Anda di halaman 1dari 46

MAKALAH REKLANSIA LANSIA

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN GANGGUAN KOGNITIF

Dosen Pembimbing :
Ns. Ernawillia S.Kep

Disusun Oleh :
KELOMPOK 4
1. Lulu Aulia
2. Mariah Ulfa A
3. Sartika Wulandari
4. Yeyen Ayunita
5. Novi Andaresfa

STIKES IMC BINTARO


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI S1 KEPERAWATAN TAHUN AJARAN
2018/2019
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita semua dengan segala
nikmatnya. Yang telah memberikan rahmat dan karunianya kepada kami, sehingga kami bisa
menyelesaikan tugas mata kuliah REKREASI PADA LANSIA yang berjudul “Lansia Dengan
Gangguan Kognitif”.
Dalam menyelesaikan makalah ini kami dibantu oleh banyak pihak. Untuk itu kami
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ns. Ernawillia S.Kep. Selaku dosen mata kuliah yang telah
memberikan tugas makalah.
Terima kasih juga kepada teman-teman kelompok yang telah membantu dalam
menyelesaikan tugas makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Besar harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat, terlepas dari masih banyaknya
kekurangan pada makalah kami.

2
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... 3
BAB 1 Pendahuluan............................................................................................................... 4
Latar Belakang ......................................................................................................................... 4
Tujuan ...................................................................................................................................... 4
BAB II Pembahasan .............................................................................................................. 5
Gangguan Kognitif................................................................................................................... 5
Definisi Demensia .................................................................................................................... 5
Klasifikasi Demensia ............................................................................................................... 6
Etiologi Demensia .................................................................................................................... 8
Manifestasi Klinis Demensia ................................................................................................... 9
Patofisiologi Demensia ............................................................................................................ 9
Pathway Demensia ................................................................................................................... 11
Pemeriksaan Penunjang Demensia .......................................................................................... 12
Penatalaksanaan Demensia ...................................................................................................... 13
BAB III Asuhan Keperawatan.............................................................................................. 14
Pengkajian ................................................................................................................................ 14
Diagnosis Keperawatan ........................................................................................................... 36
Intervensi.................................................................................................................................. 36
Implementasi ............................................................................................................................ 38
Evaluasi .................................................................................................................................... 38
SAP Teka-teki silang ................................................................................................................ 39
BAB IV Penutup .................................................................................................................... 45
Kesimpulan .............................................................................................................................. 45
Saran ........................................................................................................................................ 45
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 46

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sehat adalah suatu keadaan sejahtera yang meliputi fisik, mental, dan sosial yang tidak
hanya bebas dari penyakit atau kecacatan World Health Organization (WHO, 2015).
Menurut undang-undang No. 18 tahun 2014 pengertian kesehatan jiwa adalah kondisi
dimana keadaan seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan
sosial sehingga individu tersebut menyadari kemempuan sendiri, dapat mengatasi
tekanan, dapat bekerja secara produktif dan dapat memberikan kontribusi pada
komunitasnya (Kemenkumham, 2014)
Demensia merupakan jenis penyakit yang tidak menular, tetapi mempunyai dampak yang
membahayakan bagi fungsi kognitif lansia. Demensia adalah keadaan ketika seseorang
mengalami penurunan daya ingat dan daya fikir lain yang secara nyata mengganggu
kehidupan sehari-hari (Nugroho, 2014).
Kriteria demensia yaitu kehilangan kemampuan intelektual termasuk daya ingat yang
cukup berat, sehingga dapat mengganggu fungsi sosial dan pekerjaan (Santoso&Ismail,
2013).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui perawatan pada klien lansia dengan gangguan kognitif.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada klien lansia dengan gangguan kognitif.
b. Mampu melakukan diagnosis pada klien lansia dengan gangguan kognitif.
c. Mampu melakukan intervensi pada klien lansia dengan gangguan kognitif.
d. Mampu melakukan implementasi pada klien lansia dengan gangguan
kognitif.
e. Mampu melakukan evaluasi pada klien lansia dengan gangguan kognitif.

C. Manfaat Penulisan
Meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang klien lansia dengan gangguan kognitif.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Gangguan Kognitif merupakan gangguan dan kondisi yang mempengaruhi kemampuan
berfikir seseorang. Individu dalam masalah seperti itu akan memiliki kesulitan dengan
ingatan, persepsi dan belajar. Meskipun berbeda dari pengetahuan yang sebenarnya,
kognisi memainkan peran penting dalam kemampuan seseorang untuk belajar dan akhirnya
hidup sehat dan normal. Ketidakmampuan mengingat beberapa informasi atau
keterampilan sikap aktivitas mental secara sadar seperti berpikir, mengingat, belajar, dan
menggunakan Bahasa. Fungsi kognitif juga merupakan kemampuan atensi, memori,
pertimbangan, pemecahan masalah, sserta kemampuan eksekutif seperti merencanakan,
menilai, mengawasi, dan melakukan evaluasi. (Strub & Black, 2012)
1. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Fungsi Kognitif
Factor – factor yang mempengaruhi fungsi kognitif pada lansia yaitu proses
penuaan pada otak dan pertambahan usia. Sebagian besar bagian otak termasuk
lobus frontal mempunyai peranan penting dalam penyimpanan ingatan di otak
(Lucas, 2013). Factor pertambahan usia yaitu bertambahnya usia seseorang maka
akan semakin banyak terjadi perubahan pada berbagai system dalam tubuh yang
cenderung mengarah pada penurunan fungsi. Pada fungsi kognitif terjadi
penurunan fungsi intelektual, berkurangnya kemampuan transmisi saraf otak yang
menyebabkan proses informasi menjadi lambat, banyak informasi hilang selama
transmisi, berkurangnya kemampuan mengakumulasi informasi baru dan
mengambil informasi dari memori (Prankarka, 2014).

B. Definisi Demensia
Definisi demensia menurut WHO adalah sindrom neurodegenerative yang timbul karena
adanya kelainan yang bersifat kronis dan progresifitas disertai dengan gangguan fungsi
luhur multiple seperti kalkulasi, kapasitas belajar, Bahasa dan pengambilan keputusan.
Kesadaran pada demensia tidak terganggu. Gangguan fungsi kognitif biasanya disertai
dengan perburukan control emosi, perilaku, dan motivasi. (WHO, 2014).
Demensia adalah sindroma klinis yang meliputi hilangnya fungsi intelektual dan memori

5
yang sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari – hari. Demensia
merupakan keadaan ketika seseorang mengalami penurunan daya ingat dan daya piker lain
yang secara nyata menganggu aktivitas kehidupan sehar – hari. (Nugroho, 2015)
Jadi, demensia sendiri merupakan penurunan fungsi kognitif seseorang yang dapat
menyebabkan penurunan daya inat sehingga dapat menganggu aktivitas sehari – hari,
sosial, emosional.

C. Klasifikasi
1. Menurut Kerusakan Struktur Otak
a. Tipe Alzheimer
Alzheimer adalah kondisi dimana sel saraf pada otak mengalami kematian
sehingga membuat signal dari otak tidak dapat di transmisikan sebagaimana
mestinya (Grayson, C. 2013).
Penderita Alzheimer mengalami gangguan mmeori, kemampuan membuat
keputusan dan juga penurunan proses berpikir. Sekitar 50-60% penderita
demensia disebabkan karena penyakit Alzheimer.
Demensia tipe ini ditandai dengan gejala :
1) Penurunan fungsi kognitif.
2) Daya ingat terganggu, ditemukan adanya : afaksia, apraksia,
agnosia, gangguan fungsi eksekutif.
3) Tidak mempu mempelajari / mengingat informasi baru.
4) Perubahan kepribadian (depresi, obsestive, kecurigaan).
5) Kehilangan inisiatif

b. Demensia Vascular
Demensia tipe vascular disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah di otak
dan setiap penyebab atau factor resiko stroke dapat berakibat terjadinya
demensia. Depresi bisa disebabkan karena lesi tertentu di otak akibat
gangguan sirkulasi darah otak, sehingga depresi dapat diduga sebagai
demensia vascular.
Tanda-tanda neurologis fokal seperti :

6
1) Peningkatan reflek tendon dalam.
2) Kelainan gaya berjalan.
3) Kelemahan anggota gerak.

c. Penyakit Lewy Body (Lewy Body Disease)


Penyakit Lewy Body (Lewy Body Disease) ditandai oleh adanya Lewy Body
di dalam otak. Lewy Body adalah gumpalan gumpalan protein alpha-
synuclein yang abnormal yang berkembang di dalam sel-sel saraf.
Abnormalitas ini terdapat di tempat-tempat tertentu di otakk, yang
menyebabkan perubahan-perubahan dalam bergerak, berpikir, dan
berkelakukan. Orang yang menderita penyakit ini dapat merasakan sangat
naik-turunnya perhatian dan pemikiran. Mereka dapat berlaku hampir
normal dan kemudian menjadi sangat kebingungan dalam waktu yang
pendek saja. Halusinasi visual (meliat hal-hal yang tidak ada) juga
merupakan gejala yang umum.

d. Demensia Frontotemporalis (Frontotemporalis Dementia)


Demensia ini menyangkut kerusakan yang berangsur – angsur pada bagian
depan (frontal) dan/atau temporalis dari lobus (cuping) otak. Gejala-
gejalanya sering muncul ketika orang berusia 50-an, 60-an dan kadang-
kadang lebih awal dari itu. Ada dua penampakan utama dari demensia front
temporalis-frontal (menyangkut gejala-gejala dalam kelakuan dan
perubahan kepribadian) dan temporal (menyangkut gangguan pada
kemampuan Bahasa).
2. Menurut Usia
a. Demensia Senilis (usia > 65 tahun)
Demensia senilis merupakan demensia yang mencul setelah umur 65 tahun.
Biasanya terjadi akibat perubahan dan degenerasi jaringan otak yang diikuti
adanya gambaran deteriorasi mental.

7
b. Demensia Prasenilis (usia < 65 tahun)
Demensia Pre Senilis merupakan demensia yang dapat terjadi pada
golongan umur lebih muda (onset dini) yaitu umur 40-59 tahun dan dapat
disebabkan oleh berbagai kondisi medis yang dapat mempengaruhi fungsi
jaringan otak (penyakit degenerative pada system saraf pusat, penyebab
intra kranial, penyebab vascular, gangguan metabolic dan endokrin,
gangguan nutrisi, penyebab trauma, infeksi dan kondiis lain yang
berhubungan , penyebab toksik (keracuan))

D. Etiologi
1. Penyakit Alzheimer
Penyebab utama dari penyakit demensia adalah penyakit Alzheimer, yang
penyebabnya sendiri belum diketahui secara pasti. Penyakit Alzheimer disebabkan
karena adanya kelainan faktoe genetic atau adanya kelainan gen tertentu. Bagian
otak mengalami kemunduran sehingga terjadi kerusakan sel dan berkurangnya
respon terhadap bahan kimia yang menyalurkn sinyal di otak.
Jaringan abnormal ditemukan di dalam otak (disebut plak senilitis dan serabut saraf
yang tidak teratur) dan protein abnormal. (Nugroho, 2014).
2. Serangan Stroke yang Berturut-turut.
Stroke tunggal yang ukurannya kecil dan menyebabkan kelemahan yang ringan
atau kelemahan yang timbul secara perlahan. Stroke kecil ini secara bertahap
menyebabkan kerusakan jaringan otak, daerah otak yang mengalami kerusakan
akibat sumbatannya aliran darah yang disebut dengan infark. Demensia yang
disebabkan oleh sstroke kecil disebut dengan demensia multi-infark. Sebagian
penderitanya memiliki tekanan darah tinggi atau kencing manis, yang keduanya
menyebabkan kerusakan pembuluh darah di otak. (Nugroho, 2014).
3. Syndroma demensia dengan penyakit yang etiologi dasarnya tidak dikenal
kenainan yaitu : terdapat pada tingkat subseluler atau secara biokimiawi pada
system enzim, atau pada metabolism.
4. Sindroma demensia dengan etiologi yang dikenal tetapi belum dapat diobati,
penyebab utama dalam golongan : Penyakit degenerative spino serebral.

8
5. Sindroma demensia dengan etiologi penyakit yang dapat diobati : gangguan nutrisi,
akibat intoksikasi menahun, penyakit – penyakit metabolisme.

E. Manifestasi Klinis
Demensia merupakan kondisi yang lama-kelamaan semakin memburuk. Penurunan fungsi
dapat terjadi dalam kurun waktu yang lama sebelum gejala demensia muncul dan
ditemukan. Berikut adalah tanda-tanda demensia :
1. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, “lupa”
menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas.
2. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya : lupa hari, minggu, bulan, tahun,
tempat penderita demensia berada.
3. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar,
menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mengulang kata atau
cerita yang sama berkali-kali.
4. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis yang berlebihan saat melihat sebuah
drama televisi, marah besar pada kesalan kecil yang di lakukan orang lain, rasa
takut dan gugup yang tak beralasan. Penderita demensia kadang tidak mengerti
mengapa perasaan tersebut muncul.
5. Adanya perubahan tingkah laku seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah
sampai susah mengatur pola tidur.

F. Patofisiologi
Demensia sering terjadi pada usia > 65 tahun, gejala yang mencul perubahan kepribadian
dan tingkah laku sehingga mempengaruhi aktivitas sehari – hari. Lansia penderita
demensia tidak mempeprlihatkan gejala yang menonjol pada tahap awal, mereka
sebagaimana lansia pada umumnya mengalami proses penuaan dan degenerative.
Kejanggalan awal dirasakan oleh penderita itu sendiri, mereka sulit mengingat dan sering
lupa jika meletakkan suatu barang. Mereka sering kali menutup-nutupi hal tersebut dan
meyakinkan bahwa itu adalah hal yang biasa pada usia mereka. Kejanggalan berikutnya
mulai dirasakan oleh orang – orang terdekat yang tinggal bersama mereka, mereka merasa
khawatir terhadap penurunan daya ingat yang semakin menjadi, namun sekali lagi keluarga

9
merasa bahwa mungkin lansia kelelahan dan perlu banyak istirahat. Mereka belum
mencurigai adanya sebuah masalah besar di balik penurunan daya ingat yang dialami oleh
orang tua mereka.
Gejala demensia berikutnya yang muncul biasanya berupa depresi pada lansia. Mereka
menjaga jarak dengan lingkungan dan lebih sensitive. Kondisi seperti ini dapat saja diikuti
oleh munculnya penyakit lain dan biasanya akan memperparah kondisi lansia. Pada saat
ini mungkin saja lansia menjadi sangat ketakutan bahkan sampai halusinasi. Disinilah
keluarga membawa lansia penderita demensia ke rumah sakit, dimana demensia bukanlah
menjadi hal utama focus pemeriksaan. Seringkali demensia luput dari pemeriksaan dan
tidak terkaji oleh tim kesehatan. Tidak semua tenaga kesehatan memiliki kemampuan
untuk dapat mengkaji dan mengenali gejala demensia.

10
G. Pathway

Faktor Proses
Imunologi Trauma Lingkungan
Genetik Menua

Gangguan pada neuron Hilangnya serat – serat


fibriliar koligemik di korteks

Atropi Otak Penurunan sel neuro


koligemik

Degenerasi Neuron Kelainan Neurotransmiter

Asetilkoin Menurun

Penurunan Gangguan Gangguan Gangguan Perubahan Perubahan Kehilangan


Daya Ingat Kognitif Memori Fungsi Intelektual Prilaku Fungsi
Bahasa Tonus Otot

Penurunan Muncul Kehilangan Perubahan


Mudah
Kemampuan Gejala Neuro Kemampuan Mengawasi
Lupa
Aktivitas Psikiatrik Menyelesaikan Keadaan
Masalah Kompleks
dan
Deficit Perubahan Kesulitan Berpikir
Perawatan Persepsi Mengatur Ketidakefektifan Abstrak
Diri Sensori Pola Tidur Koping
Kerusakan
Risiko Gangguan Memori
Jatuh Pola
Tidur

11
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium Rutin
Pemeriksaan laboratorium hanya dilakukan begitu diagnosis klinis demensia
ditegakkan untuk membantu pencarian etiologi demensia khususnya pada demensia
reversible, walaupun 50% penyandang demensia adalah demensia Alzheimer
dengan hasil laboratorium normal, pemeriksaan laboratorium rutin sebaiknya
dilakukan. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan : pemeriksaan darah lengkap,
urinalisis, elektrolit serum, kalsium darah, ureum, fungsi hati, hormone tiroid, kadar
asam folat.
2. Imaging
Computed Tomography (CT) Scan dan MRI (Magnetic Resonance Imaging) telah
menjadi pemeriksaan rutin dalam pemeriksaan demensia walaupun hasilnya masih
dipertanyakan.
3. Pemeriksaan EEG (Elektroencephalogram)
Pada pemeriksaan EEG tidak memberikan gambaran secara spesifik dan pada
sebagian besar hasilnya normal. Pada Alzheimer stadium lanjut dapat memberikan
gambaran perlambatan difus dan kompleks periodic.
4. Pemeriksaan Cairan Otak
Fungsi lumbal diindikasikan bila klinis dijumpai awitan demensia akut,
penyandang dengan imunosepresan, dijumpai rangsangan meningen dan panas, tes
sifilis (+), penyengatan meningeal pada CT Scan.
5. Pemeriksaan Neuropsikologis
Meliputi pemeriksaan status mental, aktivitas sehari – hari / fungsional dan aspek
kognitif lainnya. Pemeriksaan neuropsikologis penting untuk sebagai penambahan
pemeriksaan demensia, terutama pemeriksaan untuk fungsi kognitif, minimal yang
cukup atensi, memori, Bahasa, konstruksi visuospatial, kalkulasi dan problem
solving. Pemeriksaan neuropsikologi sangat berguna terutama pada kasus yang
sangat ringan untuk membedakan proses penuaan atau proses depresi.

12
I. Penatalaksanaan
1. Farmakoterapi
a. Untuk mengobati demensia Alzheimer digunakan obat – obatan
antikoliesterase seperti Denepezil, Rivastigmine, Galantamine, Memantine.
b. Demensia vaskuler membutuhkan obat – obatan anti platelet seperti Aspirin,
Ticlopidine, Clopidogrel untuk melancarkan aliran darah ke otak sehingga
memperbaiki ganguan kognitif.
c. Demensia karena stroke yang berturut turut tidak dapat di obati, tetapi
perkembangannya bisa di perlambat atau bahkan dihentikan dengan
mengobati tekanan darah atau kencing manis yang berhbungan dengan
stroke.
d. Jika hilangnya ingatan disebabkan oleh depresi, diberikan obat anti depresi
seperti Sertraline dan Citalopram.
e. Untuk mengendalikan agitasi dan prilaku yang meledak ledak, yang bisa
menyertai demensia stadium lanjut, sering digunakan obat anti psikotik
misalnya, Haloperidol, Quetiapine, Risperidone.
2. Dukungan dan Peran Keluarga
Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantu penderita tetap
memiliki orientasi. Kalender yang besar, cahaya yang terang, jam dinding dengan
angka-angka yang besar.
3. Terapi Simtomatik
a. Diet.
b. Latihan fisik yang sesuai.
c. Terapi rekreasional dan aktivitas.
d. Penanganan terhadap masalah-masalah.

13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
IDENTITAS KLIEN
Nama Ny. L
Usia 70 Tahun
Jenis Kelamin Perempuan
Alamat Jl. Kalimas Baru
Status Pernikahan Menikah
Agama Islam
Pekerjaan IRT
Suku Bangsa Jawa
Tanggal Masuk 02 Januari 2020
Tanggal Pengkajian 02 Januari 2020
Diagnosa Medis Demensia

2. Status Kesehatan
RIWAYAT PENYAKIT
Keluhan Utama Klien mengeluh serig lupa dan sering tterbangun
saat malam hari ± 2x / malam
Riwayat Penyakit Sekarang Klien datang ke RS Citra dengan di antarkan
keluarga tanpa keluhan atau riwayat penyakit
Riwayat Penyakit Dahulu Klien tidak memiliki riwayat penyakit terdahulu
Riwayat Penyakit Keluarga Dalam keluarga klien tidak ada riwayat penyakit
seperti hipertensi, diabetes melitus dan lain-lain.

14
3. Genogram

X X X X X X
Keterangan :

: Perempuan X : Meninggal

: Laki-laki : Menikah

: Penderita / Klien

4. Pola Kesehatan
POLA KESEHATAN
Pola Nutrisi Klien makan 3x1 dengan gizi
seimbang yang telah ditentukan oleh
Panti. Klien memenuhi kebutuhan
makan tanpa dibantu oleh orang lain.
Jumlah minum ± 8 gelas/hari
Freuensi minum ± 2000 ml/24 jam
Pola Eliminasi BAB lancar, warnanya kuning,
bentuknya padat. Frekuensi BAK ±
5x/hari, warnanya kuning cerah, bau
khas kencing.

15
Pola Istirahat dan Tidur Klien tidur ± 3 jam/hari.
Tidur siang ± 1 jam/hari, malam ± 2
jam/hari.
Tidur tidak nyenyak sering terbangun.
Pola Personal Hygiene Mandi 2x/hari, pakai sabun, mandi
pagi dan sore secara mandiri.
Pola Aktivitas Klien mengikuti aktivitas senam pagi
setiap hari di panti.
Ketergantungan Klien beraktivitas secara mandiri.

5. Pemeriksaan Fisik
PEMERIKSAAN FISIK
Suhu 36,7°C
Nadi 82x/menit
Tekanan Darah 110/70 mmHg
Pernafasan 18x/menit
GCS 4 5 6 Compos Mentis
TB 153 cm
BB 56 kg
Keadaan Umum Baik
Kepala
Ekspresi Wajah Grimace (-) Tegang (-)
Rambut Rambut berwarna putih tidak rata,
bersih
Kulit Kepala Bersih dan tidak ada lesi
Mata Simetris, konjungtiva anemis, sklera
putih, tidak ada benjolan, reaksi pupil
terhadap cahaya responnya mengecil,
pupil isokor, terdapat kantung mata.
Hidung Simetris, tidak ada polip, tidak

16
terdapat perapasan cuping hidung.
Telinga Simetris, pendengaran baik
Mulut Bibir atas dan bawah simetris, tidak
terdapat bibir sumbing dan gigi palsu ,
gusi dan lidah bersih
Leher
Asimetris/simetris Bentuknya simetris
Pembesaran Kelenjar Lymfe Tidak ada pembesaran kelenjar lymfe
Pemeriksaan Thoraks Pulmonum
Inspeksi Pergerakan dada simetris, bentuknya
normal chest
Palpasi Tidak ada nyeri tekan, pergerakkan
antara kanan dan kiri seimbang
Perkusi Sonor
Auskultasi Tidak ada suara nafas tambahan
seperti ronchi dan wheezing
Cardiovascular
Inspeksi Ictus cordis tidak tampak
Palpasi Ictus cordis teraba
Perkusi Batas jantung normal
Auskultasi S1 S2 tunggal
Abdomen
Inspeksi Bentuknya datar
Auskultasi Adanya suara bising usus 12x/menit
Perkusi Timpani
Palpasi Saat dipalpasi perutnya tidak teraba
adanya pembesaran hepar dan tidak
ada nyeri tekan
Inguinal – Genetalia dan Anus Tidak terdapat kelainan pada daerah
genetalia

17
Kekuatan Otot
- Rentang gerak - Tidak terbatas
- Deformitas Tremor - Tidak ada deformitas tremor
- Edema kaki - Tidak ada edema kaki
- Penggunaan alat bantu - Tidak menggunakan alat bantu
- Gaya berjalan - Normal

6. Psikososial
PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
Komunikasi dengan orang lain Klien sering berkomunikasi dengan
orang lain
Hubungan dengan orang lain Hubungan dengan orang lain baik
Peran dalam kelompok Klien melakukan perannya dengan
baik
Kesedihan yang di rasakan Jauh dari keluarga terutama tidak
punya anak
Stabilisasi emosi Kurang baik, kadang – kadang marah

7. Pengkajian Indeks
a. Pengkajian KATZ
No. Aktivitas Mandiri Tergantung
1. Mandi. V
Mandiri :
Bantuan hanya pada satu bagian mandi
(seperti punggung atau ekstremitas
yang tidak mampu) atau mandi sendiri
sepenuhnya
Tergantung :
Bantuan mandi lebih dari satu bagian
tubuh, bantuan masuk dan keluar dari

18
kamar mandi, serta tidak mandi sendiri
2. Berpakaian. V
Mandiri :
Mengambil baju dari lemari, memakai
pakaian, melepaskan pakaian,
megancing/mengikat pakaian.
Tergantung :
Tidak dapat memakai baju sendiri atau
hanya sebagian
3. Kekamar Kecil V
Mandiri :
Masuk dan keluar dari kamar kecil
kemudian membersihkan genetalianya
sendiri
Tergantung :
Menerima bantuan untuk masuk
kekamar kecil dan menggunakan
pispot, memakai pampers.
4. Berpindah V
Mandiri :
Berpindah ke dan dari tempat tidur
untuk duduk, bangkit dari kursi sendiri.
Tergantung :
Bantuan dalam naik atau turun dari
tempat tidur atau kursi, tidak
melakukan satu, atau lebih berpindah.
5. Kontinen V
Mandiri :
BAK dan BAB seluruhnya dikontrol
sendiri
Tergantung :

19
Inkontinensia parsial atau total :
penggunaan kateter, pispot, enema, dan
pampers.
6. Makan V
Mandiri :
Mengambil makanan dari piring dan
menyuapi sendiri
Tergantung :
Bantuan dalam hal mengambil makanan
dari piring dan menyuapinya, tidak
makan sama sekali, dan makan
parenteral (NGT)
Keterangan :
Berikan tanda (V) pada point yang sesuai kondisi klien

b. Barthel ADL (Activity of Daily Living)


No. ADL Nilai Keterangan Hasil
1. Mengontrol BAB 0 Inkontinensia 2
1 Kadang-kadang
Inkontinensia
2 Kontinensia Teratur
2. Mengontrol BAK 0 Inkontinensia 2
1 Kadang-kadang
Inkotinensia
2 Kontinensia Teratur
3. Membersihkan diri 0 Butuh pertolongan 1
(lap muka, sisir orang lain
rambut, sikat gigi) 1 Mandiri

4. Toileting 0 Tergantung 2
pertolongan orang

20
lain
1 Perlu pertolongan
orang lain beberapa
aktivitas, tetapi
beberapa aktivitas
masih dapat
dikerjakan sendiri
2 Mandiri
5. Makan 0 Tidak mampu 3
1 Butuh pertolongan
orang lain
sepenuhnya
2 Bantuan minimal
3 Mandiri
6. Berpindah dari kursi 0 Tidak mampu 3
ke tempat tidur 1 Perlu pertolongan
untuk dapat duduk
2 Bantuan minimal
3 Mandiri
7. Mobilisasi/berjalan 0 Tidak mampu 3
1 Menggunakan
kursi roda
2 Berjalan dibantu
dengan orang lain
3 Mandiri
8. Berpakaian 0 Tergantung 2
pertolongan otang
lain
1 Sebagian dibantu
2 Mandiri

21
9. Naik turun tangga 0 Tidak mampu 1
1 Butuh pertolongan
2 Mandiri
10. Mandi 0 Tergantung 1
pertolongan orang
lain
1 Mandiri
TOTAL 20
Nilai ADL :
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan Ringan
9-11 : Ketergantungan Sedang
5-8 : Ketergantungan Berat
0-4 : Ketergantungan Total

c. BBS (Berg Balance Scale) Indeks


No. Item Keseimbangan Skor (0-4) Skor Klien
1. Duduk ke diri 4 : dapat berdiri tanpa 3
mengunakan tangan
3 : mampu berdiri secara
mandiri menggunakan
tangan,
2 : mampu berdiri
menggunakan tangan
setelah mencoba
1 : perlu bantuan minimal
untuk berdiri atau
menstabilkan
0 : perlu bantuan
maksimal untuk berdiri.
2. Berdiri tanpa 4 : dapat berdiri dengan 3

22
penunjang aman selama 2 menit
3 : mampu berdiri 2 menit
dengan pengawasan
2 : dapat berdiri 30 detik
yang tidak
dibantu/ditunjang
1 : membutukan beberapa
waktu untuk mencoba
berdiri 30 detik yang tidak
dibantu.
0 : tidak dapat berdiri
secara mandiri selama 30
detik
3. Duduk tanpa 4 : bisa duduk dengan 4
penunjang aman selama 2 menit.
3 : bisa duduk 2 menit
dengan pengawasan.
2 : mampu duduk selama
30 detik.
1 : bisa duduk 10 detik.
0 : tidak dapat duduk
tanpa penunjang.
4. Berdiri ke duduk 4 : duduk dengan aman 3
dengan menggunakan
minimal tangan.
3 : mengontrol posisi
turun dengan
menggunakan tangan
2 : menggunakan
punggung kaki terhadap
kursi untuk mengontrol

23
posisi turun.
1 : duduk secara mandiri
tetapi tidak terkendali
0 : kebutuhan membantu
untuk duduk
5. Berpindah 4 : dapat berpindah aman 3
dengan tanpa tangan
3 : dapat berpindah
dengan tangan
2 : dapat berpindah
dengan pengawasan
1 : membutuhkan 1 orang
untuk membantu
0 : membutuhkan 2 orang
untuk membantu atau
mengawasi
6. Berdiri dengan 4 : dapat berdiri 10 detik 4
menutup mata dengan aman
3 : dapat berdiri 10 detik
dengan pengawasan
2 : mampu berdiri 3 detik
1 : tidak dapat menjaga
mata tertutup 3 detik tapi
tetap aman
0 : membutuhkan bantuan
agar tidak jatuh.
7. Berdiri dengan kaki 4 : mampu menempatkan 4
rapat kaki bersama-sama secara
mandiri dan berdiri 1
menit aman
3 : mampu menempatkan

24
kaki bersama-sama secara
mandiri dan berdiri 1
menit dengan pengawasan
2 : mampu menempatkan
kaki bersama-sama secara
mandiri tetapi tidak dapat
tahan selama 30 detik
1 : memerlukan bantuan
untuk mencapai posisi tapi
mampu berdiri selama 15
detik.
0 : memerlukan bantuan
untuk mencapai posisi dan
tidak dapat tahan selama
15 detik
8. Menjangkau ke depan 4 : dapat mencapai ke 4
dengan lengan depan dengan percaya diri
25 cm (10 inci)
3 : dapat mencapai ke
depan 12 cm (5 inci)
2 : dapat mencapai ke
depan 5 cm (2 inci)
1 : mencapai ke depan
tetapi membutuhkan
pengawasan
0 : kehilangan
keseimbangan ketika
mencoba/memerlukan
dukungan eksternal.
9. Mengambil barang 4 : dapat mengambil 4
dari lantai sandal aman dan mudah

25
3 : dapat mengambil
sandal tetapi
membutuhkan
pengawasan
2 : tidak dapat mengambil
tetapi mencapai 2-5 cm (1-
2 inci) dari sandal dan
menjaga keseimbangan
secara bebas.
1 : tidak dapat mengambil
dan memerlukan
pengawasan ketika
mencoba
0 : tidak dapat
mencoba/membantu
kebutuhan untuk menjaga
dari kehilangan
keseimbangan atau jatuh
10. Menoleh ke belakang 4 : tampak belakang dari 2
kedua sisi
3 : tampak belakang satu
sisi saja
2 : hanya menyamping
tetapi tetap
mempertahankan
keseimbangan
1 : perlu pengawasan saat
berputar
0 : butuh bantuan untuk
menjaga dari kehingan
keseimbangan atau jatuh

26
11. Berputar 360 derajat 4 : mampu berputar 360 2
derajat dengan aman
dalam 4 detik atau kurang
3 : mampu berputar 260
derajat dengan aman satu
sisi hanya 4 detik atau
kurang
2 : mampu berputar 360
derajat dengan aman tetapi
perlahan lahan
1 : membutuhkan
pengawasan yang ketat
0 : membutuhkan saat
berputar
12. Menempatkan kaki 4 : mampu berdiri secara 4
bergantian di bangku mandiri dengan aman dan
menyelesaikan 8 langkah
dalam 20 detik
3 : mampu berdiri secara
mandiri dan
menyelesaikan 8 langkah
dalam waktu kurang dari
20 detik.
2 : dapat menyelesaikan 4
langkah tanpa bantuan
tetapi dalam pengawasan
1 : dapat menyelesaikan
lebih dari 2 langkah perlu
asisten minimal
0 : membutuhkan bantuan
agar tidak jatuh/tidak

27
mampu mencoba
13. Berdiri dengan 1 kaki 4 : mampu menempatkan 2
di depan kaki secara mandiri dan
tahan dalam 30 detik
3 : mampu menempatkan
kaki dengan mandiri dan
tahan selama kurang dari
30 detik
2 : dapat mengambil
langkah kecil secara
mandiri dan tahan selama
20 detik
1 : kebutuhan memantu
untuk melangkah tapi
dapat bertahan selama 15
detik
0 : kehilangan
keseimbangan saat
melangkah atau berdiri.
14. Berdiri dengan 1 kaki 4 : mampu mengangkat 2
kaki secara mandiri dan
bertahan lebih dari 10
detik
3 : mampu mengangkat
kaki secara mandiri dan
tahan 5-10 detik.
2 : mampu mengangkat
kaki secara mandiri dan
tahan lebih dari 3 detik
1 : mencoba untuk angkat
kaki tidak bisa tahan 3

28
detik tetapi tetap berdiri
secara mandiri
0 : tidak dapat mencoba
untuk mencegah jatuh
TOTAL 44
Total skor : 56
Interpretasi
0-20 : harus memakai kursi roda (wheelchair bound)
21-40 : berjalan dengan bantuan
41-56 : mandiri/independent

d. Pengkajian MMSE
No. Aspek Kognitif Nilai Nilai Klien Kriteria
1. Orientasi 5 4 Menyebutkan dengan
benar :
1) Tahun
2) Musim
3) Tanggal
4) Hari
5) Bulan
5 3 Dimana kita sekarang
berada :
1) Negara
2) Provinsi
3) Kota
4) Panti Werdha
5) Wisma
2. Registrasi 3 3 Pemeriksaan
menyebutkan nama 3
objek 1 detik untuk
mengatakan masing-

29
masing objek, kemudian
tanyakan kepada klien
tiga objek tadi
1) Pulpen
2) Kertas
3) Buku
3. Perhatian dan 5 3 Minta klien untuk
Kalkulasi menyebutkan menurun
100 sampai 95 secara
berurut. Kemudian
kurangi 7 sampai 5 kali.
4. Mengingat 3 1 Meminta klien untuk
menyebutkan ulang
ketiga objek tadi. Bila
benar berikan 1 point
masing-masing objek
5. Bahasa 9 9 1) Tunjukkan pada
klien suatu benda
dan tanyakan
Namanya pada
klien
2) Minta klien untuk
mengulang kata
tak, ada, jika, dan,
atau, tetapi. Bila
benar berikan 1
point.
3) Minta klien untuk
mengikuti
perintah berikut
yang terdiri dari 3

30
langkah :
- Ambil
kertas
ditangan
anda
- lipat dua
- taruh di
lantai.
4) Perintahkan
kepada klien
untuk mengikuti
hal berikut :
Tutup mata anda
5) Perintahkan klien
untuk menulis
kalimat dan
menyalin gambir
- Tulis 1
kalimat
- Menyalin
gambar
TOTAL 23
Interpretasi Hasil :
25-30 : tidak ada gangguan kognitif
18-24 : gangguan kognitif sedang
0-17 : gangguan kognitif berat

e. Pengkajian PSQI
No. PERTANYAAN
1. Sekitar pukul berapa anda biasanya tidur di malam hari ? 22.00
WIB

31
2. Berapa menit anda membutuhkan waktu untuk dapat tertidur di
malam hari ? 31-60 menit (nilai=2)
3. Sekitar pukul berapa anda biasanya bangun tidur di pagi hari ?
07.00 WIB
4. Berapa menit anda terjaga sebelum bangun dari tempat tidur ?
5-6 jam (nilai=2)
5. Seberapa sering Tidak Kurang 1 atau 2 3 kali
anda terjaga Pernah dari kali atau
karena : (0) sekali dalam lebih
dalam seminggu dalam
seminggu (2) seminggu
(1) (3)
 Tidak tidur 3
dalam waktu
30 menit
 Terbangun di 3
tengah malam
atau pagi-pagi
sekali
 Terbangun 2
karena ingin
ke kemar
mandi
 Tergangu 0
pernapasan
 Batuk / 0
mendengkur
terlalu keras
 Merasa 0
kedinginan

32
 Merasa 0
kepanasan
 Mimpi buruk 2
 Merasa 0
kesakitan
 Alasan lain :
6. Seberapa sering 2
anda
mengonsumsi
obat untuk
membantu agar
anda dapat
tertidur
(resep/bebas) ?
7. Berapa sering 1
anda tidak dapat
menahan kantuk
ketika bekerja,
makan atau
aktivitas lainnya
?
8. Berapa sering 1
anda mengalami
kesukaran
konsentrasi ke
pekerjaan ?
Sangat Cukup Buruk Sangat
Baik Baik buruk
9. Bagaimana anda 3
menilai kualitas

33
tidur anda
sebulan ini ?
TOTAL 21
Interpretasi nilai :
1-5 : Baik
6-7 : Ringan
8-14 : Sedang
15-21 : Buruk

HASIL INDEKS
No. Instrument Hasil
1. Pengkajian KATZ Mandiri
2. Pengkajian indeks ADL Mandiri
3. Pengkajian MMSE Sedang
4. Pengkajian PSQI Buruk
5. Pengkajian BBS Mandiri

8. Analisa Data
No. Data Etiologi Masalah
Keperawatan
1. DS : klien mengatakan Proses menua Kerusakan Memori
sering lupa.
DO : Gangguan
1) Klien tampak penurunan daya
bingung ingat, gangguan
mengerutkan kognitif, gangguan
alisnya saat memori.
diberikan
pertanyaan Kerusakan memori
2) Klien tidak ingat

34
terhadap
informasi yang
diberikan
peneliti pada
pertemuan
terakhir
3) Hasil dari
pengkajian
MMSE dengan
skor 23 (sedang)
2. DS : klien mengatakan Proses menua Gangguan Pola Tidur
sering terbangun pada
malam hari Gangguan terhadap
DO : lingkungan,
1) Klien sering gangguuan sosial
terbangun seperti teman sekitar
malam hari ± 2-
3x/malam. Susah mengawali
2) Klien tampak tidur, sering
susah terbangun dimalam
mengawali hari
untuk tidur
kembali miring Kesulitan mengatur
kanan kiri saat pola tidur
akan tidur
3) Terdapat Gangguan pola tidur
kantung mata
4) Saat pagi klien
tampak sering
menguap
5) Hasil dari

35
pengkajian
PSQI skor 21
mengalami
kualitas tidur
sangat buruk

B. Diagnosis Keperawatan
1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan halangan lingkungan
2. Kerusakan memori berhubungan dengan distraksi lingkungan

C. Intervensi
No. Dx. Keperawatan (Tujuan dan Intervensi (NIC)
Kriteria Hasil NOC)
1. Gangguan pola tidur berhubungan 1) Perkenalkan diri
dengan halangan lingkungan 2) Monitoring TTV
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 3) Kaji pola tidur dengan cara
keperawatan 3x24 jam diharapkan observasi
gangguan pola tidur dapat teratasi. 4) Monitoring kenyamanan
Dengan kriteria hasil : setelah tidur
1) Mengawali tidur malam 1 jam 5) Observasi sering terbangun
lebih awal dari biasanya pada malam hari
2) Terbangun di malam hari 6) Ciptakan lingkungan yang
berkurang dari sebelumnya aman
3) Kualitas tidur membaik 7) Berikan tempat tidur dengan
lingkungan yang bersih dan
nyaman
8) Berikan posisi tidur yang
membuat klien nyaman
9) Berikan tarik nafas dalam
10) Berikan terapi seperti terapi
music pada klien.

36
2. Kerusakan memori berhubungan 1) Perkenalkan diri saat
dengan distraksi lingkungan. melakukan kontak dengan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan klien
keperawatan selama 3x24 jam, sedaran 2) Monitor daya ingat klien
klien terhadap identitas personal, waktu 3) Panggil klien dengan jelas,
dan tempat lebih baik dengan lama ketika melakukan
Dengan kriteria hasil : interaksi dan berbicara secara
1) Gangguan kognitif menurun dari perlahan
hasil sebelum intervensi 4) Berikan alat untuk mengingat
2) Focus kepada lawan bicara suatu informasi
5) Ingatkan klien untuk jadwal
yang harus dilakukan oleh
klien
6) Berikan waktu istirahat untuk
mengurangi kelahan dan stress
7) Pilih aktivitas sesuai
kemampuan pengelolaan
kognitif dan minat klien
8) Beri latihan orientasi misalnya
klien berlatih mengenai
informasi pribadi dan tanggal
secara tepat
9) Memberikan kegiatan yang
dapat mengasah kerja otak
10) Sediakan pengingat dengan
menggunakan gambar dengan
cara yang tepat (menggunakan
symbol, gambar, tulisan)
11) Kolaborasi dengan perawat
yang lain agar selalu
memantau klien dan

37
mengingatkan klien.
12) Kolaborasi dengan tim medis
lainnya.

D. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses asuhan keperawatan yang dimulai
setelah perawat menyusun rencana keperawatan berdasarkan diagnosa yang tepat,
intervensi diharapkan dapat mencapai tujuan dan hasil yang diinginkan untuk mendukung
dan mencapai status kesehatan klien.
Selain itu tidak dilakukan semua perencanaan karena sesuai dengan kondisi klien dan
lingkungan.

E. Evaluasi
Tindakan keperawatan sebanyak 3 kali kunjungan. Pada kunjungan ke-1 bahwa Ny. L
didapatkan hasil data subjektif klien mengeluh sering terbangun pada malam hari, dan
susah mengawali tidur malam. Data objektif pada Ny. L klien nampak sering terbangun
pada malam hari, saat pagi hari sering menguap, terdapat kantong mata, saat pagi hari klien
tampak ingin tidur. Pada pertemuan ke-2 didapatkan hasil data subjektif klien masih
mengeluh sering terbangun pada malam hari, dan susah mengawali tidur malam. Data
objektif klien masih nampak terbangun pada malam hari, saat pagi hari sering menguap,
terdapat kantong mata, saat pagi hari klien tampak ingin tidur. Klien sudah mulai
mempraktekkan terapi musik sebelum tidur. Pada pertemuan ke-3 didapatkan hasil data
klien masih sering terbangun pada malam hari, dan susah mengawali tidur malam. Data
objektif yang di dapatkan nampak terbangun pada malam hari, saat pagi hari sering
menguap, terdapat kantong mata, saat pagi hari klien tampak ingin tidur.

38
SATUAN ACARA PENYULUHAN
TERAPI KOGNITIF (TEKA – TEKI SILANG)

A. Latar Belakang
Lansia dapat dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia.
Proses menjadi lansia merupakan proses alamiah yang dapat terjadi pada setiap orang. Dimana
keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan
terhadap kondisi stress fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya
kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual. Aspek yang juga
mengalami penurunan secara degenerative adalah fungsi kognitif (kecerdasan/pikiran). Salah
satu contoh gangguan degenerative kognitif pada lansia adalah demensia.
Demensia adalah suatu sindroma klinik yang meliputi hilangnya fungsi intelektual dan
ingatan / memori sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari – hari
(Brocklehurst and Allen, 1987 dalam Boedhi-Darmojo 2009. Pada lansia dengan demensia
penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang secara perlahan, dimana terjadi
gangguan ingatan, pikiran, penilaian dan kemampuan untuk memusatkan perhatian, dan bisa
terjadi kemunduran kepribadian, sehingga terkadang terjadi gangguan terhadap bio-psiko-
sosial-spiritual pada lansia.
Menurut data dari Kementrian Kesehatan RI pada bulletin lansia tahun 2016 data lansia di
Indonesia mengalami peningkatan 7,59% pada tahun 2014 dengan usia harapan hidup rata –
rata 69,5 tahun. Situasi global pada saat ini diantaranya adalah setengah jumlah lansia di dunia
(400 juta jiwa) berada di Asia, pertumbuhan lansia pada negara sedang berkembang lebih
tinggi dari negara yang sudah berkembang. Masalah terbesar lansia adalah penyakit
degenerative. Diperkirakan pada tahun 2050 sekitar 75% lansia penderita penyakit
degenerative tidak dapat beraktivitas (tinggal dirumah).
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat
kepada kelompok lansia yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas
digunakan sebagai terapi dan kelompok digunakan sebagai target asuhan. Didalam kelompok
terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan dan menjadi
laboratorium tempat lansia melatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku
yang maladaptive.

39
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah mengikuti kegiatan terapi kognitif teka – teki silang lansia mampu meningkatkan
aktivitas dan meningkatkan kemampuan sosial.
2. Tujuan khusus
Setelah mengikuti kegiatan terapi kognitif teka – teki silang lansia diharapkan mampu :
a. Melatih konsentrasi untuk memusatkan perhatian sesuai petunjuk yang diberikan.
b. Melatih ketajaman daya ingat dan dapat meningkatkan pendengaran dan kognitifnya.
c. Klien dapat meningkatkan kemampuan akan kegiatan kelompok (mengikuti kegiatan
dari awal sampai selesai).
d. Klien mampu melakukan hubungan sosial dengan lingkungannya (mau berinteraksi
dengan perawat / klien lainnya).
C. Uraian Struktur tugas
1. Pengorganisasian
Leader : Novi Andaresfa
Co-leader : Lulu Aulia
Fasilitator : Yeyen Ayunita, Sartika Wulandari
Observer : Mariah Ulfa Andriana
2. Uraian tugas
a. Leader
1) Membacakan tujuan kegiatan dan peraturan kegiatan sebelum kegiatan dimulai.
2) Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok dan memperkenalkan
dirinya.
3) Mampu memimpin kegiatan dengan baik dan tertib.
4) Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok
5) Menjelaskan permainan.
b. Co-leader
1) Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktivitas klien.
2) Mengingatlan leader jika kegiatan menyimpang.
c. Fasilitator
1) Memfasilitasi klien yang kurang aktif.

40
2) Berperan sebagai roleplay bagi klien selama kegiatan.
d. Observer
1) Mengobservasi jalannya proses kegiatan.
2) Mencatat perilaku verbal dan non verbal klien selama kegiatan berlangsung.
D. Uraian struktur kegiatan
1. Analisis Situasi
a) Waktu pelaksanaan :
Hari : sabtu, 4 Januari 2020
Tempat : ruang rekreasi lansia
Waktu : 09.00 s/d 09.45
Lama kegiatan
1) Pembukaan dan perkenalan (5 menit)
2) Menjelaskan tujuan kegiatan (5 menit)
3) Menjelaskan aturan kegiatan (5 menit)
4) Pelaksanaan kegiatan (15 menit)
5) Pemberian hadiah (5 menit)
6) Evaluasi (5 menit)
7) Penutup (5 menit)
Jumlah peserta : 10 orang
b) Metode dan media
Metode : ceramah, permainan kelompok.
Media : Papan tulis dan spidol
c) Setting tempat

A B

41
Keterangan :
: Leader : Peserta : observer
: Co-Leader : Fasilitator

2. Proses Pelaksanaan
No. Waktu Kegiatan terapis Kegiatan peserta
1. 5 menit Persiapan
a. Persiapan materi
b. Persiapan media / alat yang
digunakan -
c. Setting tempatterapis dan membagi
peserta menjadi 2 kelompok
d. Pembagian tugas terapis
2. 20 menit Pelaksanaan
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Terapis mengucapkan Menjawab salam,
salam mendengarkan dan
2) Memperkenalkan diri dan memperhatikan.
tim
b. Evaluasi / validasi
1) Menanyakan perasaan Menjawab
klien saat ini pertanyaan.
2) Menanyakan masalah yang
dirasakan
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan Mendengarkan, dan
kegiatan menyepakati.
2) Membuat kontrak waktu

42
3) Menjelaskan aturan main
2. Kerja
a. Terapis memulai kegiatan Memperhatikan
b. Fasilitator menampilkan teka – Memperhatikan
teki silang
c. Memberi kesempatan tim A Memilih pertanyaan
untuk memilih nomor
pertanyaan, selanjutnya
dilakukan kepada kelompok B
d. Terapis memberi pertanyaan Memperhatikan
e. Memberi kesempatan peserta Menjawab pertanyaan
untuk menebak dan menjawab
dari masing – masing kolom
yang tersedia. Bersiap dengan
f. Pada babak kedua, yaitu babak jawaban yang benar
rebutan dipersilahkan bagi
kelompok yang bisa menjawab
terlebih dahulu Memperhatikan
g. Terapis memberikan
pertanyaan Menjawab pertanyaan
h. Memberi kesempatan peserta
untuk menebak dan menjawab
dari masing – masing kolom Mendengarkan
yang tersedia.
i. Berikan pujian / penghargaan
atas kemampuan klien memberi
jawaban.
3. 5 menit Terminasi
a. Evaluasi pencapaian tujuan
1) Menanyakan perasaan klien
setelah mengikuti kegiatan.

43
2) Memberikan pujian dan
penghargaan atas keberhasilan
kelompok.
b. Memberikan tindak lanjut
1) Terapis menganjurkan klien
melatih kognitifnya dengan
cara bermain TTS dan
menjadikannya sebagai
kegiatan harian.
c. Kontrak TAK selanjutnya
1) Terapis mengakhiri sesi TAK
dan menyepakati kegiatan TAK
yang akan datang.
2) Menyepakati waktu dan
tempat.

44
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengkajian Pengkajian pada klien dilakukan pada tanggal 2 Januari 2020 . Klien bernama
Ny. L berusia 72 tahun, berjenis kelamin perempuan. Klien didiagnosa menderita demensia
dengan gangguan pola tidur dan didapatkan data subjektif klien sering megeluh lupa akan
informasi yang didapatnya dan susah mengigat informasi, dan mengeluh susah mengawali
tidur pada malam hari dan sering terbangun dimalam hari. Data objektif yang di dapatkan
klien tampak bingung, klien tampak sering menguap dipagi hari, klien tampak sering
terbangun pada malam hari bias sampai 2-3x/malam, terdapat kantong mata, klien dalam
pengawasan saat melakukan kegiatan sehari-hari meskipun biasa melakukan aktivitas
sendiri.

B. Saran
Diharapkan klien mampu memulai tidur secara rutin dan dapat mengingat memori sedikit
demi sedikit. Meskipun klien masih membutuhkan bantuan dari orang lain.

45
DAFTAR PUSTAKA
1. Alzheimer’s Australia. 2016. Whats is Dimentia ?.
2. Herdman, T. Heather. 2012. NANDA International Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC
3. Febriana, Angita. 2014. Demensia. Jakarta: EGC
4. Widya. 2013. Mengatasi Insomnia. Yogyakarta: Katahati
5. Stanley, Mickey. Buku Ajar Keperawatan Gerontik, Edisi 2. Jakarta: EGC
6. Nugroho, Wahyudi. 1999. Keperawatan Gerontik, Edisi 2. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

46

Anda mungkin juga menyukai