Anda di halaman 1dari 20

RESUME

STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA

” TEORI – TEORI BELAJAR DALAM MENGAJAR MATEMATIKA”

oleh:

AUCI PERNIA (19205007)

Dosen Pembimbing: Dr. Edwin Musdi, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2019
TEORI – TEORI BELAJAR DALAM MENGAJAR MATEMATIKA

A. PENGERTIAN TEORI BELAJAR MATEMATIKA


Teori belajar atau teori perkembangan mental menurut Ruseffendi (1988)
adalah berisi uraian tentang apa yang terjadi dan apa yang diharapkan terjadi
terhadap mental peserta didik.Menurut pandangan modern menganggap
bahwa belajar merupakan kegiatan mental seseorang sehingga terjadi
perubahan tingkah laku. Perubahan tersebut dapat dilihat ketika siswa
memperlihatkan tingkah laku baru, yang berbeda dari tingkah laku
sebelumnya.

B. TEORI PEMBELAJARAN MATEMATIKA


1. TEORI PENGEMBANGAN INTELEKTUAL PIAGET
Menurut teori Jean Piaget psikolog swiss, pengembangan intelektual
manusia berkembang secara kronologis melalui empat tahap
berurutan.Berikut ini beberapa tahap perkembangan intelektual manusia
menurut Piaget sebagai berikut:
1. Tahap Sensori Motor
Periode pertama pengembangan intelektual, disebut tahap sensori
motor, yang terjadi dari lahir hingga sekitar dua tahun.Pada periode ini,
pembelajaran bayi terdiri dari pengembangan dan pengorganisasian aktivitas
fisik dan mentalnya ke dalam rangkaian tindakan yang didefinisikan dengan
baik yang disebut skema. Dari lahir sampai usia dua tahun anak-anak belajar
mengkoordinasikan indera dan gerakan mereka, belajar bahwa benda yang
terlepas dari pandangan tidak akan ada lagi, dan belajar melampirkan simbol
kata ke objek fisik.
2. Tahap Pra-operasinal
Periode kedua, tahap pra operasi, berlanjut dari sekitar usia dua sampai
tujuh tahun. Pada tahap ini anak-anak sangat egosentris, yaitu mereka
mengasimilasi sebagian besar pengalaman di dunia pada umumnya melalui
pengembangan skema dari lingkungan sekitar mereka dan melihat segala
sesuatu yang berhubungan dengan diri mereka sendiri. Pada tahap ini anak-
anak tidak dapat membedakan fakta dan keinginan, itulah sebabnya
'kebohongan' mereka tidak merupakan konsekuensi dari kekurangan moral
apapun, namun diakibatkan oleh ketidakmampuan mereka untuk memisahkan
kejadian nyata dari dunia imajinasi mereka. Melalui pematangan fisik dan
interaksi dengan lingkungannya, anak di tahap pra-konseptual sedang
mengembangkan skema mental yang diperlukan untuk beroperasi pada
tingkat intelektual yang lebih tinggi.Menjelang akhir tahap ini, anak-anak
menjadi mampu memberikan alasan untuk kepercayaan mereka, dapat
mengklasifikasikan kumpulan objek sesuai dengan karakteristik tertentu, dan
mulai mendapatkan beberapa konsep aktual.
3. Tahap Operasi nyata
Tahap Operasional nyata perkembangan mental meluas dari usia tujuh
sampai usia dua belas, tiga belas atau bahkan lebih lambat. Pada awal tahap
ini terdapat penurunan yang substansial pada egosentrisitas anak-anak;
Bermain dengan anak-anak lain menggantikan permainan terisolasi dan
permainan individual di hadapan anak-anak lain. Pada tahap ini, anak-anak
dapat mengklasifikasikan objek yang memiliki beberapa karakteristik ke
dalam himpunan dan himpunan bagian sesuai karakteristik yang ditentukan,
dan keduanya dapat secara simultan mempertimbangkan beberapa
karakteristik suatu objek. Pada periode operasional nyata, anak-anak dapat
melihat sudut pandang orang lain dan menjelang akhir periode ini mulai
beralasan secara induktif dan deduktif, namun banyak yang masih cenderung
menganggap contoh-contoh umum dari sebuah prinsip sebagai peristiwa yang
tidak terkait.
Meskipun anak-anak pada tahap ini mengembangkan banyak
kemampuan intelektual yang ditemukan pada orang dewasa, mereka memiliki
kesulitan dalam memahami abstraksi lisan. Mereka dapat melakukan operasi
yang kompleks seperti reversibilitas, substitusi, persatuan dan persimpangan
set, dan urutan serial pada objek nyata, namun mungkin tidak dapat
melakukan operasi yang sama ini dengan simbol verbal.
Periode perkembangan ini disebut operasional konkret karena para
psikolog telah menemukan bahwa anak-anak berusia antara tujuh dan dua
belas tahun mengalami kesulitan menerapkan proses intelektual formal
menjadi simbol verbal dan gagasan abstrak; Pada periode ini anak suka
membangun sesuatu, memanipulasi objek dan membuat gadget mekanis
beroperasi.
4. Tahap Operasi Formal
Saat remaja mencapai tahap operasional formal.mereka tidak lagi perlu
mengandalkan operasi konkret untuk mewakili atau menggambarkan
abstraksi mental. Mereka sekarang dapat secara simultan mempertimbangkan
banyak sudut pandang, untuk menganggap tindakan mereka sendiri secara
objektif.dan untuk merefleksikan proses pemikiran mereka sendiri.
5. Faktor-faktor dalam Pengembangan Intelektual
Teori Piaget menjelaskan perkembangan intelektual sebagai proses
asimilasi dan akomodasi informasi ke dalam struktur mental. Asimilasi
adalah proses melalui mana informasi dan pengalaman baru digabungkan ke
dalam struktur mental, dan akomodasi adalah restrukturisasi pikiran yang
dihasilkan sebagai konsekuensi dari informasi dan pengalaman baru.
Menurut teori Piaget, ada beberapa faktor yang mempengaruhi
perkembanganintelektual. Pertama, pertumbuhan fisiologis otak dan sistem
saraf merupakan faktor penting dalam kemajuan intelektual secara umum.
Proses pertumbuhan ini disebut pematangan. piaget juga menyadari
pentingnya pengalaman dalam perkembangan mental dan mengidentifikasi
dua jenis pengalaman. Pengalaman fisik adalah interaksi setiap orang dengan
objek di lingkungannya, dan pengalaman matematika logika adalah tindakan
mental yang dilakukan oleh individu karena skema mental mereka
direstrukturisasi sesuai dengan pengalaman mereka. Faktor lain, transmisi
sosial, adalah interaksi dan kerjasama seseorang dengan orang lain dan cukup
penting bagi perkembangan logika dalam benak anak. piaget percaya bahwa
operasi formal tidak akan berkembang dalam pikiran tanpa pertukaran dan
koordinasi sudut pandang di antara orang-orang. Faktor terakhir, equilibration
adalah proses dimana struktur mental seseorang kehilangan stabilitasnya
sebagai konsekuensi dari pengalaman baru dan kembali ke ekuilibrium
melalui proses asimilasi dan akomodasi.
6. Teori Piaget dan Pembelajaran matematika
Seorang guru diharapkan harus memiliki kemampuan komplek tertentu,
keterampilan dan tingkah laku seorang siswa mengapa ditahap operasi formal
dan harus prihatin jika proses operasi mental tidak ditampilkan oleh siswa.
Pada level SMP siswa senang belajar dengan diagram, model dan kegian fisik
lainnya. Mereka butuh konsep nyata sesuai dengan realita dan percobaan
mereka.
Dalam geometri banyak siswa yang kesulitan untuk memvisualisasikan
tiga objek dan hubungan antara objek. Mereka butuh membangun dan
memanipulasi model dalam geometri. Geometri pada SMP harus dibuktikan
secara bertahap agar tahap pengembangan intelektual siswa terpenuhi.
Seorang individu dapat mengikat, memahami, dan memberikan respon
terhadap stimulus disebabkan karena bekerjanya skemata ini.

2. STRUKTUR MODEL INTELEKTUAL J,P. GUILFORD’S


1. Variabel intelektual
Model Guilford dari kecerdasan intelektual, yang mana disebut dengan
model struktual intelektual. Menurut Guilford ada tiga variabel ntelektual,
Pertama, Operasi, adalah himpunan proses mental yang digunakan dalam
pembelajaran. Kedua , variabel, isi , kategori sifat materi yang sedang
dipelajari. ketiga, Produk adalah variabel ketiga dalam inteligen, produk ini
mengacu pada cara dimana informasi disusun dalan pikiran.
2. Proses Berpikir
Guilford membagi lima tipe operasi mental, diantaranya, Memory,
cognitif, evaluation, convergent production, dan divergent production.
Memory adalah ingatan yang berkaitan dengan sehari-hari.Cognitif adalah
menyimpan informasi yang lama dan menemukan informasi yang baru.
Evaluation adalah kemampuan untuk memproses informasi dan memahami
informasi sehingga dapat mengambil keputusan tentang apakah suatu itu baik
, akurat atau memadai. convergent production adalah berpikir memusat atau
hanya satu kemungkinan jawaban. divergent production adalah berpikir
secara luar sehingga banyak jawaban dari informasi yang didapatkan.
3. Isi dalam pembelajaran
Guilford membagi 4 bagian dalam konten yang terlibat pada proses
pembelajaran. pertama, Figural contents adalah pembelajaran dalam bentuk
gambar seperti gambar segitiga, kubus, parabola dll. Kedua, symbolic content,
adalah belajar dengan menggunakan simbol seperti + untuk simbol
penjumlahan, - untuk simbol pengurangan, dll. ketiga, Semantic Content
adalah pembelajaran ang menggunakan kata-kata dan gagasan yang
membangkitkan citra mental saat mereka disajikan sebagai rangsangan.seperti
mendengar suara anjing, kucing, melihat pohoh, matahari dll. keempat,
behavior content adalah interaksi non verbal yang diperoleh melalui
penginderaan, ekspresi muka atau suara.
4. Produk (Hasil berpikir)
Guilford membagi 6 bagian dalam pembelajaran, unit, classes,
relations, system, tranformation, dan implication.Unit adalah simbol tunggal ,
ambar, kata, objek atau gagasan. set unit disebut kelas (classes). dan satu
kemampuan mental adalah pengklasifikasian unit. relations adalah kaitan
antara unit dan kelas. system adalah kompleksitas saling berhubungan antara
unit, kelas dan relasidari struktur yang lebih besar ke yang lebih berarti.
tranformation adalah perubahan, modifikasi,atau refedinisi informasi.
implication adalah informasi yang merupakan saran dari informasi item lain.

3. TEORI PEMBELAJARAN ROBERT GAGNE


1. Objek Pembelajaran Matematika
Objek dalam pembelajaran matematika adalah objek secara langsung
maupun tidak langsung yang ingin siswa pelajari dalam matematis.
Pembelajaran secara langsung berupa fakta, keterampilan, konsep dan aturan
sedangan objek tak langsung antara lain kemapuan menyelidiki dan
memecahkan masalah, belajar mandiri, bersikap positif terhadap matematika,
dan tahu bagaimana semestinya belajar.

2. Tahapan urutan pembelajaran


Selain mengklasifikasikan hasil belajar gagne juga mengelompokkan
belajar ke dalam 8 tipe belajar:
a. Isyarat (Signal )
Pembelajaran isyarat merupakan pembelajaran tanpa disadari yang
dihasilkan dari satu contoh saja atau sejumlah pengulangan stimulus
yang menimbulkan respons emosional pada individu. contohnya belajar
isyarat adalah reaksi emosional siswa terhadap pembelajaran matematika.
b. Stimulus Respons
Pembelajaran stimulus respon hampir sama dengan pembelajaran
isyarat namun perbedaan nya jika dalam pembelajaran isyarat siswa
belajar tidak diniati dan responnya emosional, maka pada pembelajaran
stimulus respon belajarnya diniati dan responnya jasmaniah (fisik).
Contohnya siswa meniru menyebutkan segitiga setelah gurunya
menyebutkan segitiga.
c. Rangkaian Gerak (Chaining)
Rangkaian gerak adalah perbuatan jasmaniah terurut dari dua
kegiatan atau lebih dalam rangka stimulus-respon. Sebagian besar
kegiatan di matematika yang memerlukan manipulasi perangkat fisik
seperti penggaris, kompas, dan model geometrik memberi sanggah.
d. Rangkaian verbal
Asosiasi verbal adalah rangsangan verbal, yaitu hubungan sekuensial
dari dua atau lebih tindakan stimulus-respons verbal yang telah dipelajari
sebelumnya. Asosiasi verbal yang efisien memerlukan penggunaan
intervensi mental yang bertindak sebagai kode dan yang dapat berupa
gambar verbal, pendengaran, atau visual. Kode-kode ini biasanya terjadi
pada pikiran peserta didik dan akan bervariasi dari pelajar ke pelajar
sesuai dengan kode mental masing-masing orang.
e. Belajar membedakan
Diskriminasi belajar adalah belajar membedakan antara rantai yaitu
mengenali berbagai objek fisik dan konseptual. Ada dua jenis
diskriminasi: diskriminasi tunggal dan diskriminasi ganda. Sebagai
ilustrasi, seorang anak kecil mungkin diberi latihan untuk mengenali
angka 2 dengan melihat lima puluh 2 di halaman dan dengan
menggambar halaman 2 Melalui rantai rangsangan rangsangan sederhana
yang dipelajari anak kecil (tidak dalam kasus ini, nama "dua" untuk
konsep dua), namun penampilan fisik dari angka 2. Ini adalah contoh
diskriminasi tunggal yang dapat dikenali anak tersebut. dari angka 2.
Pada saat yang sama dapat belajar mengenali angka 0,1,2,3,4,5,6,7,8, dan
9 dan untuk membedakan keduanya, yang merupakan contoh beberapa
perlakuan diskriminatif. Pada hari Selasa, anak tersebut hanya memiliki
angka 6 dan pada hari Rabu dia mungkin akan belajar membedakan 9.
Namun, ketika semua angka angka tunggal dipresentasikan bersama,
anak yang sama mungkin mengalami masalah dalam membedakan antara
usia 6 dan 9. Jika anak tersebut sebelumnya telah mempelajari setiap
rantai yang menyusun setiap angka untuk dipelajari, dapat
mengidentifikasi setiap angka dengan sendirinya, dapat menyebutkan
nama masing-masing angka, dan memiliki kode mental yang sesuai
untuk nama dan simbol angka, maka dia siap untuk belajar membedakan
di antara angka tersebut.
f. Pembentukan Konsep
Pembelajaran konsep adalah belajar untuk mengenali sifat umum
benda atau peristiwa beton dan menanggapi benda atau peristiwa ini
sebagai kelas. Dalam satu pengertian konsep belajar adalah kebalikan
dari pembelajaran diskriminasi.
Agar siswa dapat belajar konsep, jenis pembelajaran prasyarat yang
sederhana pastilah telah terjadi. Perolehan konsep tertentu harus disertai
oleh rantai respons stimulus prasyarat, asosiasi lisan yang sesuai, dan
banyak diskriminasi karakteristik pembeda. Ketika konsep matematika
baru diajarkan kepada siswa, penting untuk :
(1) menyajikan berbagai contoh konsep yang berbeda untuk
mempermudah generalisasi
(2) menunjukkan contoh konsep yang berbeda namun terkait untuk
membantu dalam diskriminasi,(3) menyajikan contoh konsep untuk
mempromosikan diskriminasi dan generalisasi, (4) hindari menyajikan
contoh konsep yang semuanya memiliki beberapa karakteristik umum
yang dapat mengganggu klasifikasi contoh konsep yang tepat.
Semua orang memperoleh banyak konsep melalui strategi belajar
mengajar yang menggunakan rantai verbal, namun jika konsep yang
didapat bisa bermanfaat bagi seseorang, itu harus dapat dikenali dalam
situasi stimulus dunia nyata.
g. Pembelajaran Aturan
Pembelajaran aturan adalah kemampuan untuk menanggapi
keseluruhan rangkaian situasi (rangsangan) dengan keseluruhan
rangkaian tindakan (respon). Sebagian besar pembelajaran matematika
adalah belajar aturan. Sebagai contoh, kita tahu bahwa 5x6=6 5 dan
bahwa 2x8=8x2, namun tanpa mengetahui bahwa dapat diwakili oleh axb
= bxa, kita tidak akan dapat menggeneralisasi beberapa masalah
perkalian spesifik yang telah kita coba.
Aturan mungkin berbeda jenis dan tingkat kerumitan yang berbeda.
Beberapa aturan adalah definisi dan dianggap sebagai konsep yang
didefinisikan. Konsep yang didefinisikan n! = n (n-1) (n-2). . . (2) (1)
adalah aturan yang menjelaskan bagaimana memperlakukan simbol n!.
Aturan lainnya adalah rantai konsep yang terhubung, seperti aturan
bahwa dengan tidak adanya simbol pengelompokan operasi aritmatika
harus dilakukan dalam urutan berurutan x, +,:, -. Masih ada aturan
matematika lainnya yang memberikan serangkaian tanggapan tak
terbatas, satu respons untuk masing-masing seperangkat persamaan
kuadrat tak terbatas. Setiap persamaan kuadrat tertentu adalah stimulus
yang terdiri dari rantai konsep, dan setiap solusi adalah respons yang
terdiri dari serangkaian konsep
Seperti yang telah kami catat sebelumnya, ada juga perbedaan antara
menyatakan sebuah peraturan dan menggunakan peraturan dengan benar.
Hanya karena seorang siswa dapat menyatakan sebuah peraturan tidak
berarti dia mengetahui peraturan tersebut dalam arti bahwa kemampuan
untuk menggunakan peraturan tersebut ada pada orang tersebut.
Sebaliknya, sangat mungkin menerapkan aturan dengan benar tanpa
dapat menyatakannya. Hampir semua orang bisa menghafal urutan
−𝑏±√𝑏2 −4𝑎𝑐
simbol 𝑥 = tapi tanpa pembelajaran tambahan beberapa orang
2𝑎

bisa menerapkannya dengan benar. Kebanyakan orang menggunakan


aturan bahwa perkalian bersifat komutatif, namun hanya sedikit orang
yang dapat menyatakan peraturan ini sebagai "perkalian bersifat
komutatif" atau axb=bxa.
Dalam bukunya The Conditions of Learning, Robert Gagne (1970)
memberikan lima langkah urutan instruksional untuk pengajaran:
Langkah 1: Menginformasikan pelajar tentang bentuk kinerja yang
diharapkan saat pembelajaran selesai
Langkah 2: Pelajarilah pembelajar dengan cara yang memerlukan
pengukuhan kembali (recall) dari konsep yang sebelumnya
dipelajari yang membentuk kemudian aturan
Langkah 3: Gunakan pernyataan lisan (isyarat) yang akan mengarahkan
pelajar tu menyusun peraturan bersama, sebagai rangkaian
konsep, dalam urutan yang benar
Langkah 4: Dengan mengajukan pertanyaan, mintalah peserta didik
untuk "menunjukkan" contoh (konyol) lebih konkret dari
peraturan tersebut.
Langkah 5: (Opsional, tapi berguna untuk instruksi selanjutnya) Dengan
sebuah pertanyaan yang sesuai, mintalah pelajar untuk
membuat pernyataan lisan tentang peraturan tersebut.
h. Pemecahan Masalah
Seperti yang bisa diduga, pemecahan masalah adalah tatanan yang
lebih tinggi dan tipe pembelajaran yang lebih kompleks daripada
pembelajaran aturan, dan pengambil keputusan untuk memecahkan
masalah. Pemecahan masalah melibatkan pemilihan dan penetapan
seperangkat aturan dengan cara yang unik bagi pelajar yang
menghasilkan pemerataan aturan orde yang lebih tinggi yang sebelumnya
tidak diketahui oleh pelajar.
Contoh pemecahan masalah baru adalah bahwa siswa, yang belum
pernah melihat rumus kuadrat, mengembangkan formula ini untuk solusi
persamaan kuadrat umum ax2+bx+c=0. Siswa semacam itu harus
memilih keahlian menyelesaikan kuadrat trinomial dari keahliannya dan
menerapkan keterampilan dengan cara yang tepat untuk mengembangkan
formula kuadrat.
Pemecahan masalah dunia nyata biasanya melibatkan lima langkah
penyajian masalah dalam bentuk umum
1. penyajian kembali masalah ke dalam definisi operasional
2. perumusan hipotesis dan prosedur alternatif yang mungkin
merupakan cara yang tepat untuk memecahkan masalah
3. menguji hipotesis dan melaksanakan prosedur untuk mendapatkan
solusi atau solusi alternatif
4. menentukan solusi yang mungkin paling tepat atau memverifikasi
bahwa solusi tunggal benar.

Learning Hierarchies (Belajar hirarki)


Sebuah hierarki pembelajaran untuk pemecahan masalah atau
pembelajaran aturan adalah struktur yang berisi urutan kualitas bawahan dan
prasyarat yang harus dikuasai seorang siswa sebelum dia dapat mempelajari
tugas tingkat tinggi. Menurut Gagne, jika seseorang telah belajar, maka
orang itu bisa melakukan aktivitas yang tidak bisa dia lakukan sebelumnya.
Karena sebagian besar kegiatan dalam matematika memerlukan
pembelajaran prasyarat yang pasti dan dapat dipungkiri, topik matematika
memberikan analisis hierarki.
Contoh :
Daftar langkah yang digunakan untuk mendapatkan rumus kuadrat
1. Tulis bentuk persamaan umum persamaan kuadrat
ax2+bx+c=0
2. Tambahkan negatif c pada kedua sisi persamaan
ax2+bx=-c
3. Bagilah kedua sisi persamaan dengan a
𝒃𝒙 𝒃𝒙
x2 + =-
𝒂 𝒂

𝒃𝒙
4. Selesaikan pengkuadratan x2 + dengan menambahkan pada kedua
𝒂

sisi persamaan

5. Faktorkan sisi sebelah kiri persamaan

6. Akarkan kedua sisi persamaan

−𝒃
7. Tambahkan pada kedua sisi persamaan sederhanakan sisi sebelah
𝟐𝒂

−𝒃±√𝒃𝟐 −𝟒𝒂𝒄
kanan, didapatkan : 𝒙 = 𝟐𝒂

4. DIENES DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA


Prof Dienes meringkas pandangannya tentang pendidikan matematika
sebagai berikut :
Pada saat ini, hampir tidak ada satu anggota profesi guru yang peduli
dengan pengajaran matematika pada tahap apapun, dari bayi ke atas, yang
dapat dengan jujur mengatakan kepada dirinya sendiri bahwa semuanya
baik dalam pengajaran matematika.
1. Konsep Matematika
Menurut Dienes ada 3 tipe konsep matematika. Pertama, konsep
matematika murni yaitu berhubungan dengan klasifikasi bilangan-bilanagn
dan hubungan antar bilangan, dan sepenuhnya bebas dari cara bagaimana
bilangan-bilangan itu disajikan. contoh enam, XII , semuanya merupakan
contoh konsep bilangan genap; walaupun masing-masing menunjukkan
cara yang berbeda dalam menyajikan suatu bilangan genap. Kedua,
Konsep notasi adalah sifat-sifat bilangan yang merupakan akibat langsung
dari cara penyajian bilangan. Contohnya, 275 berarti 2 ratusan ditambah 7
puluhan ditambah 5 satuan merupakan akibat dari notasi nilai tempat
dalam menyajikan bilangan-bilangan yang didasarkan pada sistem pangkat
dari sepuluh. Ketiga, konsep terapan adalah penerapan konsep murni dan
konsep notasi matematika untuk memecahkan masalah matematika.
Contohnya, panjang luas dan volume adalah konsep matematika terapan.
2. Tahap-tahap dalam Belajar Konsep Matematika
Dienes percaya untuk menumbuhkan konsep dalam pembelajaran
matematika perlu adanya tahap-tahap sebagai berikut:
a. Bermain Bebas (Free Play)
Tahap bermain bebas konsep pembelajaran terdiri dari kegiatan yang
tidak terstruktur dan tidak diarahkan yang memungkinkan siswa untuk
bereksperimen dan memanipulasi representasi fisik dan abstrak dari
beberapa elemen konsep yang akan dipelajari. Pada tahap ini siswa
membentuk struktur mental dan sikap yang mempersiapkan mereka
untuk meremehkan struktur matematika konsep tersebut.
b. Permainan
Setelah masa bermain bebas, siswa akan mulai mengamati pola dan
keteraturan yang terkandung dalam konsep tersebut. Mereka akan
melihat bahwa peraturan tertentu mengatur kejadian, bahwa beberapa
hal mungkin dan hal-hal lain tidak mungkin dilakukan. Begitu siswa
telah menemukan peraturan dan sifat yang menentukan acara, mereka
adalah readyn untuk bermain game, bereksperimen dengan mengubah
peraturan permainan yang dibuat guru dan membuat game mereka
sendiri.
c. Mencari Komunitas
Bahkan setelah bermain beberapa permainan dengan menggunakan
representasi fisik yang berbeda dari sebuah konsep, siswa mungkin
tidak menemukan struktur matematika yang umum untuk semua
representasi konsep.Sampai siswa menyadari sifat umum dalam
representasi, mereka tidak dapat mengklasifikasikan contoh dan bukan
contoh dari sebuah konsep.
d. Representasi
Setelah siswa mengamati elemen umum di setiap contoh konsep,
mereka perlu mengembangkan, atau memberi tahu dari guru, satu
representasi konsep yang mewujudkan semua elemen umum yang
ditemukan di masing-masing contoh. Representasi ini bisa berupa
reprepentasi konsep diagram, representasi verbal, atau contoh inklusif.
e. Simbolisasi
Pada tahap ini siswa perlu merumuskan simbol verbal dan matematis
yang tepat untuk menggambarkan representasi konsepnya.Siswa harus
ditunjukkan nilai dari sistem simbol yang baik dalam memecahkan
masalah, membuktikan teorema, dan menjelaskan konsepnya.
f. Formalisasi
Setelah siswa mempelajari konsep dan struktur matematika terkait,
mereka harus memesan properti konsep dan mempertimbangkan
konsekuensinya.Sifat dasar dalam struktur matematika adalah aksioma
sistem.

3. Prinsipdan Pembelajaran Konsep


Dalam bukunya dienes menjabarkan ada 4 prinsip konsep
pembelajaran yaitu sebagai berikut:
a. Prinsip Dinamis, terstruktur dan praktek dan / atau reflektif dari dua
permainan harus disediakan seperlunya pengalaman dari mana konsep
matematis akhirnya bisa dibangun, asalkan setiap jenis permainan
diperkenalkan pada waktu yang tepat.
b. Prinsip Konstruktifitas, Dalam penataan permainan, konstruksi harus
selalu mendahului analisis, yang hampir tidak ada lagi dari
pembelajaran anak-anak sampai usia 12 tahun.
c. Prinsip Variabilitas Matematis, Konsekuensi melibatkan variabel
harus dipelajari oleh pengalaman yang melibatkan jumlah variabel
terbesar.
d. Prinsip variabilitas perseptual atau prinsip beberapa perwujudan,
Untuk memungkinkan lingkup sebanyak mungkin untuk variasi
individu dalam pembentukan konsep, dan juga untuk mendorong
anak-anak untuk mengumpulkan esensi matematis sebuah abstraksi,
struktur konsep yang sama harus disajikan di asrama sebanyak
mungkin setara perseptual.

5. TEORI AUSUBEL DALAM PEMBELAJARAN BERMAKNA


Teori Belajar Verbal Ausubel
Strategi Pembelajaran Verbal bermakna
Bagi Ausubel, metode ceramah atau ekspositori adalah strategi
pengajaran yang sangat efektif, dan dia percaya bahwa pendidik harus lebih
berupaya mengembangkan teknik pengajaran ekspositori yang efektif.
Ausubel menganggap setiap disiplin akademis memiliki struktur organisasi
dan metodologis yang distal dan masing-masing memiliki struktur kognitif
yang berbeda. Dia mengkonseptualisasikan struktur pemrosesan informasi
tentang proses desipline dan struktur pemrosesan informasi pikiran sebagai
analog.
Karena, seperti yang Ausubel percaya, tugas utama pendidikan adalah
mengajarkan disiplin ilmu, dua syarat harus dipuaskan. Pertama, disiplin
stabilizied dalam konfigurasi kognitif setiap siswa dan tidak diserap dan
disahkan sebagai struktur yang unik.
Kondisi kedua dalam mengajar sebuah disiplin adalah membuat materi
bermakna pelajar. Untuk memastikan pembelajaran yang bermakna, guru
harus membantu siswa membangun keterkaitan antara struktur kognitif
mereka sendiri dan struktur disiplin yang diajarkan.
Prinsip rekonsiliasi intergratif menyiratkan bahwa informasi baru tentang
disiplin yang dipelajari harus didamaikan dan diintegrasikan dengan
informasi yang dipelajari sebelumnya dari disiplin tersebut. Urutan
pengajaran / pembelajaran harus disusun sedemikian rupa sehingga setiap
pelajaran baru terkait secara seksama dengan materi yang telah dipelajari
sebelumnya.
Pelajaran Penyelenggara Advance
Model Pengajaran berikut adalah strategi pengajaran pengelola awal
yang ditulis untuk mempersiapkan siswa sekolah menengah untuk
mempelajari unit tentang pengoperasian komputer dan pemrograman
komputer. Tujuan dari penyelenggara ini adalah untuk membantu siswa
menganut model komputer sistem abstrak, umum dan inklusif dalam struktur
kognitif mereka sebelum mempelajari konsep dan prinsip operasi dan konkret
yang lebih konkret.
Teori Ausubel tentang pembelajaran verbal yang bermakna mengandung
dasar pemikiran untuk pengajaran ekspositori dan menunjukkan bagaimana
pelajaran ceramah dapat diatur untuk mengajarkan struktur sebuah disiplin
untuk membuat pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Sebagai pendukung
pengajaran ekspositori dan pembelajaran verbal, ausubel's menunjukkan
bagaimana penerimaan belajar dapat menjadi efisien dan berarti. Pengajaran
exspository yang baik, di mana oleh struktur guru dan menjelaskan topik
matematika sehingga siswa dapat mengatur topik dan menghubungkannya
dengan topik yang dipelajari sebelumnya, dapat menghasilkan pembelajaran
yang efisien dan efektif.
6. JEROME BRUNER DALAM BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
Jerome Bruner dalam Pembelajaran dan Instruksi
Psikolog terkenal, Jerome Bruner, telah banyak menulis tentang teori
pembelajaran, proses pembelajaran dan filsafat pendidikan. Prinsip umum
seperti yang tercantum dalam daftar berikut muncul dari Konferensi Lubang
Kayu:
1. Pembelajaran yang Tepat dalam kondisi optimal membuat siswa
"belajar bagaimana belajar
2. Topik apapun dari subjek dapat diajarkan kepada siswa manapun dalam
beberapa bentuk intelektual jujur pada tahap manapun dalam
pengembangan intelektual siswa
4. Aktivitas intelektual sama di mana saja, apakah orang tersebut adalah
siswa kelas tiga atau ilmuwan riset
5. Bentuk motivasi terbaik adalah minat pada subjek

Teori Instruksi Bruner


Bruner menyajikan sudut pandangnya tentang sifat pertumbuhan intelektual
dan membahas enam karakteristik pertumbuhan. Dia juga memberikan dua
karakteristik umum yang dia yakini harus menjadi dasar teori umum
pengajaran dan membahas empat ciri utama yang spesifik yang menurutnya
harus ada dalam teori pengajaran apapun.

Karakteristik Pertumbuhan intelektual


Menurut Bruner, pertumbuhan intelektual ditandai oleh kemampuan
seseorang untuk mencontoh tanggapannya dari rangsangan langsung dan
spesifik. Karakteristik kedua dari growh adalah pengembangan kemampuan
untuk menginternalisasi kejadian eksternal ke dalam struktur mental yang
sesuai dengan lingkungan learnea dan yang membantu pelajar dalam
generalisasi dari kasus tertentu. Karakteristik ketiga dari pertumbuhan adalah
meningkatnya kemampuan untuk menggunakan kata-kata dan simbol untuk
mewakili hal-hal yang telah dilakukan atau akan dilakukan di masa depan.
Karakteristik pertumbuhan selanjutnya adalah perkembangan mental yang
bergantung pada interaksi sistematis dan terstruktur antara pelajar dan guru.
Karakteristik pertumbuhan Bruner yang kelima adalah bahwa pengajaran dan
pembelajaran sangat difasilitasi melalui bahasa penggunaan.Karakteristik
keenam adalah bahwa pertumbuhan intelektual ditunjukkan oleh
meningkatnya kemampuan untuk menangani beberapa variabel secara
bersamaan.

Teorema pada Pembelajaran Matematika


Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang terlibat dalam pengajaran dan
pembelajaran matematika, Bruner dan rekan-rekannya telah mengamati
sejumlah besar kelas matematika dan telah melakukan eksperimen dalam
pengajaran matematika pembelajaran.
Teorema Konstruksi
Bruner telah menemukan bahwa memberi siswa aturan matematika selesai
cenderung mengurangi motivasi belajar dan menyebabkan banyak siswa
menjadi bingung. Pada tahap awal pembelajaran konsep, pemahaman
tampaknya bergantung pada kegiatan nyata yang dilakukan siswa saat mereka
menyusun representasi masing-masing konsep.

Teorema Notasi
Teorema notasi menyatakan bahwa konstruksi awal atau representasi dapat
dibuat secara kognitif lebih sederhana dan dapat dipahami dengan lebih baik
oleh siswa jika mengandung notasi yang sesuai untuk tingkat perkembangan
mental siswa. Pendekatan sekuensial untuk membangun sistem notasi
matematika ini mewakili pendekatan spiral terhadap pembelajaran.
Pembelajaran dan pembelajaran spiral adalah sebuah pendekatan dimana
setiap ide matematika diperkenalkan secara intuitif dan diwakili dengan
menggunakan bentuk-bentuk notasi yang familiar dan konkret.

Teorema Kontras dan Variasi


Teorema Bruner tentang kontras dan variasi menyatakan bahwa prosedur
untuk pergi dari representasi beton konsep ke representasi abstrak lebih
melibatkan operasi kontrak dan variasi. Kebanyakan konsep matematika
memiliki sedikit arti bagi siswa untul mereka kontras dengan konsep lainnya.
Dalam geometri, busur, jari-jari, diameter dan akord lingkaran semuanya
menjadi lebih bermakna bagi siswa saat mereka saling kontras satu sama lain.
Agar setiap konsep atau prinsip baru dipahami sepenuhnya, perlu agar
gagasan kontrasnya dipresentasikan dan dipertimbangkan.
Teorema Konektivitas
Teorema konektivitas dapat dinyatakan sebagai berikut; Setiap konsep,
prinsip, dan keterampilan dalam matematika terhubung dengan konsep,
prinsip, atau keterampilan lainnya. Hubungan terstruktur antara elemnts di
setiap cabang matematika memungkinkan penalaran matematika analitik dan
sintetis, serta lompatan intuitif dalam pemikiran matematis. Hasilnya adalah
kemajuan matematis. Salah satu kegiatan matematikawan yang paling penting
adalah pencarian hubungan dan hubungan antar struktur matematika, namun
siswa juga perlu menyadari adanya hubungan antara berbagai struktur
matematika.

7. B.F. SKINNER DALAM BELAJAR DAN PEMBELAJARAN


Skinner menganggap hukuman sebagai presentasi yang disengaja dari
penguatan negatif atau penghapusan positif dari penguat positif. Skinner dan
lainnya telah menunjukkan dalam percobaan laboratorium dengan hewan dan
manusia bahwa hukuman tidak memiliki efek balasan yang berlawanan.
Jumlah hukuman yang sama tidak akan memadamkan efek dari sejumlah
penghargaan tertentu. Setelah beberapa waktu, perilaku yang dihukum
cenderung muncul kembali pada tingkat yang tidak jauh lebih rendah
daripada jika tidak ada hukuman yang diberikan. Bahkan jika hukuman
efektif dalam menekan atau menghapus perilaku yang tidak diinginkan, hal
itu dapat menimbulkan konsekuensi sosial dan emosional yang tidak dapat
diprediksi.

Anda mungkin juga menyukai