Anda di halaman 1dari 36

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Inisiasi menyusu dini adalah proses alami bayi untuk menyusu, yaitu dengan

memberi kesempatan pada bayi untuk mencari dan mengisap ASI sendiri, dalam satu

jam pertama pada awal kehidupannya. Hal ini terjadi jika segera setelah lahir, bayi

dibiarkan kontak kulit dengan kulit ibunya. Dengan menyusu secara baik dan benar

maka kematian bayi serta gangguan perkembangan bayi dapat dihindari (Roesli U,

2012 : 3). Keberhasilan program Inisiasi menyusu dini membutuhkan kerjasama dari

berbagai pihak, terutama tenaga medis, karena proses ini membutuhkan kesabaran

mengingat lamanya waktu yang dibutuhkan bayi sampai mampu sendiri menemukan

dan mengisap putting susu ibu (Sutomo, 2010 : 21). Dengan inisiasi menyusu dini

terbukti dapat menurunkan resiko kematian bayi di bawah usia 28 hari. Jika semua

ibu dapat melakukan inisiasi menyusu dini, maka resiko kematian bayi dapat

dihindarkan (Zaman, 2010 : 202). Namun saat ini masih banyak ibu yang tidak

melakukan inisiasi menyusu dini dengan berbagai sebab dan alasan. Dan masalah

yang paling banyak dijumpai adalah kurangnya pemahaman ibu tentang manfaat dari

inisiasi menyusu dini sehingga dengan ketidaktahuannya tersebut menjadikan ibu

tidak melaksanakan inisiasi menyusu dini.

Berdasarkan Data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2011, diketahui jumlah ibu

bersalin sebanyak 4.923.183 orang dan yang telah dilaksanakan Inisiasi Menyusu

Dini sebanyak 86,36% atau sekitar 4.259.433 orang (Dinkes RI, 2011). Kemudian

1
2

Data Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur tahun 2011, dari 690.282 ibu bersalin

sekitar 267.139 orang (38,7%) ibu melaksanakan Inisiasi menyusu dini (Dinkes

Jatim, 2011). Berdasarkan profil kesehatan Bojonegoro, pada tahun 2010 tercatat

dari 18.743 ibu bersalin, terdapat sebanyak 5.304 orang (28,3%) telah melaksanakan

inisiasi menyusu dini (Dinkes Bojonegoro, 2011).

Kemudian dari survey pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di BPS Aliyah

AMd. Keb. Desa Kemamang Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro pada bulan

Januari-April Tahun 2013, terdapat sebanyak 14 persalinan dengan 11 ibu bersalin

telah dilaksanakan inisiasi menyusu dini dan 3 ibu bersalin tidak dilaksanakan

inisiasi menyusu dini. Selanjutnya dari survey awal tentang pengetahuan inisiasi

menyusu dini pada 14 ibu bersalin tersebut, didapatkan sebanyak 2 ibu bersalin

memiliki pengetahuan yang baik, 5 ibu bersalin memiliki pengetahuan yang cukup

dan 7 ibu bersalin memiliki pengetahuan yang kurang.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang (Notoatmodjo S, 2007 : 143). Ibu yang memiliki bekal

pengetahuan yang baik tentang inisiasi menyusu dini akan menjadikannya sadar

betapa pentingnya untuk melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini segera setelah

melahirkan. Namun selama ini, banyak orang tua khususnya ibu yang belum

mengetahui tentang manfaat dari Inisiasi menyusu dini bagi bayi maupun ibu.

Inisiasi menyusu dini (early Initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi

mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Jadi, sebenarnya bayi manusia seperti

juga bayi mamalia lain mempunyai kemampuan untuk menyusu sendiri, Asalkan
3

dibiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya, setidaknya selama satu jam segera

setelah lahir. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini ini dinamakan the breast

crawl atau rnerangkak mencari payudara (Roesli U, 2012 : 3). Proses Inisiasi

Menyusu Dini dilaksanakan segera setelah bayi dilahirkan (dalam satu jam pertama

setelah melahirkan). Inisiasi Menyusu Dini merupakan metode yang telah terbukti,

dengan melakukan inisiasi menyusu dini kematian bayi di bawah umur 28 hari dapat

dihindarkan (Zaman, 2010 : 202-203).

Salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang Inisiasi

Menyusu Dini maka Pemerintah Indonesia beserta UNICEF telah mencanangkan

Inisiasi Menyusu Dini sebagai bagian dari upaya mengoptimalisasi pemberian ASI

secara eksklusif. Sebagai bagian manajemen laktasi yang relatif baru, Inisiasi

Menyusu Dini harus disosialisasikan secara benar dan luas, tidak hanya kepada

kalangan tenaga medik tetapi juga masyarakat (Roesli U, 2012 : v). Pelaksanaan

program inisiasi menyusu dini merupakan tanggung jawab semua praktisi kesehatan.

Dan khususnya bidan sebagai salah satu profesi yang juga mempunyai tanggung

jawab terhadap kesehatan ibu dan anak, harus dapat memberikan informasi yang

benar terhadap pentingnya melakukan Inisiasi Menyusu Dini dan menerapkan

program Inisiasi Menyusu Dini dengan benar yang akhirnya diharapkan dapat

meningkatkan cakupan ASI Eksklusif. Langkah-langkah inisiasi menyusu dini yang

dianjurkan adalah segera setelah lahir, hendaknya bayi secepatnya dikeringkan

seperlunya-tanpa menghilangkan vernix (kulit putih) untuk menyamankan si bayi.

Kemudian, bayi ditengkurapkan di dada atau perut ibu dengan kulit bayi melekat
4

pada kulit ibu. Untuk mencegah bayi kedinginan. Bayi dibiarkan tetap dalam posisi

kulitnya bersentuhan dengan kulit ibu sampai proses menyusu pertama selesai.

Setelah selesai menyusu awal, bayi baru dipisahkan untuk ditimbang, diukur, diberi

vitamin K dan tetes mata (Zaman, 2010 : 202-203).

Berdasarkan paparan masalah di atas menjadikan peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang “Gambaran pengetahuan ibu bersalin tentang inisiasi

menyusu dini di BPS Aliyah AMd. Keb. Desa Kemamang Kecamatan Balen

Kabupaten Bojonegoro Tahun 2013”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

rumusan masalah yang dapat diambil yaitu :

Bagaimanakah pengetahuan ibu bersalin tentang inisiasi menyusu dini di BPS

Aliyah AMd. Keb. Desa Kemamang Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro

Tahun 2013 ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan

ibu bersalin tentang inisiasi menyusu dini di BPS Aliyah AMd. Keb. Desa

Kemamang Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro Tahun 2013.


5

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Pendidikan Kebidanan

Sebagai salah satu wujud praktek pelayanan kebidanan pada masyarakat

dalam bidang kesehatan ibu dan anak dan menjadi bahan masukan untuk

penelitian selanjutnya khususnya yang berhubungan dengan pengetahuan ibu

bersalin tentang inisiasi menyusu dini.

2. Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan (Bidan)

Hasil penelitian ini dapat menjadikan bahan masukan bagi Bidan dalam

upaya perencanaan dan pelaksanaan program ASI Eksklusif yaitu dengan

meningkatkan keberhasilan program Inisiasi menyusu dini.

3. Bagi peneliti

Sebagai pembelajaran dan pengalaman dalam melakukan penelitian yang

terkait dengan masalah kesehatan ibu dan anak serta media pengembangan

kompetensi diri sesuai dengan keilmuan yang diperoleh selama perkuliahan

dalam meneliti masalah yang berkaitan dengan inisiasi menyusu dini.


6

4. Bagi Responden

Dapat meningkatkan pengetahuan ibu dalam praktek inisiasi menyusu dini

sehingga keberhasilan pemberian ASI khususnya dalam pelaksanaan Inisiasi

menyusu dini dapat ditingkatkan.


7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Pengetahuan

2.1.1 Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi

melalui panca indera manusia, yakni : indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour)

(Notoatmodjo S, 2010 : 1).

2.1.2 Cara Memperoleh Pengetahuan

Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua

(Notoatmodjo S, 2010 : 10-16), yakni :

1. Cara tradisional atau non ilmiah

Cara ini dipakai untuk memperoleh kebenaran pengetahuan,

sebelum diketemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara

sistemik dan logis.

7
8

Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain

meliputi :

1) Cara coba salah (trial and error)

Merupakan cara yang paling tradisional yang pernah digunakan

manusia. Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan

kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila

kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain.

Apabila kemungkinan kedua gagal pula, maka dicoba kembali

kemungkinan ketiga dan seterusnya sampai masalah tersebut dapat

dipecahkan.

2) Secara Kebetulan

Merupakan penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena

tidak disengaja.

3) Cara kekuasaan atau otoritas

Prinsip ini adalah orang lain menerima pendapat yang dikemukakan

oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dahulu menguji

dan membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris

ataupun berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan karena

orang yang menerima pendapat tersebut menganggap bahwa apa

yang dikemukakannya adalah sudah benar.


9

4) Berdasarkan pengalaman pribadi

Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang

diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada

masa yang lalu.Apabila dengan cara yang digunakan tersebut orang

dapat memecahkan masalah yang dihadapi, maka untuk

memecahkan masalah yang lain yang sama, orang dapat pula

menggunakan cara tersebut.Tetapi bila gagal maka cara itu tidak

akan di ulangi lagi dan berusaha untuk mencari cara yang lain,

sehingga dapat berhasil memecahkannya.

5) Cara akal sehat (Common Sense)

Merupakan cara bahwa hukuman merupakan metode ( meskipun

bukan yang paling baik) bagi pendidikan anak. Pemberian hadiah

dan hukuman (reward and punishment) merupakan cara yang masih

dianut oleh banyak orang untuk mendisiplinkan anak dalam konteks

pendidikan.

6) Kebenaran melalui wahyu

Adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari Tuhan melalui para

Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan diyakini oleh pengikut-

pengikut agama yang bersangkutan, terlepas dari kebenaran tersebut

rasional atau tidak.


10

7) Kebenaran secara Intuitif

Merupakan kebenaran yang diperoleh manusia secara cepat melalui

proses penalaran atau berpikir. Kebenaran ini diperoleh seseorang

hanya berdasarkan intuisi atau suara hati atau bisikan hati saja.

8) Melalui jalan pikiran

Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia menggunakan

jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi.

9) Induksi

Adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan-

pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum.

10) Deduksi

Merupakan pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan

umum ke khusus.

2. Cara modern (Cara ilmiah)

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini

lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut “metode penelitian

ilmiah”, atau lebih populer disebut metodologi penelitian (Notoatmodjo

S, 2010 : 18).
11

2.1.3 Tingkat pengetahuan

Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6

tingkat yaitu (Notoatmodjo S, 2007 : 144-146) :

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu

”tahu” ini adalah merupakan kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu

tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi

tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau

materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.


12

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi

disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,

metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu

struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja

dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,

mengelompokkan dan sebagainya.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya : dapat

menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat

menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan yang

telah ada.
13

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-

penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek

penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita

ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat

tersebut diatas (Notoatmojdo S, 2007 : 144 - 146).

Menurut Nursalam (2009 : 120), pengetahuan dikategorikan dengan

kriteria :

1) Pengetahuan baik bila nilai prosentasenya 76%–100%

2) Pengetahuan cukup bila prosentasenya 56%–75%

3) Pengetahuan kurang bila prosentasenya < 56%

2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan diantaranya adalah

sebagai berikut :

1. Umur

Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat lahir, sampai

saat berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan

kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari
14

segi kepercayaan masyarakat, seorang yang lebih dewasa akan lebih

dipercaya daripada orang yang belum cukup dewasa (Notoatmodjo S, 2011

: 21).

Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2011) bahwa pengetahuan

dipengaruhi oleh umur, dimana semakin cukup umur tingkat kematangan

dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.

Dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih dewasa akan

lebih dipercaya dari orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya.

Menurut Elizabeth B. Hurlock (2005) usia adalah umur individu

yang terhitung mulai saat lahir, sampai saat berulang tahun.

Pembagian umur dewasa dibagi menjadi 3 yaitu masa dewasa dini

(18-40 tahun), masa dewasa madya (40-60 tahun) dan masa dewasa lanjut

(lebih dari 60 tahun). Pada masa dewasa ini terjadi perubahan fisik dan

psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif. Dan

pada masa dewasa dini tersebut seseorang telah mampu memecahkan

masalah dengan baik (Elizabeth B. Hurlock, 2005).

2. Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya. (Undang-Undang Sistem Pendidikan

Nasional, 2003 : 2).


15

Menurut Undang-Undang RI tahun 2003 jalur pendidikan sekolah

terdiri atas jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan

tinggi. Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan sekolah

menengah pertama (SMP), pendidikan menengah berbentuk sekolah

menengah atas (SMA), sedangkan jenjang pendidikan tinggi berbentuk

program pendidikan Diploma, Sarjana, Magister, Spesialis dan dokter.

Tinggi Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang

terhadap perkembangan orang lain menuju kearah suatu cita-cita tertentu.

Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku

seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap

berperan serta dalam pembangunan kesehatan. Makin tinggi tingkat

pendidikan seseorang maka akan mudah menerima informasi sehingga

makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki (Notoatmodjo S, 2011 :

24).

Macam jalur pendidikan menurut UU pendidikan tahun 2003 terdiri

atas pendidikan formal, non formal dan informal.

1) Pendidikan formal

Pendidikan formal yang kita kenal dengan pendidikan di

sekolah ialah secara teratur, sistematis bertingkat dan dengan

mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat.

Jenjang pendidikan formal ialah :

a. Pendidikan Dasar : SD, MI dan SMP, MTs / Sederajat.

b. Pendidikan Menengah : SMA, MA, SMK / Sederajat.

c. Pendidikan Tinggi : Akademi, Universitas / Sederajat.


16
17

2) Pendidikan non formal

Pendidikan non formal sering disebut pendidikan luar sekolah

ialah pendidikan yang diperoleh seseorang secara teratur, terarah,

disengaja tetapi tidak terlalu mengikuti peraturan ketat. Pendidikan

non formal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan

penekanan pada penguasaan pengetahuan dan ketrampilan fungsional

serta pengembangan sikap dan kepribadian professional.

3) Pendidikan informal

Pendidikan informal ialah pendidikan yang diperoleh dari

keluarga, lingkungan dan pengalaman sehari-hari dengan sadar atau

tidak sadar, sejak seorang lahir sampai mati yang berbentuk kegiatan

belajar secara mandiri. Proses pendidikan ini berlangsung seumur

hidup dan secara wajar. (Sisdiknas, 2009 : 347-348).

3. Pekerjaan

Pekerjaan adalah suatu hal yang harus dilakukan terutama untuk

menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarganya. Bekerja umumnya

merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja akan mempunyai

pengaruh terhadap kehidupan keluarga. Kriteria pekerjaan dapat

dibedakan menjadi buruh/pegawai tidak tidak tetap, swasta, PNS/ABRI,

tidak pekerja atau ibu rumah tangga (Notoatmodjo S, 2011 : 31).


18

Menurut Mirzal Tawi (2008), aktivitas ibu yang bekerja akan

berpengaruh terhadap waktu yang dimiliki ibu untuk memberikan

pelayanan atau kasih sayang terhadap anaknya.

2.2 Konsep Dasar Inisiasi menyusu dini

2.2.1 Pengertian

Inisiasi menyusu dini didefinisikan sebagai proses membiarkan bayi

menyusu sendiri setelah kelahiran (Yuliarti, 2010 : 25).

Inisiasi menyusu dini adalah proses alami bayi untuk menyusu, yaitu

dengan memberi kesempatan pada bayi untuk mencari dan mengisap ASI

sendiri, dalam satu jam pertama pada awal kehidupannya. Hal ini terjadi jika

segera setelah lahir, bayi dibiarkan kontak kulit dengan kulit ibunya. Dengan

menyusu secara baik dan benar maka kematian bayi serta gangguan

perkembangan bayi dapat dihindari (Roesli U, 2012 : 3).

2.2.2 Tatalaksana

Adapun tatalaksana Inisiasi menyusu dini adalah sebagai berikut:

1. Anjurkan kepada suami atau keluarga untuk mendampingi saat

persalinan.

2. Sarankan untuk tidak atau mengurangi penggunaan obat kimiawi saat

persalinan dan mengganti dengan cara non kimiawi, misalnya pijat,

aroma terapi dan gerakan.


19

3. Beri kebebasan pada ibu untuk menentukan cara melahirkan yang

diinginkan, misalnya melahirkan normal, di dalam air atau dengan

jongkok

4. Keringkan secepatnya seluruh badan dan kepala bayi kecuali kedua

tangannya karena adanya lemak (verniks) yang dapat menyamankan kulit

bayi

5. Bayi ditengkurapkan di dada atau perut ibu. Biarkan kulit bayi melekat

dengan kulit ibu. Posisi kontak kulit dengan kulit ini dapat dipertahankan

minimal satu jam atau setelah menyusu awal selesai. Keduanya diselimuti

jika perlu gunakan topi.

6. Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu. Ibu dapat merangsang bayi

dengan sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke puting ibu

7. Mendukung ayah agar membantu ibu untuk mengenali tanda-tanda

perilaku bayi sebelum menyusu dan dapat berlangsung beberapa menit

atau satu jam, bahkan lebih. Dukungan ayah akan meningkatkan rasa

percaya diri ibu. Biarkan bayi dalam posisi sentuhan kulit dengan kulit

ibunya setidaknya selama satu jam, walaupun ia telah berhasil menyusu

pertama sebelum satu jam. Jika belum menemukan puting payudara

ibunya dalam satu jam, biarkan kulit ibu tetap bersentuhan dengan kulit

bayinya sampai berhasil menyusu pertama.


20

8. Berikan kesempatan kontak kulit dengan kulit pada ibu yang melahirkan

dengan tindakan, misalnya operasi caesar.

9. Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang dan diukur setelah satu jam

atau menyusui awal selesai

10. Rawat gabung, ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar selama 24 jam dan

tidak dipisahkan tetap selalu dalam jangkauan ibu (Aprillia, 2010 : 135).

2.2.3 Tahapan dalam Inisiasi menyusu dini

Tahapan atau langkah-langkah dalam proses inisiasi menyusu dini :

1. Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain kering.

2. Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya kecuali kedua

tangannya.

3. Tali pusat dipotong, lalu diikat

4. Vernix (zat lemak putih) yang melekat di tubuh bayi sebaiknya tidak

dibersihkan karena zat ini membuat nyaman kulit bayi.

5. Tanpa dibedong, bayi langsung ditengkurapkan di dada atau perut ibu

dengna kontak kulit bayi dan kulit ibu, ibu dan bayi diselimuti bersama-

sama. Jika perlu, bayi diberi topi untuk mengurangi pengeluaran panas

dari kepalanya (Roesli U, 2012 : 9-10).


21

2.2.4 Manfaat Inisiasi menyusu dini

1. Untuk bayi

1) Menurunkan angka kematian bayi karena hipotermia.

2) Menghangatkan bayi melalui dada ibu dengan suhu yang tepat

3) Bayi mendapatkan kolostrum yang kaya akan antibodi, penting untuk

pertumbuhan usus dan ketahanan terhadap infeksi.

4) Bayi dapat menjilat kulit ibu dan menelan bakteri yang aman. Bakteri

ini lalu berkoloni di usus bayi dan menyaingi bakteri patogen.

5) Menyebabkan kadar glukosa darah bayi menjadi lebih baik pada

beberapa jam setelah kelahiran.

6) Pengeluaran mekonium (kotoran bayi) lebih dini, sehingga terjadi

penurunan intensitas ikterus (kuning) pada bayi baru lahir.

2. Untuk ibu

1) Ibu dan bayi menjadi lebih tenang

2) Jalinan kasih sayang antara ibu dan bayi lebih baik sebab bayi siaga

dalam 1-2 jam pertama.

3) Sentuhan, jilatan, usapan pada puting susu ibu akan merangsang

pengeluaran hormon oksitosin.

4) Membantu menghentikan kontraksi rahim, mengurangi risiko

perdarahan dan mempercepat pelepasan plasenta.

(Aprillia, 2010 : 134).


22

2.2.5 Penghambat Inisiasi menyusu dini

Berikut ini beberapa pendapat yang menghambat terjadinya kontak

kulit ibu dengan kulit bayi :

1. Bayi kedinginan

Bayi kedinginan tetapi bisa diatasi karena bayi berada dalam suhu yang

aman jika melakukan kontak kulit dengan ibu. Menakjubkan suhu

payudara ibu meningkat 0,5 derajat dalam dua menit jika bayi diletakkan

di dada ibu.

2. Setelah melahirkan, ibu terlalu lelah untuk segera menyusui bayinya.

Seorang ibu jarang terlalu lelah untuk memeluk bayinya segera setelah

lahir. Keluarnya oksitoksin saat kontak kulit ke kulit serta saat bayi

menyusu dini membantu menenangkan ibu.

3. Tenaga kesehatan kurang tersedia, tetapi bisa diatasi karena saat bayi di

dada ibu, penolong persalinan dapat melanjutkan tugasnya kembali

karena bayi dapat menemukan sendiri payudara ibu. Libatkan ayah atau

keluarga terdekat untuk menjaga bayi sambil memberikan dukungan pada

ibu.

4. Kamar bersalin atau kamar operasi sibuk, tetapi bisa diatasi karena

dengan bayi di dada ibu. Ibu dapat dipindahkan ke ruang pulih atau

kamar perawatan. Beri kesempatan kepada bayi untuk meneruskan

usahanya mencari payudara dan menyusu dini.


23

5. Ibu harus dijahit, tetapi bisa diatasi karena kegiatan merangkak mencari

payudara ibu terjadi di area payudara. Yang dijahit adalah bagian bawah

ibu

6. Suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit gonore

(gonorrhea) harus segera setelah lahir. Menurut American College Of

Obstetric And Gynecology And Academy Breast Feeding Medicine

(2007), tindakan pencegahan ini dapat ditunda setidaknya selama satu

jam sampai menyusu sendiri tanpa membahayakan bayi.

7. Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang, dan diukur.

Menunda memandikan bayi berarti menghindarkan hilangnya panas pada

tubuh bayi. Selain itu, kesempatan verniks (lapisan lemak pada kulit luar

bayi saat lahir) meresap, melunakkan dan melindungi kulit bayi lebih

besar. Bayi dapat dikeringkan segera setelah lahir. Peningkatan dan

pengukuran dapat ditunda sampai menyusu awal selesai.

8. Bayi kurang siaga, tetapi bisa diatasi justru pada 1–2 jam pertama

kelahirannya, bayi sangat siaga, setelah itu bayi tidur dalam waktu yang

lama. Jika bayi mengantuk akibat obat yang diasup ibu, kontak kulit akan

lebih penting lagi karena bayi memerlukan bantuan lebih untuk bonding

(jalinan kasih sayang antara ibu dan bayi)

9. Kolostrum tidak keluar atau jumlah kolostrum tidak memadai sehingga

diperlukan cairan lain. Kolostrum cukup dijadikan makanan pertama


24

bayi baru lahir. Bayi dilahirkan dengan membawa bekal air dan gula yang

dapat dipakai pada saat itu.

10. Kolostrum tidak baik, bahkan berbahaya untuk bayi. Kolostrum sangat

diperlukan untuk tumbuh kembang bayi. Selain sebagai imunisasi

pertama dan mengurangi kuning pada bayi baru lahir, kolostrum

melindungi dan mematangkan dinding usus yang masih muda (Kezia,

2008)

2.2.6 Faktor yang mempengaruhi Pelaksanaan Inisiasi menyusu dini dan ASI

Eksklusif

1. Kebijakan instansi pelayanan kesehatan tentang Inisiasi menyusu dini dan

ASI Eksklusif

2. Pengetahuan, motivasi dan sikap tenaga penolong persalinan

3. Gencarnya promosi susu formula. Hal ini mengurangi pelaksanaan

Inisiasi menyusu dini dan ASI eksklusif.

4. Dukungan anggota keluarga

(Aprillia, 2010 : 138).

2.3 Konsep Persalinan Normal

2.3.1 Pengertian

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri)

yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir

atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).

Persalinan normal adalah proses lahirnya janin dengan tenaga ibu


25

sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang pada

umumnya berlangsung kurang dari 24 jam. (Ujiningtyas, 2009 : 1).

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang

terjadi pada kehamilan cukup bulan, lahir spontan dengan presentasi

belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada

ibu maupun pada janin (Abdul Bari Saifuddin, 2006 : 100).

2.3.2 Teori proses terjadinya persalinan

Penyebab terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti,

sehingga timbul beberapa teori yang menyatakan kemungkinan proses

persalinan :

1. Teori Penurunan Hormon

Beberapa hari sebelurn partus terjadi penurunan kadar hormon

estrogen dan progesterone, sehingga otot rahim sensitif terhadap

oksitosin. Penurunan kadar progesteron pada tingkat tertentu

menyebabkan otot rahim mulai kontraksi.

2. Teori Keregangan

Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas

tertentu. Apabila batas tersebut telah terlewati, maka akan terjadi

kontraksi, sehingga persalinan dapat dimulai.


26

3. Teori Plasenta menjadi Tua

Plasenta yang semakin tua seiring dengan bertambahnya usia

kehamilan akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron,

sehingga pembuluh darah mengalami kekejangan dan timbul kontraksi

rahim.

4. Teori Iritasi Mekanik

Di belakang serviks terletak ganglion servikale/fleksus Fran

Kenhauser, Bila ganglion ini digeser dan ditekan atau tertekan kepala

janin, maka akan muncul kontraksi rahim.

5. Teori Oksitosin Internal

Menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan

mengakibatkan aktivitas oksitosin meningkat dan kontraksi Braxton hicks

sering terjadi, sehingga persalinan dapat dimulai.

6. Teori Prostaglandin

Prostaglandin yang dikeluarkan oleh decidua konsentrasinya

meningkat sejak usia kehamilan 15 minggu. Prostaglandin dianggap

sebagai pemicu terjadinya persalinan, pemberian prostaglandin saat hamil

dapat rnenimbulkan kontraksi otot Rahim (Ujiningtyas, 2009 : 4-6).


27

2.3.3 Tanda dan gejala persalinan

1. Tanda dan gejala permulaan persalinan

Sebelum terjadi persalinan yang sebenarnya. beberapa minggu

sebelum wanita memasuki tanggal perkiraan kelahiran yang disebut

kala pendahuluan (preparatory stage of labor) dengan tanda sebagai

berikut :

1) Lightening atau settling atau dropping. yaitu kepala turun

memasuki pintu atas panggul. Pada primigravida terjadi

menjelang minggu ke-36. Lightening disebabkan oleh :

a. Kontraksi Braxton hicks;

b. Ketegangan dinding perut;

c. Ketegangan ligamentum rotundum;

d. Gaya berat janin.

Saat kepala masuk pintu atas panggul, ibu akan merasakan rasa

sesak pada perut bagian atas berkurang dan pada bagian bawah

terasa sesak.

2) Perut kelihatan lebih melebar dan fundus uteri turun.

3) Sering miksi atau sulit berkemih.

4) Sakit di pinggang dan di perut.

5) Serviks mulai lembek dan mendatar.


28

Pada multipara gambaran ini kurang jelas, karena kepala janin

baru masuk pintu atas panggul menjelang persalinan.

6) Terjadinya his permulaan atau his palsu. Sifat dari his palsu

adalah:

a. Rasa nyeri ringan di bagian bawah

b. Datangnya tidak teratur

c. Durasi pendek

d. Tidak bertambah dengan beraktivitas

e. Tidak ada perubahan pada serviks

2. Tanda-tanda persalinan inpartu adalah sebagai berikut :

1) Terjadi his persalinan, dengan karakteristik :

a. Pinggang terasa sakit yang menjalar ke depan,

b. Sifat sakitnya teratur, interval makin pendek, dan kekuatannya

makin besar,

c. Berpengaruh terhadap perubahan serviks,

d. Dengan beraktivitas kekuatan makin bertambah.

2) Pengeluaran lendir bercampur darah.

3) Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.

4) Hasil pemeriksaan dalam (PD) menunjukkan terjadinya

perlunakan, pendataran, dan pembukaan serviks.


29

Karakteristik kontraksi uterus atau his yang perlu diperhatikan adalah

kekuatan kontraksi/intensitas, frekuensi, dan durasi. Tiap kontraksi

uterus terdiri atas tiga fase sebagai berikut :

1) Increment yaitu ketika intensitas atau kekuatan kontraksi

terbentuk.

2) Acme, yaitu puncak maksirnum dari kontraksi.

3) Decrement, yaitu ketika otot uterus mulai kontraksi

Durasi kontraksi uterus diukur dan awal increment sampai akhir

decrement. Frekuensi dihitung dari awal increment satu kontraksi

sampai awal increment berikutnya (Ujiningtyas, 2009 : 2-4).

2.3.4 Faktor-faktor yang berperan dalam persalinan

Ada beberapa faktor yang berperan yang berperan dalam

persalinan :

1. Kekuatan Mendorong Janin Keluar (Power)

1) His (kontraksi uterus).

2) Kontraksi otot dinding perut.

3) Kontraksi diafragma pelvis.

4) Ketegangan dan kontraksi ligamentum rotundum.

5) Efektivitas kekuatan mendorong.

6) Lama persalinan.
30

2. Janin (Passanger)

1) Letak janin.

2) Posisi janin.

3) Presentasi janin.

4) Letak plasenta.

3. Jalan Lintas (Passage)

1) Ukuran dan tipe panggul.

2) Kemampuan serviks untuk membuka.

3) Kemampuan kanalis vaginalis dan introitus vagina untuk

memanjang.

4. Kejiwaan (Psyche)

1) Persiapan fisik untuk melahirkan.

2) Pengalaman persalinan.

3) Dukungan orang terdekat.

4) Intregitas emosional

(Ujiningtyas, 2009 : 6).

2.3.5 Periode Persalinan (4 Fase/Kala)

1. Kala I

Observasi pada kala I sangat penting dilakukan untuk mengetahui

kekuatan his (kontraksi) rahim, pembukaan, dan denyut jantung janin,

bila mungkin dengan memperdengarkannya pada ibu.


31

2. Kala II

Pada kala ini ibu bersalin harus tetap ditemani oleh karena setiap saat

terancam oleh keadaan gawat yang memerlukan pertolongan.

Pengawasan persalinan kala II diperlukan observasi yang ketat dari

terutama kerja sama antara ibu bersalin dan penolongnya.

3. Kala III

Pertolongan kala III merupakan masalah berat, karena bahaya

perdarahan selalu mengancam. Kala ketiga berlangsung sekitar 10-15

menit, tetapi tetap merupakan bahaya yang perlu diperhatikan.

4. Kala IV

Kala ini berlangsung mulai dari lahirnya plasenta dan lamanya 2 jam.

Pada saat ini diamati apakah terjadi perdarahan pasca-rnelahirkan.

(Ida Ayu Candra Manuaba, 2009 : 143).

2.3.6 Proses Persalinan Normal

1. Kala I atau kala pembukaan.

Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus

yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya), hingga

serviks membuka lengkap (10 cm) (Asuhan Persalinan normal, 2007 :

38).
32

Proses membukanya serviks sebagai akibat his dibagi dalam dua fase

1) Fase laten : berlangsung selama 8 jam, pembukaan terjadi sangat

lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.

2) Fase aktif : berlangsung selama 6 jam, dan dibagi menjadi dalam

3 fase, yaitu :

a. Fase akselerasi : dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi

4 cm.

b. Fase dilatasi maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan

berlangsung sangat cepat dari 4 cm menjadi 9 cm.

c. Fase deselerasi : pembukaan menjadi lambat kembali dalam

waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.

Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada

multigravida terjadi demikian akan tetapi fase laten, fase aktif dan

fase deselerasi terjadi lebih pendek (Hanifa Wiknjosastro, 2002 :

182).

2. Kala II atau kala pengeluaran.

Gejala utama kala II adalah :

1) His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit dengan durasi

sampai 50 sampai 100 detik.


33

2) Menjelang akhir kala I ketuban pecah yang ditandai dengan

pengeluaran cairan secara mendadak.

3) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti

keinginan mengejan, kaarena tertekannya fleksus frankenhouser.

4) Kedua kekuatan, his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi

sehingga terjadi :

a. Kepala membuka pintu.

b. Sub occiput bertindak sebagai hipomoglion berturut-turut lahir

ubun-ubun besar, dahi, hidung dan muka dan kepala

seluruhnya.

5) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar, yaitu

penyesuaian kepala pada punggung.

6) Setelah putar paksi luar berlangsung, kemudian melahirkan

bahu janin. Letakkan tangan pada sisi kiri dan kanan kepala

bayi, minta ibu meneran sambil menekan kepala kearah bawah

dan lateral tubuh bayi hingga bahu depan melewati sympisis.

Setelah bahu depan lahir gerakkan kepala ke atas dan lateral

tubuh bayi sehingga bahu bawah dan seluruh dada dapat

dilahirkan. Saat bahu porterior lahir geser tangan bawah

(posterior) ke arah perineum dan sanggah bahu dan lengan atas

bayi pada tangan tersebut. Tangan bawah (posterior) menopang


34

samping lateral tubuh bayi saat lahir, secara simultan tangan atas

(anterior) untuk menelusuri dan memegang bahu, siku dan lengan

bagian arterior, lanjutkan penelusuran dan memegang tubuh bayi

ke bagian punggung, bokong dan kaki. Dari arah belakang,

sisipkan jari telunjuk tangan atas diantara kedua kaki bayi yang

kemudian dipegang dengan ibu jari dan ketiga jari lainnya

(Asuhan Persalinan Normal, 2007 : 88).

3. Kala III atau kala uri.

Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai 10

menit. Dengan lahirnya bayi sudah mulai pelepasan plasenta pada

lapisan Nitabusch, karena sifat retraksi otot rahim.

Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan

memperhatikan tanda-tanda di bawah ini :

1) Uterus menjadi bundar.

2) Uterus terdorong ke atas, karena plasenta dilepas ke segmen

bawah rahim.

3) Tali pusat bertambah panjang.

4) Terjadi pendarahan.

Manajemen aktif kala III terdiri dari 3 langkah utama :

1) Pemberian suntikan oksitosin dalam satu menit pertama setelah

bayi lahir.
35

2) Melakukan penegangan tali pusat terkendali.

3) Masase fundus uteri (Asuhan Persalinan Normal, 2007 : 125).

4. Kala IV atau dua jam setelah plasenta lahir lengkap.

Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena

perdarahan post partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama.

Observasi yang dilakukan:

1) Tingkat kesadaran penderita.

2) Pemeriksaan tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi dan

pernafasan.

3) Kontraksi uterus.

4) Terjadinya perdarahan (Manuaba, 2007 : 307).


36

2.4 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan gambaran atau arahan asumsi mengenai

variabel-variabel yang akan diteliti, atau memiliki arti hasil sebuah sintesis dari

proses berpikir deduktif maupun induktif, dengan kemampuan kreatif dan inovatif

diakhiri konsep atau ide baru (Hidayat, 2010 : 22).

gambaran pengetahuan ibu bersalin tentang inisiasi menyusu


dini di BPS Aliyah AMd. Keb. Desa Kemamang
Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro Tahun 2013

Pengetahuan ibu bersalin


Faktor yang tentang Inisiasi Menyusu Dini
mempengaruhi (IMD) :
pengetahuan : 1. Pengertian
1. Umur 2. Tatalaksana
2. Pendidikan 3. Manfaat
3. Pekerjaan 4. Faktor penghambat

Baik Cukup Kurang

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak diteliti

Gambar 2.1 Kerangka konseptual gambaran pengetahuan ibu bersalin tentang inisiasi
menyusu dini di BPS Aliyah AMd. Keb. Desa Kemamang Kecamatan
Balen Kabupaten Bojonegoro Tahun 2013.

Anda mungkin juga menyukai