Anda di halaman 1dari 14

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pra Bencana dan Bencana


Pra bencana adalah masa sebelum terjadinya bencana. Pra bencana mencakup kegiatan
pencegahan, mitigasi, serta kesiapsiagaan ;
1. Pencegahan (Prevension)
Upaya untuk menghilangkan atau mengurangi kemunginan timbulnya suatu
ancaman. Misalnya : pembuatan bendungan untuk menghindari terjadinya banjir,
biopori, penanaman tanaman keras di lereng bukit untuk menghindari dsb. Namun
perlu disadari bahwa pencegahan tidak bisa 100% efektif terhadap sebagian besar
bencana.
2. Mitigasi (Mitigation)
Upaya yang dilakukan untuk mengurangi dampak buruk dari suatu ancaman.
Misalnya : penataan kembali lahan desa agar terjadinya banjir tidak menimbulkan
kerugian besar.
3. Kesiapsiagaan (Preparedness)
Persiapan rencana untuk bertindak ketika terjadi (atau mungkin akan terjadi)
bencana. Perencanaan terdiri dari perkiraan terhadap kebutuhan-kebutuhan dalam
keadaan darurat dan identifikasi atas sumber daya yang ada untuk memenuhi
kebutuhan tersebut. Perencanaan ini dapat mengurangi dampak buruk dari suatu
ancaman.
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh factor alam atau
factor non alam maupun factor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh alam antara lain berupa gempa
bumi, tsunami, gunung Meletus, banjir, kekeringan, angina topan, dan tanah longsor.
Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa nonalam antara lain
berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.
Bencana sosial adalah bencana yang disebabkan oleh manusia yang meliputi konflik
sosial antara kelompok atau antar komunitas masyarakat, dan terror.
1. Manajemen saat terjadinya bencana :
Serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana yang
bertujuan untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan. Meliputi kegiatan :
a. Penyelamatan dan evakuasi korban maupun harta benda
b. Pemenuhan kebutuhan dasar
c. Perlindungan
d. Pengurusan pengungsi
e. Penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana

B. Trauma
1. Definisi
Trauma adalah sebuah respon emosi terhadap kejadian yang sangat buruk seperti
kecelakaan, pemerkosaan, atau bencana alam.
Trauma adalah reaksi fisik dan psikis yang bersifat stress buruk akibat suatu
peristiwa, kejadian, atau pengalaman spontanitas atau secara mendadak (tiba-
tiba), yang membuat individu kaget, menakutkan, shock, tidak sadarkan diri yang
tidak mudah hilang begitu saja dalam ingatan manusia. Sebagaimana yang
disebutkan The American Psychological Association (2010). Trauma as an
emotional response to a terrible event like an accident, rape or natural disaster.
2. Jenis Jenis Trauma
Trauma ini adalah akibat dari suatu peristiwa atau pengalaman yang luar biasa,
yang terjadi secara spontan (mendadak) pada diri individu tanpa berkemampuan
untuk mengontrolnya (loss control and loss helpness) dan merusak fungsi
ketahanan mental indiividu secara umum. Akibat dari jenis trauma ini dapat
menyerang individu secara menyeluruh (fisik dan psikis)
a. Trauma Neurosis
Trauma ini merupakan suatu gangguan yang terjadi pada saraf pusat (otak)
individu, akibat benturan-benturan benda keras atau pemukulan di kepala.
Implikasinya, kondisi otak individu mengalami pendarahan, iritasi, dan
sebagainya. Penderita trauma ini biasanya saat terjadi tidak sadarkan diri,
hilang kesadaran, yang sifatnya sementara.
b. Trauma Psikosis
Trauma psikosis merupakan suatu gangguan yang bersumber dari kondisi
atau problema fisik individu, seperti cacat tubuh, amputasi salah satu
anggota tubuh, yang menimbulkan shock dan gangguan emosi. Pada saat-
saat tertentu gangguan kejiwaan ini biasanya terjadi akibat bayang-bayang
pikiran terhadap pengalaman atau peristiwa yang pernah dialaminya, yang
memicu timbulnya histeris atau fobia.
c. Trauma Diseases
Gangguan kejiwaan jenis ini oleh para ahli ilmu jiwa da medis dianggap
sebagai suatu penyakit yang bersumber dari stimulus-stimulus luar yang
dialami individu secara spontan atau berulang-ulang seperti keracunan,
terjadi pemukulan, terror ancaman.
3. PTSD (Post Traumatic Stress Disorder)
Post-traumatic stress disorder (PTSD) adalah gangguan kecemasan yang dapat
terbentuk dari sebuah peristiwa atau pengalaman yang menakutkan/mengerikan,
sulit dan tidak menyenangkan dimana terdapat penganiayaan fisik atau perasaan
teranca (American Psychological Assosiation, 2004).
Post-traumatic stress disorder (PTSD) adalah sebuah gangguan yang dapat
terbentuk dari peristiwa traumatic yang mengancam keselamatan anda atau
memuat anda merasa tidak berdaya (Smith & Segal, 2008)
4. Fase-Fase PTSD
Fase-fase keadaan mental pasca bencana :
a. Fase Krisis
Fase dimana terjadi gangguan stress pasca akut (dini/cepat) yang mana
terjadi selama kira-kira kurang dari 1 bulan setelah menghadap bencana.
Pada fase ini kebanyakan orang akan mengalami gejala-gejala depresi
seperti keinginan bunuh diri, perasaan sedih mendalam, susah tidur, dan
dapat juga menimbulkan berbagai gejala psikotik.
b. Fase Setelah Krisis
Fase dimana telah terjadi penerimaan akan keadaan yang dialami dan
penstabilan kejiwaan, umumnya terjadi setelah 1 bulan hinga tahunan
setelah bencana, pada fase ini telah tertanam suatu mindset yang menjadi
suatu phobia/trauma akan suatu bencana tersebut (PTSD) sehingga bila
bencana tersebut terulang lagi, orang akan memasuki fase ini dengan cepat
dibandingkan pengalaman terdahulunya.
c. Fase Stressor
Fase dimana terjadi perubahan kepribadian yang berkepanjangan (dapat
berlangsung seumur hidup) akibat dari suatu bencana dimana terdapat
dogma “semua telah berubah”.
5. Peristiwa Traumatik yang Mengarah Kepada Munculnya PTSD
a. Perang (War)
b. Pemerkosaan (Rape)
c. Bencana alam (Natural disaster)
d. Kecelakaan mobil/pesawat (A car or plane crash)
e. Penculikan (Kidnapping)
f. Penyerangan fisik (Violent assault)
g. Penyiksaan seksual/fisik (Sexual or Physical abuse)
h. Prosedur medical- terutama pada anak-anak (Meical procedures –
especially in kids)
6. Pandangan Hukum tentang PTSD
UU No. 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan Bencana yang berisi hak dan
kewajiban pemerintah dan masyarakat saat bencana maupun pasca bencana. Salah
satu pasalnya yaitu pasal 26 menyatakan bahwa setiap orang berhak :
a. Mendapat perlindungan sosial dan rasa aman bagi elompok masyarakat
yang rentan bencana.
b. Mendapat Pendidikan, pelatihan, keterampilan dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana.
C. Krisis
Kejadian bencana selalu menimbulkan krisis kesehatan, maka penangannya perlu diatur
dalam bentuk kebijakan sebagai berkut :
1. Setiap korban akibat bencana perlu mendapatkan pelayanan kesehatan sesegera
mungkin secara maksimal dan manusiawi.
2. Prioritas awal selama masa tanggap darurat adalah penanganan gawat darurat
medik terhadap korban luka dan identifikasi korban mati disaranan kesehatan.
3. Prioritas berikutnya adalah kegiatan kesehatan untuk mengurangi resiko
munculnya bencana lanjutan, di wilayah yang terkena bencana dan lokasi
pengungsian.
4. Koordinasi pelaksanaan penanganan krisis kesehatan akibat bencana dilakukan
secara berjenjang mulai dari tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat.
5. Pelaksanaan penangannan krisis kesehatan dilakukan oleh Pemerintah dan dapat
dibantu dari berbagai pihak, termasuk bantuan negara sahabat, Lembaga donor,
LSM nasional atau internasional dan masyarakat.
6. Bantuan kesehatan dari dalam maupun luar negeri, perlu mengikuti standar dan
prosedur yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan.
7. Pengaturan distribusi bantuan bahan, obat dan perbekalan kesehatan serta SDM
kesehatan dilaksanakan secara berjenjang.
8. Dalam hal kejadian bencana yang mengakibatkan tidak berjalannya fungsi
pelayanan kesehatan setempat, kendali operasional diambil alih secara berjenjang
ke tingkat yang lebih tinggi.
9. Penyampaian informasi berkaitan dengan penanggulangan kesehatan pada
bencana dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan setempat selaku anggota
satkorlak/Satlak.
10. Perlu dilakukan monitoring dan evaluasi berkala yang perlu di ikuti oleh semua
pihak yang terlibat dalam pelaksanaan penanggulangan kesehatan, sekaligus
menginformasikan kegiatan masing-masing.
Tahap-tahap penanganan krisis dan masalah kesehatan lain mengikuti pendekatan
tahapan Siklus Penanganan Bencana (Disaster Management Cycle), yang dimulai dari
waktu sebelum terjadinya bencana berupa kegiatan pencegahan, mitigasi,
(pelunakan/pegurangan dampak) dan kesiapsiagaan. Pada saat terjadinya bencana berupa
kegiatan tanggap darurat dan selanjutnya pada saat setelah terjadinya bencana berupa
kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian untuk klien dengan PTSD meputi 4 aspek yang akan bereaksi terhadap stress
akibat pengalaman traumatis, yaitu :
1. Pengkajian prilaku ( behavioral Asessment) , yang dikaji adalah:
a. Dalam keadaan yang bagaimana klien mengalami prilaku agresif yang berlebihan
b. Dalam keadaan yang seperti apa klien mengalami trauma yang di rasakan
c. Bagaimana cara klien untuk menghindari situasi atau aktifitas yang akan
mengingatkan klien terhadap trauma
d. Seberapa sering klien terlibat aktifitas sosial
e. Apakah klien mengalami kesulitan dalam masalah pekerjaan semenjak kejadian
traumatis
2. Pengkajian afektif ( affective asessesment)
a. Berapa lama waktu dalam sehari klien merasakan ketegangan dan perasaan ingin
cepet marah
b. Apakah klien pernah mengalami perasaan panik
c. Apakah klien pernah mengalami perasaan bersalah yang berkaitan dengan trauma
d. Tipe aktivitas yang disukai untuk dilakukan
e. Apa saja sumber- sumber kesenangan dalam kehidupan klien
f. Bagaimana hubungan yang secara emosional terasa akrab dengan orang lain
3. Pengkajian intlektual
a. Kesulitan dalam hal konsentrasi
b. Kesulitan dalam hal memori
c. Berapa frekuensi dalam satu hari tentang pikiran yang berulang yang berkaitan
dengan trauma
d. Apakah klien bisa mengontrol pikiran- pikiran berulang tersebut
e. Mimpi buruk yang dialami klien
f. Apa yang disukai klien terhadap dirinya dan apa yang tidak disukai klien terhadap
dirinya
4. Pengkajian sosial kultural
a. Bagaimana cara keluarga dan teman klien menyampaikan tentang perilaku klien
yang menjauh dari mereka
b. Pola komunikasi antara klien dengan keluarga dan teman
c. Apa yang terjadi jika klien kehilangan kontrol terhadap rasa marahnya
d. Bagaimana klien mengontrol kekerasan terhadap sistem keluarganya

B. Diagnosa keperawatan
1. Ansietas berhubungan dengan situasional
2. Duka cita berhubungan dengan kematian orang terdekat
3. Resiko sindrom pasca trauma berhubungan dengan bencana

C. Intervensi keperawatan
1. Ansietas berhubungan dengan situasional
Definisi :
Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respons autonom (sumber
sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu) ;perasaan takut yang
disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan
yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan individu untuk
bertindak menghadapi ancaman.

Batas karakteristik :
a. Perilaku
 Penurunan produktivitas
 Gerakan yang irelevan
 Gelisah
 Melihat sepinya
 Insomnia
 Kontak mata yang buruk
 Mengekspresikan kekhawatiran karena perubahan dalam peristiwa hidup
 Agitasi
 Mengintai
 Tampak waspada

b. Afektif
 Gelisa
 Kesedihan yang mendalam
 Distress
 Ketakutan
 Perasaan yang tidak adekuat
 Berfokus pada diri sendiri
 Gugup
 Senang berlebihan
 Menyesal
 Bingung
 Khawatir

c. Fisiologis
 Wajah tegang
 Tremor tangan
 Peningkatan keringat
 Peningkatan ketegangan
 Suara bergetar
 Diare
 Mulut kering
 Wajah merah
 Jantung berdebar- debar
 Pupil melebar
 Lemah
d. Parasimpatik
 Nyeri abdomen
 Penurunan denyut nadi
 Vertigo
 Letih
 Mual
 Gangguan tidur

e. Kognitif
 Menyadari gejala kognitif
 Bloking pikiran
 Konfusi
 Lupa
 Melamun
 Gangguan perhatian
 Cenderung meyalahkan orang lain

Faktor yang berhubungan

 Perubahan dalam : - status ekonomi


- Lingkungan
- Status kesehatan
- Pola interaksi
- Fungsi peran
- Status peran
 Pemajanan toksin
 Terkait keluarga
 Herediter
 Infeksi
 Penularan penyakit interpersonal
 Krisis maturasi
 Krisis situasional
 Stress
 Penyalahgunaan zat
 Ancaman kematian
 Ancaman pada : - status ekonomi
- Lingkungan
- Status kesehatan
- Pola interaksi
- Fungsi peran
- Status peran
- Konsep diri
 Konflik yang tidak disadari mengenai tujuan penting
 Kebutuhan yang tidak dipenuhi
2. Duka cita
Definisi :
Proses kompleks normal yang meliputi respons dan perilaku emosional, fisik, spritual,
sosial dan intelektual yakni individu, keluarga dan komunitas masukan kehilangan
yamh actual, adaptif, atau di persepsikan ke dalam kehidupan sehari- hari mereka.

Batasan karakteristik :
 Perubahan tingkat aktivitas
 Perubahan pola mimpi
 Perubahan fungsi imun
 Gangguan fungsi neuroendokrin
 Marah
 Menyalahkan
 Berpisah / menari diri
 Putus asa
 Disorganisasi / kacau
 Gangguan pola tidur
 Mengalami kelegaan
 Memelihara hubungan dengan yang sudah tiada
 Membuat makna kehilangan
 Kepedihan
 Perilaku panik
 Pertumbuhan personal
 Distress psikologis
 Menderita

Fator yang berhubungan:


 Mengantisipasi kehilangan hal yang bermakna
 Mengantisipasi kehilangan orang terdekat
 Kematian orang terdekat
 Kehilangan objek penting

3. Resiko sindrom pasca trauma


Definisi :
Beresiko mengalami respon maladaftif yang terus menerus terhadap peristiwa
traumatitis dan memilukan

Faktor resiko :
 Penurunan kekuatan ego
 Pindah rumah
 Durasi peristiwa
 Rasa tanggung jawab yang berlebihan
 Dukungan sosial yang tidak adekuat
 Pekerjaan ( mis: staf unit gwat darurat, polisi, pemadam kebakaran dll)
 Persepsi peristiwa
 Parah sebagai orang yang selamat dalam peristiwa
 Lingkungan yang tidak mendukung
No. DX Planing (NOC) Intervensi (NIC)

1. Ansietas Setelah dilakukan tindakan  Gunakan pendekatan yang menenangkan


keperawatan selama 3 x 24  Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
berhubungan jam nyeri dapat teratasi pelaku klien
dengan dengan indikator :  Jelaskan semua produser dan apa yang
 Monitoring intesitas dari dirasakan selama prosedur
situasional ansietas  Temani klien untuk memberikan keamanan
 Gunakan strategi koping dan mengurangi takut
efektif  Berikan informasi faktual mengenai
 Menggunakan teknik diagnosis, tindakan prognosis
relaksasi untuk  Libatkan keluarga untuk mendampingi klien
menurunkan ansietas  Intruksikan pada klien untuk menggunakan
teknik relaksasi
 Dengarkan dengan penuh perhatian
 Identifikasi tingkat kecemasan
 Dorong klien untuk mengungkapkan
perasaan, ketakutan, persepsi
 Kolaborasi pemberian obat anti cems
Resolusi duka Setelah dilakukan tindakan  Kaji persepsi klien dan makna
cita keperawatan selama 3 x 24 kehilangannya, izinkan penyangkalan yang
jam nyeri dapat teratasi adaptif
dengan indikator :  Dorong atau bantu klien untuk
 Mampu mendapatkan dan menerima dukungan
mengekspresiakn  Dorong klien untuk mengkaji pola koping
kepercayaan pada situasi kehilangan masa lalu saat ini
 Menggambarkan tentang  Dorong klien untuk meninjau kekuatan dan
kehilangan kemampuan personal
 Partisipasi dalam  Dorong klien untuk merawat dirinya sendiri
perencanaan  Tawarkan makanan kepada klien tampa
memaksanya untuk makan.
 Gunakan komunikasi yang efektif
 Tawarkan kehadiran dan berikan
pertanyaan terbuka
 Gunakan refleksi
 Berikan informasi
 Nyatakan keraguan
 Gunakan teknik memfokuskan
 Berupa menerjemahkan dalam bentuk
perasaan atau menyatakan hal yang tersirat
 Bina hubungan dan pertahankan
keterampilan interpersonal
 Kehadiran yang penuh perhatian
 Menghormati proses berduka klien yang
unik
 Menghormati keyakinan personal klien
3.Resiko Setelah dilakukan tindakan Menggunakan komunikasi untuk membangun
sindrom keperawatan selama 3 x 24 kepercayaan dan terapi empatik peduli
pasca trauma jam nyeri dapat teratasi Mengobati individu dengan martabat dan
berhubungan dengan indikator : menghormati
dengan Quality of faith Mendorong melalui meninjau kehidupan
bencana Quality of hope melalui kenangan- kenangan
Makna dan tujuan hidup Memberikan privasi dan tenang sekali untuk
aktivitas rohani
Mendorong partisipasi daqlam kelompok
pendukung
Mengajari metode relaksasi, meditasi, citra dan
memberinya petunjuk
Berdoa dengan sendiri
Selalu terbuka untuk individu ekspresi
perhatian
Mengungkapkan perasaaan empati secara
pribadi
Tersedia untuk mendengarkan individu
perasaan

Anda mungkin juga menyukai