Anda di halaman 1dari 11

A.

Profil Jenderal TNI (Purn) Susilo Bambang Yudhoyono


Jenderal TNI (Purn) Susilo Bambang Yudhoyono adalah presiden Republik Indonesia
keenam. Berbeda dengan presiden sebelumnya, Susilo Bambang Yudhoyono merupakan
presiden pertama yang dipilih secara langsung oleh rakyat dalam proses Pemilu Presiden
putaran II 20 September 2004. Lulusan terbaik AKABRI (1973) yang akrab disapa SBY ini
lahir di Pacitan, Jawa Timur 9 September 1949. SBY adalah anak tunggal dari pasangan R.
Soekotjo dan Sitti Habibah. Darah prajurit menurun dari ayahnya yang pensiun sebagai
Letnan Satu. Sementara ibunya, Sitti Habibah adalah putri salah seorang pendiri Ponpes
Tremas. Pendidikan Sekolah Rakyat adalah pijakan masa depan yang paling menentukan bagi
SBY.
Ketika duduk di bangku kelas lima, untuk pertama kalinya SBY kenal dan akrab
dengan nama Akademi Militer Nasional (AMN), Magelang, Jawa Tengah. SBY kemudian
melanjutkan pendidikannya di SMP Negeri Pacitan. Sejak kecil, SBY bercita-cita untuk
menjadi tentara dengan masuk Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri)
setelah lulus SMA akhir tahun 1968. Namun, lantaran terlambat mendaftar, SBY tidak jadi
masuk Akabri dan akhirnya dia menjadi mahasiswa Teknik Mesin Institut 10 November
Surabaya (ITS).
Namun kemudian, SBY justru memilih masuk Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan
Pertama (PGSLP) di Malang, Jawa Timur. Sewaktu belajar di PGSLP Malang itulah, Susilo
Bambang Yudhoyono mempersiapkan diri untuk masuk kembali ke Akabri. Tahun 1970,
akhirnya SBY masuk Akabri di Magelang, Jawa Tengah, setelah lulus ujian penerimaan akhir
di Bandung. SBY satu angkatan dengan Agus Wirahadikusumah, Ryamizard Ryacudu, dan
Prabowo Subianto. Semasa pendidikan, SBY yang mendapat julukan Jerapah, sangat
menonjol. Terbukti, ketika dia meraih predikat lulusan terbaik Akabri 1973 dengan menerima
penghargaan lencana Adhi Makasaya. Seusai menamatkan pendidikan militer pertamanya,
SBY kemudian masih melanjutkan study militernya dengan pergi belajar ke beberapa
universitas militer ternama.
Perjalanan karier militer SBY dimulai dengan memangku jabatan sebagai Dan
Tonpan Yonif Linud 330 Kostrad (Komandan Peleton III di Kompi Senapan A, Batalyon
Infantri Lintas Udara 330/Tri Dharma, Kostrad) tahun 1974-1976, membawahi langsung
sekitar 30 prajurit. Kefasihan dalam berbahasa Inggris, membuatnya terpilih mengikuti
pendidikan lintas udara (airborne) dan pendidikan pasukan komando (ranger) di Pusat
Pendidikan Angkatan Darat Amerika Serikat, Ford Benning, Georgia, 1975.
Sekembalinya ke tanah air, SBY memangku jabatan Komandan Peleton II Kompi A
Batalyon Linud 305/Tengkorak (Dan Tonpan Yonif 305 Kostrad) tahun 1976-1977. Beliau
pun memimpin Pleton ini bertempur di Timor Timur. Sepulang dari Timor Timur, SBY
menjadi Komandan Peleton Mortir 81 Yonif Linud 330 Kostrad (1977). Setelah itu, beliau
ditempatkan sebagai Pasi-2/Ops Mabrigif Linud 17 Kujang I Kostrad (1977-1978), Dan
Kipan Yonif Linud 330 Kostrad (1979-1981), dan Paban Muda Sops SUAD (1981-1982).
Selanjutnya, SBY dipercaya menjabat Dan Yonif 744 Dam IX/Udayana (1986-1988)
dan Paban Madyalat Sops Dam IX/Udayana (1988), sebelum mengikuti pendidikan di
Sekolah Staf dan Komando TNI-AD (Seskoad) di Bandung dan keluar sebagai lulusan
terbaik Seskoad 1989. SBY pun sempat menjadi Dosen Seskoad (1989-1992), dan
ditempatkan di Dinas Penerangan TNI-AD (Dispenad) dengan tugas antara lain membuat
naskah pidato KSAD Jenderal Edi Sudradjat. Ketika Edi Sudradjat menjabat Panglima ABRI,
SBY ditarik ke Mabes ABRI untuk menjadi Koordinator Staf Pribadi (Korspri) Pangab
Jenderal Edi Sudradjat (1993). Ada banyak sekali jabatan militer yang kemudian dijabat oleh
SBY, puncaknya adalah ketika dia dipercaya bertugas ke Bosnia Herzegovina untuk menjadi
perwira PBB (1995).
SBY menjabat sebagai Kepala Pengamat Militer PBB (Chief Military Observer
United Nation Protection Force) yang bertugas mengawasi genjatan senjata di bekas negara
Yugoslavia berdasarkan kesepakatan Dayton, AS antara Serbia, Kroasia dan Bosnia
Herzegovina. Setelah kembali dari Bosnia, beliau diangkat menjadi Kepala Staf Kodam Jaya
(1996). Kemudian menjabat Pangdam II/Sriwijaya (1996-1997) sekaligus Ketua
Bakorstanasda dan Ketua Fraksi ABRI MPR (Sidang Istimewa MPR 1998) sebelum
menjabat Kepala Staf Teritorial (Kaster) ABRI (1998-1999).
Di tahun 2000, SBY memulai langkah politiknya dengan untuk memutuskan pensiun
lebih dini dari militer. SBY kemudian ditunjuk untuk menjabat sebagai Menteri
Pertambangan dan Energi selama masa pemerintahan Presiden KH Abdurrahman Wahid. Tak
lama kemudian, SBY harus meninggalkan posisinya sebagai Mentamben karena Gus Dur
memintanya menjabat Menkopolsoskam. Pada tanggal 10 Agustus 2001, Presiden Megawati
mempercayai dan melantik SBY menjadi Menko Polkam dalam Kabinet Gotong-Royong.
Tetapi pada 11 Maret 2004, SBY memilih untuk mengundurkan diri dari jabatan
Menko Polkam. Langkah pengunduran diri ini membuatnya lebih leluasa menjalankan hak
politik yang akan mengantarkannya ke kursi puncak kepemimpinan nasional. Pada pemilu
Presiden yang dilakukan secara langsung untuk pertama kalinya, SBY yang berpasangan
dengan Jusuf Kalla meraih kepercayaan mayoritas rakyat Indonesia dengan perolehan suara
di atas 60 persen. Dan pada tanggal 20 Oktober 2004 Susilo Bambang Yudhoyono dengan
Jusuf Kalla dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia ke-6.
Pada 3 Juli 2013, SBY mendapat penghargaan Maha Dwija Praja Utama dari
Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Penghargaan itu diberi saat Kongres XXI PGRI
di Jakarta. Penghargaan tertinggi dari PGRI dipersembahkan pada tokoh yang
memperjuangkan dan memartabatkan guru. SBY dinilai perhatian pada nasib guru dengan
mendeklarasikan bahwa guru adalah jabatan profesi pada 2004. Tahun 2005, disahkan UU
Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Juga adanya sertifikasi guru dan tunjangan
profesi guru mulai dibayar.
1. Pendidikan
 Akademi Angkatan Bersenjata RI (Akabri) (1973)
 American Language Course, Lackland, Texas AS (1976)
 Airbone and Ranger Course, Fort Benning , AS (1976)
 Infantry Officer Advanced Course, Fort Benning, AS (1982-1983)
 Jungle Warfare School, Panama (1983)
 Antitank Weapon Course di Belgia dan Jerman (1984)
 Kursus Komando Batalyon (1985)
 Sekolah Komando Angkatan Darat (1988-1989)
 Command and General Staff College, Fort Leavenwort, Kansas, AS
 Master of Art (MA) dari Management Webster University, Missouri, AS
2. Karir
 Dan Topan Yonif Linud 330 Kostrad (1974 - 1976)
 Dan Topan Yonif 305 Kostrad (1976 - 1977)
 Dan Tn Mo 81 Yonif Linud 330 Kostrad (1977)
 Pasi-2/Ops Mabrigif Linud 17 Kujang I Kostrad (1977 - 1978)
 Dan Kipan Yonif Linud 330 Kostrad (1979 - 1981)
 Paban Muda Sops SUAD (1981 - 1982)
 Komandan Sekolah Pelatih Infanteri (1983 - 1985)
 Dan Yonif 744 Dam IX/Udayana (1986 - 1988)
 Paban Madyalat Sops Dam IX/Udayana (1988)
 Dosen Seskoad (1989 - 1992)
 Korspri Pangab (1993)
 Dan Brigif Linud 17 Kujang 1 Kostrad (1993 - 1994)
 Asops Kodam Jaya (1994 - 1995)
 Danrem 072/Pamungkas Kodam IV/Diponegoro (1995)
 Chief Military Observer United Nation Peace Forces (UNPF) di Bosnia - Herzegovina
(sejak awal November 1995)
 Kasdam Jaya (1996 - hanya lima bulan)
 Pangdam II/Sriwijaya (1996 - 1997) sekaligus Ketua Bakorstanasda
 Asospol Kassospol ABRI/wakil Ketua Fraksi ABRI MPR (Sidang Umum MPR 1998)
 Kassospol ABRI/Ketua Fraksi ABRI MPR (Sidang Istimewa MPR 1998)
 Kepala Staf Teritorial (Kaster ABRI) (1998 - 1999)
 Menteri Pertambangan dan Energi (sejak Oktober 1999)
 Menteri Koordinator Politik Sosial Keamanan (Pemerintahan Presiden KH Abdurrahman
Wahid)
 Menteri Koordinator Politik dan Keamanan (Pemerintahan Presiden Megawati
Soekarnoputri), mengundurkan diri 11 Maret 2004
 Presiden Republik Indonesia (2004 - 2009)
 Presiden Republik Indonesia (2009 - 2014)
3. Penghargaan
 Adi Makayasa (lulusan terbaik Akabri 1973)
 Tri Sakti Wiratama (Prestasi Tertinggi Gabungan Mental Fisik, dan Intelek), 1973
 Satya Lencana Seroja, 1976
 Honorour Graduated IOAC, USA, 1983
 Satya Lencana Dwija Sista, 1985
 Lulusan terbaik Seskoad Susreg XXVI, 1989
 Dosen Terbaik Seskoad, 1989
 Satya Lencana Santi Dharma, 1996
 Satya Lencana United Nations Peacekeeping Force (UNPF), 1996
 Satya Lencana United Nations Transitional Authority in Eastern Slavonia, Baranja, and
Western Sirmium (UNTAES), 1996
 Bintang Kartika Eka Paksi Nararya, 1998
 Bintang Yudha Dharma Nararya, 1998
 Wing Penerbang TNI-AU, 1998
 Wing Kapal Selam TNI-AL, 1998
 Bintang Kartika Eka Paksi Pratama, 1999
 Bintang Yudha Dharma Pratama, 1999
 Bintang Dharma, 1999
 Bintang Maha Putera Utama, 1999
 Tokoh Berbahasa Lisan Terbaik, 2003
 Bintang Asia (Star of Asia) dari BusinessWeek, 2005
 Bintang Kehormatan Darjah Kerabat Laila Utama dari Sultan Brunei
 Doktor Honoris Causa dari Universitas Keio, 2006
 Penghargaan Maha Dwija Praja Utama dari Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)
2013

B. Masa Pemerintahan Presiden SBY bersama Wakil Presiden JK


Pemerintahan SBY-JK berlangsung pada tahun 2004-2009. Dalam pemerintahan ini,
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama wakilnya, Jusuf Kalla mencetuskan visi dan
misi sebagai berikut:
Visi:
 Terwujudnya kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang aman, bersatu, rukun
dan damai.
 Terwujudnya masyarakat, bangsa dan negara yang menjunjung tinggi hukum,
kesetaraan dan hak-hak asasi manusia.
 Terwujudnya perekonomian yang mampu menyediakan kesempatan kerja dan
penghidupan yang layak serta memberikan pondasi yang kokoh bagi pembangunan
yang berkelanjutan.
Misi:
 Mewujudkan Indonesia yang aman damai.
 Mewujudkan Indonesia yang adil dan demokratis.
 Mewujudkan Indonesia yang sejahtera.
Politik Dalam pemilu legislatif 2004, partai yang didirikan oleh SBY, yaitu Partai
Demokrat, meraih 7,45% suara. Kemudian pada 10 Mei 2004, tiga partai politik yaitu Partai
Demokrat, Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia, dan Partai Bulan Bintang secara resmi
mencalonkan diri sebagai presiden dan berpasangan dengan kandidat wakil presiden Jusuf
Kalla. Dalam masa kepemimpinannya bersama Jusuf Kalla, beliau didukung oleh koalisi dari
Partai Demokrat, Partai Golkar, Partai Amanat Nasional, Partai Keadilan dan Persatuan
Indonesia, dan Partai Bulan Bintang.
Pada periode kepemimpinannya yang pertama, SBY membentuk Kabinet Indonesia
Bersatu yang merupakan kabinet pemerintahan Indonesia pimpinan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono bersama Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla. Kabinet Indonesia Bersatu
dibentuk pada 21 Oktober 2004 dan masa baktinya berakhir pada tahun 2009. Pada 5
Desember 2005, Presiden Yudhoyono melakukan perombakan kabinet untuk pertama
kalinya, dan setelah melakukan evaluasi lebih lanjut atas kinerja para menterinya, Presiden
melakukan perombakan kedua pada 7 Mei 2007.
Program pertama pemerintahan SBY-JK dikenal dengan program 100 hari. Program
ini bertujuan memperbaiki sitem ekonomi yang sangat memberatkan rakyat Indonesia,
memperbaiki kinerja pemerintahan dari unsur KKN, serta mewujudkan keadilan dan
demokratisasi melalui kepolisian dan kejaksaan agung. Langkah tersebut disambut baik oleh
masyarakat. Secara umum SBY-JK melakukan pemeriksaan kepada pejabat yang diduga
korupsi. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) diberi kebebasan oleh presiden
melakukanaudit dan pemberantasan korupsi. Hasilnya telah terjadi pemeriksaan tersangka
korupsi dan pejabat pemerintahan sebanyak 31 orang selama 100 hari.
Artinya SBY-JK sungguh memilki komitmen dalam upaya pemberantasan korupsi.
Namun demikian, masih banyak hal yang harus dievaluasi. Munculnya kebijakan pembelian
minyak dengan patokan harga dunia membuat masyarakat semakin menderita. Fluktuasi
harga minyak yang berubah-ubah membawa ketidakpastian harga minyak bumi. Dampaknya
masyarakat diombang-ambingkan dengan harga minyak yang tidak pasti. Patokan harga luar
negeri yang relatif tinggi bagi masyarakat Indonesia membuat beberapa sektor perekonomian
mengalami kenaikan harga. Pidato kenegaraan yang dibacakan di depan parlemen banyak
menerima kritik. Belum lagi kasus bencana alam yang terjadi mulai dari Aceh, Yogyakarta,
Pangandaran, Timika dan masih banyak lagi yang membuat pemerintahan semakin kesulitan
untuk merapatkan barisan dalam memperkuat perekonomian negara.
Kebijakan parsial dan spontan sering datang dan hasilnya mengecewakan masyarakat.
Misalnya kedatangan Presiden AS George W. Bush pada tanggal 20November 2006 yang
dipersiapkan secara besar-besaran dan menghasilkan dana besar telah mengundang banyak
kecaman. Masyarakat yang anti AS menuduh Indonesia tidak memiliki agenda pemerintahan
yang pasti. Belum lagi masalah Lumpur PT. Lapindo Brantas di Porong, Sidoarjo, Jawa
Timur. Masalah lumpur ini telah menenggelamkan empat desa yang dihuni oleh ribuan
warga. Selain itu banyak perusahaan yang terendam lumpur, artinya negara dan masyarakat
dirugikandengan adanya masalah ini. Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah telah
mengupayakan segala macam cara untuk menanganinya termasuk mendatangkan tim dari
luar negeri dan pembentuk tim nasional penanggulangan bencana lumpur.
C. Masa Pemerintahan Presiden SBY bersama Wakil Presiden Boediono

Pemerintahan SBY-Boediono berlangsung dari tahun 2009 sampai sekarang. Dalam


pemerintahan ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama wakilnya, Boediono
mencetuskan visi dan misi sebagai berikut:

Visi:
 Terwujudnya Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur.
 Melanjutkan pembangunan menuju Indonesia yang sejahtera.
 Memperkuat pilar-pilar demokrasi.
 Memperkuat dimensi keadilan di semua bidang.

Misi:

 Mewujudkan Indonesia yang lebih sejahtera, aman, dan damai, seta meletakkan
fondasi yang lebih kuat bagi Indonesia yang adil dan dekratis.
 Melanjutkan pembangunan ekonomi Indonesia untuk mencapai kesejahteraan bagi
seluruh rakyat Indonesia.
 Melanjutkan upaya menciptakan Good Government dan Good Corporate Governance.
 Demokratisasi pembangunan dengan memberikan ruang yang cukup untuk partisipasi
dan kreativitas segenap komponen bangsa.
 Melanjutkan penegakan hukum tanpa pandang bulu dan memberantas korupsi.
 Belajar dari pengalaman yang lalu dan dari negara-negara lain, maka pembangunan
masyarakat Indonesia adalah pembangunan yang inklusif bagi segenap komponen
bangsa.
Pada pemilu 2009, SBY kembali menjadi calon presiden bersama pasangan barunya
yaitu Boediono dan kembali terpilih sebagai presiden Indonesia. Pada periode
kepemimpinannya yang kedua, SBY membentuk Kabinet Indonesia Bersatu II yang
merupakan kabinet pemerintahan Indonesia pimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
bersama Wakil Presiden Boediono. Susunan kabinet ini berasal dari usulan partai politik
pengusul pasangan SBY-Boediono pada Pilpres 2009 yang mendapatkan kursi di DPR (Partai
Demokrat, PKS, PAN, PPP, dan PKB) ditambah Partai Golkar yang bergabung setelahnya,
tim sukses pasangan SBY-Boediono pada Pilpres 2009, serta kalangan profesional.
Susunan Kabinet Indonesia Bersatu II diumumkan oleh Presiden SBY pada 21
Oktober 2009 dan dilantik sehari setelahnya. Pada 19 Mei 2010, Presiden SBY
mengumumkan pergantian Menteri Keuangan. Pada tanggal 18 Oktober 2011, Presiden SBY
mengumumkan perombakan Kabinet Indonesia Bersatu II, beberapa wajah baru masuk ke
dalam kabinet dan beberapa menteri lainnya bergeser jabatan di dalam kabinet.

D. Keadaan dan Kebijakan Ekonomi pada Masa Pemerintahan Susilo Bambang


Yudhoyono
Pada pemerintahan SBY kebijakan yang dilakukan adalah mengurangi subsidi Negara
Indonesia, atau menaikkan harga Bahan Bahan Minyak (BBM), kebijakan bantuan langsung
tunai kepada rakyat miskin akan tetapi bantuan tersebut diberhentikan sampai pada tangan
rakyat atau masyarakat yang membutuhkan, kebijakan menyalurkan bantuan dana BOS
kepada sarana pendidikan yang ada di Negara Indonesia. Akan tetapi pada pemerintahan
Susilo Bambang Yudhoyono dalam perekonomian Indonesia terdapat masalah dalam kasus
Bank Century yang sampai saat ini belum terselesaikan bahkan sampai mengeluarkan biaya
93 miliar untuk menyelesaikan kasus Bank Century ini.
Kondisi perekonomian pada masa pemerintahan SBY mengalami perkembangan yang
sangat baik. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh pesat di tahun 2010 seiring pemulihan
ekonomi dunia pasca krisis global yang terjadi sepanjang 2008 hingga 2009.
Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat mencapai
5,5-6 persen pada 2010 dan meningkat menjadi 6-6,5 persen pada 2011. Dengan demikian
prospek ekonomi Indonesia akan lebih baik dari perkiraan semula. Sementara itu, pemulihan
ekonomi global berdampak positif terhadap perkembangan sektor eksternal perekonomian
Indonesia. Kinerja ekspor nonmigas Indonesia yang pada triwulan IV-2009 mencatat
pertumbuhan cukup tinggi yakni mencapai sekitar 17 persen dan masih berlanjut pada Januari
2010.
Salah satu penyebab utama kesuksesan perekonomian Indonesia adalah efektifnya
kebijakan pemerintah yang berfokus pada disiplin fiskal yang tinggi dan pengurangan utang
Negara.Perkembangan yang terjadi dalam lima tahun terakhir membawa perubahan yang
signifikan terhadap persepsi dunia mengenai Indonesia. Namun masalah-masalah besar lain
masih tetap ada. Pertama, pertumbuhan makroekonomi yang pesat belum menyentuh seluruh
lapisan masyarakat secara menyeluruh. Walaupun Jakarta identik dengan vitalitas
ekonominya yang tinggi dan kota-kota besar lain di Indonesia memiliki pertumbuhan
ekonomi yang pesat, masih banyak warga Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan.
Masa kepemimpinan SBY terdapat kebijakan yang sikapnya kontroversial yaitu
a. mengurangi subsidi BBM atau dengan kata lain menaikkan harga BBM. Kebijakan ini
dilatarbelakangi oleh naiknya harga minyak dunia. Anggaran subsidi BBM dialihkan ke
sector pendidikan dan kesehatan, serta bidang-bidang yang mendukung kesejahteraan
masyarakat.
b. Kebijakan kontroversial pertama itu menimbulkan kebijakan kontroversial kedua, yakni
Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi masyarakat miskin. Kebanyakan BLT tidak sampai ke
tangan yang berhak, dan pembagiannya menimbulkan berbagai masalah sosial.
c. Mengandalkan pembangunan infrastruktur massal untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi serta mengundang investor asing dengan janji memperbaiki iklim investasi. Salah
satunya adalah diadakannya Indonesian Infrastructure Summit pada bulan November 2006
lalu, yang mempertemukan para investor dengan kepala-kepaladaerah. Investasi merupakan
faktor utama untuk menentukan kesempatan kerja. Mungkin ini mendasari kebijakan
pemerintah yang selalu ditujukan untuk memberi kemudahan bagi investor, terutama investor
asing, yang salah satunya adalah revisi undang-undang ketenagakerjaan. Jika semakin banyak
investasi asing di Indonesia, diharapkan jumlah kesempatan kerja juga akan bertambah.
d. Lembaga kenegaraan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) yang dijalankan pada
pemerintahan SBY mampu memberantas para koruptor tetapi masih tertinggal jauh dari
jangkauan sebelumnya karena SBY menerapkan sistem Soft Law bukan Hard Law. Artinya
SBY tidak menindak tegas orang-orang yang melakukan KKN sehingga banyak terjadi
money politic dan koruptor-koruptor tidak akan jera dan banyak yang mengulanginya. Dilihat
dari semua itu Negara dapat dirugikan secara besar-besaran dan sampai saat ini
perekonomian Negara tidak stabil.
e. Program konversi bahan bakar minyak ke bahan bakar gas dikarenakan persediaan bahan
bakar minyak semakin menipis dan harga di pasaran tinggi.
f. Kebijakan impor beras, tetapi kebijakan ini membuat para petani menjerit karena harga
gabah menjadi anjlok atau turun drastic.

D. Keadaan dan Kebijakan Politik pada Masa Pemerintahan Susilo Bambang


Yudhoyono
Dalam pemilu legislatif 2004, partai yang didirikan oleh SBY, yaitu Partai Demokrat,
meraih 7,45% suara. Kemudian pada 10 Mei 2004, tiga partai politik yaitu Partai Demokrat,
Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia, dan Partai Bulan Bintang secara resmi
mencalonkannya sebagai presiden dan berpasangan dengan kandidat wakil presiden Jusuf
Kalla. Dalam masa kepemimpinannya bersama Jusuf Kalla, beliau didukung oleh koalisi dari
Partai Demokrat, Partai Golkar, Partai Amanat Nasional, Partai Keadilan dan Persatuan
Indonesia, dan Partai Bulan Bintang.
Kemudian di pemilu 2009, SBY kembali menjadi calon presiden bersama pasangan barunya
yaitu Boediono dan kembali terpilih sebagai presiden Indonesia.
Dalam pemerintahan SBY ini, melakukan beberapa kebijakan politik diantaranya:
1. Pembentukan Kabinet Bersatu
Pada periode kepemimpinannya yang pertama, SBY membentuk Kabinet Indonesia
Bersatu yang merupakan kabinet pemerintahan Indonesia pimpinan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono bersama Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla. Kabinet Indonesia Bersatu
dibentuk pada 21 Oktober 2004 dan masa baktinya berakhir pada tahun 2009. Pada 5
Desember 2005, Presiden Yudhoyono melakukan perombakan kabinet untuk pertama
kalinya, dan setelah melakukan evaluasi lebih lanjut atas kinerja para menterinya, Presiden
melakukan perombakan kedua pada 7 Mei 2007.
2. Pembentukan Kabinet Bersatu jilid II
Pada periode kepemimpinannya yang kedua, SBY membentuk Kabinet Indonesia
Bersatu II yang merupakan kabinet pemerintahan Indonesia pimpinan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono bersama Wakil Presiden Boediono. Susunan kabinet ini berasal dari
usulan partai politik pengusul pasangan SBY-Boediono pada Pilpres 2009 yang mendapatkan
kursi di DPR (Partai Demokrat, PKS, PAN, PPP, dan PKB) ditambah Partai Golkar yang
bergabung setelahnya, tim sukses pasangan SBY-Boediono pada Pilpres 2009, serta kalangan
profesional. Susunan Kabinet Indonesia Bersatu II diumumkan oleh Presiden SBY pada 21
Oktober 2009 dan dilantik sehari setelahnya.Pada 19 Mei 2010, Presiden SBY
mengumumkan pergantian Menteri Keuangan. Pada tanggal 18 Oktober 2011, Presiden SBY
mengumumkan perombakan Kabinet Indonesia Bersatu II, beberapa wajah baru masuk ke
dalam kabinet dan beberapa menteri lainnya bergeser jabatan di dalam kabinet.
3. Menganut konsep Trias Politika
Trias Politika merupakan konsep pemerintahan yang kini banyak dianut diberbagai
negara di aneka belahan dunia. Konsep dasarnya adalah, kekuasaan di suatu negara tidak
boleh dilimpahkan pada satu struktur kekuasaan politik melainkan harus terpisah di lembaga-
lembaga negara yang berbeda.
Trias Politika yang kini banyak diterapkan adalah, pemisahan kekuasaan kepada 3
lembaga berbeda: Legislatif, Eksekutif, dan Yudikatif. Legislatif adalah lembaga untuk
membuat undang-undang; Eksekutif adalah lembaga yang melaksanakan undang-undang; dan
Yudikatif adalah lembaga yang mengawasi jalannya pemerintahan dan negara secara
keseluruhan, menginterpretasikan undang-undang jika ada sengketa, serta menjatuhkan
sanksi bagi lembaga ataupun perseorangan manapun yang melanggar undang-undang.
Dengan terpisahnya 3 kewenangan di 3 lembaga yang berbeda tersebut, diharapkan
jalannya pemerintahan negara tidak timpang, terhindar dari korupsi pemerintahan oleh satu
lembaga, dan akan memunculkan mekanisme check and balances (saling koreksi, saling
mengimbangi). Kendatipun demikian, jalannya Trias Politika di tiap negara tidak selamanya
serupa, mulus atau tanpa halangan.
Konsep Trias Politika (Eksekutif, Legislatif, Yudikatif) pada masa pemerintahan SBY
mengalami perubahan progresif, dimana konsep tersebut berusaha menempatkan posisinya
berdasarkan prinsip structural Sistem Politik Indonesia, yakni berdasarkan kedaulatan rakyat.
Pada masa pemerintahan SBY, hal tersebut benar-benar terimplementasikan, dimana rakyat
bisa memilih secara langsung calon wakil rakyat melalui Pemilu untuk memilih anggota
dewan legislaif, dan Pilpres untuk pemilihan elit eksekutif, sekalipun untuk elit yudikatif,
pemilihannya masih dilakukan oleh DPR dengan pertimbangan presiden.
4. Sistem Kepartaian
Di Indonesia sendiri, selama masa pemerintahan SBY di tahun 2004-2009, sistem
kepartaian mengalami perubahan yang signifikan, dimana partai politik bebas untuk didirikan
asalkan sesuai dengan persyaratan dan ketentuan yang berlaku, serta tidak menyimpang dari
hakikat pancasila secara universal. Masyarakat Indonesia pun dapat memilih calon wakil
rakyat pilihan mereka secara langsung, hal tersebut tentu menunjukan apresiasi negara
terhadap hak dasar bangsa secara universal dalam konteks pembentukan negara yang
demokratis.
5. Politik Pencitraan
Politik pencitraan merupakan salah satu senjata ampuh yang digunakan para
pemimpin negara untuk mengambil hati rakyatnya. Pola politik pencitraan tentu digunakan
oleh hampir semua pemimpin negara di dunia, termasuk Presiden SBY. Selaku pemimpin
negara, ia tentu harus membentuk citra dirinya sebaik mungkin demi menjaga imej baiknya di
mata masyarakat Indonesia. Dalam melakukan politik pencitraan tersebut, Presiden SBY
melakukanya dengan beberapa hal, yang terbagi dalam konteks internal dan konteks
eksternal.
Dalam konteks internal, politik pencitraan SBY dilakukan dengan menggunakan kapabilitas
internalnya, yakni dengan kapabilitas retorika atau kemampuan berbicara di depan umum.
Dari lima jenis retorika yang dikemukakan Aristoteles, Presiden SBY dinilai
mengimplementasikan Retorika tipe Elucotio, dimana pembicara memilih kata-kata dan
bahasa yang tepat sebagai alat pengemas pesanya ketika berbicara di depan umum. Selain hal
tersebut, konteks internal disini berkaitan dengan sikap bijak, kalem, dan legowo yang
ditunjukan Presiden SBY kepada masyarakat, dimana hal tersebut tentunya dapat
berimplikasi terhadap penarikat rasa simpatik masyarakat itu sendiri.
Dalam konteks eksternal, politik pencitraan SBY dilakukan dengan beragam aspek, salah
satunya adalah kampanye, dan introduksi prestasi positif SBY selama memerintah Indonesia.
Hal tersebut tentu dapat memicu ketertarikan rakyat Indonesia akan keberhasilan SBY dan
menjadi simpatik atasnya.
6. Politik Luar Negeri
SBY berusaha memantapkan politik luar negeri Indonesia dengan cara meningkatkan
kerjasama internasional dan meningkatkan kualitas diplomasi Indonesia dalam rangka
memperjuangkan kepentingan nasional. Baru-baru ini Indonesia berani mengambil sikap
sebagai satu-satunya negara anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB yang bersikap
abstain ketika semua negara lainnya memberikan dukungan untuk memberi sanksi pada Iran.
SBY telah berhasil mengubah citra Indonesia dan menarik investasi asing dengan
menjalin berbagai kerjasama dengan banyak negara pada masa pemerintahannya, antara lain
dengan Jepang. Perubahan-perubahan global pun dijadikannya sebagai peluang. Politik luar
negeri Indonesia di masa pemerintahan SBY diumpamakan dengan istilah ‘mengarungi
lautan bergelombang’, bahkan ‘menjembatani dua karang’. Hal tersebut dapat dilihat dengan
berbagai insiatif Indonesia untuk menjembatani pihak-pihak yang sedang bermasalah.
Ciri politik luar negeri Indonesia pada masa pemerintahan SBY, yaitu :
a) Terbentuknya kemitraan-kemitraan strategis dengan negara-negara lain (Jepang, China,
India, dll).
b) Terdapat kemampuan beradaptasi Indonesia terhadap perubahan-perubahan domestik dan
perubahan-perubahan yang terjadi di luar negeri (internasional).
c) Bersifat pragmatis kreatif dan oportunis, artinya Indonesia mencoba menjalin hubungan
dengan siapa saja (baik negara, organisasi internasional, ataupun perusahaan multinasional)
yang bersedia membantu Indonesia dan menguntungkan pihak Indonesia.
d) Konsep TRUST, yaitu membangun kepercayaan terhadap dunia Internasional. Prinsip-
prinsip dalam konsep TRUST adalah unity, harmony, security, leadership, prosperity.
Prinsip-prinsip dalam konsep TRUST inilah yang menjadi sasaran politik luar negeri
Indonesia di tahun 2008 dan selanjutnya.

E. Pembangunan Masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono


a. Bidang Ideolologi
Pada masa ini berbeda dengan masa Soekarno yang kental pertarungan ideologi, masa
pemerintahan SBY justru dipermudah akibat kebijakan Soeharto yang meredam pengaruh
ideologi, sehingga ketika SBY menjabat, pertarungan ideologi tak sehebat dulu, meskipun
masih cukup signifikan. Ideologi, justru inilah yang sedang menjadi permasalahan, ketika
ideologi adalah sebuah pijakan, terus terang saja bahwa bangsa kita untuk saat ini tidak punya
pijakan, karena terlalu banyak pijakan yang merasa paling benar, dan hanya bisa mengambil
keputusan berdasarkan kondisi masyarakat saja.
Menyadari kesalahan pendahulunya, SBY menyatakan partainya sebagai partai tengah,
yakni nasionalis-religius. Dengan begini, SBY tidak membangun kekuatan baru, namun
meletakkan dirinya dalam posisi netral, tidak memihak ideologi manapun. SBY melalui
partainya pun mengajak partai-partai lain baik Nasionalis maupun Islam untuk berkoalisi.
Dan sebisa mungkin, melalui pidatonya, SBY menggunakan kata-kata sedemikian rupa
sehingga tidak menyinggung kekuatan manapun, meskipun hal itu menyebabkan publik
kurang mengerti maksud dari SBY. Karena memposisikannya dirinya seperti itu, SBY pun
dikritik sebagai sosok yang peragu dan tidak tegas.
b. Bidang Politik
 Perkembangan Politik Masa SBY-JK
1. Pembentukan Kabinet Bersatu
Pada periode kepemimpinannya yang pertama, SBY membentuk Kabinet Indonesia Bersatu
yang merupakan kabinet pemerintahan Indonesia pimpinan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla. Kabinet Indonesia Bersatu dibentuk pada
21 Oktober 2004 dan masa baktinya berakhir pada tahun 2009.
2. Pada 5 Desember 2005, Presiden Yudhoyono melakukan perombakan kabinet untuk
pertama kalinya.
3. Pada 7 Mei 2007 Presiden Yudhoyono melakukan perombakan kabinet untuk yang kedua
kalinya
 Perkembangan Politik Masa SBY-Boediono
1. Pembentukan Kabinet Bersatu jilid 2
Merupakan kabinet pemerintahan Indonesia pimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
bersama Wakil Presiden Boediono. Susunan kabinet ini berasal dari usulan partai
politik pengusul pasangan SBY-Boediono pada pilpres 2009 yang mendapatkan kursi
di DPR (Partai Demokrat, PKS, PAN, PPP, dan PKB) ditambah Partai Golkar yang
bergabung setelahnya, tim sukses pasangan SBY-Boediono pada Pilpres 2009, serta kalangan
profesional. Susunan Kabinet Indonesia Bersatu II diumumkan oleh Presiden SBY pada 21
Oktober 2009 dan dilantik sehari setelahnya.
2. Pada 19 Mei 2010, Presiden SBY mengumumkan pergantian Menteri Keuangan.
Pergantian ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja para menteri keuangan.
3. Menganut konsep Trias Politika
Trias Politika merupakan konsep pemerintahan yang kini banyak dianut diberbagai negara di
aneka belahan dunia. Konsep dasarnya adalah, kekuasaan di suatu negara tidak boleh
dilimpahkan pada satu struktur kekuasaan politik melainkan harus terpisah di lembaga-
lembaga negara yang berbeda. Trias Politika yang kini banyak diterapkan adalah, pemisahan
kekuasaan kepada 3 lembaga berbeda: Legislatif, Eksekutif, dan Yudikatif.

c. Bidang Kesejahteraan Sosial


Pada masa pemerintahan SBY, kesejahteraan sosial meningkat, diantaranya dengan adanya
program sertifikasi guru, BLT, BOS untuk anak anak sekolah, subsidi BBM, Jamkesmas
dan Askin untuk kesejahteraan kesehatan masyarakan miskin.

d. Bidang Kebudayaan
Pada masa pemerintahan ini kebudayaan reog dipatenkan menjadi milik Indonesia. Dan
batik dijadikan warisan budaya asli Indonesia oleh UNESCO yang tidak dapat diakui oleh
negara lain.

e. Bidang Pertahanan dan Keamanan


Unsur aparatur negara yang secara langsung berfungsi menanganinya justru belum optimal
karena dampak masalah di masa silam yang kelam, ketika Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia (ABRI) – sekarang disebut Tentara Nasional Indonesia (TNI) – banyak campur
tangan terhadap urusan politik dan bisnis serta menerapkan sistem pemerintahan represif.
Padahal, hal itu bertentangan dengan konsep profesionalisme pertahanan-keamanan.
Ketidaktegasan dan ketidaksinkronan undang- undang yang mengatur keterlibatan TNI
dalam politik dan bisnis. Salah satu dampaknya adalah lambannya penyelesaian praktik-
praktik bisnis militer yang bermasalah. Di samping itu, masih banyak pula purnawirawan
yang menduduki jabatan politik strategis dengan cara memensiunkan diri dan menjadi warga
sipil. Selain itu, di era pascareformasi, ketika telah berlangsung upaya-upaya menghilangkan
represivitas militer, justru tercoreng dengan terjadinya kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia
(HAM) di Timor-Timur (1999), konflik Maluku (1999), dan pemberlakuan darurat militer
Aceh (2003-2004).

F. Kekurangan pada Masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono


a. Masih banyak warga Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan Sekitar 150 juta
penduduk Indonesia tidak memiliki akses yang baik untuk air bersih.,serta tingkat kematian
ibu dan bayi yang terburuk di kawasan Asia.
b. UU Ketenagakerjaan yang ada saat ini memiliki implikasi terhadap berkurangnya daya
saing Indonesia sebagai salah satu perekonomian padat karya di Asia.
c. Mengenai UU Agraria dan peraturan pertanahan yang membuat investasi di bidang
infrastruktur menjadi suatu proses yang berbelit-belit.
d. Suatu kenyataan bahwa Indonesia masih terpuruk sebagai salah satu negara yang
paling korup di dunia. Berdasarkan penelitian Transparency International dalam publikasinya
yang berjudul 2009 Global Corruption Barometer, Indonesia dianggap sebagai negara paling
korup di Asia dengan lembaga legislatif sebagai institusi publik yang paling korup, disusul
oleh lembaga yudisial dan polisi.
e. Koalisi Organisasi Masyarakat Sipil mencatat, pemerintahan Susilo Bambang
Yudhoyono dan Jusuf Kalla memperbesar utang dalam jumlah sangat besar. Posisi utang
tersebut merupakan utang terbesar sepanjang sejarah RI.
f. Kebijakan menaikkan harga BBM 1 Oktober 2005, dan sebelumnya Maret 2005,
ternyata berimbas pada situasi perekonomian tahun-tahun berikutnya. Pemerintahan SBY-JK
memang harus menaikkan harga BBM dalam menghadapi tekanan APBN yang makin berat
karena lonjakan harga minyak dunia.
g. Bencana alam yang sering terjadi di indonesia membuat para investor asing enggan
berinvestasi dengan alasan tidak aman terhadap ancaman bencana alam.
h. Dianggap belum mampu menyelesaikan masalah bank CENTURY.

Anda mungkin juga menyukai