilaku ibunya yang gonta-ganti pacar. Padahal di

usia yang sudah tidak muda lagi, apalagi sudah mempunyai anak, ibunya hanya

bersenang-senang dengan para lelaki paruh baya. Semenjak ayah Billy meninggal,

kini Billy tinggal hanya bersama dengan ibunya. Ibunya tidak bekerja, dan hanya

memanfaatkan laki-laki kaya untuk menopang kehidupannya.

Billy kemudian tumbuh menjadi remaja yang hidup dengan pergaulan

bebas. Melakukan hubungan seks bebas sebelum menikah adalah hal yang wajar

baginya. Ia sering bergonta-ganti pacar, karena memang hanya ingin

mempermainkan hati wanita yang di pacarinya dan memanfaatkannya saja.

Sepuluh tahun telah berlalu. Billy tumbuh menjadi laki-laki dengan sifat

yang sama. Masih senang mempermainkan hati wanita. Dan senang bergonta-

ganti pasangan. Perilaku buruk yang ia lakukan adalah melakukan sex bebas sejak

ia masih duduk di bangku sekolah. Kini, 10 tahun telah berlalu. Billy tiba-tiba

sakit. Sudah satu bulan ia sakit demam, flu, dan diare yang tidak kunjung sembuh.

Ibunya yang khawatir akan keadaan anaknya, membawa Billy ke Rumah Sakit.
Sesampainya di Rumah Sakit, Billy diminta untuk diambil sampel darah nya.

Ternyata hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa ia positif terinfeksi HIV.

Billy menyesali apa yang sudah ia perbuat selama ini. Seandainya ia tidak

melakukan sex bebas, ia tidak harus menerima kenyataan pahit ini. Billy hanya

bisa menyesal, waktu dalam hidupnya tidak bisa diputar kembali. Ia harus hidup

dengan menderita HIV/AIDS selama hidupnya.

Pertanyaan

1. Apa itu HIV?


2. Apa itu AIDS?
3. Dari kasus tersebut, jelaskan tahapan seseorang terkena infeksi HIV!
4. Jelaskan mengapa Billy baru ketahuan bahwa ia positif HIV setelah 10

tahun kemudian?
5.

KASUS 3

TEMA : Penularan HIV/AIDS pada Ibu Hamil

Pada suatu pagi di instalasi gawat darurat rumah sakit, datang seorang ibu

hamil yang berteriak kesakitan. Ditemani rombongan keluarga besar yang ikut

mengantarkan ibu itu memasuki ruang IGD rumah sakit. Pak Vicky sebagai

seorang suami, tengah ikut panik mengantarkan ibu muda, sebut saja bu Angel.

Bidan Aulia dan Bidan Sisca yang sedang bertugas, segera menolong ibu Angel.

Setelah menolong persalinan Ibu Angel, Bidan Sisca dan Bidan Aulia

beristirahat di ruang jaga Bidan. Tidak lama kemudian hasil laboratorium dari

pemeriksaan sampel darah Bu Angel sudah keluar. Tak disangka, hasil lab

menyatakan bahwa Bu Angel positif terinfeksi HIV.

Sementara itu, di ruang pasien, Bu Angel akhirnya dapat bernapas lebih lega

setelah melahirkan. Satu rombongan keluarga Bu Angel tak ingin ketinggalan

momen bahagia. Mereka berkumpul di dalam ruangan untuk menengok si bayi

mungil. Mereka pun turut berbahagia dengan kelahiran sang bayi.

Tidak lama kemudian Dokter datang ke ruang perawatan Bu Angel. Dokter

meminta semua keluarga Bu Angel untuk ke luar ruangan. Ia kemudian

memberitahu Bu Angel tentang kondisinya dan hasil pemeriksaan lab yang

mengatakan bahwa ia positif terinfeksi HIV.

Ibu Angel kemudian menyesali apa yang sudah dilakukannya sewaktu dulu

masih remaja. Sebelum menikah dengan Pak Vicky, Bu Angel melakukan seks
bebas dan bergonta-ganti pasangan. Ia tidak mengira bahwa perbuatan yang

dilakukannya dulu, berdampak tidak hanya pada dirinya, tapi pada suami dan

anaknya yang tentu berpotensi untuk tertular infeksi HIV/AIDS. Setelah

mendapatkan konseling dari Dokter, Ibu Angel rutin memeriksakan dirinya dan

bayinya ke Rumah Sakit untuk tetap mendapat pengobatan dari HIV agar tidak

bertambah parah. Setelah beberapa hari kemudian, Ibu Angel memberanikan

dirinya untuk memberitahukan kondisinya dan kondisi bayinya pada suaminya.

Awalnya suaminya tidak mempercayainya, bahkan sempat terjadi cekcok dan pak

Vicky juga sempat ingin menceraikan Ibu Angel. Tetapi keputusannya berubah

karena tidak ingin nantinya, anak mereka yang kemudian menjadi korban atas

perceraian mereka. Pak Vicky pun akhirnya mulai menerima keadaan yang

menimpa istri dan anaknya.

Pertanyaan

1. Apa itu HIV?


2. Apa itu AIDS?
3. Dari kasus tersebut, apa yang menjadi akar penyebab Ibu Angel positif

terinfeksi HIV?
4. Bagaimana dengan anak yang dilahirkan Ibu Angel? Apakah ikut tertular

infeksi HIV? Jelaskan!


KASUS 4

TEMA : Penularan HIV/AIDS pada Ibu Hamil

Pada suatu pagi di instalasi gawat darurat rumah sakit, datang seorang ibu

hamil yang berteriak kesakitan. Ditemani rombongan keluarga besar yang ikut

mengantarkan ibu itu memasuki ruang IGD rumah sakit. Pak Vicky sebagai

seorang suami, tengah ikut panik mengantarkan ibu muda, sebut saja bu Angel.

Bidan Aulia dan Bidan Sisca yang sedang bertugas, segera menolong ibu Angel.

Setelah menolong persalinan Ibu Angel, Bidan Sisca dan Bidan Aulia

beristirahat di ruang jaga Bidan. Tidak lama kemudian hasil laboratorium dari

pemeriksaan sampel darah Bu Angel sudah keluar. Tak disangka, hasil lab

menyatakan bahwa Bu Angel positif terinfeksi HIV.

Sementara itu, di ruang pasien, Bu Angel akhirnya dapat bernapas lebih lega

setelah melahirkan. Satu rombongan keluarga Bu Angel tak ingin ketinggalan

momen bahagia. Mereka berkumpul di dalam ruangan untuk menengok si bayi

mungil. Mereka pun turut berbahagia dengan kelahiran sang bayi.

Tidak lama kemudian Dokter datang ke ruang perawatan Bu Angel. Dokter

meminta semua keluarga Bu Angel untuk ke luar ruangan. Ia kemudian

memberitahu Bu Angel tentang kondisinya dan hasil pemeriksaan lab yang

mengatakan bahwa ia positif terinfeksi HIV.

Ibu Angel kemudian menyesali apa yang sudah dilakukannya sewaktu dulu

masih remaja. Sebelum menikah dengan Pak Vicky, Bu Angel melakukan seks
bebas dan bergonta-ganti pasangan. Ia tidak mengira bahwa perbuatan yang

dilakukannya dulu, berdampak tidak hanya pada dirinya, tapi pada suami dan

anaknya yang tentu berpotensi untuk tertular infeksi HIV/AIDS. Setelah

mendapatkan konseling dari Dokter, Ibu Angel rutin memeriksakan dirinya dan

bayinya ke Rumah Sakit untuk tetap mendapat pengobatan dari HIV agar tidak

bertambah parah. Setelah beberapa hari kemudian, Ibu Angel memberanikan

dirinya untuk memberitahukan kondisinya dan kondisi bayinya pada suaminya.

Awalnya suaminya tidak mempercayainya, bahkan sempat terjadi cekcok dan pak

Vicky juga sempat ingin menceraikan Ibu Angel. Tetapi keputusannya berubah

karena tidak ingin nantinya, anak mereka yang kemudian menjadi korban atas

perceraian mereka. Pak Vicky pun akhirnya mulai menerima keadaan yang

menimpa istri dan anaknya.

Pertanyaan

1. Apa itu HIV?


2. Apa itu AIDS?
3. Jika kamu adalah salah satu keluarga dari Ibu Angel dan sudah mengetahui

bahwa ia mengidap HIV positif, apa yang kamu lakukan?


KASUS 5

TEMA : Penularan HIV/AIDS melalui Penguunaan Narkoba Suntik

Sementara itu, keesokan harinya, Kang Ivan yang merupakan pedagang

sayur keliling sedang asik menjajakan dagangan sayurnya ke gang perumahan

kramat sentul. Kemudian datanglah para ibu-ibu yang membeli sayurnya. Salah

satu dari gerombolan ibu-ibu itu, Mpok Romlah namanya, mengompor-ngompori

ibu-ibu yang lain untuk menggosipkan anak Ibu Sukma, yaitu Rizal yang baru

saja keluar dari penjara karena divonis sebagai pengguna narkoba.

Tidak hanya itu, Mpok Romlah menyebarkan gossip bahwa Rizal mengidap

HIV. Ibu-ibu yang lain merasa takut jika ada warga kampung yang terkena HIV,

itu artinya dapat menularkan penyakit itu kepada warga lainnya. Salah satu ibu,

yaitu Mpok Jamilah, mengatakan kalau HIV dapat menular melalui bersalaman,

berenang bersama penderita, menggunakan alat makan dan handuk bersama. Ibu-

ibu kemudian merasa tambah takut dan khawatir.

Mpok Romlah pun berpendapat bahwa memang sudah seharusnya Rizal

tidak diperbolehkan tinggal di kampung bersama warga yang lainnya. Selain

sebagai mantan narapidana, ia juga merupakan pengidap HIV.

Ibu-ibu kampung pun sepakat melaporkan Rizal pada Bu RT agar segera

menindaklanjuti kasus ini. Kalaupun perlu Rizal seharusnya di usir dari kampung.

Karena dikhawatirkan ia dapat menularkan penyakit itu pada warga kampung

yang lainnya. Dan tentu hal tersebut berbahaya bagi keselamatan warga kampung.
Pertanyaan

1. Apa itu HIV?


2. Apa itu AIDS?
3. Dari kasus tersebut, apakah benar yang dikatakan oleh Mpok Jamilah,

bahwa HIV dapat menular melalui bersalaman, berenang bersama penderita,

menggunakan alat makan dan handuk bersama ?


4. Jelaskan apa saja hal yang tidak dapat menularkan penyakit HIV!
5.

KASUS 6

TEMA : Penularan HIV/AIDS melalui Penggunaan Narkoba Suntik

Sementara itu, keesokan harinya, Kang Ivan yang merupakan pedagang

sayur keliling sedang asik menjajakan dagangan sayurnya ke gang perumahan

kramat sentul. Kemudian datanglah para ibu-ibu yang membeli sayurnya. Salah

satu dari gerombolan ibu-ibu itu, Mpok Romlah namanya, mengompor-ngompori

ibu-ibu yang lain untuk menggosipkan anak Ibu Sukma, yaitu Rizal yang baru

saja keluar dari penjara karena divonis sebagai pengguna narkoba.

Tidak hanya itu, Mpok Romlah menyebarkan gossip bahwa Rizal mengidap

HIV. Ibu-ibu yang lain merasa takut jika ada warga kampung yang terkena HIV,

itu artinya dapat menularkan penyakit itu kepada warga lainnya. Salah satu ibu,

yaitu Mpok Jamilah, mengatakan kalau HIV dapat menular melalui bersalaman,

berenang bersama penderita, menggunakan alat makan dan handuk bersama. Ibu-

ibu kemudian merasa tambah takut dan khawatir.

Mpok Romlah pun berpendapat bahwa memang sudah seharusnya Rizal

tidak diperbolehkan tinggal di kampung bersama warga yang lainnya. Selain

sebagai mantan narapidana, ia juga merupakan pengidap HIV.

Ibu-ibu kampung pun sepakat melaporkan Rizal pada Bu RT agar segera

menindaklanjuti kasus ini. Kalaupun perlu Rizal seharusnya di usir dari kampung.

Karena dikhawatirkan ia dapat menularkan penyakit itu pada warga kampung

yang lainnya. Dan tentu hal tersebut berbahaya bagi keselamatan warga kampung.
Pertanyaan

1. Apa itu HIV?


2. Apa itu AIDS?
3. Jika kamu merupakan teman dekat dari Rizal dan kamu tahu bahwa ia

positif terinfeksi HIV, apa yang kamu lakukan?


KASUS 7

TEMA : Penularan HIV/AIDS pada Gay

Pada suatu hari, seorang laki-laki tampan nan rupawan asik memainkan

game di smartphone nya. Ia bernama Joenathan, namun teman-temannya kerap

memanggilnya Joe. Orang tua Joe adalah orang kaya yang sangat dipandang. Ayah

Joe adalah pemilik 17 perusahaan besar di Indonesia. Sedangkan ibunya adalah

seorang model cantik yang terkenal hingga kancah Asia, namun hobinya pergi

keluar negeri dan berfoya-foya bersama dengan teman-temannya. Baik ayah

maupun ibunya, keduanya sama-sama tak pernah memperhatikan anak

kandungnya sendiri yaitu Joe. Pada hari itu ayahnya baru saja pulang dari rapat

kantor, sedangkan ibunya akan berangkat ke bandara untuk mengikuti pemotretan

majalah Asia di Jepang. Keduanya terlibat cek-cok yang serius hingga membuat

Joe makin geram dan memilih pergi dari rumah.

Joenathan merupakan seorang laki-laki yang baik. Kehidupannya hampir

sempurna, dengan kegelimangan harta yang dimiliki kedua orang tuanya. Namun

sayang, kekayaan harta kedua orang tuanya sama sekali tidak membuatnya

bahagia. Semenjak kecil ia jarang mendapatkan kasih sayang secara langsung dari

kedua orang tuanya. Ditambah dengan kedua orang tuanya sering bertengkar,

mulai dari urusan yang sepele hingga urusan yang lebih besar. Kenyataan itu

membuat Joe ingin lari dari kehidupannya dan mencari kebahagian di tempat lain.

Ia kemudian menjadi penyuka sesama jenis atau gay.


Dua puluh tahun pun telah berlalu. Joenathan telah didiagnosa menderita

AIDS dan kanker. Meskipun mengidap penyakit serius, hal itu tak membuat Joe

sadar akan kesalahan yang telah ia lakukan. Ia juga tetap menyembunyikan

penyakit yang dideritanya itu dari kedua orang tuanya dan masih tetap melakukan

perilaku menyimpang yaitu menjadi gay. Orang tuanya pun masih sama saja, tak

memperdulikan Joenathan. Hingga suatu hari Joenathan ditemukan tergeletak

pingsan di kamarnya. Kedua orang tuanya pun membawanya ke Rumah Sakit.

Namun sayang keadaan Joe telah parah dan tidak dapat diselamatkan lagi.

Akhirnya, Joenathan pun memejamkan mata untuk selama-lamanya.

Penyakit yang ia derita adalah stadium akhir dan sudah tidak dapat diselamatkan

lagi. Kudua orang tuanya pun menyesali perbuatan mereka yang egois hanya

memikirkan kebahagian masing-masing tanpa memikirkan Joenathan. Bahkan

hingga Joenathan sakit pun, keduanya sampai tidak tahu dan masih sempat untuk

menyibukkan diri dengan urusan pekerjaan masing-masing.

Pertanyaan

1. Apa itu HIV?


2. Apa itu AIDS?
3. Dari kasus tersebut, jelaskan gejala HIV/AIDS yang dialami oleh

Joenathan!
NASKAH 1

TEMA : Penularan HIV / AIDS melalui penggunaan narkoba suntik dan tato

ADEGAN 1, SETTING Alun-Alun Kota

Suatu pagi yang cerah dua pasang kekasih sedang menikmati indahnya kota

sambil berjalan bersama dan bergandengan tangan. Dua pasang kekasih itu

bernama Afgan dan Rossa. Mereka menikmati acara car free day dengan berjalan

santai menikmati indahnya kota di pagi hari. Tidak disangka, di belakang kedua

orang itu, ada seorang laki-laki yang mengikuti mereka. Namanya Lex, yang tidak

lain dan tidak bukan adalah pacar Rossa. Lex dan Rossa sudah genap 1 tahun

menjalin hubungan LDR (Long Distance Relationship).

Rossa : Yang, abis ini makan yuk.

Afgan : Yuk. Kamu makan dimana?

Rossa : Aku lagi pengen makan ayam nih. Abis ini ke KFC aja gimana?

Afgan : Emang jam segini udah buka?

Rossa : Udah kok.

Afgan : KFC kan jauh, mending yang deket aja, tuh ada yang jualan soto pinggir

jalan. Makan soto aja. Kan ada ayamnya juga.

Rossa : ihh. Tapi kan nggak berkelas banget masa makan di pinggir jalan sih?

*Tiba-tiba HP Rossa bordering*

Rossa : Haloo….

Lex : Haloo sayangg. Kamu lagi dimana? Lagi ngapain?


Rossa : Hmmm… ini lagi di rumah, ngerjain tugas buat dikumpulin besok. Kamu

lagi ngapain?

Lex : Ini aku lagi dibelakang kamu. Ngikutin kamu berduaan sama yang lain

Rossa : Hah? (Menengok ke belakang)

Lex : Mulai sekarang kita putus. Makasih udah nemenin aku selama satu tahun

(Pergi meninggalkan Afgan dan Rossa)

Afgan : Sayang, siapa dia?

Rossa : Nggak tau, salah sambung tuh orang. Udah nggak usah ngurusin tuh

orang. Makan aja yuk. Tadi kamu ngajak aku makan soto kan? Yuk makan aja.

ADEGAN 2, SETTING Di ruangan kelas

Lex terus menerus murung menyesal telah mencintai orang yang sama sekali tidak

mencintainya. Dia pun mem-blok akun sosial media Rossa, baik itu Facebook,

Twitter, Instagram, sampai Whatsapp. Tidak lupa, ia juga menghapus foto-foto

kenangan yang di upload di Facebook maupun instagram, dan menghapus semua

foto Rossa yang ada di Handphone-nya. Yoga yang melihat Lex sedari tadi hanya

melamun kemudian ingin mengagetkan Lex.

Yoga : Woy! Nglamun terus dari tadi! Mikirin apa sih?

Lex : Abis di selingkuhin pacar gue!

Yoga : Jiaaahhhh. Sabar ya bro. Dunia emang kejam.

Lex : Tau apa sih lo? Sok nasehatin sabar sabar segala.

Yoga : HAHAHAHA. Ya udah, daripada lo sedih terus kek gini. Mending ikut

gue ntar malem.


Lex : Ke mana?

Yoga : Ada deh. Yang jelas, gue ajakin ke tempat yang asik. Biar lo bisa move

on dari dia. Hahahaha.

ADEGAN 3, SETTING Di Diskotik

Malam harinya, Yoga mengajak Lex untuk dugem bareng di bioskop. Ia juga

mengenalkan Lex pada teman-teman clubbingnya, yaitu Bagas dan Kelvin.

Mereka menikmati alunan musik dugem di diskotik sambil minum-minuman

beralkohol dan merokok.

Kelvin : Gas! Liat nihhh. Tato baru gue. Keren kan!

Bagas : Wiiihhhh! Mantap brooo! Nato di mana tuh?

Kelvin : Itu sama abang-abang yang kios nya di Pecinan. Murah loh, kemarin abis

diskon 50%.

Bagas : Sakit nggak?

Kelvin : Lumayan bro. Kan pake jarum tato nya. Tapi, namanya laki, ya harus

berani bro kalo cuman tato pake jarum begituan.

*Yoga dan Lex datang menghampiri Bagas dan Kelvin*

Yoga : Hey bro! Pa kabar bro?

Bagas : Hey bro! Tumben telat lu. Biasanya lu paling rajin dateng duluan.

Yoga : Iya nih. Ini tadi ngajakin temen gue nih. Kenalin, dia anak baru.

Namanya Lex. Lex, kenalin ini temen-temen gue, namanya Yoga. Yang ini

namanya Bagas.
Kelvin : Lex? Jangan-jangan nama panjangnya Young Lex lagi. Muka lo mirip

kek Rapper Young Lex

Lex : Ngaco! Kagak lah. Nama gua Alexa. Biasanya di panggil Lex. Cakepan

gua lah dibanding Young Lex! HAAHAHAHA

Yoga : Hahaha. Bisa aja lu Lex! Eh! Kita juga mau dong minum itu (Menunjuk

botol-botol miras)

Bagas : Tenang. Ini udah kita siapin buat kalian. Kalian bebas minum sepuasnya

deh.

Yoga : Wahhh! Asik nih! Lex, lu harus cobain ini.

Lex : Ini apaan?

Yoga : Coba aja dulu, enak kok. Lu pasti abis nyobain ini langsung ketagihan

deh (Sambil menuangkan minuman ke gelas)

Lex : (Minum sedikit) Ini apaan sih? Kok aneh gini rasanya.

Kelvin : Hahahaha. Itu rasanya emang kaya gitu, lu cobain lagi deh. Nih.

Lex : (Minum lebih banyak)

Bagas : Enak kan?

Lex : hmmm. Lumayan.

Kelvin : Eh! Yoga! Barang yang kemarin kita pesen udah dateng kan?

Yoga : Ssstttt. Pelan pelan bro ngomonginnya.

Kelvin : Eh iya, sorry keceplosan. Jadi gimana?

Yoga : Udah ada semua di gua, jadi tenang aja.

Bagas : Udah yuk, ke gudang aja. Gue dari tadi udah kepengen make nih.

Lex : Lagi bahas barang apaan sih? Kok harus ke gudang segala?
Yoga : Udah Lex, lu ngikut kita aja yuk. Ntar juga tau.

ADEGAN 4 SETTING Di Gudang Diskotik

Bagas, Kelvin, Yoga, dan Lex pergi ke gudang yang berada di bagian paling

belakang diskotik. Yoga mengeluarkan barang yang ada di dalam tas ransel yang

digendongnya. Ternyata barang itu adalah narkoba jenis ….. yang dapat

disuntikan ke lengan.

Bagas : Buruan bro keluarin semuanya.

Yoga : Iya, sabar bosss (Mengeluarkan semua yang ada di tas ransel)

Lex : (Mengambil barang yang dikeluarkan Yoga dan mengamatinya) Loh, ini

bukannya narkoba? Kalian make ginian? Wahhhh parahhhh. Kalian nggak takut

ketauan polisi apa?

Kelvin : Alexa. Lu gak usah sok polos yah. Udah, lu diem aja. Gak usah banyak

omong.

Lex : Tapi kan ini barang haram.

Yoga : Sssttttt. Udah-udah gak usah ribut. Nih Lex, gue kasih tau yah. Barang

ajaib yang bisa buat lu move on. Katanya lu pengen lupain dia yang udah nyakitin

lu, yang udah selingkuh di belakang lu.

Lex : Apa iya bisa?

Yoga : Lu belum nyobain sih. Sekalinya lu pake, lu bisa ngerasa bahagia terus.

Sini gue ajarin pake nya.

*Yoga menyuntikkan narkoba tersebut ke lengannya*

*Kemudian di susul Kelvin dan Bagas*


Yoga : Lex, lu harus nyobain ini. Gue pake’in ke elu ya (Menyuntikkan narkoba

ke lengan Lex)

Mereka berempat pun pesta narkoba dan nge-fly semalaman. Lex merasakan

kesenangan sesaat, ia bisa melupakan semua hal yang membuatnya sedih saat itu.

Tak terasa waktu terus bergulir, subuh pun telah datang dan pagi pun menjelang.

Lex terbangun dari tidur nya. Sementara teman-temannya yang lain masih terlelap

dalam tidur. Ia pun pulang ke rumah nya. Setelah tiba dirumah, Ibu Lex ternyata

sudah menunggu kepulangan anaknya. Ia khawatir terjadi hal yang tidak-tidak

pada anak semata wayangnya itu.

Ibu : Lex, kamu kenapa baru pulang? Ini sudah subuh.

Lex : Halah! Brisik banget sih!

Ibu : Astaghfirullah hal’adziim. Kamu kenapa bau alcohol begini? Kamu habis

dari mana?

Lex : Heh! Diem ya! Anak pulang bukannya kasih minum, malah kasih

ceramah. Udah ah! Lex capek mau istirahat.

Ibu : Astaghfirullah hal’adziim.

Lex pun masuk kedalam kamar dan tertidur pulas hingga siang. Nada dering

bunyi panggilan dari handphone membangunkannya. Lex sempat membuka mata

dan mengusap-usap matanya. Ia pun tersadar bahwa hari sudah siang.

Lex : Halooo.

Bagas : Haloo! Lex! Ini gue bagas.

Lex : Ooh bagas ya. Kenapa gas? Kok tumben telpon gue?
Bagas : Yoga masuk rumah sakit nih. Dia masuk ICU. Tadi pagi abis lu pulang,

dia collaps, keadaanya parah banget.

Lex : Hah? ICU? Kok bisa? Yoga sakit apa?

Bagas : Kata dokter, Yoga kena AIDS. Terus dia sampe collaps karena penyakit

AIDS nya itu udah komplikasi sampe ke kanker otak. Udah. Pokoknya lu kesini

ya. Yoga ini gak punya orang tua, dia hidup sendiri. Gue bingung nyari uang buat

nglunasin biaya di rumah sakit nya Yoga.

Lex : (Menutup sambungan teleponnya) Nggak. Nggak mungkin. Jangan-

jangan gue juga kena HIV/AIDS, ketularan Yoga lagi!

Lex pun memutuskan untuk pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan dirinya.

Dokter memberitahukan hasil laboratorium bahwa Lex telah postif terkena HIV.

Tetapi Lex sama sekali tidak mempercayai hasil pemeriksaan laboratorium rumah

sakit. Dokter pun menjelaskan tentang apa itu penyakit HIV/AIDS dan bagaimana

seseorang dapat terinfeksi HIV/AIDS.

Dokter : Tuan Alexa.

Lex : Iya dok.

Dokter : Kalau boleh tau, sebelumnya apakah anda pernah melakukan hubungan

seksual sebelum menikah atau menggunakan narkoba suntik?

Lex : Tidak pernah dok. Memangnya kenapa dok? Gimana dengan hasil

laboratoriumnya?

Dokter : Anda positif terinfeksi HIV.


Lex : Apa? Tidak mungkin dok! Tidak mungkin! Saya nggak ngerasain gejala

apa-apa. Saya ngerasa sehat-sehat aja sampe sekarang. Kenapa dokter bisa-

bisanya bilang saya kena HIV? Dokter pasti bohong!

Dokter : Saya mengatakan anda positif HIV, dari hasil pemeriksaan laboratorium.

Jadi begini, saya jelaskan dulu ya. HIV itu adalah virus yang menyebabkan

penyakit AIDS. Nah sedangkan AIDS adalah penyakit yang kemudian

menyebabkan system kekebalan tubuh menurun. Nah, untuk tahap-tahap atau

stadium penyakitnya ada 4. Stadium pertama, atau dinamakan periode jendela,

lamanya bisa mencapai 6 bulan. Dimana hasil tes darah mungkin masih negative,

tetapi orang tersebut sudah dapat menularkan HIV pada orang sehat lainnya.

Gejala nya, flu, demam, batuk, nyeri tenggorokan, yang berlangsung hanya

beberapa hari atau minggu saja.

Dokter : Stadium kedua, hasil tes darah positif HIV. Nah distadium ini tidak ada

gejala yang terlihat. Orang yang berada di stadium ini terlihat sehat, dan

berlangsung selama 5 sampai 10 tahun.

Dokter : Mulai ada gejala pada stadium ketiga. Yaitu diare kronis, flu, demam,

lebih dari satu bulan lamanya. Setelah itu masuk ke stadium keempat, yaitu masuk

ke kondisi AIDS. Dimana system kekebalan tubuh rusak parah, tubuh lemah

terhadap serangan penyakit apapun. Ditandai dengan mulai terkena berbagai

penyakit kronis, seperti TBC, hepatitis, maupun penyakit yang lainnya.

Lex : Jadi. Saya ini masuk ke tahap stadium dua dok?


Dokter : Iya, benar sekali. Itulah kenapa HIV/AIDS ini berbahaya, karena jika

orang positif HIV, maka orang tersebut terlihat seperti orang sehat lainnya. Kalau

boleh tau, anda bisa terinfeksi HIV dari mana?

Lex : Saya pemakai narkoba suntik dok. Kemudian teman saya yang sudah

lama menggunakan narkoba suntik, dia meninggal karena AIDS. Saya menyesal.

Seharusnya saya tidak ikut terjerumus oleh teman-teman saya. Saya sangat

menyesal.

Lex menyesali apa yang sudah ia perbuat selama ini. Seandainya ia tidak

menggunakan narkoba suntik bersama dengan teman-temannya, ia tidak harus

menerima kenyataan pahit ini. Lex hanya bisa menyesal, waktu dalam hidupnya

tidak bisa diputar kembali. Ia harus hidup dengan menderita HIV/AIDS selama

hidupnya.

Dalam kisah ini, ada pelajaran yang dapat dipetik, yaitu : dalam berteman kita

juga harus memilih teman yang baik. Jangan mau terjerumus ke jalan yang salah

dengan memilih berteman dengan teman yang salah. Penggunaan narkoba suntik

dan tattoo dapat menularkan virus HIV/AIDS karena penggunaan jarum suntik

yang digunakan secara bergantian dan tidak menggunakan jarum yang steril.

Untuk tahap-tahap atau stadium infeksi HIV adalah :

1. Stadium pertama, atau dinamakan periode jendela, lamanya bisa mencapai

6 bulan. Dimana hasil tes darah mungkin masih negative, tetapi orang tersebut

sudah dapat menularkan HIV pada orang sehat lainnya. Gejala nya, flu,

demam, batuk, nyeri tenggorokan, yang berlangsung hanya beberapa hari atau

minggu saja.
2. Stadium kedua, hasil tes darah positif HIV. Nah distadium ini tidak ada

gejala yang terlihat. Orang yang berada di stadium ini terlihat sehat, dan

berlangsung selama 5 sampai 10 tahun.


3. Mulai ada gejala pada stadium ketiga. Yaitu diare kronis, flu, demam, lebih

dari satu bulan lamanya.


4. Setelah itu masuk ke stadium keempat, yaitu masuk ke kondisi AIDS.

Dimana system kekebalan tubuh rusak parah, tubuh lemah terhadap serangan

penyakit apapun. Ditandai dengan mulai terkena berbagai penyakit kronis,

seperti TBC, hepatitis, maupun penyakit yang lainnya.


NASKAH 2

TEMA : PENULARAN SEX BEBAS PADA REMAJA

ADEGAN 1 SETTING Kamar Ruang Tamu

Siang itu cuaca cerah, tapi tak secerah hati Billy. Seketika hati nya panas, melihat

ibu nya berduaan bersama dengan seorang lelaki paruh baya. Billy yang baru saja

pulang dari sekolah, menyesal pulang ke rumah, lebih baik tadi mampir saja ke

tempat tongkrongan bersama teman-temannya.

Billy : Siapa lagi dia mah?

Mama : Billy. Kamu sudah pulang nak?

Billy : Om om siapa lagi yang mamah manfaatin duitnya?

Mama : Billy! Jaga bicara kamu ya!

Om Reza : Halo Billy. Saya Reza. Calon papa kamu.

Billy : (Membuang muka dan pergi ke kamar)

Mama : Billy! Kalau di ajak bicara dengan yang lebih tua, kamu harusnya bisa

lebih sopan! Baru pulang sekolah, udah bikin rebut aja sih tuh anak.

Om Reza : Sabar sayang. Dia masih remaja, jadi belum mengerti. Nanti dia juga

akan menerima kenyataan kalau aku ini calon papa barunya.

ADEGAN 2 SETTING Kamar

Billy sangat membenci perilaku ibunya yang gonta-ganti pacar. Padahal di usia

yang sudah tidak muda lagi, apalagi sudah mempunyai anak, ibunya hanya
bersenang-senang dengan para lelaki paruh baya. Semenjak ayah Billy meninggal,

kini Billy tinggal hanya bersama dengan ibunya. Ibunya tidak bekerja, dan hanya

memanfaatkan laki-laki kaya untuk menopang kehidupannya.

Billy : (Berbicara sendiri di kamar) Aku benci sama mama. Kenapa sih mama

harus ngelakuin itu supaya dapet uang?

Billy : Aku pengen balas dendam. Aku bakal deketin semua perempuan yang

ada di sekolah. Dan bakal aku manfaatin semuanya dari mereka. Terakhir, aku

akan nyakitin hati mereka dan bakal aku tinggalin gitu aja.

ADEGAN 3 SETTING Di Kelas

Pagi hari nya. Di kelas ada seorang murid baru yang merupakan murid pindahan

dari kota Jakarta. Seorang perempuan yang cantik lagi jelita. Tidak di sangka.

Billy pun jatuh hati pada perempuan itu.

Guru : Selamat pagi anak-anak……

Murid : Pagi bu guru….

Guru : Hari ini kita kedatangan murid baru. Prilly, silahkan perkenalkan diri

kamu ke teman-teman yang lain

Prilly : Selamat pagi teman-teman

Prilly : Perkenalkan nama saya Aprilia Indah Ratnasari. Teman-teman bisa

panggil saya Prilly. Saya pindahan dari kota Jakarta.

Guru : Nah, Prilly, silahkan kamu cari tempat duduk yang masih kosong

Prilly : Baik bu (Duduk bersebelahan dengan Billy)


Guru : Nah, murid-murid, ibu hari ini akan menjelaskan tentang rumus aljabar

pada matematika. Tolong buka buku kalian halaman 121.

Murid : Baik bu.

Billy : Hey. Kenalin. Gue Billy. (Mengajak Prilly untuk bersalaman)

Prilly : Iya. (Menerima jabatan tangan Billy)

Billy : Kamu tau nggak, bedanya kamu sama rumus matematika apa?

Prilly : Emang apa?

Billy : Kalo rumus matematika susah diingetnya. Tapi kalo kamu, susah

dilupainnya.

Prilly : Gombal ya dasar. (Tersenyum senyum malu)

Billy : Eh, denger-denger kaki kamu lagi sakit ya? Nggak bisa jalan?

Prilly : Kata siapa? Kaki ku baik-baik aja, gak sakit kok.

Billy : Beneran ga sakit?

Prilly : Iya

Billy : Jadi bisa dong jalan?

Prilly : Iya bisalah jalan

Billy : Oke, ya udah. Kalo gitu ntar sepulang sekolah kita jalan.

Prilly : (Tertawa) Boleh boleh.

ADEGAN 4 SETTING Tempat Parkir Sekolah

Billy dan Prilly pun berjalan bersama menuju tempat parkiran sekolah. Keduanya

pun sepakat untuk pergi kencan se-pulang sekolah. Kemudian David, yang
merupakan teman Billy, ingin mengajak Billy belajar bersama mengerjakan tugas

sekolah. Namun ajakan David ditolak mentah-mentah oleh Billy.

David : Bil! Lu mau kemana?

Billy : Pergi lah. Bukan urusan lo juga. Ngapain tanya-tanya?

David : Tadi, yang tugas dari bu Anik, kita kan sekelompok. Yuk ngerjain

sekarang di rumah ku bareng sama temen-temen yang lainnya.

Billy : Gue udah ada janji hari ini. Mau pergi. Jadi gak bisa. Kapan-kapan aja ya

ngerjain tugasnya.

David : Yah Bil, kok gitu sih. Ini kan tugas kita. Ya kita ngerjain bareng dong.

Billy : Udah. Gue mau pergi. Udah telat nih. Yuk Pril (Menggandeng tangan

Prilly dan pergi begitu saja meninggalkan David)

ADEGAN 5 SETTING Restaurant

Billy dan Prilly mulai akrab setelah mereka kencan bersama. Keduanya kini asik

menikmati makanan di suatu restaurant mewah di kota sembari mengobrol santai.

Tiba-tiba datang seorang perempuan yang menghampiri keduanya. Perempuan itu

adalah Wenny, yang saat ini masih berstatus pacar Billy.

Wenny : Billy! Tega kamu yah! Selingkuh di belakang aku!

Prilly : Bil, kamu udah punya pacar?

Billy : Enggak Pril, dia itu cuman mantan aku. Kita udah lama putus, tapi dia

minta balikan terus.

Wenny : Mantan kamu bilang? Jangan ngarang kamu ya! Kita nggak pernah ada

kata putus sebelumnya.


Billy : Wen. Udah, kamu terima kenyataan dong, kalo kita udah putus dan nggak

ada hubungan apa-apa lagi.

Wenny : Aku hamil bil!

Billy : Apa?

Wenny : Iya, aku sekarang hamil anak kamu. Ini, buktinya. Hasil usg kemarin.

Kalo aku memang positif hamil.

Billy : Terserah yah. Kamu mau hamil. Mau apa kek. Aku cuman manfaatin

kamu aja. Aku nggak bener-bener serius suka sama kamu. Kamu mau gugurin

kandungan kamu? Terserah! Atau kamu mau tetap lahirin anak itu, terserah! Aku

nggak akan bertanggung jawab!

Wenny : Dasar laki-laki buaya! (Menampar wajah Billy dan kemudian pergi

meninggalkan Billy dan Prilly)

Prilly : Aku nggak nyangka Bil. Kamu bisa sejahat itu. Kamu harusnya bisa

bertanggungjawab dengan apa yang kamu lakuin. Jangan-jangan kamu juga

cuman mau manfaatin aku?

Billy : Emang iya. Aku dari awal deketin kamu, karena pengen nyakitin kamu.

Yahhh, walaupun sebenernya kamu cantik dan aku sempet suka sama kamu. Tapi

semua cewek sama aja kan? Bakal jadi tempat untuk disakiti cowok.

Prilly : (Menampar wajah Billy) Aku piker kamu beneran tulus sama aku Bil,

ternyata. Kamu jahat. (Pergi meninggalkan Billy)

ADEGAN 6 SETTING Di Rumah Sakit


Sepuluh tahun telah berlalu. Billy tumbuh menjadi laki-laki dengan sifat yang

sama. Masih senang mempermainkan hati wanita. Dan senang bergonta-ganti

pasangan. Perilaku buruk yang ia lakukan adalah melakukan sex bebas sejak ia

masih duduk di bangku sekolah. Kini, 10 tahun telah berlalu. Billy tiba-tiba sakit.

Sudah satu bulan ia sakit demam, flu, dan diare yang tidak kunjung sembuh.

Ibunya yang khawatir akan keadaan anaknya, membawa Billy ke Rumah Sakit.

Sesampainya di Rumah Sakit, Billy diminta untuk diambil sampel darah nya.

Perawat : Tuan Billy

Mama : Iya sus.

Perawat : Ibu, ini saya izin untuk melakukan pengambilan sampel darah pada anak

ibu.

Mama : Iya sus, silahkan

Perawat : (Melakukan pengambilan sampel darah menggunakan jarum suntik)

ADEGAN 7 SETTING Di Ruang Dokter

Setelah menunggu beberapa jam, hasil lab sampel darah Billy keluar. Billy dan

Ibunya kemudian di panggil untuk masuk ke ruang dokter. Dokter kemudian

memberitahukan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.

Dokter : Tuan Billy. Silahkan duduk.

Dokter : Begini. Saya ingin bertanya, apakah anda sebelumnya pernah melakukan

sex diluar nikah atau pernah menggunakan narkoba jenis jarum suntik?
Mama : Tidak mungkin dok. Anak saya adalah anak yang baik, tidak pernah

melakukan hal negatif seperti itu. Mohon dokter untuk tidak menuduh

sembarangan.

Dokter : Mohon maaf bu. Saya bertanya seperti itu, karena hasil pemeriksaan

menunjukkan bahwa anak ibu menderita HIV positif.

Mama : Apa dok? Tidak mungkin dok! Dokter pasti salah!

Dokter : Tenang bu. Saya harap ibu dapat tenang. Saya tau, ini pasti berat bagi ibu

dan Billy untuk menerima kenyataan. Tapi hasil dari laboratorium Rumah Sakit

tidak dapat dimanipulasi dan benar adanya bahwa hasil nya adalah anak ibu

positif terinfeksi HIV.

Dokter : Jadi begini Billy dan Ibu. Saya jelaskan dulu ya. HIV itu adalah virus

yang menyebabkan penyakit AIDS. Nah sedangkan AIDS adalah penyakit yang

kemudian menyebabkan system kekebalan tubuh menurun. Nah, untuk tahap-

tahap atau stadium penyakitnya ada 4. Stadium pertama, atau dinamakan periode

jendela, lamanya bisa mencapai 6 bulan. Dimana hasil tes darah mungkin masih

negative, tetapi orang tersebut sudah dapat menularkan HIV pada orang sehat

lainnya. Gejala nya, flu, demam, batuk, nyeri tenggorokan, yang berlangsung

hanya beberapa hari atau minggu saja.

Dokter : Stadium kedua, hasil tes darah positif HIV. Nah distadium ini tidak ada

gejala yang terlihat. Orang yang berada di stadium ini terlihat sehat, dan

berlangsung selama 5 sampai 10 tahun.

Dokter : Mulai ada gejala pada stadium ketiga. Yaitu diare kronis, flu, demam,

lebih dari satu bulan lamanya. Setelah itu masuk ke stadium keempat, yaitu masuk
ke kondisi AIDS. Dimana system kekebalan tubuh rusak parah, tubuh lemah

terhadap serangan penyakit apapun. Ditandai dengan mulai terkena berbagai

penyakit kronis, seperti TBC, hepatitis, maupun penyakit yang lainnya.

Mama : Jadi. Anak saya ini masuk ke tahap stadium tiga dok?

Dokter : Iya, benar sekali bu.

Billy menyesali apa yang sudah ia perbuat selama ini. Seandainya ia tidak

melakukan sex bebas, ia tidak harus menerima kenyataan pahit ini. Billy hanya

bisa menyesal, waktu dalam hidupnya tidak bisa diputar kembali. Ia harus hidup

dengan menderita HIV/AIDS selama hidupnya.

Dalam kisah ini, ada pelajaran yang dapat dipetik, yaitu :

Dalam memilih pasangan, kita haruslah setia dengan pasangan kita. Dan

membatasi diri kita untuk tidak melakukan hal yang melanggar norma dan agama.

Infeksi HIV/AIDS dapat ditularkan melalui hubungan seks bebas seperti yang

dilakukan oleh Billy. Dan sebagai remaja, kita harus menghindari perbuatan

tersebut, seperti melakukan hubungan seks sebelum menikah.

Untuk tahap-tahap atau stadium infeksi HIV adalah :

1. Stadium pertama, atau dinamakan periode jendela, lamanya bisa mencapai

6 bulan. Dimana hasil tes darah mungkin masih negative, tetapi orang tersebut

sudah dapat menularkan HIV pada orang sehat lainnya. Gejala nya, flu,

demam, batuk, nyeri tenggorokan, yang berlangsung hanya beberapa hari atau

minggu saja.
2. Stadium kedua, hasil tes darah positif HIV. Nah distadium ini tidak ada

gejala yang terlihat. Orang yang berada di stadium ini terlihat sehat, dan

berlangsung selama 5 sampai 10 tahun.


3. Mulai ada gejala pada stadium ketiga. Yaitu diare kronis, flu, demam, lebih
dari satu bulan lamanya.
4. Setelah itu masuk ke stadium keempat, yaitu masuk ke kondisi AIDS.
Dimana system kekebalan tubuh rusak parah, tubuh lemah terhadap serangan
penyakit apapun. Ditandai dengan mulai terkena berbagai penyakit kronis,
seperti TBC, hepatitis, maupun penyakit yang lainnya.
NAHKAH 3

TEMA : Penularan HIV/AIDS pada Ibu Hamil

ADEGAN 1 SETTING Ruang UGD Rumah Sakit

Pada suatu pagi di instalasi gawat darurat rumah sakit, datang seorang ibu hamil

yang berteriak kesakitan. Ditemani rombongan keluarga besar yang ikut

mengantarkan ibu itu memasuki ruang IGD rumah sakit. Ada suami, oma, opa, ibu

mertua, dan tante yang tengah ikut panik mengantarkan ibu muda, sebut saja bu

Angel. Bidan Aulia dan Bidan Sisca yang sedang bertugas, segera menolong ibu

Angel.

Bu Angel : (Berteriak kesakitan)

Pak Vicky : Sabar sayang, ini bentar lagi nyampe ruangan periksa (Sambil

memapah istrinya dan mengantarnya ke ruang UGD Rumah Sakit)

Oma Tinah : Tarik napas tarik napas.

Bu Angel : (Menarik napas dari hidung dan membuangnya lewat mulut)

Opa Tono : (Mengipas-ipas Bu Angel)

Bidan Aulia : Silahkan ibu berbaring di bed, biar saya periksa.


Bidan Sisca : Mohon maaf ya, ibu-ibu dan bapak-bapak, ini ruang UGD Rumah

Sakit, bukan tempat untuk reuni keluarga yah. Jadi silahkan menunggu di luar

ruangan.

Pak Vicky : Tapi bu bidan, saya ingin mendampingi istri saya melahirkan bu.

Bidan Sisca : Hanya boleh 1 orang saja ya pak, untuk masuk ke dalam dan

mendampingi ibu.

Tante Zaskia : Saya aja bu bidan. Saya kan pengen liat ponakan saya lahir.

Ibu Mertua : Saya aja. Kan saya pengen liat cucu saya.

Pak Vicky : Mamah. Tante. Kan saya suaminya Angel, saya yang lebih berhak

nemenin dia dong.

Bu Angel : Duuuh! Nggak usah rebutan kenapa sih! Ini adeknya udah pengen

keluar nih! (Sambil teriak kesakitan)

Bidan Sisca : Salah satu saja yah, bapak-bapak, ibu-ibu. Bu Angel ingin

ditemani siapa bu?

Bu Angel : Sama mas Vicky aja.

Bidan Sisca : Silahkan pak.

Bidan Sisca : Untuk ibu, ibu bisa melihat cucu nya atau ponakannya nanti saja

bu, setelah lahir, nanti setelah ibu Angel melahirkan, ibu boleh sepuasnya melihat

adik bayinya.

Tante Zaskia : Hemmm. Ya udah deh. (Sambil manyun dan pergi ke luar ruang

UGD)

Bidan Aulia : Ayooo buuu dorong bu. Ngeden buuu.

Bu Angel : Gghhhhh (Mengejan sekuat tenaga)


Pak Vicky : Ayooo mah. Mamah pasti bisa!

*Muncul suara tangisan bayi. Dan sang bayi pun akhirnya lahir*

Bidan Aulia : Selamat ya, bapak, ibu, anaknya perempuan, cantik sekali, mirip

dengan ibunya.

Bu Angel : Yah, kok cewek sih, kan saya pengennya cowok. Di USG

anaknya juga cowok.

Bidan Aulia : Ibu Angel. Ibu harusnya bersyukur bu, anaknya sehat dan tidak

cacat. Kalau dari hasil USG, itu hanya prediksi, bisa kemudian salah bu.

Pak Vicky : Nggak apa-apa sayang. Yang penting anak kita sehat dan normal.

Bidan Aulia : Ini bu, adik bayinya.

Bu Angel : (Menggendong bayinya)

Pak Vicky : Terimakasih ya Bu Bidan.

ADEGAN 2 SETTING Ruang Jaga Bidan

Setelah menolong persalinan Ibu Angel, Bidan Sisca dan Bidan Aulia beristirahat

di ruang jaga Bidan. Tidak lama kemudian hasil laboratorium dari pemeriksaan

sampel darah Bu Angel sudah keluar. Tak disangka, hasil lab menyatakan bahwa

Bu Angel positif terinfeksi HIV.

Bidan Sisca : Aul, ini hasil lab Bu Angel udah keluar. Ternyata hasilnya HIV

positif.

Bidan Aulia : Hah? Masa sih? Ini harus konsul dengan dokter dulu berarti.

*Bidan Aulia dan Bidan Sisca pergi ke ruang Dokter*


Bidan Aulia : Dokter Tian, ini ada pasien sudah melahirkan tadi jam 9 pagi di

UGD. Tapi hasil laboratorium, ternyata pasien HIV positif.

Dokter Tian : Ooh. Iya. Nanti saya akan ke ruang pasien dan saya berikan

konseling. Sementara ini, bayinya dipantau dan tidak boleh diberikan ASI.

Bidan Aulia : Baik Dokter.

ADEGAN 3 SETTING Ruang Pasien

Sementara itu, di ruang pasien, Bu Angel akhirnya dapat bernapas lebih lega

setelah melahirkan. Satu rombongan keluarga Bu Angel tak ingin ketinggalan

momen bahagia. Mereka berkumpul di dalam ruangan untuk menengok si bayi

mungil. Mereka pun turut berbahagia dengan kelahiran sang bayi.

Tante Zaskia : Duuuh. Ponakan siapa iniii. Cantik banget, miriplah sama

tantenya.

Ibu mertua : Diih. Mirip apanya. Jelas miripan sama neneknya doong. Kan

cucu nenek.

Pak Vicky : Sudah. Sudah. Yang jelas, mirip kami, bapak ibunya. Kan anak

kami.

Bu Angel : Sayang. Aku laper nih. Beliin makan dong.

Pak Vicky : Oh iya, kamu makan apa? Bakso? Mie ayam? Steak tenderloin?

Chicken Crispy Burger? Pizza? Atau Spagetty? Itu kan makanan favorit kamu

semua.
Oma Tinah : Huuus. Itu makanan junk food semua. Kalau habis lahiran, ya

carikan makanan yang sehat dulu. Makan nasi soto aja, kalo nggak, nasi sayur

sama ayam.

Pak Vicky : Ooh iya, bener juga kata oma. Ya udah sayang, aku belikan nasi

aja ya.

Bu Angel : Iya sayang. Ga pa pa. Aku makan nasi sayur sama ayam aja. Biar

sehat.

Pak Vicky : Ya udah ya sayang. Aku pergi dulu, carikan kamu makan.

Bu Angel : Iya sayang.

Tidak lama setelah Pak Vicky keluar mencarikan makan siang untuk Bu Angel,

Dokter Tian datang ke ruang perawatan Bu Angel. Dokter Tian meminta semua

keluarga Bu Angel untuk ke luar ruangan. Ia kemudian memberitahu Bu Angel

tentang kondisinya dan hasil pemeriksaan lab yang mengatakan bahwa ia positif

terinfeksi HIV.

Dokter Tian : Selamat siang Bu Angel

Tante Zaskia : Ehhh, ada pak dokter ganteng. Silahkan masuk dok.

Dokter Tian : Terimakasih bu.

Tante Zaskia : Jangan panggil bu, dong. Panggil saya Zaskia ya.

Dokter Tian : (Hanya tersenyum meringis)

Tante Zaskia : Dokter ini ganteng banget. Sudah punya pacar atau istri belum

dok?

Dokter Tian : Hmmm, belum bu.


Tante Zaskia : Waaah (Kegirangan). Iiih, udah dibilangin juga, jangan panggil

bu. Panggil Zaskia yah.

Dokter Tian : Hhhmm. Mohon maaf sebelumnya, bapak-bapak, ibu-ibu,

kedatangan saya kemari adalah saya ingin memeriksa keadaan bu Angel setelah

melahirkan. Jadi saya mohon untuk bapak-bapak dan ibu-ibu untuk keluar

ruangan terlebih dulu sampai saya selesai memeriksa bu Angel.

Opa Tono : Iya dokter. Ayooo keluar semuanya.

Tante Zaskia : Yah dokter, saya aja dok yang diperiksa.

Opa Tono : Huuusss. Kamu ini, udah jangan godain pak dokter. Keluar

ayooo. (Sambil menggandeng Tante Zaskia dan menyeretnya keluar ruangan)

Tante Zaskia : Yaaah, kan aku belum selesai kenalan sama pak dokter. Dok,

nanti saya minta nomor whatsapp nya yah, hihihihi (Kemudian pergi keluar

ruangan bersama dengan Opa Tono)

Bu Angel : Maaf ya dok, adik saya memang begitu. Suka godain cowok

ganteng kaya dokter. Efek jomblo kelamaan ya gitu.

Dokter Tian : Iya bu, nggak papa, saya maklumi.

Dokter Tian : Begini Bu Angel, kalau boleh tau apakah ibu pernah melakukan

hal yang menyimpang sebelumnya?

Bu Angel : Hal yang menyimpang gimana maksud nya dok? Saya gagal

paham sama kata-kata dokter

Dokter Tian : Hal menyimpang, seperti pernah melakukan hubungan seksual di

luar nikah, atau pernah melakukan sex bebas sebelumnya, atau pernah

menggunakan narkoba jenis jarum suntik sebelumnya?


Bu Angel : Kenapa tiba-tiba dokter menanyakan hal itu sama saya?

Hubungannya apa dok? Saya kan habis melahirkan, ya udah periksa seperlunya

aja yang berkaitan sama kesehatan saya. Nggak perlu kan tanya-tanya masalah

pribadi saya sebelumnya.

Dokter Tian : Begini Bu Angel, menurut hasil pemeriksaan lab, ibu positif

terinfeksi HIV. Nah, dari sini saya ingin memberikan konseling pada ibu tentang

HIV, supaya penularannya tidak semakin jauh, dan keluarga ibu juga tidak tertular

infeksi HIV ini.

Bu Angel : Apa dok? Saya kena HIV? Ini pasti ada yang salah dengan hasil

lab nya dok! Nggak mungkin dok! Nggak mungkin! Saya nggak merasakan sakit

apapun sebelumnya, gimana bisa saya kena HIV? Dokter jangan mengada-ada ya!

Dokter Tian : Saya tidak mengada-ada bu. Ini berdasarkan hasil yang

sebenarnya, bahwa memang ibu terinfeksi HIV. Kalau mungkin ibu sebelumnya

tidak pernah melakukan hal yang menyimpang, berarti ibu terinfeksi virus HIV ini

dari suami ibu.

Bu Angel : (Menangis) Ini artinya, anak saya juga pasti kena HIV ya dok?

Dan hidup kami nggak akan lama lagi? (Masih menangis)

Dokter Tian : Penularan infeksi HIV tidak hanya melalui hubungan seksual dan

penggunaan jarum yang tidak steril bu, tapi salah satunya juga bisa melalui ibu

hamil yang positif HIV yang kemudian menularkan ke bayinya.

Bu Angel : (Masih menangis) Jadi begini dok, saya memang sudah pernah

melakukan sex bebas. Tapi itu dulu 10 tahun yang lalu, saat saya masih remaja.

Tapi, setelah saya berusia 20 tahun, saat saya bertemu dengan suami saya, mas
Vicky, saya sadar dan bertaubat. Saya sudah berubah dan hanya setia pada satu

pasangan saja dan tidak lagi melakukan sex bebas di luar nikah. Jadi, apa yang

harus saya lakukan dokter?

Dokter Tian : Dari hasil pemeriksaan lab, ibu masih tahap HIV positif, belum

masuk ke fase AIDS. Jadi begini, saya jelaskan dulu ya bu.HIV itu berbeda

dengan AIDS. HIV sendiri, kepanjangannya adalah Human Immunodeficiency

Virus, jadi HIV ini adalah virus yang dapat menyebabkan penyakit yang

dinamakan AIDS atau Aquired Immune Deficiency Syndrome yang merupakan

penyakit yang timbul karena turunnya system kekebalan tubuh. Nah jadi penyakit

AIDS ini disebabkan oleh adanya virus HIV.

Dokter Tian : AIDS ini bukan suatu kanker ya bu. Tapi penyakit yang jika

seseorang sudah berada di tahap AIDS ini, dapat lebih mudah untuk terkena

penyakit lain yang lebih parah, seperti TBC, hepatitis, atau bahkan kanker

sekalipun. Hal itu dikarenakan adanya virus HIV tadi, yang menurunkan

kekebalan tubuh manusia.

Bu Angel : Terus, kalau pada kondisi saya seperti ini yang sudah terkena

HIV, apakah tidak bisa disembuhkan dok?

Dokter Tian : Kalau sudah positif terkena infeksi HIV, maka sudah tidak dapat

disembuhkan lagi bu. Tetapi, penyakit ibu, dapat dipertahankan. Artinya, ibu

masih bisa dipertahankan, agar tidak semakin parah, dan agar tidak langsung

menuju ke tahap AIDS. Karena jika sudah masuk ke tahap AIDS, maka keadaan

ibu bisa lebih parah. Untuk itu, ibu perlu menjalani pengobatan rutin di rumah

sakit, agar tidak menjadikan penyakit ibu semakin parah.


Bu Angel : Tapi dok, bagaimana dengan anak saya?

Dokter Tian : Anak ibu juga harus tetap mendapatkan pengawasan, dan harus

rutin untuk diperiksa oleh tenaga kesehatan. Nantinya, agar tidak semakin parah,

anak ibu juga akan mendapatkan obat. Dan anak ibu juga tidak boleh

mendapatkan ASI dari ibu. Karena salah satu penularan HIV juga melalui ASI dari

ibu yang positif terinfeksi HIV.

Bu Angel : Oh iya dokter. Terimakasih dok, saya jadi lebih paham tentang

HIV dan AIDS sekarang. Tapi dok, saya mohon, jangan beritahu ke keluarga saya,

apalagi ke suami saya tentang penyakit saya ini. Saya takut kalau mereka tidak

bisa menerima saya dok (Kembali menangis)

Dokter Tian : Keluarga ibu harus tau tentang kondisi ibu, terutama suami ibu.

Karena mereka berpotensi untuk tertular penyakit yang ibu derita. Saya tidak akan

mengatakan penyakit ibu ke keluarga ataupun suami ibu, jadi memang seharusnya

mereka tau kenyataan tentang penyakit yang ibu derita dari ibu sendiri, bukan dari

saya, ataupun dari orang lain.

Bu Angel : Baik dok. Terimakasih atas konselingnya. (Sambil mengusap

wajahnya yang basah oleh air mata)

Ibu Angel kemudian menyesali apa yang sudah dilakukannya sewaktu dulu masih

remaja. Ia tidak mengira bahwa perbuatan yang dilakukannya dulu, berdampak

tidak hanya pada dirinya, tapi pada suami dan anaknya yang tentu berpotensi

untuk tertular infeksi HIV/AIDS. Setelah mendapatkan konseling dari Dokter

Tian, Ibu Angel rutin memeriksakan dirinya dan bayinya ke Rumah Sakit untuk

tetap mendapat pengobatan dari HIV agar tidak bertambah parah. Setelah
beberapa hari kemudian, Ibu Angel memberanikan dirinya untuk memberitahukan

kondisinya dan kondisi bayinya pada suaminya. Awalnya suaminya tidak

mempercayainya, bahkan sempat terjadi cekcok dan pak Vicky juga sempat ingin

menceraikan Ibu Angel. Tetapi keputusannya berubah karena tidak ingin nantinya,

anak mereka yang kemudian menjadi korban atas perceraian mereka. Pak Vicky

pun akhirnya mulai menerima keadaan yang menimpa istri dan anaknya.

Walaupun keluarga dari Ibu Angel maupun Pak Vicky masih belum dapat

menerima kenyataan penyakit yang diderita Ibu Angel, tetapi mereka tetap

memberikan dukungan agar keadaan Ibu Angel dan anaknya dapat lebih baik dan

penyakit yang diderita tidak berlanjut ke fase AIDS.

Dalam kisah ini, ada pelajaran yang dapat dipetik, yaitu :

Dalam memilih pasangan, kita haruslah setia dengan pasangan kita. Dan

membatasi diri kita untuk tidak melakukan hal yang melanggar norma dan agama.

Infeksi HIV/AIDS dapat ditularkan melalui hubungan seks bebas seperti yang

dilakukan oleh Ibu Angel. Dan sebagai remaja, kita harus menghindari perbuatan

tersebut, seperti melakukan hubungan seks sebelum menikah.

Selain penularan melalui hubungan seks bebas dan penggunaan jarum suntik yang

tidak steril, HIV/AIDS juga dapat ditularkan melalui ibu hamil yang positif

HIV/AIDS yang kemudian menularkan ke bayinya, serta dapat juga menular

melalui ASI yang diberikan oleh ibu yang positif HIV/AIDS kepada bayinya.

Untuk pengobatan orang yang sudah terinfeksi HIV, yaitu dengan ARV (Anti

Retroviral) yang dapat menekan infeksi HIV agar tidak semakin parah, dan

mempertahankan kondisi penderita HIV.


NASKAH 4

TEMA : Penyikapan terhadap ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS)

ADEGAN 1 SETTING Ruang Tunggu Rumah Sakit

Di suatu hari yang indah, Mpok Romlah bersama dengan suaminya Pak Yudan

pergi ke Rumah Sakit untuk periksa keadaan Pak Yudan setelah operasi usus

buntu. Kemudian tanpa disengaja, mereka bertemu dengan Bu Sukma dan anak

laki-lakinya yaitu Rizal. Mpok Romlah kaget bukan kepalang, pasalnya yang ia

tahu Rizal ini masih mendekam di jeruji penjara karena kasus penyalahgunaan

narkoba dan sekarang tengah berpapasan dengannya.

Mpok Romlah : Bu Sukma?

Bu Sukma : Eh, Mpok Romlah. Apa kabar Mpok?

Mpok Romlah : Alhamdulillah bu, baik. Bu Sukma sendiri gimana kabarnya?

Bu Sukma : Alhamdulillah baik juga bu. Mpok Romlah lagi nganterin Pak

Yudan periksa ya?

Mpok Romlah : Iya ini bu. Seminggu yang lalu habis di opname gara-gara usus

buntu.

Bu Sukma : Semoga cepat diberi kesembuhan ya bu.

Mpok Romlah : Aamiin. Terimakasih loh bu Sukma, do’a nya. Ngomong-

ngomong Rizal kok bisa ada disini? Bukannya kemarin di penjara yah?

Bu Sukma : Alhamdulillah bu, Rizal sudah dibebaskan, karena sudah selesai

masa tahanannya.
Mpok Romlah : Oooh gitu yah. Terus ini ibu sama Rizal ngapain bu ke Rumah

Sakit? Siapa yang sakit bu memangnya?

Bu Sukma : Eehmm, maaf Mpok, ini nomor antrian saya sudah mau dipanggil

nih, saya sama Rizal pergi dulu ya Mpok. Maaf nggak bisa nemenin ngobrol

lama-lama. Permisi Mpok. (Pergi menggandeng Rizal dan menjauh dari Mpok

Romlah)

Mpok Romlah : Hmmm. Liat deh pa.

Pak Yudan : Liat apaan ma?

Mpok Romlah : Itu tuh. Bu Sukma sama anaknya. Aku malah jadi penasaran. Kok

kayanya ada yang ditutup tutupi sama Bu Sukma ini.

Pak Yudan : Udah lah ma. Urusin kehidupan mama aja. Nggak usah repot

dengan ngurusin urusan orang lain.

Mpok Romlah : Iiih, si papa nih. Aku kan kepo. Jangan-jangan ada sesuatu yang

sengaja mereka sembunyikan.

Pak Yudan : Husss. Udah ah mah. Ini kita udah giliran dipanggil nih nomor

antriannya buat periksa dokter.

Mpok Romlah : Iya. Iya pa.

ADEGAN 2 SETTING Gang Perumahan

Sementara itu, keesokan harinya, Kang Ivan yang merupakan pedagang sayur

keliling sedang asik menjajakan dagangan sayurnya ke gang perumahan kramat

sentul. Kemudian datanglah para ibu-ibu yang membeli sayurnya. Salah satu dari

gerombolan ibu-ibu itu, Mpok Romlah namanya, mengompor-ngompori ibu-ibu


yang lain untuk menggosipkan anak Ibu Sukma yang baru saja keluar dari penjara

karena divonis sebagai pengguna narkoba.

Kang Ivan : Yuurrr. Sayuuurrr. Yuuuk ibu – ibu beli sayurrrrr.

Mpok Elly : Mau sayur kangkungnya kang.

Kang Ivan : Eeh, Mpok Elly, tumben baru keliatan mpok, seminggu kemaren

kemana? Kok nggak beli sayur di tempat saya?

Mpok Elly : Iya kang, seminggu kemaren diajakin suami saya pergi ke

Singapur, kebetulan dia ada proyek kerjaan di Luar Negeri. Jadi saya ikut

nemenin.

Kang Ivan : Waaah, enaknya mpok, sekalian jalan-jalan ya mpok.

Mpok Elly : Ya lumayan kang, kemarin habis beli sepatu sama tas lagi.

*Kemudian datang Mpok Romlah dan Teh Syahrini menghampiri lapak Kang

Ivan*

Teh Syahrini : Mpok Elly. Apa kabarnya Mpok, yang kemarin abis jalan-jalan

dari Singapura yha khan…. (sambil cipika cipiki ke Mpok Elly)

Mpok Elly : Teh Syahrini, Alhamdulillah baik teh.

Mpok Romlah : Oleh-oleh nya dong mpok Elly.

Mpok Elly : Tenang mpok Romlah, udah saya siapin oleh-oleh nya buat

kalian.

Teh Syahrini : Uluh-uluh. Mpok Elly niii. Sering-sering aja Mpok pergi ke luar

negerinya.

*Semua tertawa bersama*

Mpok Romlah : Kang Ivan, hari ini akang jualan sayur apa aja kang?
Kang Ivan : Banyak nih Mpok. Ada sayur kangkung nih, sawi, bayem, sayur

asem, sayur sop, macem-macem kayak biasanya Mpok. Tinggal milih aja lah

Mpok.

Teh Syahrini : Haduduh haduh, hari ini mau masak apa yaah.

Kang Ivan : Sayur sop sama ayam goreng enak tuh Teh.

Teh Syahrini : Boleh juga tuh kang rekomendasinya

Kang Ivan : Ayoo Mpok di borong. Masih seger loh ini Mpok, baru kemaren

metiknya.

Mpok Romlah : Eh, ngomong-ngomong nih ya Mpok. Udah tau tentang gossip

terbaru belum?

Kang Ivan : Gosip baru apa lagi nih Mpok? Duh, jadi penasaran saya.

Mpok Romlah : Jadi. Kemarin itu anaknya Bu Sukma. Yang namanya siapa yaa,

saya lupa.

Teh Syahrini : Itu, si Rizal? Yang waktu itu masuk penjara gara-gara pake

narkoba? Kenapa lagi sama tuh anak Mpok?

Mpok Romlah : Kemaren tuh ya Mpok, saya kan nganterin suami saya periksa ke

Rumah Sakit, biasa kontrol karena suami saya kebetulan abis operasi usus buntu

kan. Nah pas saya sama suami lagi ngantri buat dipanggil giliran periksa yah,

kebetulan banget ketemu tuh sama Bu Sukma sama anaknya si Rizal itu.

Mpok Elly : Terus, terus gimana mpok?

Mpok Romlah : Terus saya ya agak kaget gitu ya pas papasan sama mereka. Kan

saya tau nya si Rizal ini masih di penjara ya. Terus saya ya basa-basi gitulah sama

Bu Sukma. Terus Bu Sukma bilang kalo Rizal udah resmi keluar dari penjara,
soalnya emang masa tahanannya udah abis. Tapi Bu Sukma ini nggak mau cerita

siapa yang sakit, malah langsung pergi gitu aja.

Kang Ivan : Waaah, nanggung tuh Mpok gosipnya kalo cuman kaya gitu

doang.

Mpok Romlah : Iiih, dengerin cerita saya sampe selesai dulu Kang Ivan.

Kang Ivan : Iya. Iya Mpok. Gimana tuh jadinya kelanjutannya?

Mpok Romlah : Terus kan karena saya kepo yah. Saya tanya sama ponakan saya,

yang emang dia udah jadi perawat di rumah sakit itu. Ternyata ya Mpok, si Rizal

ini kena HIV loh!

Teh Syahrini : Ya amsyooong. Gosipnya ulala cetar badai membahana.

Kang Ivan : Waah yang bener tuh Mpok?

Mpok Romlah : Iya Kang. Orang itu ponakan saya yang kebetulan kerja di bagian

poli Rumah Sakit, jadi ngerti pasien-pasiennya sakit apa aja.

Mpok Elly : Kasian yah Bu Sukma. Udah kemaren nanggung malu, gara-gara

anaknya masuk penjara karena narkoba. Eh sekarang ketambahan anaknya kena

HIV lagi.

Teh Syahrini : Iiih, padahal HIV itu kan selain bahaya bisa menular ya?

Mpok Romlah : Iya bener teh Syahrini. Kalo gak salah nih ya, HIV bisa nular

lewat mana aja kan, lewat alat makan sama handuk yang dipake barengan, terus

sama berenang sama penderita HIV juga ntar bisa ketularan kena HIV loh.

Teh Syahrini : Kalo nyamuk tuh gimana mpok? Kan nyamuk abis ngisep darah

orang yang kena HIV, terus gentian ngisep darah kita.

Mpok Romlah : Nah! Itu dia. Itu juga bisa tuh nularin penyakit tuh nyamuk!
Kang Ivan : Idiiih serem ya Mpok kalo gitu. Kita yang nggak salah gini, bisa

ketularan.

Mpok Romlah : Iya. Makanya itu. Kita nggak bisa diem aja nih. Kita harus laporin

ke Bu RT. Biar setidaknya si Rizal itu nggak perlu tinggal lagi di kampung kita

ini. Biar dipanti rehabilitasi, apa dimana gitu kek. Masa iya, nanti kalo ada apa-

apa kita bisa ikut kena penyakitnya itu kan.

Teh Syahrini : Iya Mpok, bener banget tuh.

*Bu RT yang dari kejauhan melihat ada keramaian langsung menuju ke

gerombolan ibu-ibu yang ramai menggosipkan Rizal dan Bu Sukma*

Bu RT : Assalamu’alaikum ibu-ibu. Ada apa yah ini kok rame banget nih?

Semua : Wa’alaikumussalam bu RT.

Mpok Romlah : Gini bu RT. Rizal anaknya bu Sukma, kemarin beberapa hari yang

lalu sudah bebas dari penjara bu.

Bu RT : Alhamdulillah dong berarti.

Teh Syahrini : Iiih. Bukan itu bu RT masalahnya.

Bu RT : Lah? Terus kenapa kalau Rizal sudah keluar dari penjara?

Kang Ivan : Begini lho bu RT. Ternyata si Rizal ini, kena HIV bu! Kan ngeri

ya bu, itu selain penyakit yang berbahaya kan juga bisa menular kan bu. Nah kita

nggak pengen, kita-kita ini yang nggak salah apa-apa bisa ketularan penyakitnya

itu.

Bu Romlah : Iya bu RT. Mending si Rizal itu nggak perlu tinggal lagi di

kampung kita ini. Biar dipanti rehabilitasi, apa dimana gitu kek. Masa iya, nanti

kalo ada apa-apa kita bisa ikut kena penyakitnya itu kan.
Teh Syahrini : Iya bu RT. Betul tuh. Saya setuju sama sarannya Mpok Romlah.

Cucok meong.

Bu RT : Begini ibu-ibu dan akang. Sebelum apa-apa itu, sebaiknya kita

mengklarifikasikan berita ini benar atau tidak terlebih dahulu. Jangan asal

langsung main usir anak orang bu.

Bu Romlah : Bu RT. Saya dapet info nya langsung dari perawat di Rumah Sakit

loh bu, pas saya waktu itu nggak sengaja ketemu sama Rizal dan Bu Sukma di

Rumah Sakit. Perawatnya itu ponakan saya, dan cerita kalo si Rizal ini positif

kena HIV gara-gara pernah pake narkoba suntik bu.

Bu RT : Baik. Baik. Gini deh. Saya akan temui bu Sukma dan Rizal, untuk

dibicarakan baik-baik tentang masalah ini.

ADEGAN 3 SETTING Rumah Bu Sukma

Sore harinya, bu RT mendatangi rumah Bu Sukma untuk mengklarifikasi

kebenaran berita yang telah beredar bahwa Rizal telah terinfeksi HIV. Karena

didesak oleh warga yang mulai resah dengan keberadaan Rizal dan malah

menganjurkan agar Rizal diusir dari kampong.

Bu RT : Assalamu’alaikum Bu Sukma. (Sambil mengetuk pintu)

Bu Sukma : Wa’alaikumussalam. Eh, Bu RT. Silahkan masuk bu.

Bu RT : (Masuk ke rumah bu Sukma)

Bu Sukma : Bu RT mau saya bikin kan minum apa bu?

Bu RT : Nggak perlu repot-repot bu Sukma.

Bu Sukma : Tapi, ini tumben sekali bu RT ke rumah saya. Ada apa ya bu?
Bu RT : Sebelum saya menjelaskan maksud kedatangan saya kesini, saya

boleh minta tolong bu? Tolong Rizal bisa duduk kemari? Saya juga ingin

berbicara dengan bu Sukma dan Rizal juga.

Bu Sukma : Ooh iya bu. Zaal. Rizaaal. Sini nak, ke ruang tamu, dicari bu RT

ini.

Rizal : Iya mah (Duduk di sebelah Bu Sukma)

Bu RT : Menanggapi kabar yang sekarang ini beredar diantara warga

kampung, bahwa katanya Rizal ini positif mengidap HIV. Apakah itu benar bu?

Bu Sukma : Bu RT? Kok bisa beritanya sampe ke warga kampung?

(Menangis)

Rizal : Sudah ma. Mama harus terima kenyataan. Mau gimana pun mama

nyembunyiin semuanya, tetep pasti bakalan kebongkar ma.

Bu RT : Jadi itu beritanya benar ya nak Rizal?

Rizal : Iya bu RT. Saya positif terinfeksi HIV. Itu sudah ketahuan

semenjak saya masih dipenjara. Saya terkena HIV karena menggunakan narkoba

yang disuntikkan kekulit. Dan saya tidak memperhatikan jarum yang saya pakai

steril atau tidak. Saya menyesal dengan apa yang sudah saya perbuat dulu.

Seandainya saya tidak terjerumus dalam pertemanan yang salah. Saya tidak

mungkin harus berada di penjara dan menderita penyakit HIV. Jadi, saat ini saya

harus rutin berobat ke Rumah Sakit agar penyakit yang saya derita tidak semakin

parah.

Bu RT : Hmmm. Saya paham dengan apa yang dirasakan nak Rizal, pasti

sangatlah berat. Kalau sudah tahu kebenaran berita yang beredar begini kan, tidak
menjadi gossip. Baik bu Sukma dan nak Rizal, kalau begitu saya pamit.

Terimakasih atas klarifikasinya. Wassalamu’alaikum warahmatullahi

wabarakatuh.

Bu Sukma & Rizal : Wa’laikumussalam warahmatullah wabarakatuh

ADEGAN 4 SETTING Balai Desa

Setelah mendapatkan klarifikasi tentang kebenaran gossip yang beredar di

kampung, bu RT kemudian memiliki inisiatif untuk mengadakan penyuluhan

tentang HIV/AIDS di Balai Desa dan yang mengisi materinya adalah dari pihak

dinas kesehatan, yaitu Bapak Wibisono. Warga kampung turut hadir di acar

penyuluhan tersebut. Bapak Wibisono kemudian menjelaskan semua secara rinci

tentang apa itu penyakit HIV/AIDS, cara penularannya, dan cara pencegahannya.

Namun sesi materi yang paling banyak mendapat antusiasme dari warga kampung

adalah saat Pak Wibisono menjelaskan mitos-mitos seputar HIV/AIDS.

Pak Wibisono : Nah, sesi selanjutnya, saya akan jelaskan tentang mitos-mitos

seputar HIV/AIDS ya Bapak-bapak dan Ibu-ibu.

Pak Wibisono : Tapi sebelumnya saya mau tanyakan beberapa pertanyaan dulu.

Menurut bapak-bapak dan ibu-ibu. Kalau kita tinggal serumah dengan dengan

penderita HIV/AIDS, kita bisa tertular penyakitnya tidak?

Bu Romlah : Jelas iya dong pak. Kan lewat bersalaman aja bisa kena tuh

penyakit pak.

Teh Syahrini : Bisa pak. Kan penularannya lewat gigitan nyamuk juga bisa pak.
Kang Ivan : Iya pak. Bahaya pak kalo idup serumah sama orang HIV/AIDS

pak. Ntar kalo makan dari piring bekas atau sendok bekas yang abis dipake sama

penderita HIV, ntar bisa nular lah pak.

Pak Wibisono : Jadi begini ya bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian. Virus HIV itu

mudah mati kalau di luar tubuh manusia, sehingga tidak dapat ditularkan melalui

kontak sosial sehari-hari.

Pak Wibisono : Contoh hal-hal yang tidak dapat menularkan HIV/AIDS itu

seperti bersenggolan atau menyentuh dan bersalaman dengan penderita HIV,

melalui bersin atau batuk, karena HIV/AIDS tidak menular melalui udara,

berenang bersama penderita HIV, menggunakan WC / toilet yang sama, tinggal

serumah dengan penderita HIV, menggunakan piring/alat makan yang sama,

ataupun dari gigitan nyamuk atau serangga yang sama

Mpok Elly : Oooh, berarti gak papa ya pak kalo tinggal serumah sama

penderita HIV/AIDS gitu? Tapi kok masih serem ya pak kalo tau penyakitnya itu

loh.

Pak Wibisono : Sudah saya jelaskan bu. Kalau virus HIV mudah mati kalau di

luar tubuh manusia. Nah, kalau penularannya hanya melalui hubungan seksual

yang bergonta-ganti pasangan, penggunaan jarum suntik yang tidak steril,

contohnya pada narkoba jenis suntik dan penggunaan tattoo yang biasanya 1

jarum dipakai untuk berulang kali pemakaian. Kemudian HIV/AIDS juga bisa

menular melalui darah ibu ke bayi yang dikandungnya, maupun ibu yang

menyusui bayinya dengan ASI.

Mpok Romlah : Oooh gitu ya pak. Saya malah baru tau.


Pak Wibisono : Iya bu. Yang terpenting disini adalah kita jangan mengucilkan

orang yang menderita penyakit HIV/AIDS ini. Jadi, jauhi penyakitnya, bukan

orangnya.

Pak Wibisono : Sekian penyuluhan tentang HIV/AIDS yang dapat saya

sampaikan. Terimaksih untuk bapak-bapak dan ibu-ibu yang sudah menyimak dan

sudah bertanya. Saya pamit undur diri. Wassalamu’alikum warahmatullah

wabarakatuh.

Warga Kampung : Wa’alaikumussalama warahmatullah wabarakatuh.

Setelah mendapatkan penyuluhan tentang HIV/AIDS dari pihak Dinas Kesehatan,

warga kampung sepakat tidak akan mengucilkan dan mengusir Rizal dari

kampung. Mereka kemudian jadi lebih paham tentang penyakit HIV/AIDS.

Dalam kisah ini, ada pelajaran yang dapat kita petik yaitu :

Jika kita mendapati seseorang terkena HIV/AIDS maka, kita tidak boleh

mengucilkannya. Yang perlu kita waspadai adalah penyakit HIV/AIDS itu sendiri

bukan pada penderitanya.

Penularannya HIV/AIDS hanya melalui hubungan seksual yang bergonta-ganti

pasangan, penggunaan jarum suntik yang tidak steril, contohnya pada narkoba

jenis suntik dan penggunaan tattoo yang biasanya 1 jarum dipakai untuk berulang

kali pemakaian. Kemudian HIV/AIDS juga bisa menular melalui darah ibu ke

bayi yang dikandungnya, maupun ibu yang menyusui bayinya dengan ASI.

Virus HIV itu mudah mati kalau di luar tubuh manusia, sehingga tidak dapat

ditularkan melalui kontak sosial sehari-hari.


Contoh hal-hal yang tidak dapat menularkan HIV/AIDS itu seperti bersenggolan

atau menyentuh dan bersalaman dengan penderita HIV, melalui bersin atau batuk,

karena HIV/AIDS tidak menular melalui udara, berenang bersama penderita HIV,

menggunakan WC / toilet yang sama, tinggal serumah dengan penderita HIV,

menggunakan piring/alat makan yang sama, ataupun dari gigitan nyamuk atau

serangga yang sama.


NASKAH 5

TEMA : Penularan HIV/AIDS pada Gay

ADEGAN 1 SETTING Ruang Tamu

Pada suatu hari, seorang laki-laki tampan nan rupawan asik memainkan game di

smartphone nya. Ia bernama Joenathan, namun teman-temannya kerap

memanggilnya Joe. Orang tua Joe adalah orang kaya yang sangat dipandang. Ayah

Joe adalah pemilik 17 perusahaan besar di Indonesia. Sedangkan ibunya adalah

seorang model cantik yang terkenal hingga kancah Asia, namun hobinya pergi

keluar negeri dan berfoya-foya bersama dengan teman-temannya. Baik ayah

maupun ibunya, keduanya sama-sama tak pernah memperhatikan anak

kandungnya sendiri yaitu Joe. Pada hari itu ayahnya baru saja pulang dari rapat

kantor, sedangkan ibunya akan berangkat ke bandara untuk mengikuti pemotretan

majalah Asia di Jepang. Keduanya terlibat cek-cok yang serius hingga membuat

Joe makin geram dan memilih pergi dari rumah.

Mama Olla : Pah. Aku pamit dulu ya, mau ke Jepang.

Papa Edi : Loh? Ma? Kok udah berangkat aja sih?

Mama Olla : Iya Pa. Besok pagi-pagi udah harus di Tokyo, ikut pemotretan.

Papa Edi : Terus aja gitu ma. Aku pulang bukannya disambut, malah mau

ditinggal pergi kamu.


Mama Olla : Papa ini gimana sih! Mama kan ke Jepang memang karena harus

ikut pemotretan, karena udah tanda tangan kontrak kerja, gak bisa nolak gitu aja

Pa. Papa harus nya juga paham dong.

Papa Edi : Kamu itu istri ku dan aku sebagai suami mu. Yang tanggungjawab

cari nafkah itu ya aku. Tugas kamu ya di rumah, ngurus anak, rumah, sama suami.

Nggak usah kamu kerja buat cari duwit.

Mama Olla : Pa. Jaman sekarang itu udah namanya emansipasi wanita. Jadi ya

nggak masalah istri ikut kerja buat cari duwit, buat bantu keuangan suami. Lagian

aku kalo cuman di rumah aja, nggak ngapa-ngapain, ya nggak betahlah.

Papa Edi : Nggak usah sok ngeles pake bawa-bawa emansipasi lah. Kemarin

pas kamu ke Korea, anak buah ku liat kamu sibuk berduaan sama cowok lain.

Mama Olla : Papa nyuruh orang buat ngikutin aku pas ke Korea kemarin? Kok

papa segitu nggak percayanya sama aku sih. Cowok yang nemenin aku ke Korea

itu, fotografer yang emang rekan kerja ku. Jadi ya wajar lah kalo kita kemana-

mana bareng, orang kerjanya juga barengan.

Papa Edi : Anak buah ku ngikutin semua aktivitas kamu ya. Dia bahkan

bilang kalo kamu ke Korea itu nggak ngelakuin proyek kerja pemotretan. Tapi

emang mau berduaan sama cowok itu.

Mama Olla : Halah! Kayak papa udah becus aja jadi suami! Aku selama jadi

istri papa nggak pernah tuh jalan bareng kita sekeluarga. Papa selalu aja sibuk

kerja, entah emang beneran sibuk meeting sama klient apa jangan-jangan sibuk

selingkuh sama yang lain.


Papa Edi : Nggak usah mengalihkan pembicaraan! Pakek nyari-nyari

kesalahan ku segala. Aku kerja, ya memang kerja ma. Dan memang aku cari uang

untuk bahagiakan kamu sama Joe. Nggak kaya kamu ma! Kamu bilangnya kerja,

tapi ngabisin uang ku, abis gitu jalan sama cowok lain.

Joenathan : (Membanting buku yang ada di atas meja) Udah Pa! Ma! Aku tuh

capek! Aku males tiap dirumah, ketemu papa, ketemu mama, adanya ribut terus!

Nggak bisa apa? Kayak keluarga sebelah yang adem-adem aja. Aku mending

pergi aja dari rumah. Udah ma, pa, terusin lagi aja ributnya. (Pergi keluar rumah).

Mama Olla : Joe! Kamu mau kemana sayang?

Papa Edi : Tuh kan! Anak kita malah pergi dari rumah. Itu semua gara-gara

kamu ma. Coba kalo kamu itu becus jadi Istri. Jagain anak yang bener, jadi nggak

kabur kaya gitu.

Mama Olla : Kok Papa malah ngelempar kesalahan ke aku sih? Ya itu juga

gara-gara Papa yang selama ini tuh nggak pernah ada waktu buat kita. Ya wajar

aja kalo Joe juga nggak betah lama-lama di rumah.

ADEGAN 2 SETTING Rumah Ibu-ibu Arisan

Sementara itu, di lain tempat, ada sekerumunan ibu-ibu yang sedang arisan.

Mereka adalah Mama Nikita, Mama Gigi, Tante Jessie, dan Teh Karin. Mama

Nikita adalah seorang istri pejabat pemerintahan Negara. Kemudian Mama Gigi

merupakan seorang istri milyuner yang memiliki beberapa perusahaan textile.

Sementara Tante Jessie adalah seorang janda yang juga merupakan seorang

pengusaha perhiasan mewah di Indonesia. Dan Terakhir adalah teh Karin yang
satu-satunya anggota yang masih single dan belum bersuami, namun ia juga tidak

kalah kaya dengan yang lain. Teh Karin adalah seorang model dan artis yang

sudah bermain di banyak film dan sinetron di Indonesia, dan merupakan teman

dekat dari Mama Olla.

Mama Nikita : Eh Jeng, itu tas nya beli dimana?

Mama Gigi : Di Perancis, Cyiiin. Murah loh. Tadinya harganya 30 juta, terus

karena lagi ada diskon, jadi cuma 29 juta aja. Murah kaan.

Teh Karin : Ih yang bener sis? Murah banget itu. Kapan-kapan deh main ke

Perancis terus beli yang kaya gitu.

Mama Gigi : Aduh Cyiiin, sayang banget nih, ini tas nya limited edition. Jadi

cuman ada 2 di dunia. Yang satu dibeli sama itu loh, istrinya David Beckam, siapa

yah namanya?

Tante Jessie : Julia Beckam maksudnya Jeng?

Mama Gigi : Nah, iya, Julia Beckam yang beli. Terus yang satunya lagi ini,

saya beli.

Mama Nikita : Eh, ngomong-ngomong nih, Jeng Olla di mana yah? Tumben dia

nggak dateng arisannya kita?

Mama Gigi : Kayanya kemarin update status kalo mau pergi ke Jepang deh,

mau ada pemotretan apa gitu kalo gak salah.

Teh Karin : Itu tuh ke Jepang bukan buat pemotretan sis. Tapi dia mau

berduaan sama cowok lain, yang emang kebetulan jadi fotografer nya sis Olla.

Mama Nikita : Hah? Masa sih Jeng?


Teh Karin : Iya sis, mereka itu emang sering kerja bareng kan. Dan emang

suaminya sis Olla juga kan jarang pulang rumah karena sibuk ngurusin bisnis nya

itu. Terus pas yang sebelumnya Sis Olla pergi ke Korea itu kan, dia sebenernya

nggak kerja, tapi main berduaan sama tuh fotografer.

Tante Jessie : Iya Jeng. Saya kan rumahnya sebelahan yah sama Jeng Olla.

Sering banget tuh, denger Jeng Olla sama Suaminya itu ribut-ribut. Ya ampuuun.

Nggak suami-istri, anaknya juga sama aja, terong suka sama terong.

Mama Gigi : Hah? Kok terong sama terong sih Cyiiin? Maksudnya gimana?

Tante Jessie : Haduh, salah ngomong nih, malah aku jadi keceplosan kan

ngomongin anaknya Jeng Olla.

Mama Gigi : Gimana? Gimana Cyiiin? Emang kenapa sama anaknya Cyin

Olla?

Tante Jessie : Jadi gini loh. Joe, anaknya Jeng Olla itu, ternyata Gay!

Mama Nikita : Ah yang bener Jeng? Jangan bikin gossip yang enggak-enggak.

Tante Jessie : Iih. Itu bukan gossip aja Jeng. Tapi emang kenyataanya begitu

Jeng.

Mama Nikita : Masa sih Jeng? Kok bisa jadi Gay begitu?

Tante Jessie : Iya Jeng. Jadi kan, waktu itu saya pergokin si Joe sama pacarnya

yang homo itu, lagi berduaan di mobil. Terus pas ketauan saya liatin, mereka pura-

pura kaya nggak ada apa-apa gitu.

Teh Karin : Ya ampuuuun siis. Sayang banget, padahal si Joe itu ganteng loh

sebenernya. Saya dulunya malah sempet naksir sama anaknya sis Olla itu. Ih,

sekarang udah tau aslinya kalo homo, jadi gimana gitu.


Tante Jessie : Iya Jeng. Saya juga tadinya tuh nggak percaya kan. Tapi makin

kesini tuh, si Joe makin sering bawa pacar homonya itu ke rumah. Kalo enggak

yah Joe yang pergi dari rumah, terus baru pulang besoknya.

Mama Nikita : Kayanya sih yah, itu si Joe jadi begitu gara-gara bapak-ibu nya

nggak bisa didik anaknya. Terus malah jadi nggak normal gitu, masak iya, cowok

suka sama cowok sih. Ya amsyoong.

Mama Gigi : Amit-amit deh. Jangan sampe anak saya, Rafathar kaya begitu.

ADEGAN 3 SETTING Rumah Sakit

Joenathan merupakan seorang laki-laki yang baik. Kehidupannya hampir

sempurna, dengan kegelimangan harta yang dimiliki kedua orang tuanya. Namun

sayang, kekayaan harta kedua orang tuanya sama sekali tidak membuatnya

bahagia. Semenjak kecil ia jarang mendapatkan kasih sayang secara langsung dari

kedua orang tuanya. Ditambah dengan kedua orang tuanya sering bertengkar,

mulai dari urusan yang sepele hingga urusan yang lebih besar. Kenyataan itu

membuat Joe ingin lari dari kehidupannya dan mencari kebahagian di tempat lain.

Ia kemudian menjadi penyuka sesama jenis atau gay.

Hingga beberapa bulan telah berlalu. Joe ditemukan pingsan. Keluarganya pun

membawanya ke Rumah Sakit terdekat. Setelah beberapa jam Joe pingsan dan

telah dilakukan berbagai pemeriksaan medis. Joe akhirnya mulai sadar. Dokter

pun mendatangi kamar inap Joe.

Papa Edi : Jadi bagaimana keadaan anak saya dok?


Dokter : Sebelumnya, saya ingin memeriksa keadaan anak bapak terlebih

dulu. Jadi, bapak dan ibu bisa keluar dari ruangan ini dulu.

Mama Olla : Kenapa saya harus keluar dok? Saya ini mama nya. Saya berhak

tau, dokter melakukan pemeriksaan apa kepada anak saya.

Dokter : Mohon maaf bu. Tapi ini sudah prosedur bu. Ibu mohon untuk

keluar dulu. Jika nanti saya sudah selesai, ibu dan bapak boleh kembali menemani

Joenathan.

Papa Edi : Udahlah ma. Dokternya emang minta kita buat keluar. Ya udah

keluar aja lah. Nggak usah ngeyel.

Mama Olla : Iya. Iya pa. (Menggerutu dan kemudian keluar bersama Papa Edi)

Dokter : Nak Joenathan. Kalau boleh tau, apakah anda pernah melakukan

hal yang menyimpang sebelumnya?

Joenathan : Menyimpang gimana dok? Saya nggak ngerti maksudnya dokter.

Dokter : Apakah anda pernah melakukan hubungan seks bebas diluar

menikah sebelumnya?

Joenathan : Dokter jangan asal menuduh saya ngelakuin hal kaya gitu yah!

Saya bisa aja nuntut dokter dan membuat dokter nggak punya ijin praktek lagi!

Dokter : Maaf. Saya nggak maksud untuk lancang.

Joenathan : Beraninya, nuduh saya yang enggak-enggak. Saya punya banyak

uang. Jadi bisa aja saya tuntut dokter.

Dokter : Tapi sayangnya kenyataan berkata lain. Menurut hasil

pemeriksaan medis, anda menderita kanker prostat. Dan fakta mengejutkan


lainnya adalah, anda menderita AIDS. Itu kenapa sebelumnya, saya tanya dulu,

apa benar anda pernah melakukan hal yang menyimpang sebelumnya.

Joenathan : Apa? AIDS? Nggak mungkin! Dokter pasti salah!

Dokter : Saya berbicara kenyataan, berdasarkan dari hasil pemeriksaan

medis yang ada.

Joenathan : Nggak mungkin! (Bangun dari tempat tidur dan beranjak pergi

dari ruang inap)

Mama Olla : Loh? Joe? Kok kamu keluar kamar gitu aja?

Joenathan : Barusan dokternya bilang kalo Joe nggak kenapa-napa dan udah

boleh pulang ma. Yuk pa, ma, pulang aja. Ngapain lama-lama disini.

Papa Edi : Oh ya udah, ayoo pulang aja kalo gitu.

ADEGAN 4 SETTING Rumah Sakit

Beberapa tahun pun telah berlalu. Meskipun mengidap penyakit AIDS dan kanker,

tak membuat Joe sadar akan kesalahan yang telah ia lakukan. Ia juga tetap

menyembunyikan penyakit yang dideritanya itu dari kedua orang tuanya. Orang

tuanya pun masih sama saja, tak memperdulikan Joenathan. Hingga suatu hari

Joenathan kembali ditemukan tergeletak pingsan di kamarnya. Kedua orang

tuanya pun membawanya ke Rumah Sakit. Namun sayang keadaan Joe telah

parah dan tidak dapat diselamatkan lagi.

Papa Edi : Dokter, bagaimana dok dengan keadaan anak saya?

Dokter : Anak bapak menderita kanker prostat stadium akhir, dan juga……

Mama Olla : Dan apa dok?


Joenathan : Papa. Mama. Joe mau ngomong sama papa, sama mama. Maafin

Joe yah pa, ma. Seharusnya Joe nggak ngelakuin hal yang dilarang sama agama.

Mama Olla : Kamu ngomong apa sih sayang?

Joenathan : Joe kena AIDS ma, pa.

Papa Edi : Apa? Kok bisa? Ini semua karena kamu ma! Kamu nggak bisa

jagain Joe dengan baik!

Mama Olla : Papa ini! Kayak papa udah bener aja! Selama ini papa emang

kemana aja? Papa selalu aja sibuk ngurusin urusan kantor dan nggak pernah ada

waktu buat keluarga.

Dokter : Sudah pak, buk. Ini Rumah Sakit. Jadi mohon untuk tidak rebut

disini.

Mama Olla : Dokter juga! Kenapa dulu waktu itu, dokter bilang Joe nggak

kenapa-kenapa? Kenapa pas keadaan Joe udah parah kaya gini, baru bilang ke

kami bahwa Joe kena kanker?

Joenathan : Aku yang salah ma. Aku yang waktu itu ngancem dokter ini, biar

nggak bilang ke siapapun tentang keadaan ku. Dan aku juga mau mengakui

sesuatu ma, pa.

Mama Olla : Kamu meau mengakui apa sayang?

Joenathan : Maaf pa, ma, sebenernya Joe ini pernah suka sama laki-laki. Dan

karena itu, Joe jadi kena penyakit AIDS.

Mama Olla : Enggak! Enggak mungkin! Kamu bercanda kan Joe?

Joenathan : Mama. Papa. Maafin Joe yah. Karena belum bisa jadi anak yang

baik dan anak yang membanggakan mama dan papa.


Papa Edi : Joe! Kamu ngomong apa sih! Kamu udah jadi anak kami yang

terbaik.

Joenathan : Terimakasih Pa, Ma, untuk kasih sayang yang kalian kasih buat

Joe selama ini. Joe pamit pergi ya Pa, Ma. (Menghembuskan napas terakhir dan

menutup matanya)

Mama Olla : Joeeee!!!!! (Berteriak histeris dan menangis)

Akhirnya, Joenathan pun memejamkan mata untuk selama-lamanya. Penyakit

yang ia derita adalah stadium akhir dan sudah tidak dapat diselamatkan lagi. Papa

Edi dan Mama Olla pun menyesali perbuatan mereka yang egois hanya

memikirkan kebahagian masing-masing tanpa memikirkan Joenathan. Bahkan

hingga Joenathan sakit pun, keduanya sampai tidak tahu dan masih sempat untuk

menyibukkan diri dengan urusan pekerjaan masing-masing.

Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah ini adalah :

Bahwa untuk menjadi orang tua, janganlah hanya mencari harta dan kesenangan

pribadi hingga lupa tidak memperhatikan anaknya. Kemudian serumit apapun

masalah yang kita hadapi, tetap harus menjaga diri untuk tidak terjerumus ke jalan

yang salah. Seperti yang Joenathan alami, yaitu dengan menyukai sesama jenis,

atau homo, atau menjadi gay. Seorang Gay sangat berpotensi untuk tertular infeksi

HIV.

Anda mungkin juga menyukai