Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Katarak merupakan penyebab utama berkurangnya penglihatan pada usia 55
tahun atau lebih. Secara umum dianggap bahwa katarak hanya mengenai orang tua,
padahal katarak dapat mengenai semua umur dan pada orang tua katarak merupakan
bagian umum pada usia lanjut. Makin lanjut usia seseorang makin besar
kemungkinan menderita katarak.
Katarak adalah kekeruhan lensa. Katarak memiliki derajat keparahan yang
sangat bervariasi dan dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti kelainan bawaan,
kecelakaan, keracunan obat, tetapi biasanya berkaitan dengan penuaan. Sebagian
besar kasus bersifat bilateral, walaupun kecepatan perkembangannya pada masing-
masing mata jarang sama.
Pembentukan katarak secara kimiawi ditandai oleh penurunan penyerapan
oksigen dan mula-mula terjadi peningkatan kandungan air diikuti oleh dehidrasi.
Kandungan natrium dan kalsium meningkat, sedangkan kandungan kalium, asam
askorbat dan protein berkurang. Pada lensa yang mengalami katarak tidak ditemukan
glutation.
Lensa katarak memiliki ciri berupa edema lensa, perubahan protein, dan
kerusakan kontinuitas normal serat-serat lensa. Secara umum, edema lensa bervariasi
sesuai stadium perkembangan katarak. Katarak imatur (insipien) hanya sedikit opak,
katarak matur yang keruh total (tahap menengah lanjut) mengalami edema. Apabila
kandungan air maksimal dan kapsul lensa teregang, katarak disebut mengalami
intumesensi (membengkak). Pada katarak hipermatur (sangat lanjut), air telah keluar
dari lensa dan meniggalkan lensa yang sangat keruh, relatif mengalami dehidrasi,
dengan kapsul berkeriput.
Beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya katarak seperti usia lanjut,
kongenital, penyakit mata (glaukoma, ablasi, uveitis, retinitis pigmentosa, penyakit
intraokular lain), bahan toksis khusus (kimia dan fisik), keracunan obat(eserin,
kotikosteroid, ergot, asetilkolinesterase topikal), kelainan sistemik atau metabolik
(DM, galaktosemi, distrofi miotonik), genetik dan gangguan perkembangan, infeksi
virus dimasa pertumbuhan janin. Faktor resiko dari katarak antara lain DM, riwayat
keluarga dengan katarak, penyakit infeksi atau cedera mata terdahulu, pembedahan
mata, pemakaian kortikosteroid, terpajan sinar UV dan merokok.
Sebagian besar katarak tidak dapat dilihat oleh pengamat awam sampai
menjadi cukup padat (matur atau hipermatur) dan menimbulkan kebutaan. Namun
pada stadium perkembangan yang paling dini dari katarak, dapat dideteksi melalui
pupil yang berdilatasi maksimum dengan oftalmoskop, loupe atau slitlamp.
Pada katarak kongenital, kelainan utama terjadi di nukleus lensa (nukleus fetal
atau nukleus embrional), bergantung pada waktu stimulus karaktogenik atau di kutub
anterior atau posterior lensa apabila kelainannya terletak di kapsul lensa. Pada katarak
akibat usia, kelainan mungkin terutama mengenai nukleus (sklerosis nukleus), korteks
(kekeruhan koroner atau kuneiformis), atau daerah subkapsul posterior.

B. Tujuan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
KATARAK

1. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi Lensa
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular tak berwarna dan
transparan. Tebal sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Dibelakang iris lensa
digantung oleh zonula ( zonula Zinnii) yang menghubungkannya dengan
korpus siliare. Di sebelah anterior lensa terdapat humor aquaeus dan disebelah
posterior terdapat viterus.
Kapsul lensa adalah suatu membran semipermeabel yang dapat dilewati
air dan elektrolit. Disebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus
lensa lebih keras daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia,
serat-serat lamelar subepitel terus diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan
menjadi kurang elastik.
Lensa terdiri dari enam puluh lima persen air, 35% protein, dan sedikit
sekali mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium
lebih tinggi di lensa daripada di kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan
glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat
nyeri, pembuluh darah atau pun saraf di lensa.
2. Fisiologi Lensa
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk
memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi,
menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa
sampai ukurannya yang terkecil, daya refraksi lensa diperkecil sehingga
berkas cahaya paralel atau terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya
dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula
berkurang. Kapsul lensa yang elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi
lebih sferis diiringi oleh peningkatan daya biasnya.
Kerjasama fisiologik tersebut antara korpus siliaris, zonula, dan lensa
untuk memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi. Seiring
dengan pertambahan usia, kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan
berkurang.
Selain itu juga terdapat fungsi refraksi, yang mana sebagai bagian optik
bola mata untuk memfokuskan sinar ke bintik kuning, lensa menyumbang
+18.0- Dioptri

B. Pengertian
Katarak adalah keadaan kekeruhan pada lensa mata yang dapat terjadi
akibat hidrasi lensa (penambahan cairan pada lensa) denaturasi protein lensa, atau
akibat kedua-duanya. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif.

C. Jenis Kelamin atau Usia Penderita


- Semua jenis kelamin
- Dewasa diatas 45 tahun
- Bayi baru lahir (mengalami bentuk kongenital)

D. Tanda dan Gejala


- Pandangan kabur dan memburuk jika lampu terang. Biasanya mulai disadari
oleh penderita sewaktu ia mengendarai mobil malam hari, dimana lampu
mobil yang berpapasan terlihat berpender dan terlihat ada halo.
- Benda-benda terlihat dobel (jarang)
- Pupil terlihat putih susu
- Penurunan tajam penglihatan secara progresif dan penglihatan seperti ke saraf
E. Etiologi
- Peristiwa wajar karena proses penuaan
- Cedera pada mata
- Penyakit yang berhubungan dengan tingginya kadar gula dalam darah seperti
Diabetes Melitus
- Obat-obatan, trauma kontisan atau keturunan
- Terpapar sinar-x, gelombang mikro, dan radiasi infra merah
- Keturunan, termasuk yang terjadi pada anak dalam kandungan ibu hamil tua
yang sakit campak jaringan
- Galaktosemia pada bayi

F. Prognosis
Biasanya dapat disembuhkan dengan operasi, ada juga katarak yang tidak
terlalu mempengaruhi pandangan sehingga tidak perlu dioperasi. Selama proses
perkembangan/pembentukan katarak, pergantian lensa mata (kaca mata) dapat
memperbaiki pandangan.

G. Patofisiologi
Bertambahnya usia nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat
disekitar opasitas terdapat desintas seperti duri dan anterior dan posterior nukleus,
yang paling berinak seperti kista salju pada jendela merupakan opasitas pada
kapsul posterior yang merupakan transplantasi dan menyebabkan penglihatan
mengalami distrorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan
koegulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya
cahaya ke retina.
H. Tindakan Diagnostik
- Pemeriksaan mata dengan rutin
- Pengobatan dokter ahli mata
- Dilakukan operasi

I. Penatalaksanaan
Pembedahan dilakukan jbila tajam penglihatan sudah menurun sedemikian
rupa sehingga menggangu pekerjaan sehari-hari atau bila tidak menimbulkan
penyakit seoerti glaukoma dan uvectis. Tingkat keberhasilan pada katarak 90%,
sedangkan komplikasi yang mungkin timbul akibat operasi adalah galukoma,
ablasi retina, pendarahan uterus, atas pertumbungan epitel ke kamera okuli
anterior, katarak kongenital harus di deteksi dini bila menutupi aksi visual harus
segera dioperasi untuk mencegah infeksi dan terbukanya luka operasi. Pasien
diminta tidak banyak bergerak dan menghindari mengangkat beban berat selama
sebulan. Mata ditutup beberapa hari atau dilindungi dengan kacamata atau
perlindungan pada siang hari. Selama beberapa minggu harus dilindungi dengan
perlindungan logam pada malam hari, kacamata permanen diberikan 6-8 minggi
setelah operasi.

J. Komplikasi
- Hilangnya penglihatan
- Komplikasi pasca operasi, termasuk mata robek, infeksi atau perlekatan retina
- Infeksi
- Pertumbuhan opital kamera okuli anterior
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN “R” DENGAN POST OF KATARAK

Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Klien tampak lemah, bedrest di tempat tidur

2. Vital Sign
TD : 110/80 mmHg
RR : 24 kali/minggu
Pols : 80 kali/minggu
Temp : 360 C
3. Heat to Toe
- Kepala/leher : Kualitas rambut sedang, warna rambut hitam keputihan
dengan kualitas tidak merata, kebersihan klien kepala
klien baik, mobilitas leher baik.
- Mata
Palpebra : Normal
Konjungtiva : Tidak anemis.
Sklera : Tampak merah.
Kornea : Terdapat luka jahitan.
Pupil : Isokor.
- Hidung
Mukosa hidung tampak lembab, tidak terdapat lesi di daerah hidung dan
tidak terdapat sekret
- Mulut
Mukosa oral lembab, tidak terdapat caries gigi, tidak terdapat stomatitis
- Telinga
Telinga tampak simetris, terdapat serumen dalam telinga, tidak terdapat
lesi dan benjolan
- Thorax
Frekuensi pernafasan 24x/m, tidak terdapat nyeri tekan pada dada, bentuk
dada normal tidak terdapat lesi dan benjolan

- Jantung
Bunyi jantung I jelas dan tunggal dengan gambaran “LUB”
Bunyi jantung II jelas dan tunggal dengan gambaran “DUB”
- Abdomen
Tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat masa dan benjolan, ginjal dan
limfe tidak teraba
- Ekstrimitas
Pada saat insfeksi anggota gerak klien simetris, ukuran otot dan kontraksi
jtidak menurun, anggota gerak ekstrimitas atas dan bawah mampu
digerakan dengan baik, tidak terdapat nyeri tekan dan edema
- Genetalia
Struktur dan fungsi alat kelamin lengkap

A. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal/Hari Jenis Pemeriksaan Hasil Pemerisaan
Selasa, Hemoglobin 10,5 gr%
09 Desember 2008 Leukosit 11.000/mm2
CT 6 menit
BT 2 menit
BSS 125 gr/dl
Ureum Reduksi (-)
Golongan Darah -
2. Pemeriksaan Penglihatan
Tanggal/Hari Hasil Pemerisaan
Kamis, ODS, Control Post Catarac
11 Desember 2008 VOD + IDL : 5/15 theh  6/9

3. Pengobatan
Jenis Pengobatan Nama Obat Pemberian
Topikal Tabrex 6x1
Robradex 6x1 PT
Catarlent 6x1
Injeksi Genta 80 mg PT 13.30
Kalinex 1 amp PT 13.30
Oral Phaproxin 2x1
Asam Mefanamat 2x1
Ctra 2x1
Glucon 2x1
Selkom. C 1x1
CTM 2x1

ANALISA DATA

No DATA ETIOLOGI MASALAH


1. DS : Adanya katarak pada mata klien Nyeri akut
- Klien mengatakan
nyeri pada daerah Dilakukan pembedahan untuk
mata penglihatan ekstraksi katarak
DO :
- Klien tampak Adanya luka jahitan pada kornea
meringis menahan
sakit Imflamasi intervensi bedah

2. DS : Adanya katarak pada mata klien Keterbatasan


- Klien mengatakan mobilitas fisik
tidak mampu Mengalami pembiasan cahaya
melakukan dari lensa ke retina
aktivitas seperti
biasanya Penyempitan lapang pandang
DO :
- Aktivitas klien Kerusakan penglihatan
tampak dibantu
kekurangannya
- Klien mengetahui
kerusakan
penglihatan
3. DS : Adanya katarak pada mata kanan Resiko tinggi
- terhadap infeksi
DO : Dilakukan prosedur pembedahan
- Adanya luka
jahitan pada Adanya luka jahitan pada kornea
kornea
- Sklera tampak Sklera tampak merah dan berair
merah
- Mata klien berair Adanya jalan masuk
mikro orgaisme sekunder
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN

No DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL IMPLEMENTASI EVALUASI


1. Nyeri akut Setelah dilakukan - Kaji tingkat nyeri - Mengidentifikasi - Mengkaji tingkat nyeri dengan S : Klie
berhubungan tindakan keperawatan 2 dengan skala nyeri gambaran nyeri yang skala nyeri mengatakan
dengan x 24 jam diharapkan dirasakan nyeri pad
implementasi nyeri klien berkurang - Atur posisi tidur - Meningkatkan - Mengatur posisi tidur daerah mata
intervensi dengan kriteria terlentang dengan 1 kenyamanan tidur terlentang dengan 1 bantal O : Klien tampa
pembedahan - Klien tampak tenang bantal klien meringis
- Klien mampu - Ciptakan - Meningkatkan pola - Menciptakan lingkungan A : Masala
istirahat dengan baik lingkungan aman istirahat klien dengan dengan aman dan nyaman belum teratas
dan nyaman baik P : Interven
- Anjurkan teknik - Memberikan - Menganjurkan teknik distraksi dilanjutkan
distraksi dan kenyamanan pada dan relaksasi
relaksasi klien
- Kolaborasi dengan - Menghilangkan nyeri - Berkolaborasi dengan tim
tim medis dalam dengan teknik medis dalam pemberian
pemberian therapy farmakologi therapy obat
obat Topikal : Tobrex
Robradex 6 x 1 PT
Catarlent
Inj : Genta 80 mg
Kalnex 1 amp
Oral : Phaproxin 2 x 1
As-mef 2 x 1
Selcom. C 1 x 1
Glaucon 2 x 1
CTM 2 x 1

No DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL IMPLEMENTASI EVALUASI


2. Keterbatasan Setelah dilakukan - Kaji kemampuan - Memberikan - Mengkaji kemampuan klien S : Klie
mobilitas fisik tindakan keperawatan klien dalam gambaran aktivitas dalam beraktivitas mengatakan
berhubungan 2 x 24 jam diharapkan aktivitas klien tidak mamp
dengan mobilitas klien mulai - Bantu klien - Membantu agar - Membantu klien melakukan beraktivitas
kerusakan dijalankan dengan melakukan aktivitas kebutuhan klien aktivitas O :-
penglihatan kriteria terpenuhi A : Masala
- Klien mampu - Anjurkan keluarga - Memberikan motivasi - Menganjurkan keluarga untuk belum teratas
melakukan aktivitas untuk membantu keluarga dalam membantu aktivitas klien P : Interven
seperti biasanya aktivitas klien membantu aktivitas dilanjutkan
- Klien mampu klien
melakukan perawatan - Berikan motivasi - Memotivasi klien - Memberikan motivasi agar
diri sendiri agar klien dapat agar klien dapat klien dapat beraktivitas seperti
beraktivitas seperti bersemangat dalam biasanya
biasanya melakukan aktivitas

No DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL IMPLEMENTASI EVALUASI


3. Resiko tinggi Setelah dilakukan - Kaji tanda infeksi - Mengidentifikasi - Mengkaji tanda infeksi S :-
terhadap tindakan keperawatan 2 secara dini adanya - Mengkaji vital sign O : - Adanya luk
infeksi x 24 jam diharapkan - Kaji vital sign infeksi - Menutup mata klien dengan jahitan pad
berhubungan resiko injeksi tidak - Mengontrol kasa kornea
dengan terjadi dengan kriteria - Tutup mata klien munculnya infeksi - Menggunakan teknik aseptik - Skler
prosedur - Tanda-tanda infeksi dengan kasa - Mengurangi dan untuk menjaga kesterilan tampak
pembedahan tidak muncul mencegah timbulnya - Berkolaborasi dengan tim merah
- Vital sign dalam batas - Gunakan teknik mikro organisme medis dalam pemberian - Mata berair
normal aseptik untuk - Mengurangi jalan therapy obat A : Masala
menjaga kebersihan masuk mikro Topikal : Tobrex belum teratas
organisme Robradex 6 x 1 PT P : Interven
- Kolaborasi dengan - Membantu Catarlent dilanjutkan
tim medis dalam mengurangi gejala Inj : Genta 80 mg
pemberian therapy infeksi Kalnex 1 amp
obat Oral : Phaproxin 2 x 1
As-mef 2 x 1
Selcom. C 1 x 1
Glaucon 2 x 1
CTM 2 x 1

Anda mungkin juga menyukai