HERPES ZOSTER
Oleh :
Pembimbing :
2020
LEMBAR PENGESAHAN
klinik pada bagian Ilmu Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Pembimbing,
i
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur bagi ALLAH, atas rahmat dan karunia-Nya jualah,
akhirnya laporan kasus yang berjudul “Herpes Zoster” ini dapat diselesaikan
dengan baik. Laporan Kasus ini ditujukan sebagai salah satu syarat untuk
mengikuti ujian kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
laporan kasus ini yang telah memberikan bimbingan dan banyak kemudahan
kekurangan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan
penulis demi kebaikan di masa yang akan datang. Harapan penulis semoga
laporan kasus ini bisa membawa manfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Secara etimologi Herpes Zoster berasal dari bahasa yunani yaitu herpein
(merayap) dan zoster (sabuk).1 Istilah awam masyarakat sendiri biasa menyebut
dengan istilah cacar api dikarenakan terdapat ruam kulit yang menimbulkan nyeri
Herpes zoster yang sering disebut dengan istilah shingles adalah penyakit
yang disebabkan oleh varicella zoster virus (VZV), dengan manifestasi klinis
berupa nyeri disertai blister yang muncul mengikuti dermatom saraf dan sering
terbatas pada area di satu sisi tubuh dan membentuk garis. Infeksi awal herpes
zoster adalah varicella atau cacar air yang biasanya menyerang pada usia anak
hingga remaja. Setelah varicella sembuh, virus ini akan dalam keadaan dorman di
ganglion saraf dan dapat teraktivasi menimbulkan herpes zoster apabila imunitas
menurun.3
dengan sekitar 500.000 kasus baru setiap tahun di Amerika Serikat. Herpes zoster
varisela, virus varisela zoster berpindah tempat dari lesi kulit dan permukaan
1
serabut saraf sensoris ke ganglion sensoris. Pada ganglion terjadi infeksi laten,
virus tersebut tidak lagi menular dan tidak bermultiplikasi, tetapi tetap
umumnya terjadi pada dermatom sesuai dengan lokasi ruam varisela yang
terpadat. Aktivasi virus varisela zoster laten diduga karena keadaan tertentu yang
dengan dosis 800 mg lima kali sehari selama tujuh sampai 10 hari. Selain itu
diberikn analgetik untuk menghilangkan rasa nyerinya dan bedak salicyl talc
yang terbanyak adalah neuralgia paska herpetik yaitu berupa rasa nyeri yang
persisten setelah krusta terlepas. Komplikasi jarang terjadi pada usia di bawah 40
tahun, tetapi hampir 1/3 kasus terjadi pada usia di atas 60 tahun. Penyebaran dari
ganglion yang terkena secara langsung atau lewat aliran darah sehingga terjadi
herpes zoster generalisata. Hal ini dapat terjadi oleh karena defek imunologi
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFENISI
oleh reaktivasi dari Varicella Zoster Virus (VZV) laten pada ganglia
virus varisela zoster yang laten berdiam terutama dalam sel neuronal dan
B. EPIDEMIOLOGI
musiman dan tidak tergantung pada prevalensi varisela. Tidak ada bukti
virus host dan keberadaan respons imun yang diperlukan untuk mencegah
Faktor risiko utama untuk herpes zoster adalah usia. Insiden herpes
antara populasi umum adalah sekitar 10% hingga 30%, dengan risiko
meningkat tajam setelah 50 tahun. Dalam studi oleh Insigna dkk, kejadian
3
herpes zoster yang disesuaikan dengan usia dan jenis kelamin adalah 320 per
100.000 orang-tahun di Amerika Serikat dari 2000 hingga 2001. Angka itu
antara anak-anak berusia 0 hingga 14 tahun adalah 110 per 100.000 orang-
tahun.2,5
Secara umum, herpes zoster jarang terjadi pada individu yang berusia
kurang dari 10 tahun dan jarang terjadi pada bayi. Semakin muda seorang
akan berkembang masa kanak-kanak atau dewasa awal. Dalam hal ini,
herpes zoster infantil lebih sering dikaitkan dengan infeksi virus uterus
berkembang, dan karena itu mereka berisiko untuk herpes zoster setelah
kelahiran.5
memiliki risiko herpes zoster yang secara signifikan lebih besar (tergantung
imunokompeten pada usia yang sama. Sepuluh persen kasus herpes zoster
4
dimediasi kekebalan (misalnya, lupus eritematosa sistemik, artritis
reumatoid). 2
C. ETIOPATOGENESIS
penyebab dari 2 penyakit berbeda yaitu varisela (juga dikenal cacar air) dan
ditandai dengan demam ringan dan disertai vesikel berisi cairan yang gatal
pada seluruh tubuh. Selama varisela, VZV berpindah dari lesi di kulit dan
neuron yang dapat bertahan seumur hidup. Densitas VZV laten terbanyak di
daerah ganglia yang menginervasi kulit dengan kepadatan terbesar dari lesi
dalam mencegah reaktivasi virus dan zoster. Jika imunitas seluler spesifik
terhadap VZV menurun, virus dapat reaktivasi dari ganglion turun melalui
Pada individu dengan gangguan sistem imun berat dapat terjadi zoster
diseminata.4
5
Menurut teori Hope-Simpson, sesudah infeksi primer VZV, selain
VZV akan menetap laten di ganglion saraf dorsalis, infeksi ini akan
kemampuan VZV laten untuk reaktivasi. Kekebalan seluler spesifik VZV ini
menurun bertahap sejalan usia namun secara berkala juga di-booster oleh
infeksi subklinis akibat paparan VZV (misalnya ketika merawat anak yang
cepat dihambat oleh respon imun sehingga tidak ada ruam yang timbul.
zoster. Besarnya jumlah VZV yang diproduksi selama episode herpes zoster
6
Gambar1. Pathogenesis herpes zoster bedasarkan Hope-Simpson 1965.
jelas dengan penekanan imun. Faktor lain seperti radiasi, trauma fisis, obat-
obatan tertentu, infeksi lain, atau stress dapat dianggap sebagai pencetus
D. GAMBARAN KLINIS
1. PRODROMAL
7
herpes zoster mungkin dikacaukan dengan nyeri akibat penyakit pada
dari 30 tahun, tetapi terjadi pada sebagian besar orang dengan herpes
2. RUAM
Ciri khas herpes zoster yang paling khas adalah lokalisasi dan
dan batang dari T3 ke L2 (> 50%), paling sering terkena; lesi herpes
8
Lesi herpes zoster dimulai sebagai makula eritematosa dan papula
selama 7 hari). Ruam ini paling parah dan berlangsung paling lama
3. NYERI
Meskipun ruam itu penting, nyeri adalah gejala utama dari herpes
zoster, terutama pada orang tua. Beberapa pasien dengan herpes zoster
tidak mengalami rasa sakit, tetapi sebagian besar (> 85% di atas usia
akut (30 hari pertama setelah onset ruam) yang berkisar dari ringan
"menusuk." 2
4. PRURITUS
9
E. DIAGNOSA BANDING
1. Dermatitis venenata
kontak iritan tipe akut lambat yang biasanya disebabkan oleh gigitan,
liur, atau bulu serangga yang terbang pada malam hari, dimana
gambaran klinis dan gejalanya baru muncul 8 sampai 24 jam atau lebih
setelah kontak.6
terjadi di daerah yang panas serta beriklim tropis, salah satu yang
kecuali untuk kepala, sayap depan dan ujung perut, yang berwarna
hitam. 6
secara langsung atau tidak langsung melalui handuk, baju, atau alat
lain yang tercemar oleh racun serangga tersebut. Kelainan kulit dapat
10
kontak. Respon yang berbeda terlihat pada kulit tergantung pada
tubuh yang paling sering terkena termasuk wajah, leher, bahu, lengan
dan area di sekitar pinggang. Dapat pula terjadi kondisi kissing lesion
yaitu sepasang lesi kulit yang sama yang terjadi akibat lesi kulit
11
dewasa dan umumnya didapat selama masa kanak-kanak melalui
asimptomatik.7
kutaneus, lidah dorsal dan lateral, gingiva, dan palatum keras. Ruam
dan labia dan meatus uretra pada wanita. Wabah pada wanita
12
virus masih tetap ada dalam keadaan tidak aktif di ganglia akar saraf
lokal. 7
F. DIAGNOSIS
Pada tahap pra erupsi, nyeri prodromal dari herpes zoster sering
menjadi jelas. 2
Untuk kasus- kasus yang tidak jelas, deteksi antigen atau nucleus acid
varicella zoster virus, isolasi virus dan sediaan hapus lesi atau pemeriksaan
chain reaction (PCR) merupakan tes diagnostic yang paling sensitive dan
histopatologi. Infeksi kulit VZV diawali oleh infeksi sel epitel di lapisan
jam sebagai akibat dari infeksi peningkatan jumlah sel epitel, yang
13
menunjukkan acanthosis, "degenerasi balon," badan inklusi intranuklear
sejumlah besar virus infeksi sel bebas dan sel raksasa berinti banyak dengan
terbentuk oleh fusi sel-sel epitel yang terinfeksi dengan sel-sel yang
mononuklear.2
Kehadiran sel raksasa berinti banyak dan sel epitel yang mengandung
oleh VZV dari semua erupsi vesikular lainnya, seperti yang disebabkan oleh
oleh HSV. Sel-sel ini dapat diperlihatkan dalam apusan Tzanck yang
disiapkan di samping tempat tidur dari bahan yang dikikis dari dasar lesi
ke dalam kultur jaringan fibroblast manusia, sel raksasa berinti banyak yang
oleh fusi sel yang terinfeksi dengan sel yang terinfeksi dan yang tidak
14
Tes diagnostik terbaik untuk mendeteksi VZV adalah reaksi rantai
ketersediaan siap, dan waktu penyelesaian yang relatif cepat (1 hari atau
kurang) . Cairan vesikel adalah spesimen terbaik untuk analisis PCR, tetapi
bermanfaat. PCR dapat membedakan VZV dari HSV, dan wildtype VZV
dari strain vaksin Oka dari VZV Isolasi virus kurang sensitif dan mungkin
memakan waktu seminggu atau lebih, tetapi itu adalah satu-satunya teknik
penentuan sensitivitas terhadap obat antivirus. VZV sangat labil, dan hanya
30% hingga 60% dari kultur dari kasus yang terbukti umumnya positif.
ke dalam kultur sel. Penting untuk memilih vesikel baru yang mengandung
berkurang dengan cepat ketika lesi menjadi pustular. VZV hampir tidak
perbandingan, tetapi ini jarang dilakukan. Tes serologis lebih penting untuk
imunosorben terkait-enzim fase padat (ELISA). Namun, tes ini (ada banyak
15
Sekelompok vesikel, terutama di dekat mulut atau alat kelamin, dapat
zoster karena alasan klinis. Dengan tidak adanya defisiensi imun yang jelas
dan klinis, riwayat berulangnya beberapa kali pada dermatom yang sama
16
Gejala dan pemeriksaan fisik
Sesuai Tidak
Tidak
Tidak
Terapi suportif
Terapi antiviral oral Mempertahankan lesi kulit bersih dan kering
ditambah analgesic Rasa tidak nyaman: kompres basah / dingin /
asetaminofen/NSAID losio kalamin
Infeksi sekunder: antibiotik topikal atau oral
Asiklovir topikal tidak direkomendasikan
17
G. PENGOBATAN
1. Sistemik
a. Obat antivirus
b. Kortikosteroid
terlibat. 1
18
perbaikan kualitas hidup. Mengingat risiko komplikasi terapi
c. Analgesik
2. Topikal
a. Analgetik topical
1) Kompres
19
2) Antiinflamasi non steroid
lebih nyaman. 1
b. Anastesi local
20
c. Kortikosteroid
pada lesi akut herpes zoster dan juga tidak dapat mengurangi resiko
terjadinya NPH. 1
H. PENCEGAHAN
21
BAB III
LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien
Nama : Nn. SS
Umur : 14 Tahun
Pekerjaan : Pelajar
J. Anamnesis
1. Keluhan Utama :
2. Riwayat Penyakit
RSKD Dadi Makassar dengan keluhan nyeri dan terasa panas pada
kurang lebih 5 hari yang lalu. Nyeri di rasakan hilang timbul dan biasa
pada sore-malam hari. Selain itu terdapat lesi kulit berupa bintik-bintik
kecil yang merah dan berisi air. Pada awalnya pasien hanya merasa
22
harinya. Pasien juga mengeluh demam sebelumnya dan telah
disangkal.
Riwayat cacar air ketika berusia kurang lebih 3 tahun, dan berobat
di puskesmas terdekat.
kandung pasien.
K. Pemeriksaan Fisik
Effloresensi : Pada region lumbaris sinistra tampak vesikel dan bulla dengan
dasar eritematosa
23
.
L. Diagnosis
Herpes Zoster
M. Diagnosis Banding
1. Dermatitis venenata
N. Penatalaksanaan
24
O. Resume
Pasien perempuan berumur 14 tahun di poli kulit dan kelamin RSKD Dadi
Makassar dengan keluhan nyeri dan terasa panas pada punggung sebelah
kiri. Keluhan nyeri pertama kali muncul sejak kurang lebih 5 hari yang lalu.
Nyeri di rasakan hilang timbul dan biasa pada sore-malam hari. Selain itu
terdapat lesi kulit berupa bintik-bintik kecil yang merah dan berisi air. Pada
awalnya pasien hanya merasa nyeri pada punggung kiri, namun lama
semakin banyak tiap harinya. Pasien juga mengeluh demam sebelumnya dan
telah mengonsumsi obat paracetamol sejak 3 hari yang lalu. Riwayat alergi
P. Prognosis
Ad vitam : bonam
Ad Functionam : bonam
Ad sanationam : bonam
Q. Edukasi
Pasien yang terkena infeksi menular karena virus dapat ditularkan melalui
kontak langsung dengan lesi herpes zoster dan, lebih jarang, melalui
penyebaran melalui udara dari aerosolisasi virus dari lesi kulit. Anak-anak
yang terkena harus dijauhkan dari sekolah atau penitipan anak sampai kerak
muncul dan kontak dengan wanita hamil khususnya harus dihindari. Cacar
air dapat berkembang pada individu yang rentan terpapar herpes zoster.
25
Tindakan pencegahan umum meliputi kebersihan pribadi yang baik, dengan
penekanan khusus pada mencuci tangan, pakaian yang tepat, dan menutupi
lesi yang terbuka dengan perban. Kuku harus dipangkas untuk mengurangi
cedera akibat garukan. Jika infeksi bakteri sekunder terjadi, terapi antibiotik
26
BAB IV
PEMBAHASAN
HZ (juga disebut zoster atau herpes zoster) adalah erupsi vesikular akut
yang disebabkan oleh reaktivasi infeksi laten dengan VZV di ganglia sensoris.
Meskipun paling sering terlihat pada orang tua atau orang yang tertekan sistem
imunnya, hal itu juga dapat terjadi pada anak-anak. Meskipun zoster pediatrik
paling sering terjadi pada anak-anak yang imunokompromais atau mereka yang
memiliki infeksi intrauterin primer atau varisela akut dalam tahun pertama
kehidupan, kadang-kadang terjadi pada anak-anak tanpa faktor risiko ini. Seperti
pada pasien ini, berdasarkan anamnesis yang didapat, tidak di temukan adanya
infeksi intrauterine, riwayat varisela berumur 3 tahun dan tidak termasuk dalam
reaktivasi dan replikasi VZV yang menghasilkan HZ telah dikaitkan paling jelas
mencegah reaktivasi virus dan zoster. Jika imunitas seluler spesifik terhadap VZV
menurun, virus dapat reaktivasi dari ganglion turun melalui axon saraf ke sel
epitel berreplikasi dan menyebabkan zoster dermatomal. Selain usia dan keadaan
infeksi lain, atau stress dapat dianggap sebagai pencetus. Pada pasien ini
didapatkan bahwa pasien adalah anak yang aktif dalam organisasi pramuka dan
27
dapat mengakibatkan penurunan imunitas serta dapat menyebabkan stress
emosional.
tidak ada peningkatan, dan menunjukkan bahwa mungkin ada faktor risiko lain
yang tidak teridentifikasi untuk HZ yang berubah dari waktu ke waktu. Dalam
penelitian terhadap 322 anak-anak dengan HZ, kejadian pada anak-anak yang
divaksinasi (baik tipe liar atau jenis vaksin) 79% lebih rendah dibandingkan anak
yang tidak divaksinasi (tipe liar saja). Karena lisensi dari vaksin Oka strain
varicella yang dilemahkan, telah menjadi jelas bahwa HZ dapat disebabkan oleh
berair di daerah punggung sebelah kiri yang timbul sejak 5 hari sebelum pasien
disertai bulla yang berkelompok di atas dasar kulit yang eritema yang terdapat di
regio lumbaris (L2). Awalnya pasien mengeluh nyeri pada punggung sebelah
kiri, kemudian timbul bintil-bintil merah berisi air dan berkelompok di daerah
punggung sebelah kiri dan semakin bertambah banyak. Riwayat demam dialami
2-3 hari sebelum timbul lesi, namun keluhan membaik setelah minum obat
penurun panas.
dermatomal dari satu atau lebih saraf sensorik. Dermatom yang paling sering
terkena adalah saraf servikal kedua hingga ke sarah lumbar kedua (C2 ke L2) dan
28
sarah kranial kelima dan ketujuh. Pasien sering mengeluh hiperestesia, nyeri, dan
nyeri tekan ringan di daerah yang terkena, biasanya sebelum ada temuan kulit.
Meskipun erupsi biasanya unilateral dengan batasan yang jelas di garis tengah,
beberapa lesi vesikuler yang tersebar secara acak di luar keterlibatan dermatom
primer, dan lesi yang tersebar seperti itu tidak selalu merupakan zoster
diseminata. 3
saraf yang menyimpang dari situs latensi ganglion. Pada dermis dan epidermis,
virus membentuk siklus replikasi baru dengan munculnya kelompok lesi vesikular
pada dermatom yang dipersarafi oleh serat saraf, paling umum di dada. Biasanya,
satu dermatome terlibat, walaupun dua atau tiga dermatom yang berdekatan
mungkin terpengaruh. Lesi disertai dengan rasa sakit setempat yang, pada
pemberian anestesi lokal. Dalam beberapa kasus, nyeri bertahan selama lebih dari
kerokan vesikel berguna. Biakan virus dapat digunakan, tetapi VZV dapat
PCR tidak tersedia secara luas untuk penggunaan klinis, dan studi serologis
29
Pengobatan untuk HZ terdiri dari tindakan simptomatik dan terapi antivirus
spesifik. Pada pasien ini, diberikan pengobatan antivirus yaitu, asiklovir 800 mg
dengan dosis 5 x 1 selama 5 hari. Tujuan dari terapi antivirus adalah untuk
pembentukan lesi yang baru, mengurangi rasa sakit yang terkait dengan neuritis
akut dan mungkin mengurangi komplikasi dari penyakit. Asiklovir oral (20 mg /
kg / dosis, maksimum 800 mg / dosis) lima kali sehari selama 5 hingga 7 hari
lain pada pasien imunokompeten atau mereka yang dengan HZ tanpa komplikasi
Calamine), antihistamin, dan analgesik. Yang mana pada pasien ini di berikan
analgesik, berupa asam mefenamat 500mg dengan dosis 4x1/2 selama 3 hari.
Selain itu pasien di berikan juga antibiotik, cefadroxyl 500 mg dengan dosis
terhadap infeksi bakteri sekunder. Lesi pada herpes zoster dimulai dari
dari satu atau lebih saraf sensorik yang perluasaanya dapat terjadi hingga 1
30
penyembuhannya sehingga ketika pecah terjadi luka terbuka yang dapat menjadi
sekunder.
31
BAB V
KESIMPULAN
Herpes zoster (HZ) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh reaktivasi
virus varisela zoster (VZV) yang laten berdiam terutama dalam sel neuronal dan
kadang--kadang di dalam sel satelit ganglion radiks dorsalis dan ganglion sensorik
saraf kranial; menyebar ke dermatom atau jaringan saraf yang sesuai dengan
Faktor risiko utama untuk herpes zoster adalah usia. Secara umum, herpes
zoster jarang terjadi pada individu yang berusia kurang dari 10 tahun dan jarang
terjadi pada bayi. Semakin muda seorang anak ketika ia menderita varisela,
atau dewasa awal. Faktor lain seperti radiasi, trauma fisis, obat-obatan tertentu,
infeksi lain, atau stress dapat dianggap sebagai pencetus walaupun belum pasti.
komplikasinya.
32
DAFTAR PUSTAKA
2. Levin MJ, Schmader KE, Oxman MN. Varisela and Herpes Zoster. Dalam:
Kang S, Amagi M, Bruckner AL, editors. Fitzpatricks’ Dermatology. 9th
Edition. New York: Mc-Graw Hill; 2019. Hal: 3035-64.,
3. Paller AS, Mancini AJ. Hurwitz Clinical Pediatric Dermatology. 5th ed.
Canada: Elsevier Saunders, 2016.
4. Pusponegoro EHD, Nilasari H, Lumintang H, Niode NJ, Daili SF, Djauzi S.
Buku Panduan Herpes Zoster Di Indonesia. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2014. Hal: 121-6
5. Leung AK, Barankin B. Herpes zoster in childhood. OJPed. 2015;5:39-44
6. Fahri M, Hidayat N, Ismail S. Dermatitis Venenata. Jurnal Medical
Profession; 2019. Hal: 23-7.
7. Currimbhoy S, Dominguez AR. Herpes Simplex and Varicella Zoster. Dalam
: Richard DJ, Pandya AG, editors. Dermatology Atlas for Skin of Color.
Verlag Berlin Heidelberg. Springer; 2018. Hal : 201-14
8. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI).
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia.
Jakarta: PERDOSKI; 2017.
9. Freer G, Pistello M,. Varicella-zoster virus infection: natural history, clinical
manifestations, immunity and current and future vaccination strategies. New
Microbiologica. 2018; 41, 2, 95-105.
10. Kennedy PGE, Gershon AA. Clinical Features of Varicella-Zoster Virus
Infection. MDPI; 2018;10;609-20
33