Disusun oleh :
(0262) 441185
1
BIODATA SUSILO BAMBANG YUDOYONO
Agama : Islam
i
BIODATA KELOMPOK 4 XII MIPA 4
ii
DAFTAR ISI
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah Perkembangan Politik dan Ekonomi pada Masa
Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini dapat diselesaikan
dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah
Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.
Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas mata pelajaran Sejarah Indonesia. Kami
ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah Perkembangan Politik dan Ekonomi pada Masa Pemerintahan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono (SBY) ini. Dan kami juga menyadari pentingnya akan sumber
bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam memberikan informasi yang
akan menjadi bahan makalah.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat
dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan
makalah Perkembangan Politik dan Ekonomi pada Masa Pemerintahan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono (SBY) ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT,
dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga makalah Perkembangan
Politik dan Ekonomi pada Masa Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
(SBY) ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.
Penyusun
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Susilo Bambang Yudhoyono adalah presiden pertama RI yang dipilih secara langsung
oleh rakyat. Susilo Bambang Yudhoyono yang sering disapa SBY dan Jusuf Kalla
dilantik oleh MPR sebagai presiden dan wakil presiden RI ke-6 pada tanggal 20
Oktober 2004.Terpilihnya pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla
menjadi presiden dan wakil presiden diikuti dengan berbagai aksi protes mahasiswa, di
antaranya aksi yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Udayana, Denpasar, Bali,
yang meminta agar presiden terpilih segera merealisasikan janji-janji mereka selama
kampanye presiden. Tidak lama setelah terpilih, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
sendiri segera membentuk susunan kabinet pemerintahannya yang diberi nama Kabinet
Indonesia Bersatu.
2
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas di
dalam makalah tentang Perkembangan Politik dan Ekonomi pada Masa Pemerintahan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini adalah sebagai berikut:
Adapun tujuan dalam penulisan makalah tentang Perkembangan Politik dan Ekonomi
pada Masa Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini adalah
sebagai berikut:
4
BAB II
PEMBAHASAN
Sejak krisis yang dialami bangsa pada tahun 1998, kondisi perekonomian masyarakat
Indonesia belum pulih. Upaya pengentasan kemiskinan yang juga pernah dicanangkan
oleh presiden sebelumnya masih belum terlaksana sepenuhnya. Kondisi ini diperparah
dengan terjadinya sejumlah bencana alam terutama tragedi tsunami di Aceh yang
merenggut banyak korban dengan kerugian material yang sangat besar. Presiden SBY
bersama Kabinet Indonesia Bersatu segera mengambil langkah-langkah
penanggulangan pasca bencana. Salah satunya adalah dengan menetapkan
Keputusan Presiden Nomor 30 Tahun 2005 mengenai Rencana Induk Rehabilitasi dan
Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat Aceh dan Kepulauan Nias Provinsi
Sumatra Utara. Selain itu dibentuk pula Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah
dan Kehidupan Masyarakat Aceh dan Nias (Yudhoyono, 2013).
5
Polri dan juga kesejahteraan buruh. Pelayanan dan fasilitas publik juga ditingkatkan. Di
bidang hukum, upaya pemerintah untuk melanjutkan program pemberantasan korupsi
dan penegakkan supremasi hukum juga mendapat perhatian pemerintah.
6
C. Upaya untuk Menyelesaikan Konflik Dalam Negeri
Selain berupaya untuk menjaga kedaulatan wilayah dari ancaman luar, upaya internal
yang dilakukan pemerintah untuk menjaga kedaulatan wilayah adalah mencegah
terjadinya disintegrasi di wilayah konflik. Konflik berkepanjangan di wilayah Aceh dan
Papua yang belum juga berhasil diselesaikan pada masa pemerintahan presiden
sebelumnya, mendapat perhatian serius dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Kendati telah dilakukan pendekatan baru melalui dialog pada masa pemerintahan
Presiden B.J. Habibie termasuk dengan mencabut status DOM yang diterapkan oleh
pemerintah Orde Baru, namun konflik di Aceh tidak kunjung selesai. Pada masa
pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pemerintah berupaya untuk lebih
mengefektifkan forum-forum dialog mulai dari tingkat lokal Aceh hingga tingkat
internasional.
Selain konflik di Aceh, konflik lain yang berpotensi menjadi konflik berskala luas adalah
konflik bernuansa agama di Poso. Konflik yang dimulai pada tahun 1998 tersebut terus
berlanjut hingga masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Salah satu
kebijakan presiden untuk menyelesaikan konflik Poso adalah dengan mengeluarkan
Instruksi Presiden No. 14 Tahun 2005 tentang Langkah-langkah Komprehensif
Penanganan Masalah Poso. Melalui Inpres tersebut, Presiden menginstruksikan untuk:
7
1. Melaksanakan percepatan penanganan masalah Poso melalui langkah-langkah
komprehensif, terpadu, dan terkoordinasi.
2. Menindak secara tegas setiap kasus kriminal, korupsi, dan teror serta
mengungkap jaringannya.
3. Upaya penanganan masalah Poso dilakukan dengan tetap memperhatikan
Deklarasi Malino 20 Desember 2001.
Selain konflik Aceh dan Poso, konflik lain yang mendapat perhatian serius pemerintah
adalah konflik di Papua. Seperti halnya konflik di Aceh, upaya untuk menyelesaikan
konflik di Papua juga mengedepankan aspek dialog dan upaya untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Kurangnya keadilan bagi masyarakat Papua menimbulkan
adanya perlawanan dan keinginan sebagian masyarakat untuk memisahkan diri dari
NKRI. Perhatian pemerintah sudah sewajarnya lebih diberikan untuk meningkatkan sisi
ekonomi dan pemberdayaan sumber daya manusia masyarakat yang tinggal di wilayah
ini melalui pemberian pelatihan untuk meningkatkan keterampilan mereka di bidang
pertanian dan pemahaman birokrasi, terlebih provinsi Papua memiliki sumber daya
alam besar terutama di sektor pertambangan.
Terkait dengan itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga mengeluarkan kebijakan
otonomi khusus bagi Papua. Otonomi khusus tersebut diharapkan dapat memberikan
porsi keberpihakan, perlindungan dan pemberdayaan kepada orang asli Papua.
Kebijakan tersebut didukung oleh pemerintah melalui aliran dana yang cukup besar
agar rakyat Papua dapat menikmati rasa aman dan tenteram di tengah derap
pembangunan (Suasta, 2013: 294).
8
Berbagai pencapaian pada masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang dirasakan
langsung oleh masyarakat menjadi modal bagi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
untuk kembali maju sebagai calon presiden pada pemilu presiden tahun 2009.
Berpasangan dengan seorang ahli ekonomi yakni Boediono, Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono berhasil mendapatkan kembali mandat dari rakyat untuk memimpin
Indonesia untuk masa pemerintahan berikutnya. Pada pemilu presiden yang
diselenggarakan pada tanggal 8 Juli 2009 pasangan Susilo Bambang Yudhoyono
berhasil memenangkan pemilu hanya melalui satu putaran.
Ketika pemerintah Orde Baru tumbang, keinginan untuk mendapatkan ruang politik dan
pemerintahan untuk mengatur wilayah sendiri menjadi keinginan masyarakat di daerah-
daerah yang pada akhirnya melahirkan Undang-Undang otonomi daerah. Pembagian
hasil eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam antara pemerintah pusat dan daerah
juga disesuaikan dengan kebutuhan daerah dan diharapkan mampu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di daerah. Penerapan otonomi daerah tersebut diiringi
dengan perubahan sistem pemilu dan diselenggarakannya pemilu langsung untuk
mengangkat kepala daerah mulai dari gubernur hingga bupati dan walikota.
Di bidang pers, euforia demokrasi juga melahirkan sejumlah media massa baru yang
lebih bebas menyuarakan berbagai aspirasi masyarakat. Namun, kebebasan di bidang
pers harus tetap memperhatikan aspek-aspek keadilan dan kejujuran dalam
menyebarkan berita. Berita yang dimuat dalam media massa harus tetap
mengedepankan fakta sehingga euforia kebebasan pers yang telah sekian lama
terkekang pada masa pemerintahan Orde Baru tidak menimbulkan keresahan dalam
masyarakat.
Peran Pemuda dan Tokoh Masyarakat dalam perubahan politik dan ketatanegaraan
tidak dapat dipungkiri bahwa peristiwa Reformasi 1998, seperti halnya juga terjadi di
beberapa negara lain, menunjukkan bahwa sebuah perubahan hingga dapat
9
mempengaruhi situasi politik nasional bahkan pergantian kepemimpinan, memerlukan
energi yang besar dan ide-ide cemerlang sehingga mampu menarik minat masyarakat
untuk berpartisipasi dalam gerbong perubahan itu sendiri. Pengaruh dan ide-ide tokoh
masyarakat yang bersinergi dengan semangat pemuda dan mahasiswa yang energik
melahirkan sebuah kekuatan besar dalam masyarakat (people power) untuk pada
akhirnya melakukan perubahan.
Salah satu upaya untuk memperbaiki kehidupan berbangsa dan bernegara, reformasi di
bidang politik dan ketatanegaraan merupakan salah satu aspek yang mendapat
perhatian besar sejak masa pemerintahan Presiden Habibie hingga Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono. Banyaknya produk hukum dan undang-undang termasuk Tap
MPR, instruksi presiden dan peraturan pemerintah menyangkut upaya untuk
memperbaiki kehidupan politik dan ketatanegaraan telah dikeluarkan dan sebagian
telah berhasil diterapkan. Keberhasilan tersebut tidak terlepas dari perubahan sistem
pemilu. Perubahan sistem tersebut menghasilkan para anggota eksekutif dan legislatif
dalam pemerintahan yang dianggap dapat lebih menyuarakan kepentingan masyarakat
termasuk peran aktif tokoh-tokoh masyarakat dan mahasiswa yang sejak awal era
reformasi telah aktif dalam mengawal perubahan sejak tumbangnya pemerintahan Orde
Baru. Beberapa dari mereka bahkan terpilih menjadi anggota legislatif dan menduduki
posisi-posisi strategis dalam partai-partai politik hingga masa pemerintahan Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono.
Selama era reformasi, regenerasi kepemimpinan dari tokoh-tokoh senior kepada tokoh-
tokoh yang lebih muda juga memperlihatkan kepedulian organisasi masyarakat dan
partai politik terhadap pentingnya peran serta aktif pemuda untuk memulai lebih dini
dalam mengikuti perkembangan dan perubahan politik yang dalam beberapa hal juga
mempengaruhi ketatanegaraan. Selain itu, peran aktif pemuda juga diharapkan dapat
menyuarakan kepentingan generasi mendatang agar dapat lebih kompetitif dengan
bangsa-bangsa lain di tengah arus globalisasi termasuk peningkatan anggaran di
bidang pendidikan yang meliputi sarana dan prasarana serta peningkatan anggaran
untuk melakukan penelitian.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Yudhoyono Kabinet Indonesia Bersatu II diumumkan pada bulan Oktober 2009 setelah
ia terpilih kembali sebagai presiden awal tahun. Wakil presiden dalam kabinet kedua
Yudhoyono adalah Dr Boediono. Boediono menggantikan Jusuf Kalla yang adalah wakil
presiden Yudhoyono di kabinet pertama.
Pemilihan presiden diadakan di Indonesia pada tanggal 8 Juli 2009. Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono memenangkan lebih dari 60% (60,08%) suara di putaran
pertama, yang memungkinkan dia untuk mengamankan pemilihan ulang tanpa run-off.
Yudhoyono secara resmi dinyatakan pemenang pemilu tanggal 23 Juli 2009, oleh
Komisi Pemilihan Umum. Kandidat lainnya adalah Megawati Soekarnoputri PDI-P
Partai 26,79%, Jusuf Kalla Partai Golkar 12,41%.
B. Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
Abdurakhman, dkk. 2015. Sejarah Indonesia untuk Kelas XII. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Gonggong, Anhar & Musa Asy’arie. 2005. Sketsa Perjalanan Bangsa Berdemokrasi.
Jakarta: Departemen Komunikasi dan Informatika.
Ricklefs, MC. 2010. Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. Jakarta: PT Serambi Ilmu
Semesta.
12