DISUSUN OLEH:
1. Calista Salma
2. Mahardika Rendy
3. Mona Angeliyana
4. Nabila Tri Astuti
5. Nazwa Amalia
6. Siti Aulia Taqiyatuzzahra
7. Zahra Wahyuningsih
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah yang berjudul “Masa Reformasi Pada Kepemimpinan Susilo Bambang
Yudhoyono” dapat tersusun sampai selesai. Makalah ini dibuat dengan tujuan
memenuhi tugas mata pelajaran sejarah pada semester genap. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN.……………………………........................................................................ 4
Daftar Pustaka...................................................................................................................................... 5
BAB 1
PENDAHULUAN
Tahun 1982 hingga 1985 beberapa kursus militer yang diikutinya, antara lain,
Infantry Officer Advanced Course di Fort Benning, Amerika Serikat pada 1982–
1983, Jungle Warfare School di Panama tahun 1983, pendidikan Skill
Qualification di US Army Infantery School di Amerika Serikat tahun 1984, dan
kursus Komandan Batalyon pada 185.
SBY juga mengikuti Kursus Reguler Angkatan XXVI di Seskoad tahun 1988–
1989 dan tercatat sebagai lulusan terbaik. Ia juga mengikuti pendidikan Command
and General Staff College di Amerika Serikat.
Saat terjadi reshuffle Kabinet Persatuan Nasional pada 26 Agustus 2000, SBY
bergeser menjadi Menteri Koordinator (Menko) Politik, Sosial dan Keamanan
(Polsoskam). Belum genap setahun jabatan Menko, SBY diberhentikan oleh
Presiden Abdurrahman Wahid.
Lima tahun kemudian, pada Pemilu 2009, SBY kembali maju sebagai calon
Presiden RI berpasangan dengan Boediono sebagai calon Wakil Presiden. SBY
kembali berhasil meraih kemenangan, dan menjadi Presiden RI untuk periode
kedua (2009–2014).
Setelah tidak lagi menduduki jabatan Presiden RI, SBY tetap aktif
berkecimpung di dunia politik nasional, khususnya di Partai Demokrat. Partai
berlambang mercy ini didirikannya pada 9 September 2001, dan dirinya pernah
menjadi Ketua Umum Partai Demokrat sejak 2013 hingga digantikan oleh putra
sulungnya, Agus Harimurti Yudhoyono pada 2020. Di partai berwarna dasar biru
itu, SBY menduduki jabatan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat untuk periode
2020–2025.
BAB II
PEMBAHASAN
Sejak tahun 2004, Indonesia memiliki mekanisme baru dalam pemilihan presiden.
Bila sebelumnya presiden ditentukan lewat suara wakil rakyat di DPR/MPR, maka
tahun tersebut, RI-1 dan RI-2 ditentukan oleh suara rakyat langsung. Artinya, semua
warga Indonesia berhak memilih pemimpinnya. Mereka yang datang dari berbagai
kalangan ekonomi, profesi hingga daerah diperhitungkan suaranya.
Ada lima pasangan yang maju kala itu. Mereka adalah: Wiranto-Salahuddin
Wahid, Megawati Soekarnoputri-Ahmad Hasyim Muzadi, Amien Rais-Siswono
Yudo Husodo, Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla dan Hamzah Haz-Agum
Gumelar.
Di putaran pertama, SBY-JK unggul dengan 33,58 persen suara atau meraup
36.070.622. Tempat kedua adalah Megawati-Hasyim dengan perolehan suara
28.186.780 atau 26,24 persen. Karena tidak ada pasangan yang meraih suara lebih
dari 50 persen pada putaran pertama, dua pasangan teratas kemudian bertarung di
putaran kedua. Hasilnya SBY-JK menang telak dengan selisih cukup jauh yakni:
69.266.350 (60,62%) melawan 44.990.704 (39,38%).
Berselang lima tahun kemudian atau tahun 2009, SBY kembali maju sebagai
calon presiden. Namun kali ini dia menggandeng pasangan berbeda, Boediono.
Mantan wakilnya, Jusuf Kalla, berubah menjadi lawan karena maju bersama
Wiranto. Satu lawan lagi yakni pasangan Megawati Soekarnoputri dan Prabowo
Subianto.
Meski diikuti oleh tiga pasangan calon, Pilpres 2009 hanya berjalan satu putaran.
Sebab, SBY-Boediono meraih suara signifikan dibandingkan dua pasangan
lawannya. Kala itu, SBY-Boediono meraup suara 73.874.562 (60,80%), jauh
meninggalkan lawannya Megawati-Prabowo yang meraih suara 32.548.105
(26,79%) dan JK-Wiranto 15.081.814 (12,41%).
5. Pentingnya Pemimpin Militer: Kondisi politik dan sosial juga dipengaruhi oleh
kehadiran pemimpin militer, dan SBY sebagai seorang jenderal dianggap memiliki
keunggulan dalam hal pengalaman dan kepemimpinan.
Pemahaman mendalam terhadap dinamika isu-isu ini dapat memberikan gambaran
yang lebih baik tentang bagaimana faktor-faktor tersebut memengaruhi keberhasilan
SBY dalam mencapai kursi presiden pada saat itu.
6. Penanggulangan Bencana: Pada saat bencana alam seperti gempa bumi dan
tsunami, SBY mengambil langkah-langkah cepat untuk menanggulangi dampaknya,
termasuk koordinasi bantuan internasional dan rekonstruksi daerah terdampak.
2.4 KEBERHASILAN
Beberapa keberhasilan pada masa kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono
(SBY) sebagai Presiden Indonesia (2004-2014) meliputi:
1. Penyelesaian Konflik di Aceh: SBY berhasil mencapai perdamaian dengan
Gerakan Aceh Merdeka (GAM) melalui perjanjian Helsinki pada tahun 2005.
Penyelesaian konflik ini mengakhiri puluhan tahun konflik di Aceh.
7. Pengelolaan Krisis Bencana: Respons cepat dan efektif terhadap bencana alam,
seperti gempa bumi dan tsunami di Aceh serta erupsi Gunung Merapi, menunjukkan
kemampuan pemerintahan SBY dalam mengelola krisis.
Meskipun ada keberhasilan yang dapat diidentifikasi, penting untuk diingat bahwa
evaluasi terhadap masa kepemimpinan SBY juga melibatkan pertimbangan terhadap
tantangan dan kritik yang mungkin muncul selama periode tersebut.
2. Gempa dan Tsunami Aceh (2004): Gempa bumi dan tsunami pada 26 Desember
2004 menyebabkan kerusakan yang parah di Aceh dan sekitarnya. Pemerintahan SBY
menghadapi tantangan besar dalam menangani bencana ini dan memulai upaya
rekonstruksi.
5. Kasus Century (2008): Skandal Bank Century yang mencuat pada tahun 2008
menimbulkan kontroversi dan kritik terhadap kebijakan pemerintahan SBY dalam
mengatasi krisis keuangan.
6. Erupsi Gunung Merapi (2010): Erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010
menyebabkan evakuasi ribuan penduduk dan menunjukkan tantangan dalam
menangani bencana alam.
7. Kenaikan Harga BBM (2013): Keputusan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak
(BBM) pada tahun 2013 memicu protes dan demonstrasi di berbagai wilayah
Indonesia.
8. Kasus Munir (2004): Pembunuhan aktivis hak asasi manusia Munir Said Thalib
pada tahun 2004 menyoroti masalah hak asasi manusia dan pemerintahan hukum di
Indonesia.
Peristiwa-peristiwa ini mencerminkan dinamika kompleks yang terjadi selama
masa kepemimpinan SBY dan memberikan gambaran tentang tantangan dan
pencapaian yang dihadapi pemerintahannya.
BAB III
KESIMPULAN
Andika Wahyu. 2014. SBY dan Tugas Akhir di Pemerintahan. Jakarta: Antara News.
https://www.antaranews.com/berita/414688/sby-dan-tugas-akhir-di-pemerintahan
Detik News. 2014. Melihat perbandingan pilpres 2004, 2009 dan 2014. Jakarta.
https://news.detik.com/berita/d-2645367/melihat-perbandingan-pilpres-2004-2009-
dan-2014
DOKUMENTASI