Anda di halaman 1dari 2

sebelum melakukan pengenceran, peneliti melakukan analisis kualitatif yang meliputi analisis

kandungan untuk mengetahui jenis logam-logam berat yang mungkin ada di dalam limbah.
Dari hasil analisis kualitatif apabila didapatkan logam berat, selanjutnya dilakukan analisis
kuantitatif untuk mengetahui kadar dari logam berat yang dihasilkan. Apabila kadar logam
berat terlalu banyak maka perlu dilakukan pemisahan agar saat diberi perlakukan tidak
menganggu reaksi. Tetapi jika kadar logam berat sedikit maka dapat langsung diberi
perlakuan. Pada tahap pertama diberi perlakuan pengenceran pada masing-masing limbah
agar diperoleh pH sesuai rentang 6,8-7,2. Untuk proses pengenceran harus memperhatikan
beberapa aspek seperti konsentrasi limbah, pH limbah. Setelah diketahui pH limbah tersebut
selanjutnya dilakukan pengenceran dengan mempertimbangkan keakurasian, presisi,
sensitivitas, dan selektivitas. Limbah diampel sample dengan teknik sampling minimal 3 titik
yang berbeda. Hasil dari pengambilan sampel kemudian diberi perlakuan di laboratorium
dalam skala kecil untuk mengetahui volume air yang dibutuhkan untuk mencapai pH air
sungai dengan kisaran 6,8-7,2. Dalam perlakuan ini diperlukan pemilihan alat yang
sebelumnya telah distandarisasi dan kalibrasi, seperti pemilihan labu ukur untuk pengenceran
daripada menggunakan gelas beaker, pengambilan sampel menggunakan pipet volume yang
sesuai dengan jumlah sampelyang diinginkan. Dari hasil pengenceran yang dilakukan
ternyata memerlukan air dalam jumlah yang sangat banyak, sehingga cara ini dirasa kurang
efektif dan efisien. Solusi berikutnya adalah dengan melakukan penetralan dengan pereagen
HCl dan NaOH karena kedua pereagen tersebut mudah didapat dan memerlukan biaya yang
sedikit. Dalam melakukan reaksi penetralan, peneliti juga harus mengetahui resiko jika
kandungan pada limbah direaksikan dengan pereagen HCl dan NaOH. Kemudian harus
diperhatikan juga pH hasil penetralan yang dihasilkan menggunakan perhitungan
stoikiometri. Apabila yang direaksikan adalah asam lemah atau basa lemah yang direaksikan
dengan pereagen pentralan tidak mungkin mencapai titik ekuivalen 7 karena dipengaruhi oleh
derajat disosiasi yang tidak sempuran atau kurang dari 1. Solusi ke dua ini kurang tepat
dilakukan karena dihasilkan pH yang tidak berada pada kisaran 6,8-7,2. Solusi ketiga yang
dilakukan adalah dengan pencampuran limbah-limbah dan mengecek pH nya. Sebelum
melakukan pencampuran limbah tersebut, peneliti harus mengetahui produk yang dihasilkan
setelah dilakukan pencampuran. Misal, NaOH dan H2SO4 menghasilkan Na2SO4 dan H2O.
Pencampuran dilakukan dalam skala laboratorium dengan metode sampling dengan alat-alat
yang telah yang sebelumnya telah distandarisasi dan kalibrasi. Hasil pencampuran akan
menghasilkan endapan dan filtrat yang kemudian dilakukan pengecekan untuk mengetahui
kandungan pada endapan yang terbentuk.
Risk Management
Identifikasi resiko: adanya kandungan logam berat, produk yang dihasilkan dari hasil
penetralan berbahaya bagi lingkungan, terjadi perbedaan hasil perhitungan skala lab dan sala
industri.
Identifikasi isu masrakat
Pemecahan resiko: melakukan pemurnian,

Anda mungkin juga menyukai