Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

Kesehatan jiwa merupakan hal penting yang sangat mempengaruhi

produktivitas dan kualitas kesehatan seseorang. Berdasarkan penelitian Prasetyo

(2013), didapatkan hubungan yang bermakna antara asupan protein dengan status

gizi pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Dr Radjiman Wediodiningrat

Lawang Kabupaten Malang. Asupan protein yang cukup diperlukan oleh tubuh

untuk membangun sel-sel yang rusak, membentuk zat-zat pengatur seperti enzim

dan hormon serta dalam pembentuk zat antibodi. Kebutuhan protein khusus

pasien gangguan jiwa belum ada literatur yang menjelaskan lebih spesifik. 1

Orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) kasusnya semakin meningkat dari

tahun ke tahun seiring dengan perubahan pola kehidupan saat ini. World Health

Organization (WHO) tahun 2012 menunjukkan terdapat 450 juta orang di dunia

menderita gangguan jiwa. Lebih dari 150 juta orang mengalami depresi, 25 juta

orang menderita skizofrenia, lebih dari 90 juta orang pengguna alkohol (NAPZA)

dan 1 juta orang bunuh diri tiap tahun. Dipekirakan 2-3% dari jumlah penduduk

Indonesia menderita gangguan jiwa berat dan memerlukan perawatan di rumah

sakit. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013 terdapat 1.728 orang mengalami

gangguan jiwa berat. 1,2

Mariati, et al (2015) mengungkapkan bahwa orang dengan tingkat

depresinya berat akan memiliki peluang 10 kali lebih besar mengalami status gizi

kurang dibandingkan dengan pasien yang tingkat depresinya sedang. Hal ini

sejalan dengan hasil penelitian Anggraini (2014) yang didapatkan bahwa depresi

memiliki hubungan yang bermakna secara statistik dengan status gizi. Pada

1
keadaan depresi, seseorang cenderung lupa akan pemenuhan kebutuhan dasar

seperti kebutuhan akan makanan, kebersihan dan istirahat. Konsumsi makanan

berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik terjadi apabila tubuh

memperoleh cukup zat gizi yang perlu digunakan untuk pertumbuhan fisik,

perkembangan otak, kemampuan kerja, dan kesehatan secara umum. Status gizi

kurang terjadi apabila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat gizi. 1

Kekurangan nutrisi tertentu dalam diet, berkontribusi terhadap terjadinya

gangguan mental. Depresi secara tipikal berbasis biokimia atau berakar pada

masalah emosional. Sebaliknya, nutrisi dapat memainkan peran kunci dalam onset

serta keparahan Depresi. Kekurangan gizi yang paling umum terjadi pada pasien

gangguan mental adalah kekurangan asam lemak omega-3, vitamin B, mineral,

dan asam amino yang merupakan prekursor untuk neurotransmitter. Terdapat

disiplin ilmu baru yang disebut Nutritional Neuroscience, dimana disiplin ilmu ini

memberikan pencerahan pada kenyataan bahwa faktor nutrisi terkait dengan

kognisi, perilaku dan emosi manusia. 3

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diet (Zat gizi)

Makanan yang memenuhi kebutuhan zat gizi tubuh umumnya membawa

ke arah status gizi yang baik. Faktor yang mempengaruhi status gizi seseorang

terbagi dua yaitu secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung misalnya

tingkat konsumsi individu dan penyakit infeksi yang diderita, sedangkan secara

tidak langsung adalah karena faktor ketahanan pangan dalam keluarga, pola asuh

anak, akses atau keterjangkauan anak dan keluarga terhadap air bersih dan

pelayanan kesehatan yang baik.
 Setiap individu memiliki kebutuhan zat gizi

yang berbeda-beda, tergantung dari umur jenis kelamin, berat badan, dan tinggi

badan. Karena itu maka diciptakan suatu ukuran minimal yang dibutuhkan untuk

setiap individu, yaitu Angka Kecukupan Gizi (AKG). 4,5

Tabel 1. Kebutuhan konsumsi gizi

Makanan beragam adalah apabila dalam sehari mengonsumsi makanan

yang mengandung karbohidrat, sumber protein hewani dan nabati, sayuran, buah

dan minuman. Disarankan energi yang harus dikonsumsi adalah 2.800 kalori yang

3
dapat diperoleh dari karbohidrat, protein dan lemak. Prinsip dasar “Gizi

Seimbang” adalah mengandung cukup karbohidrat, lemak, protein, vitamin,

mineral, air dan serat: 4,5,6

1. Karbohidrat


Peran utama karbohidrat di dalam tubuh adalah menyediakan glukosa bagi

sel tubuh. Setelah memasuki sel, enzim akan memecahnya menjadi

bagian-bagian kecil yang pada akhirnya akan menghasilkan energi,

karbondioksida, dan air.

2. Lemak


Lemak adalah garam yang terbentuk dari penyatuan asam lemak dengan

alkohol organik yang disebut dengan gliserol atau gliserin. Dalam tubuh

lemak bermanfaat sebagai sumber energy (1 gr lemak = 9 kalori),

melarutkan vitamin sehingga dapat diserap oleh usus, memperlama rasa

kenyang. 


3. Protein


Protein merupakan senyawa kimia yang mengandung asam amino yang

tersusun dari atom C, H, O dan N. Protein dianggap sebagai makanan

paling penting dan memiliki khasiat istimewa. Protein sendiri dibangun

oleh asam amino. Terdapat 20 jenis asam amino yang bisa dikombinasikan

untuk membentuk berbagai jenis protein yang akan digunakan untuk

membangun seluruh struktur tubuh. Dari 20 asam amino dibagi lagi

menjadi 11 asam amino esensial dan 9 asam amino non esensial. Asam

4
amino esensial adalah asam amino yang dihasilkan di dalam tubuh.

Sedangkan asam amino nonesensial tidak bisa dihasilkan oleh tubuh

sehingga harus didapatkan dari makanan yang dikonsumsi, baik itu hewani

atau nabatti.

4. Vitamin

Vitamin adalah senyawa organik yang diperlukan oleh tubuh dalam

jumlah sedikit untuk mengatur fungsi tubuh spesifik seperti pertumbuhan

normal, memelihara kesehatan, dan reproduksi. Vitamin tidak dapat

dihasilkan oleh tubuh, sehingga dihasilkan oleh bahan makanan. Vitamin

bekerja sebagai biokatalisator, yaitu berperan untuk memperlancar reaksi-

reaksi dalam tubuh (vitamin B6 membantu pemecahan asam amino

menjadi glikogen). Selain itu vitamin berperan sebagai anti oksidan

(vitamin A, C, dan E), yakni zat untuk menghindarkan terjadinya radikal

bebas.

5. Mineral


Mineral adalah zat organik yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah kecil

untuk membantu reaksi fungsional tubuh, misalnya untuk memelihara

keteraturan metabolisme. Kurang lebih 4% berat tubuh manusia terdiri dari

mineral.
 Secara umum mineral berfungsi sebagai penyedia bahan

komponen penyusun tulang dan gigi, membantu fungsi organ, memelihara

irama jantung, kontraksi otot, konduksi saraf dan keseimbangan asam

basa, serta memelihara keteraturan metabolisme seluler.

6. Air


5
Air merupakan komponen terbesar dalam struktural tubuh manusia.

Kurang lebih 60-70% berat badan orang dewasa berupa air sehingga air

sangat diperlukan oleh tubuh.
 Sebagi komponen terbesar, air memiliki

manfaat yang sangat penting, yaitu sebagai media transportasi zat gizi,

membuang sisa-sisa metabolisme, mengatur suhu, serta mempertahankan

keseimbangan volume darah. 


Status gizi adalah keadaan tubuh yang dihasilkan dari konsumsi makanan

dan juga penggunaan zat-zat gizi yang diperlukan oleh tubuh untuk menghasilkan

energi, membangun, dan memelihara jaringan tubuh. Status gizi penting karena

merupakan salah satu faktor untuk mencegah resiko yang berhubungan dengan

kesehatan, yang dapat berakibat terjadinya suatu penyakit atau bahkan dapat

berujung pada kematian. 5,6

Berat badan kurang ataupun lebih, memiliki risiko tinggi terhadap

penyakit misalnya untuk kategori kurus risiko penyakit yang dialami anatara lain

yaitu penyakit infeksi, anemia. Sedangkan untuk kategori gemuk (obesitas) risiko

penyakit yang dialami antara lain adalah penyakit jantung, diabetes melitus,

hipertensi, gangguan sendi dan tulang, gangguan ginjal. 5

2.2 Tata Laksana Gizi Pada Gangguan Jiwa

Penelitian Gumala (2011) mendapatkan hasil bahwa terdapat korelasi yang

bermakna antara asupan energi dengan status gizi. Asupan energi yang kurang

dapat mengakibatkan status gizi kurang. Kurangnya asupan energi dapat

melemahkan sistem kekebalan tubuh. Energi dan protein dibutuhkan agar sistem

6
kekebalan tubuh berfungsi dengan baik. Dalam menentukan jumlah protein yang

direkomendasikan Gumala (2011) lebih mengacu pada prinsip energi tinggi

protein tinggi I (ETPT I) yaitu energi 2800 kalori dan protein 100 gram (2 gr/kg

BB). 1

Hubungan psikologis dengan pencernaan adalah keadaan emosi orang

yang makan dapat mempengaruhi cepat atau lambatnya pengosongan perut, sebab

emosi dapat merubah laju gerak peristaltik. MNA-T1 juga dapat digunakan

memprediksi malnutrisi pada tiga subtipe dari gangguan jiwa (skizofrenia, depresi

berat dan gangguan bipolar). 2,4

2.2.1 Skizofrenia

Skizofrenia adalah masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia yang

paling banyak menimbulkan beban personal dan ekonomi. Skizofrenia diderita

kurang lebih 1% populasi dunia. Skizofrenia merupakan salah satu gangguan

psikotik yang bermanifestasi luas, mencakup gangguan perhatian persepsi,

pikiran, perasaan, tingkah laku yang dapat mempengaruhi gangguan fungsi

kognitif dan gangguan integrasi psiko sosialnya. 7,8

Masalah yang sering ditemukan pada penderita skizofrenia adalah adanya

ketidaknormalan pada proses metabolisme dan terjadi peningkatan oksidasi

nikotin. Banyak teori yang menganggap bahwa skizofernia disebabkan oleh

gangguan meta-bolisme karena penderita skizofrenia tampak pucat dan tidak

sehat, nafsu makan berkurang dan berat badan turun. Bagi penderita skizofrenia

kurangnya asupan energi dan protein serta kehilangan motivasi dapat

menyebabkan individu mengabaikan kesejahteraan fisik mereka. 8

7
Pengetahuan tentang skizofrenia masih sangat kurang, sehingga

berdampak pada penanganannya. Banyak keluarga atau care giver, yang masih

belum memahami efek samping dan cara kerja dari obat-obat tersebut. Salah satu

yang sering terjadi pada penderita skizofrenia adalah peningkatan berat badan

sehingga menjadi faktor risiko obesitas. Terdapat 80% pasien yang bertambah

berat badan selama penggunaan antipsikotik dan lebih kurang 30% nya

berkembang menjadi obesitas. 7

Beberapa literature sebelumnya telah menyimpulkan bahwa antipsikotik

atipikal dibandingkan dengan antipsikotik tipikal, dapat menyebabkan

peningkatan berat badan. Jenis obat antipsikotik atipikal yang paling berpengaruh

dengan peningkatan berat badan adalah Olanzapin. Hal ini terjadi karena efek obat

yakni peningkatan nafsu makan. Meskipun beberapa penelitian menemukan dosis

yang menentukan peningkatan berat badan akibat penggunaan olanzapin, namun

belum ada literature yang menetapkan dosis tersebut secara pasti. 7

Terkait dengan kebutuhan asupan makanan untuk penderita skizofrenia,

telah ditetapkan pengaturan diet dan penyusunan menu makanan untuk pasien

gangguan jiwa dan neurologi, yang disesuaikan dengan individu pasien dan

penyakit yang diderita. Departemen Kesehatan telah menetapkan peraturan

pemberian makanan untuk pende-rita gangguan jiwa dengan diet tinggi kalori

tinggi protein dengan total jumlah yang harus diasup adalah 2.500 kkal. 8

2.2.2 Gangguan Kognitif

Dengan bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami penurunan

akibat proses penuaan sehingga penyakit tidak menular banyak muncul pada

8
lanjut usia. Salah satu masalah utama yang berhubungan dengan penyakit saraf

pada lanjut usia adalah penurunan fungsi kognitif. Gangguan memori, perubahan

persepsi, masalah dalam berkomunikasi, penurunan fokus dan atensi, hambatan

dalam melaksanakan tugasan harian adalah gejala dari gangguan kognitif.

Penurunan fungsi kognitif memiliki beberapa faktor risiko, diantaranya adalah

usia, gender, ras, genetik, tekanan darah, payah jantung, aritmia jantung, diabetes

melitus, kadar kolesterol, fungsi tiroid, alkohol, merokok, trauma, obesitas, dan

ketidakseimbangan nutrisi baik makronutrien dan mikronutrien. 9

Pengelompokkan tingkat gangguan fungsi kognitif dapat dibagi menjadi

beberapa kategori. Berdasarkan tingkat keparahannya, gangguan fungsi dapat

dibagi 3 yaitu : a) tidak ada gangguan fungsi kognitif, b) gangguan kognitif

ringan, dan c) gangguan kognitif berat. Pemeriksaan status mini mental (mini

mental state examination/ MMSE) merupakan suatu tes pemeriksaan sederhana

penapisan yang valid terhadap gangguan fungsi kognitif. 10

Pertambahan usia menyebabkan perubahan komposisi tubuh berupa terjadi

peningkatan massa lemak, penurunan massa bebas lemak dan penurunan massa

tulang. Secara epidemiologi perubahan komposisi tubuh, khususnya peningkatan

proporsi dan distribusi lemak tubuh, akan menyebabkan peningkatan akumulasi

lemak sentral di abdomen yang mengakibatkan obesitas abdominal atau obesitas

sentral. 9

Penelitian Wu membuktikan bahwa pada usia lanjut terdapat penurunan

sinyal neuron dan plastisitas otak. Protein Myelin-associated Inhibitors (MAIs)

yang ditemukan pada individu dengan usia lanjut menurunkan stimulus kekuatan

induksi sinaps dan mengubah bentuk secara struktur yang menghalangi

9
mekanisme sinaps dari proses belajar spasial dan memori dan menghasilkan

penurunan kognitif. 9

Temuan bahwa orang dengan kemampuan kognitif kurang memiliki berat

badan yang lebih kecil sejalan dengan hasil penelitian pada lansia di Swedia.

Penelitian tersebut menemukan bahwa penderita gangguan fungsi kognitif

memiliki berat badan yang lebih kecil dibandingkan dengan lansia yang tidak

mengalami penurunan kemampuan kognitif. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh

penurunan nafsu makan yang terkait dengan penurunan kemampuan kognitif akan

memperburuk asupan sehari-hari sehingga memicu penurunan berat badan yang

tidak diinginkan. Ketidakadekuatan intake nutrisi sering terjadi pada lansia

dengan penurunan kognitif karena hilangnya kesadaran terhadap kebutuhan

makan, menurunnya kemandirian dalam makan, agnosia, apraxia, dan munculnya

gangguan perilaku. 11,12

2.2.3 Depresi

Depresi dapat mengakibatkan nafsu makan menurun, sehingga dapat

menggangu penyerapan zat gizi yang masuk ke dalam tubuh terutama asupan

energi dan protein. Kurangnya asupan energi protein dapat melemahkan sistem

kekebalan tubuh dengan perubahan tingkah laku seperti perubahan tidur dan

aktivitas. Energi dan protein dibutuhkan agar sistem kekebalan berfungsi dengan

baik. Pada situasi depresi, seseorang cenderung lupa akan pemenuhan kebutuhan

dasar, seperti kebutuhan akan makanan, kebersihan diri, dan istirahat. Perubahan

asupan makan adalah gejala depresi yang menyebabkan penurunan berat badan

dan malnutrisi. Apabila asupan makanan rendah dan berlangsung dalam jangka

waktu yang relatif panjang, seseorang akan mengalami defisiensi energi dan

10
protein. 1,4

Depresi yang terjadi pada lansia, sangat berisiko tinggi lansia tersebut

mengalami malnutrisi. Penelitian pada lansia di rumah sakit menunjukkan bahwa

depresi meningkatkan risiko status gizi kurang dan status gizi kurang memiliki

skor depresi yang lebih tinggi. 4

Raharja (2007) menyatakan bahwa obat anti depresan dapat

mempengaruhi makanan yang masuk, metabolisme, dan ekskresi zat gizi. Obat

anti depresan adalah obat-obatan yang mampu memperbaiki suasana mood

dengan menghilangkan atau meringankan gejala yang tidak disebabkan oleh

kesulitan sosial, ekonomi, dan penyakit. Efek samping obat anti depresan salah

satunya adalah peningkatan selera makan. Disamping efek obat kemungkinan lain

adanya beberapa faktor yang mempengaruhi konsumsi energi dan protein yang

cukup misalnya suasana hati yang tenang sehingga menyebabkan nafsu makan

menjadi baik, sehingga asupan makanan cukup. Hal ini lah yang dibutuhkan

pasien dengan depresi. 4

Mekanisme kerja obat antidepresan adalah dengan jalan menghambat re-

uptake serotonin dan noradrenalin di ujung saraf otak dengan demikian

memperpanjang masa waktu tersedianya neurotransmitter tersebut. Selain itu

antidepresan dapat mempengaruhi reseptor postsinapsis. Tetapi mekanisme

kerjanya yang tepat belum diketahui. 2

Malnutrisi dan depresi berkorelasi dan rumit. Depresi dapat menyebabkan

hilangnya nafsu makan dan kurang gizi, sebaliknya malnutrisi dapat

memperburuk depresi dan apatis. 12

2.2.4 Demensia

11
Kasus demensia banyak terjadi pada lansia. Indonesia memiliki penduduk

usia tua yang paling cepat berkembang di dunia pada periode 1990-2025 (414%).

Hal yang sering menyertai pasien lansia adalah malnutrisi (gizi kurang/defisiensi).

Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan adanya faktor psikologis seperti

depresi, kecemasan, dan demensia mempunyai kontribusi yang besar dalam

menentukan asupan makanan dan zat gizi seorang lansia. 4

Masalah gizi pada lansia perlu menjadi perhatian khusus karena dapat

mempengaruhi status kesehatan, penurunan kualitas hidup, dan mortalitas. Massa

bebas lemak yang lebih tinggi dapat berperan menurunkan risiko demensia pada

populasi lansia. Kemungkinan lainnya adalah IMT yang besar disebabkan oleh

peningkatan timbunan lemak selain di area abdominal. 10,13

Faktor yang ikut berkontribusi dalam terjadinya demensia adalah pola

makan atau konsumsi makanan yang kurang benar. Hal ini berhubungan erat

dengan zat gizi yang masuk ke dalam tubuh. Banyak zat gizi yang berhubungan

dengan terjadinya demensia. Makronutrien yang dikaitkan dengan demensia ialah

lemak. Orang yang mengonsumsi ikan sedikitnya 1 kali/minggu, akan

menurunkan risiko demensia sebesar 60% dibandingkan dengan mereka yang

tidak pernah atau jarang mengonsumsi ikan. Satu studi acak terkontrol atas

pengaruh minyak ikan (sumber asam lemak tidak jenuh termasuk EPA dan DHA)

terhadap fungsi kognitif tidak menghasilkan efek pada usia lanjut, tetapi ada

sedikit efek untuk beberapa aspek atensi di antara APOEe4 carrier dan pria. 13

Gorrelick (2014) mengemukakan bahwa gizi merupakan salah satu faktor

untuk mencegah kejadian demensia. Stress oksidatif dan akumulasi radikal bebas

pada dasarnya merupakan bagian dari patofisiologi penyakit. Radikal bebas yang

12
berlebih mengakibatkan peroksidasi lemak yang berlebihan sehingga

mempercepat proses degenerasi saraf otak. Degenerasi saraf otak tersebut

mengganggu proses recall memory yang akhirnya menyebabkan kondisi

demensia. 13

2.2.5 Retardasi mental

Retardasi mental didefinisikan sebagai kemampuan intelegensia yang

berada di bawah rata-rata sehingga menyebabkan gangguan perilaku adaptif yang

bermanifestasi pada periode perkembangan (sebelum 18 tahun). Status gizi yang

kurang pada Ibu merupakan penyebab dan salah satu faktor risiko terjadinya

retardasi mental pada anak. 14

Yulia (2016) menyatakan bahwa anak yang mengalami retardasi mental

membutuhkan asupan gizi yang mengandung tinggi protein dan tinggi DHA dan

omega 3 yang berperan dalam pembentukan saraf otak sehingga dapat

mengurangi tingkat retardasi yang berat menjadi ringan. Selain itu diperlukan juga

telur dengan frekuensi sebanyak empat sampai enam kali dalam seminggu. Jenis

makanan lauk nabati yang baik dikonsumsi anak retardasi mental adalah tahu dan

tempe. Kecukupan protein juga didapatkan anak retardasi mental dari protein

hewani yang terdiri dari telur yang dikonsumsi sebanyak 4-6 kali dalam

seminggu. Protein nabati berasal dari tahu dan tempe yang dikonsumsi anak

sebanyak 4-6 kali dalam seminggu. 5

Mempunyai berat badan normal merupakan idaman bagi setiap orang

bukan hanya untuk orang normal saja tetap orang yang mempunyai kebutuhan

khusus seperti pada anak retardasi mental juga berhak memiliki berat badan yang

13
ideal agar dapat mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Beberapa keuntungan

yang didapatkan adalah memiliki penampilan yang baik, lincah dan risiko untuk

sakit rendah. Kebutuhan zat gizi untuk anak yang mengalami retardasi mental

harus diperhatikan karena mereka tidak bisa melakukan atau mengurus makanan

mereka sendiri. Menu yang dihidangkan hendaknya bervariasi dengan bahan

makanan hewani dan nabati yang selalu bergantian. 15

2.3 Pengaruh zat gizi terhadap status mental

2.3.1 Defisiensi

Silver (2000) melakukan penelitian dan didapatkan dari 644 pasien

psikotik yang dirawat terdapat 78.3% pasien skizofrenia yang memiliki defisiensi

vitamin B12. Beberapa studi dengan jelas menunjukkan kontribusi asam folat,

vitamin B12 dan homosistein pada perubahan metabolisme karbon tunggal dan

perannya dalam psikopatofisologi skizofrenia. Komponen ini dibutuhkan pada

metilasi homosistein menjadi metionin maupun sintesis SAM (S-

adenosylmethionine). 16

Defisiensi asam folat maupun vitamin B12 dapat menyebabkan gangguan

neurologis dan psikiatris. Teori menyatakan bahwa cacat dalam proses metilasi

merupakan dasar biokimia utama neuropsychiatry akibat defisiensi vitamin ini.

Defisiensi folat secara spesifik mempengaruhi metabolisme pusat monoamin dan

memperburuk gangguan psikiatri. Tingginya kadar homosistein dalam darah telah

dikaitkan dengan beberapa gangguan psikiatri dan neurodegeneratif termasuk

depresi, skizofrenia, penyakit Alzheimer, dan penyakit Parkinson. Rendahnya

asupan vitamin dan asam folat disebabkan karena rendahnya konsumsi makanan

14
yang mengandung zat gizi tersebut seperti hati, daging tanpa lemak, serelia utuh,

biji-bijian, kacang-kacangan. 16,17

Defisiensi omega-3 yang berkepanjangan dapat berakibat fatal.

Kekurangan asam lemak omega-3 menimbulkan gangguan saraf dan penglihatan

serta bisa mengganggu perkembangan sistem saraf. Akibatnya, mungkin saja

terjadi gangguan pada sistem daya tahan tubuh, daya ingat, mental, dan

penglihatan. 18

2.3.2 Kelebihan

Pasien dengan depresi berat berisiko gizi kurang, sedangkan pasien dengan

skizofrenia atau gangguan bipolar lebih cenderung berisiko gizi lebih (obesitas).

Status gizi dan kesehatan mental dipengaruhi oleh jenis kelamin, tingkat obesitas,

umur, dan status sosial ekonomi. Hampir dua pertiga pasien yang mengalami

obesitas tidak sehat yang datang untuk menjalani operasi bariatrik memiliki

diagnosis psikiatrik, dengan depresi berat menjadi diagnosis yang paling umum.
4,19

Jenis stroke terbanyak adalah stroke iskemik, yang terjadi akibat

penyumbatan aliran darah. Penyumbatan dapat terjadi karena timbunan lemak

yang mengandung kolesterol dalam pembuluh darah besar, sedang, atau kecil. Hal

ini terjadi karena konsumsi kolestrol yang berlebihan. Dampak psikologis

penderita stroke adalah perubahan mental. Setelah stroke memang dapat terjadi

gangguan pada daya pikir, kesadaran, konsentrasi, kemampuan belajar, dan fungsi

intelektual lainnya. Penderita mudah merasa takut, gelisah, marah, dan sedih atas

kekurangan fisik dan mental yang mereka alami. 20

Banyak pola makan tertentu dapat dengan mudah mendahului Depresi,

15
sama dengan yang terjadi selama Depresi, termasuk nafsu makan yang buruk,

melewatkan makan, keinginan yang besar untuk makan yang manis. Kekurangan

gizi yang paling umum terjadi pada pasien gangguan mental adalah kekurangan

asam lemak omega-3, vitamin B, mineral, dan asam amino yang merupakan

prekursor untuk neurotransmitter. Beberapa jenis zat gizi yang dapat

mempengaruhi status mental diantara: 3

1. Kolestrol

Lemak merupakan komponen utama penyusun otak yang terdiri dari

kolesterol dan fosfolipid yang kaya asam lemak rantai panjang. Asam lemak

rantai panjang yang paling banyak didapatkan dalam fosfolipid otak adalah AA

dan DHA. Pada periode perkembangann otak, kandungan AA dan DHA

meningkat pada membran sel saraf. Beberapa penelitian masih menunjukkan hasil

yang tidak konsisten mengenai hubungan antara serum kolesterol dan penurunan

fungsi kognitif. Secara teori dikatakan pada kondisi hiperkolesterolemia

mengakibatkan terjadinya gangguan neurodegeneratif. Metabolisme kolesterol

abnormal meningkatkan produksi dan deposisi β-amiloid dalam otak yang

mengakibatkan terjadinya gangguan kognitif. 21

Kolesterol memiliki peranan penting dalam proses belajar dan memori

sehingga gangguan pada sintesis dan metabolisme kolesterol dapat memberikan

dampak yang signifikan. Kolesterol sangat berperan dalam proses fungsi otak, hal

ini mengingat bahwa 25% dari total kolesterol tubuh berada di otak. 21

2. Omega 3

Jumlah dan jenis lemak yang dikonsumsi dapat menjadi faktor penting

untuk depresi. Lemak digolongkan ke dalam empat kategori: lemak jenuh,

16
transunsaturated, lemak tak jenuh tunggal dan tak jenuh ganda, golongan lemak

tak jenuh ganda dibagi ke dalam asam lemak omega-6 dan omega-3 (berdasarkan

pada lokasi ikatan ganda yang dimiliki). Polyunsaturated fatty acids omega 3 telah

dipelajari secara ekstensif dalam Depresi. Intake Omega-3 asam lemak serta rasio

omega-3 : asam lemak omega-6 diyakini penentu penting dari otak dan kesehatan

kardiovaskular. Penurunan kedua asam lemak omega-3 dan rasio omega-6 : asam

lemak omega-3 dalam makanan selama abad terakhir, dikaitkan dengan

peningkatan berbagai macam penyakit, termasuk depresi. 3

Asam lemak omega 3 adalah jenis lemak tak jenuh ganda, dianggap

sebagai asam lemak esensial karena tidak dapat diproduksi oleh tubuh. Ada tiga

kandungan utama dari asam lemak omega 3 yaitu ALA (alfa-linoleat), EPA

(eicosapentaenoic acid), dan DHA (docosahexaenoic acid). Asam lemak omega 3

merangsang produksi serotonin, hormon yang membuat merasa bahagia. Dengan

demikian, seseorang dengan cukup asam lemak omega 3 dapat menangani

masalah emosional lebih efektif. 22

Ikan merupakan salah satu sumber protein, lemak, dan mineral dalam diet

manusia. Asam lemak ikan terdiri atas asam lemak jenuh (15-45%), asam lemak

tak jenuh tunggal (1-25%) dan asam lemak tak jenuh ganda (15-55%). Lemak

ikan mengandung EPA dan DHA yang tinggi masing-masing sejumlah 11-15%

dan 2-7%. Kandungan asam lemak omega 3 ikan kerapu adalah 5,38% dan omega

6 15%. Pasokan minyak ikan sebagai sumber omega 3, EPA, dan DHA harus

dikonsumsi dalam jumlah rasio yang seimbang. Perbandingan konsumsi omega 3:

omega 6 yaitu 1 : 5. 23

Omega 3 penting udah dikonsumsi sebagai makanan tambahan pada ibu

17
post partum. Hal ini karena omega 3 dapat mencegah terjadinya postpartum blues.

Para ahli mengatakan bahwa predisposisi terjadinya postpartum blues pada ibu

postpartum dapat disebabkan oleh faktor hormonal, berupa kadar estrogen,

progesteron, prolaktin dan estriol yang terlalu rendah. Kadar estrogen turun secara

bermakna setelah melahirkan, ternyata estrogen memiliki efek supresi aktifitas

enzim monoamine oksidase, yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi

baik noradrenalin maupun serotonin yang berperan dalam suasana hati dan

kejadian postpartum blues. Konsumsi asam lemak omega 3 meningkatkan

produksi hormon serotonin, hormon yang membuat bahagia sehingga perasaan

cemas dan depresi dapat berkurang. Konsumsi asam lemak omega 3 selama

sebulan terakhir sebelum melahirkan dikaitkan dapat mempertahankan produksi

hormon serotonin, sehingga saat melahirkan hormon serotonin tidak terlalu

menurun drastic. 22

Asam lemak omega 3 meningkatkan efektivitas pengobatan dengan

mempengaruhi otak dengan cara yang berbeda dari antidepresan, sehingga

menggabungkan asam lemak omega 3 dengan obat antidepresan, akan

mengurangi depresi dengan cara yang berbeda, hal ini dikemukakan oleh David

Mischoulon, MD, seorang profesor psikiatri dari Harvard Medical School. Asam

lemak omega 3 merangsang produksi serotonin, hormon yang membuat merasa

bahagia. Dengan demikian, seseorang dengan cukup asam lemak omega 3 dapat

menangani masalah emosional lebih efektif. Asam lemak omega 3 penting bagi

fungsi kognitif dan perilaku otak. Jadi kekurangan lemak ini dapat menyebabkan

gejala seperti ketidakmampuan untuk berkonsentrasi, ingatan buruk, perubahan

18
suasana hati dan depresi. 22

Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti pada bulan Mei di

Rumah Sakit Aisyiyah Muntilan, bahwa dari 10 ibu ada 6 ibu yang mengalami

postpartum blues. Ibu yang mengalami postpartum blues konsumsi asam lemak

omega 3 sebulan terakhir selama kehamilan rata-rata kurang dari 10-20 mg/ hari.

Ibu yang tidak mengalami postpartum blues konsumsi asam lemak omega 3

sebulan terakhir selama kehamilan rata-rata lebih dari 10-20 mg/hari. 22

3. Vitamin B

Vitamin B adalah vitamin yang paling penting untuk etiologi dan

perkembangan Depresi, khususnya Depresi pada lanjut usia. Vitamin B

merupakan vitamin yang paling banyak dipelajari, terutama folat dan vitamin

B12. Kedua vitamin ini mempengaruhi kesehatan otak melalui peran mereka

dalam sintesis neurotransmitter, pembentukan mielin dan metabolisme energy. 3

Hintikka et al. (2003) melakukan penelitian terhadap 115 pasien rawat

jalan, pada pasien tersebut dilakukan penilaian kadar vitamin B12 dan asam folat

dan skor Depresi menggunakan Hamilton Depression Rating Scale (HDRS) pada

awal (baseline) dan setelah follow up selama 6 bulan, selama 6 bulan sampel

mendapatkan terapi standar antidepresan. Dari penelitian tersebut didapatkan hasil

bahwa terdapat perbaikan outcome pada sampel dengan kadar vitamin B12 dan

asam folat yang lebih tinggi. 3

Kekurangan vitamin B12 dapat menyebabkan kekurangan asam folat,

karena salah satu efek kerja dari vitamin B12 adalah untuk mengaktifkan kerja

asam folat. Sumber vitamin B12 dari makanan adalah: hati ayam atau sapi,

daging, susu dan produk olahannya, telur, ikan, sayur, kedelai dan produk

19
olahannya (tahu, tempe, kecap dan tauco), bekatul dan rumput laut. Dosis harian

adalah 6 mcg sehari dan dosis terapi adalah 5-50 mcg sehari. 3

Folat
 Folat, atau vitamin B9, terdapat secara alami dalam jus jeruk,

stroberi, sayuran hijau, kacang-kacangan, telur dan biji-bijian di antara makanan

lainnya. Bentuk teroksidasi dari sintesis asam folat ditemukan dalam suplemen

makanan dan produk biji-bijian olahan terutama diproduksi di Amerika Serikat.

Defisiensi folat dapat meningkatkan resiko depresi dan mengurangi aksi dari

antidepresan. Individu dengan polimorfisme bawaan, yang mengurangi efisiensi

pembentukan folat, berisiko tinggi mengalami defisiensi folat dan depresi berat.

Sumber asam folat dari makanan adalah: hati, daging, ginjal, sayuran hijau,

gandum, telur, ikan, kacang hijau, khamir, jeruk, stroberi, wheat germ dan

kacang-kacangan. Dosis harian 170 mcg untuk pria dan 150 mcg untuk wanita

dan tambahan 400 mcg sehari untuk wanita hamil untuk mengurangi resiko cacat

bawaan pada bayi. 3

4. Lemak Jenuh

Asam lemak jenuh adalah asam lemak yang tidak memiliki ikatan rangkap

pada atom karbon. Ini berarti asam lemak jenuh tidak peka terhadap oksidasi dan

pembentukan radikal bebas seperti halnya asam lemak tidak jenuh. Efek dominan

dari asam lemak jenuh adalah peningkatan kadar kolesterol total dan K-LDL

(kolesterol LDL). Asupan lemak jenuh, dikenal sebagai promotor penyakit

vaskular, dan ditemukan terkait dengan Depresi. 24

Secara umum makanan yang berasal dari hewani (daging berlemak, keju,

mentega dan krim susu) selain mengandung asam lemak jenuh juga mengandung

kolesterol. Dengan demikian mengurangi asupan makanan produk hewani akan

20
lebih menguntungkan berupa pem- batasan asupan kolesterol. Setiap 4 (empat)

ons daging sapi atau daging ayam mengandung 100 mg kolesterol yang pada

pangan hewani dan asam lemak jenuh dapat meningkatkan kadar K-LDL

(kolesterol LDL). 24

5. Gula (Glukosa)

Glukosa adalah sumber energi terbesar yang diperlukan oleh otak.

Karbohidrat memainkan peran penting dalam membangun kekuatan otak serta

menjaga kesehatan fisik dan mental. Lebih 98% energi yang dipergunakan untuk

menunjang fungsi saraf didapat dari pembakaran glukosa dalam darah. Transport

aktif glukosa dibantu oleh protein pembawa yang spesifik. Di dalam cairan

serebrospinal, konsentrasi glukosa hanya 2/3 dari konsentrasi dalam darah. Hal ini

disebabkan karena glukosa secara konstan dipergunakan oleh otak. 25

Glukosa sangat terlibat dalam mekanisme daya ingat kognitif (memory)

seseorang, meskipun tidak mempengaruhi tingkat kecerdasan. Nutrisi yang tepat

akan membuat otak bekerja dengan maksimal. Tercukupinya nutrisi untuk otak

akan mampu merangsang pertumbuhan sel-sel otak, sekaligus untuk

meningkatkan memori dan kemampuan untuk berkonsentrasi. Namun, kadar gula

darah perlu dijaga agar tidak berfluktuasi secara drastis, sehingga tidak terjadi

linglung, pening, kejang, bahkan pingsan. 25

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Wardoyo dan Mahmudiono

(2013), menyatakan ada hubungan antara asupan karbohidrat dengan daya

konsentrasi anak sekolah dasar. Karbohidrat dan glukosa juga penting dikonsumsi

untuk anak dengan retardarsi mental. Anak retardasi mental memperlihatkan

21
fungsi intelektual dan kemampuan dalam perilaku adaptif di bawah usianya

sehingga anak yang mengalami retardasi mental kurang mampu mengembangkan

keterampilan dan kebiasaan-kebiasaan yang dimiliki anak usianya. 25

Pemilihan nutrisi yang tepat akan mengoptimalkan pertumbuhan dan

perkembangan otak. Glukosa termasuk bahan bakar sel otak yang berperan

penting dalam menggerakkan seluruh proses penyampaian pesan di dalam otak.

Nutrisi glukosa dapat diperoleh dari makanan yang mengandung karbohidrat,

seperti roti, susu, madu, kentang, gandum, keripik, biskuit, jagung, dan

sebagainya. 25

6. Coklat

Cokelat mengandung alkaloid, seperti theobromin dan feniletilamin yang

secara psikologis memberikan efek pada tubuh. Cokelat juga mengandung asam

amino triptofan yang berkaitan dengan kadar serotonin pada otak. Triptofan

merupakan prekursor neurotransmiter serotonin yang mempengaruhi mood dan

suasana hati. 26

Kandungan gizi cokelat yaitu Energi (kal) 504, protein (g) 5,5 lemak (g),

52,9 kalsium (mg) 98, dan vit A (SI) 60. Beberapa hasil penelitian juga

menunjukkan bahwa konsumsi dalam bentuk minuman kakao, atau dalam

sejumlah kecil dark chocolate dapat memperbaiki sistem aliran dilatasi darah

(pengukuran terhadap kemampuan pembuluh arteri menjadi rileks dan

mempercepat akomodasi aliran darah). Hasil penelitian menunjukkan bahwa

konsumsi dark chocolate yang kaya flavonol bisa menurunkan tekanan darah, baik

terhadap subjek hipertensif, atau pada subjek normotensif. 26,27

Menurunnya tingkat kecemasan disebabkan oleh feniletilamin dan

22
anandamide yang terkandung dalam cokelat dapat merangsang otak untuk

memproduksi dopamin dan melepaskan lebih banyak senyawa β-endorphine yang

mendorong timbulnya rasa senang. Kandungan lain yang dimiliki cokelat adalah

asam amino triptofan yang berkaitan dengan kadar serotonin pada otak. Triptofan

merupakan prekursor neurotransmiter serotonin yang mempengaruhi mood dan

suasana hati. 26

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang

menunjukkan adanya penurunan tekanan darah sistolik pada orang yang diberi

suplemen dark chocolate dan cokelat putih. Penurunan ini disebabkan karena ada

pengaturan dari senyawa nitric oxide (NO) yang dihasilkan dari flavonol yang

terkandung dalam cokelat. 26

Tabel 2. Pilihan zat gizi antioksidan

Cokelat juga merupakan sumber yang kaya antioksidan khusus/spesifik

dalam bentuk senyawa katekin, epikatekin, procianidin dan polifenol seperti

23
halnya yang banyak ditemukan pada sayuran, anggur dan the. Senyawa

antioksidan ini dipercaya dapat mengurangi sejumlah gugus radijal bebas dalam

tubuh dan dapat menyediakan pertahanan terhadap reactive osxygen species

(ROS). 28

7. Kafein

Kopi terkenal akan kandungan kafeinnya yang tinggi, satu cangkir kopi

(120-480 ml) mengandung kafein 75- 400 mg atau lebih, tergantung pada jenis

biji kopi, cara pengolahan kopi, dan cara mempersiapkan minuman kopi. Kafein

merupakan perangsang susunan saraf pusat, dieuritik, merangsang otot jantung,

dan melemaskan otot-otot polos bronchus. Pada dosis standar, 50-200 mg kafein

utamanya mempengaruhi lapisan luar otak. Pengaruh ini bisa mengurangi

kelelahan. 29

Kafein dapat meredakan gejala-gejala khas stres seperti pelupa, cemas, dan

perasaan tertekan. Kafein mengandung alkaloid jenis xantine, yang bertindak

memblokir reseptor adenosine A2A. ketika stres, tubuh memproduksi banyak

adenosine yang menimbulkan berbagai gejala stress. Kopi/Kafein mengandung

alkaloid jenis xantine, yang bertindak memblokir reseptor adenosine A2A, ketika

stres tubuh memproduksi banyak adenosine yang menimbulkan berbagai gejala

stress. Sehingga dapat dikatakan bahwa kopi selain menghilangkan rasa stres, juga

dapat menghilangkan rasa kantuk dan memberi energy semangat. 29

Kandungan kafein pada kopi mempengaruhi peningkatan kadar dopamin

pada otak, sehingga salah satu fungsi dari kafein adalah stimulan untuk sistem

syaraf pusat. Konsumsi kafein secara berlebih (>400mg/hari) dapat menimbulkan

24
beberapa efek negatif, diantaranya adalah timbulnya anxiety atau rasa cemas, rasa

lelah saat terbangun dari tidur di pagi hari, gangguan tidur, dan rendahnya kualitas

tidur. Akan tetapi, apabila kafein dikonsumsi dalam batas normal (200-400

mg/hari) kafein dapat memberikan efek positif, seperti meningkatkan mood dan

kemampuan kognisi. Kopi memiliki efek yang kontradiktif, di satu sisi kopi dapat

meningkatkan konsentrasi dan mengurangi rasa kantuk saat bekerja, namun di sisi

lainnya efek terjaga dapat mengurangi kualitas tidur. Kualitas tidur yang buruk

mengakibatkan peningkatan rasa cemas dan berkurangnya konsentrasi.

2.4 Anjuran

Hal yang perlu dilakukan pada pasien untuk menjaga agar tingkat depresi

berat tidak menjadi lebih buruk adalah memberikan obat anti depresan sesuai

dengan dosisnya. Hal ini dapat meningkatkan selera makan pasien dan

meningkatkan kualitas pelayanan gizi rumah sakit jiwa. Diet seimbang merupakan

salah satu anjuran yang perlu diberikan pada orang dengan gangguan jiwa. 1,14

Beberapa strategi suplementasi vitamin B memperlihatkan hasil yang baik

pada penderita skizofrenia. Levine melaporkan perbaikan gejala pada 42 pasien

skizofrenia dengan level homosistein tinggi, ditambah dengan asam folat (2 mg /

hari), vitamin B6 (25 mg/hari) dan vitamin B12 (400 mcg/hari) di samping

pengobatan antipsikotik biasa. 16

Pemberian tepung tempe memiliki kecenderungan skor fungsi kognitif

yang lebih tinggi dibandingkan tepung tahu. Hal ini terjadi karena kandungan

tepung tempe memiliki kandunga isoflavon, vitamin B6, dan vitamin B12, dan

asam folat lebih tinggi daripada tepung tahu. 17

25
DHA dan AA adalah komponen terbesar dari long-chain polyunsaturated

fatty acids (LC-PUFA), merupakan bahan yang sangat penting bagi organ susunan

saraf pusat. DHA penting untuk pembentukan jaringan saraf, sedangkan AA

berperan sebagai neurotransmitter dan sebagai suatu bentuk asam lemak esensial

LC-PUFA yang harus ditambahkan pada makanan. Suplementasi beberapa asam

lemak pada usia dini telah menunjukkan hasil perbaikan indeks perkembangan

mental dan ketajaman visual tetapi hanya pada kadar 17 mg/ 100 kkalDHA dan

34mg/100kkalAA. 18

Menyediakan makanan yang beraneka ragam merupakan salah satu cara

untuk menghilangkan rasa bosan yang akhirnya dapat mengurangi nafsu makan.

Dalam menyusun hidangan makanan yang sehat diperlukan keterampilan dan

pengetahuan gizi sehingga dapat meningkatkan nafsu makan. Pilihlah bahan

makanan yang baik, yaitu bahan makanan yang segar menarik dan baru. Hal ini

diperlukan karena sangat berpengaruh terhadap rasa dan bentuk makanan yang

disajikan. Hal lain yang harus diperhatikan adalah bentuk, warna dan tekstur dari

makanan yang disajikan karena hal tersebut sangat berpengaruh terhadap nafsu

makan pada anak. Apalagi nafsu makan anak retardasi mental sangat cepat sekali

berubah. Orangtua harus rajin mengingat dan mencatat makanan dengan bentuk,

warna dan tekstur yang disukai oleh anak. 5

26
BAB III
KESIMPULAN

Makanan merupakan kebutuhan pokok yang tidak pernah lepas dari

rutinitas manusia sehari-hari. Konsumsi makanan yang bergizi merupakan suatu

keharusan bagi seorang individu agar kondisi kesehatan tetap terjaga, tidak mudah

terserang penyakit, dan memenuhi gizi yang seimbang. Status gizi adalah keadaan

tubuh yang dihasilkan dari konsumsi makanan dan juga penggunaan zat-zat gizi

yang diperlukan oleh tubuh untuk menghasilkan energi, membangun, dan

memelihara jaringan tubuh.

Status gizi berperan penting dalam kesehatan mental. Makanan beragam

adalah apabila dalam sehari mengonsumsi makanan yang mengandung

karbohidrat, sumber protein hewani dan nabati, sayuran, buah dan minuman.

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Mariati, S., Marlenywati, Budiastutik, I., 2015. Correlation of Energy Intake,


Protein Intake, Depression Levels, and Nutritional Status of Mental Illnes
Patients. Jurnal Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan: 127-135.
2. Chasanah, U., Bintanah, S., Noor, Y., 2013. Hubungan TIingkat Depresi
dengan Asupan Energi dan Protein Pasien Depresi Rawat Inap di Rumah Sakit
Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Jurnal Gizi Universitas
Muhammadiyah Semarang, 2013. Vol. 2, No. 2.
3. Noor, Y.B., Muhdi, N. Nutrisi Pada Pasien Depresi. Journal Universitas
Airlangga.
4. Prasetyo, W.A., Probosuseno, Sumarni, 2015. Gangguan Depresi
Berhubungan dengan Status Gizi Pasien Psikogeriatri di RSJ Dr. Radjiman
Wediodiiningrat, Malang. Jurnal Gizi dan Etik Indonesia, Vo.3, No.1, Januari
2015:22-30.
5. Juniwati, I., 2018. Gambaran Pola Makan dan Status Gizi Anak Retardasi
Mental di Sekolah SLB Negeri 017700 Kisaran Naga Kecamatan Kisaran
Timur Kabupaten Asahan Tahun 2017. Skripsi. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan 2018.
6. Almatsier, S., Soetardjo, S., Soekarti, M., 2011. Gizi Seimbang dalam Daur
Kehidupan. Gramedia, Jakarta, 2011. ISBN: 978-979-22-7581-0.
7. Saraswati, P.A.I., Diniari, N.K.S., 2019. Prevalensi Obesitas pada Penderita
Skizofrenia yang Mendapatkan Terapi Antipsikotik Atipikal di Rumah Sakit
Jiwa Provinsi Bali. E-Jurnal Medika, Vol.8, No.5, Mei 2019.
8. Rumahorbo, N., Hendriyani, H., Jaelani, M., 2014. Perbedaan Asupan Energi
dan Protein Pasien Skizofrenia Non Pasung dan Post Pasung di Rumah Sakit
Jiwa Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Jurnal Riset Gizi. Vol 2, No.2,

28
2014.
9. Wahid, B.D.J., Sudarma, V., 2018. Hubungan Status Gizi dan PENURUNAN
Fungsi Kognitif Pada Lansia. Seminar Nasional Pakar ke 1 Tahun 2018. Buku
1. ISSN (P):2615-2584.
10. Christiandari, Y., Pramantara, I.D.P., 2018. Hubungan Antara Status Nutrisi
(MNA-SF) dengan Gangguan Kognitif (MMSE) pada Lanjut Usia di Sidoarjo.
Karya Nasional Kongres Nasional PAPDI, Surakarta, 11-15 Juli 2019.
11. Samodra, Y.L., Rahmwati, N.T., Sumarni, 2018. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kemampuan Kognitif pada Lansia Obesitas di Indonesia.
Jurnal Gizi Klinik Indonesia. Vol. 14, No.4, April 2018:154:162.
12. Layla, J.I., Wati, D.N.K., 2017. Penurunan Fungsi Kognitif Dapat
Menurunkan Indeks Massa Tubuh Lansia di PSTW Wilayah DKI Jakarta.
Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol. 20, No.2, Juli 2017:128-132.
13. Siahaan, M., 2019. Gambaran Status Gizi terhadap Simptom Demensia Pada
Pasien Lanjut Usia di Poyandu Lansia Puskesmas Kampung Baru Kota
Medan. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
14. Kartikadewi, A., Suprihartini, 2015. Buku Ajar Sistem Neurobehaviour
(Psikiatri). Fakultas Kedoktertan Universitas Muhammadiyah Semarang,
2015. ISBN:978-602-61093-8-5.
15. Nogay, N. (2013). Nutritional Status in Mentally Disabled Children and
Adolescents: A Study Form Western Turkey. Medical Science Journal. 29 (2):
614-618
16. Hidayati, B., 2016. Keefektifan Terapi Tambahan Asam Folat dan Vitamin
B12 dalam Memperbaiki Skor PANSS Pasien Skizofrenia Kronik di RSJD dr.
Arif Zainudin Surakarta. Tesis. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret, 2016.
17. Setyowati, E., Santosa, N.I., Kridawati, A., 2019. Hubungan Asupan Vitamin
B12 dan Asam Folat dengan Fungsi Kognitif Lansia. Jurnal Endurance:
Kajian Ilmiah Problema Kesehatan. Vol 4(1). Februari 2019:194-201.
18. Diana, F.M., 2012. Omega 3. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol 6(2). Maret-
September 2012: 113-117.
19. Hamsah, R.F., Arundhana, A.I., Battung, S.M., 2018. Hubungan Obesitas

29
dengan Kesehatan Mental dan Kualitas Hidup Pegawai di Kantor Daerah
Soppeng. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Hassanudin, 2018.
20. Widarti, L., Mahfoed M.H., Kuntoro, Sudiana, K., 2012. Respons Psikologis
(Kecemasan dan Depresi) dan Respons Biologis (Cortisol, IFN-Gamma, dan
TNF-alfa) pada Pasien Stroke Iskemik dengan Pendekatan Model Home Care
Holistic. Jurnal Ners Vol.7. NO.1 April 2012: 1-12.
21. Nuraliyah, N.M., Sinuraya, R.K., 2017. Efek Neuroprotektif dan Gangguan
Kognitif Statin: Sebuha Literature Review. Farmaka Suplemen Volume 15
Nomor 2.
22. Ariyanti, S.R., Setyowati, E.R.H., Margowati, S., 2015. Journal of Holistic
Nursing Science. Vol.2, No.2.
23. Ilza, M., Siregar, Y.I., 2015. Sosialisasi Penambahan Minyak Perut Ikan
Jambal Siam dan Minyak Ikan Kerapi pada Bubur Bayi untuk Memenuhi
Standar Omega 3 dan Omega 6. JPHPI 2015, Vol. 16 Nomor3.
24. Sartika, R.A.D., 2008. Pengaruh Asam Lemak Jenuh, Tidak Jenuh dan Asam
Lemak Trans terhadap Kesehatan. Jurnal Kesahatan Masyarakat Nasional.
Volume 2, Nomor 4.
25. Pratiwi, I.C., Handayani, O.W., Raharjo, B., 2017. Kemampuan Kognitif
Anak Retardasi Mental Berdasarkan Status Gizi. Public Health Perspective
Journal. Vol 2(1)(2017):19-25.
26. Claresta, L.J., Purwoko, Y., 2017. Pengaruh Konsumsi Cokelat terhadap
Tingkat Kecemasan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Praujian. Jurnal
Kedokteran Diponegoro. Volume 6, Nomor 2.
27. Putri, K.A., et al, 2013. Pengolahan Sayur Wortel Menjadi Cemilan Sehat
Cokelat Kaya Gizi Non-Kolestrol. Jurnal Ilmiah Mahasiswa, Vo.3 No.2.
28. Sudibyo, A., 2012. Peran Cokelat sebagai Produk Pangan Derivat Kakao yang
Menyehatkan. Jurnal Riset Industri Volume 6, Nomor 1 (2012):23-40.
29. Liunima, M.G.M., Sutriningsih, A., Swaidatul, 2017. Hubungan Antara
Konsumsi Kopi dengan Tingkat Stres Pada Dewasa Muda Ikatan Keluarga
Besar (IKB) Nekmese di Kota Malang. Nursing News. Volume 2, Nomor 3.
Triantara, A.N., Wijayanti, H.S., 2017. Perbedaan Kualitas Tidur Setalah
Mengonsumsi Berbagai Jenis Minuman Kopi Pada Usia Dewasa. Journal of

30
Nutrition College. Volume 6, Nomor 4 (2017):379-

31

Anda mungkin juga menyukai