Lapsus Muti
Lapsus Muti
PENDAHULUAN
Secara etimologi Herpes Zoster berasal dari bahasa yunani yaitu herpein
(merayap) dan zoster (sabuk).1 Istilah awam masyarakat sendiri biasa menyebut
dengan istilah cacar api dikarenakan terdapat ruam kulit yang menimbulkan nyeri
Herpes zoster yang sering disebut dengan istilah shingles adalah penyakit
yang disebabkan oleh varicella zoster virus (VZV), dengan manifestasi klinis
berupa nyeri disertai blister yang muncul mengikuti dermatom saraf dan sering
terbatas pada area di satu sisi tubuh dan membentuk garis. Infeksi awal herpes
zoster adalah varicella atau cacar air yang biasanya menyerang pada usia anak
hingga remaja. Setelah varicella sembuh, virus ini akan dalam keadaan dorman di
ganglion saraf dan dapat teraktivasi menimbulkan herpes zoster apabila imunitas
menurun.3
Herpes zoster memilik insiden tertinggi dari semua penyakit saraf, dengan
sekitar 500.000 kasus baru setiap tahun di Amerika Serikat. Herpes zoster termasuk
varisela, virus varisela zoster berpindah tempat dari lesi kulit dan permukaan
1
serabut saraf sensoris ke ganglion sensoris. Pada ganglion terjadi infeksi laten, virus
tersebut tidak lagi menular dan tidak bermultiplikasi, tetapi tetap mempunyai
kemampuan untuk berubah menjadi infeksius. Herpes zoster pada umumnya terjadi
pada dermatom sesuai dengan lokasi ruam varisela yang terpadat. Aktivasi virus
varisela zoster laten diduga karena keadaan tertentu yang berhubungan dengan
dengan dosis 800 mg lima kali sehari selama tujuh sampai 10 hari. Selain itu
diberikn analgetik untuk menghilangkan rasa nyerinya dan bedak salicyl talc untuk
yang terbanyak adalah neuralgia paska herpetik yaitu berupa rasa nyeri yang
persisten setelah krusta terlepas. Komplikasi jarang terjadi pada usia di bawah 40
tahun, tetapi hampir 1/3 kasus terjadi pada usia di atas 60 tahun. Penyebaran dari
ganglion yang terkena secara langsung atau lewat aliran darah sehingga terjadi
herpes zoster generalisata. Hal ini dapat terjadi oleh karena defek imunologi karena
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
lipatan kulit yang tipis, hangat dan lembab. Gejala klinis dapat telihat polimorf
B. EPIDEMIOLOGI
terdapat lebih dari 300 juta orang di seluruh dunia terjangkit tungau skabies.5
keadaan sosial ekonomi yang rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual
sanitasi yang buruk dan dapat menyerang manusia yang hidup berkelompok,
3
tinggal di asrama, barak-barak tentara, rumah tahanan dan pesantren maupun
panti asuhan serta tempat-tempat yang lembab dan kurang mendapat sinar
matahari. Selain itu terdapat faktor yang berperan dalam penyakit kulit adalah
sosial ekonomi yang rendah, hygiene perorangan yang jelek, lingkungan yang
C. ETIOPATOGENESIS
Penyebab penyakit skabies sudah dikenal lebih dari 100 tahun yang
lalu sebagai akibat infestasi tungau yang dinamakan Acarus scabiei dan
berwarna putih kotor dan tidak bermata. Ukuran betina berkisar antara 330-450
mikron x 250-350 mikron, sedangkan jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron
depan yang berakhir dengan penghisap kecil di bagian ujungnya sebagai alat
untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut
(satae), sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan
4
Jantan
Betina
Setelah kopulasi yang terjadi di atas kulit, tungau jantan akan mati, kadang-
kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh
yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi, menggali terowongan dalam
50. Bentuk betina yang dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan
menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari dan menjadi larva yang mempunyai
3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan pendek yang
5
digalinya (moulting pouches), tetapi dapat juga ke luar. Setelah 2-3 hari
larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina
dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai
D. GAMBARAN KLINIS
6
klinis berupa keluhan subjektif dan objektif yang spesifik. Dikenal ada 4 tanda
1. Pruritus nokturnal
Pruritus nokturnal adalah rasa gatal terasa lebih hebat pada malam
hari karena meningkatnya aktivitas tungau akibat suhu yang lebih lembab
dan panas.1 Gatal disebabkan oleh sensitisasi kulit terhadap ekskret dan
gelisah. Pada infeksi inisial, gatal timbul setelah 4 sampai 6 minggu, pada
2. Sekelompok orang
individu lain.1
korneum. Oleh karena itu, tungau ini sangat menyukai bagian kulit yang
memiliki stratum korneum yang relatif lebih longgar dan tipis, seperti sela-
7
sela jari tangan, telapak tangan bagian lateral, pergelangan tangan bagian
volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae (wanita),
tungau. Bila ada infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul,
menggaruk dan timbul luka lecet yang diikuti dengan infeksi sekunder oleh
a b
c d
Gambar 3. Lesi skabies pada (a).sela jari-jari tangan, (b).punggung, (c).penis, dan
(d).mammae7
8
Gambar 4. Tempat predileksi skabies7
seperti benang, berstruktur linear kurang lebih 1-10 mm, berwarna putih
dan daerah siku. Akan tetapi, terowongan tersebut sukar ditemukan di awal
diagnosis. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau. Selain
9
E. DIAGNOSIS
pruritus nokturna dan erupsi kulit berupa papul, vesikel dan pustul di tempat
sulit ditemukan dan petunjuk yang lazim adalah penyebaran yang khas. Pada
kardinal.1
antara lain:2
1. Kerokan kulit
diperkirakan akan ditemukan tungau yaitu papul atau terowongan yang baru
mineral lalu dikerok dengan skalpel steril yang tajam untuk mengangkat
bagian atas papul atau terowongan. Hasil kerokan diletakkan di kaca objek,
mikroskop.
10
Gambar 5. Sarcoptes scabiei dewasa dilihat dengan mikroskop
ke dalam terowongan yang utuh (pada titik yang gelap, kecuali pada orang
kulit hitam pada titik yang putih), digerakkan secara tangensial ke ujung
dapat diangkat keluar. Tungau terlihat pada ujung jarum sebagai parasit
dan jari telunjuk, dengan menjepit lesi menggunakan ibu jari dan telunjuk,
puncak lesi diiris dengan scalpel steril nomor 15 dilakukan sejajar dengan
perdarahan dan tidak perlu anestesi. Spesimen diletakkan pada gelas objek
lalu ditetesi minyak mineral dan diperiksa dengan mikroskop. Dapat pula
11
a b
selama 20-30 menit kemudian dihapus dengan alkohol. Burrow ink test
membentuk gambaran khas berupa garis zig zag. Burrow ink test adalah
5. Apusan kulit
gelas objek (enam buah dari lesi yang sama pada satu gelas objek) dan
6. Dermoskopi
12
observasi langsung ke kulit tanpa terganggu refleksi cahaya di kulit
pesawat jet, layang-layang atau spermatozoid. Area akral seperti sela sela
jari tangan dan pergelangan tangan merupakan tempat yang paling baik
diperiksa.
dapat menjadi salah satu metode deteksi S.scabiei. Dengan teknik PCR
enzimatik fragmen gen dari material parasit yang sedikit. PCR merupakan
yang paling mudah dilakukan dan memberikan hasil yang paling memuaskan.
berhasil karena biasanya terowongan sulit diidentifikasi dan letak tungau sulit
13
diketahui. Apusan kulit mudah dilakukan tetapi memerlukan waktu lama karena
dilakukan pada hampir seluruh lesi. Tes tinta Burowi jarang memberikan hasil
positif karena biasanya penderita datang pada keadaan lanjut dan sudah terjadi
infeksi sekunder sehingga terowongan tertutup oleh krusta dan tidak dapat
F. DIAGNOSIS BANDING
Penyakit skabies juga ada yang menyebutnya sebagai the great imitator
ekstremitas.
14
Gambar 8. Pedikulosis Korporis7
G. PENGOBATAN
1. Penatalaksanaan Umum
Penatalaksanaan umum meliputi edukasi kepada pasien sebagai berikut:9
a. Mandi dengan air hangat dan keringkan badan.
b. Pengobatan skabisid topikal yang diberikan dioleskan di seluruh kulit,
kecuali wajah, sebaiknya dilakukan pada malam hari sebelum tidur.
15
c. Hindari menyentuh mulut dan mata dengan tangan.
d. Ganti pakaian, handuk, sprei, yang digunakan, selalu cuci dengan teratur
dan bila perlu direndam dengan air panas. Tungau akan mati pada suhu
130o.
e. Hindari penggunaan pakaian, handuk, sprei bersama anggota keluarga
serumah.
f. Setelah periode waktu yang dianjurkan, segera bersihkan skabisid.
Tidak boleh mengulangi penggunaan skabisid yang berlebihan setelah
seminggu walaupun gatal masih dirasakan sampai 4 minggu kemudian.
g. Setiap anggota keluarga serumah sebaiknya mendapatkan pengobatan
yang sama dan ikut menjaga kebersihan.
2. Penatalaksanaan Khusus
a. Krim Permetrin (Elimete, Acticin)
Permetrin 5% merupakan terapi topikal skabies lini pertama
dengan efektivitas mencapai 90% dan profil keamanan yang baik. Agen
ini memiliki absorpsi perkutaneus yang rendah dan terdeteksi dalam
konsentrasi rendah pada darah dan otak sehingga aman untuk dipakai
pada bayi, anak-anak, wanita hamil (kategori kehamilan B) dan
menyusui. Permetrin bekerja spesifik pada sel saraf artropod dengan
mengganggu fungsi channel natrium voltage-gated yang mengakibatkan
memanjangnya depolarisasi membran sel saraf, menghentikan
neurotransmisi dan selanjutnya terjadi paralisis serta kematian tungau.10
Oleh karena itu, obat ini merupakan terapi pilihan lini pertama
rekomendasi CDC untuk terapi tungau tubuh. Cara pemakaiannya
dengan dioleskan pada seluruh area tubuh dari leher ke bawah dan
dibilas setelah 8-14 jam. Bila diperlukan, pengobatan dapat diulang
setelah 5-7 hari kemudian. Permetrin sebaiknya tidak digunakan pada
bayi berumur kurang dari 2 bulan.1,11
16
b. Gamma benzene heksaklorida (Lindane)
Lindane merupakan pilihan terapi lini kedua rekomendasi
CDC.11 Lindane diserap masuk ke mukosa paru-paru, mukosa usus dan
selaput lender, kemudian ke seluruh bagian tubuh tungau dengan
konsentrasi tinggi pada jaringan yang kaya lipid dan kulit yang
menyebabkan eksitasi, konvulsi dan kematian tungau. Lindane
dimetabolisme dan diekskresikan melalui urin dan feses.9 Lindane
memiliki angka penyembuhan hingga 98% dan diabsorbsi secara
sistemik pada penggunaan topikal terutama pada kulit yang rusak.12
Pemakaian secara tunggal dengan mengoleskan ke seluruh tubuh
dari leher ke bawah selama 12-24 jam dalam bentuk 1% krim atau
lotion, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium.
Setelah pemakaian dicuci bersih dan dapat diaplikasikan lagi setelah 1
minggu. Obat ini tidak dianjurkan pada anak dibawah 6 tahun dan ibu
hamil karen toksis terhadap susunan saraf pusat.1
c. Presipitat Sulfur
Preparat sulfur yang tersedia dalam bentuk salep (2% -10%).
Sulfur merupakan terapi antiskabies tertua dengan mekanisme aksi yang
belum sepenuhnya diketahui. Diperkirakan sulfur direduksi oleh sel
epidermis atau mikroorganisme pada kulit menjadi hidrogen sulfida dan
asam parationik yang bersifat toksik terhadap tungau. Selain skabisida,
sulfur juga memiliki efek antipruritik dan antibakteri.10
Cara aplikasi salep sangat sederhana, yakni mengoleskan salep
setelah mandi atau malam hari ke seluruh kulit tubuh selama 24 jam
selama tiga hari berturut-turut, kemudian dibersihkan. Keuntungan
penggunaan obat ini adalah harganya yang murah dan mungkin
merupakan satu-satunya pilihan di negara yang membutuhkan terapi
massal.9 Kekurangan yang lain ialah berbau dan mengotori pakaiaan
serta kadang-kadang menimbulkan irirtasi. Dapat dipakai pada bayi
berumur kurang dari 2 tahun.1
17
d. Benzil benzoate
Benzil benzoate bersifat neurotoksik pada tungau skabies,
efektif untuk semua stadium. Digunakan sebagai 25% emulsi dengan
periode kontak 24 jam dan pada usia dewasa muda atau anak-anak, dosis
dapat dikurangi menjadi 12,5%. Benzil benzoate sangat efektif bila
digunakan dengan baik dan teratur dan secara kosmetik bisa diterima.
Efek samping dari benzil benzoate dapat menyebabkan dermatitis iritan
pada wajah dan skrotum, sehingga penderita harus diingatkan untuk
tidak menggunakan secara berlebihan. Penggunaan berulang dapat
menyebabkan dermatitis alergi. Kontraindikasi obat ini yaitu wanita
hamil dan menyusui, bayi, dan anak-anak kurang dari 2 tahun. Tapi
benzil benzoate lebih efektif dalam pengelolaan resistant crusted
skabies. Di negara-negara berkembang dimana sumber daya yang
terbatas, benzil benzoate digunakan dalam pengelolaan skabies sebagai
alternatif yang lebih murah.9
18
Jenis Obat Dosis Keterangan
Permetrin 5% Dioleskan selama 8-14 jam, Terapi lini pertama di US dan
krim diulangi selama 7 hari. kehamilan kategori B.
Lindane 1% Dioleskan selama 8 jam setelah itu Tidak dapat diberikan pada anak umur
lotion dibersihkan, olesan kedua 2 tahun kebawah, wanita selama masa
diberikan 1 minggu kemudian. kehamilan, dan laktasi.
Crotamiton Dioleskan selama 2 hari berturut- Memiliki efek anti pruritus tetapi
10% krim turut, diulangi dalam 5 hari. efektifitas tidak sebaik topikal lainnya.
Sulfur Dioleskan selama 3 hari lalu Aman untuk anak <2 bulan dan wanita
precipitatum dibersihkan. hamil dan laktasi, tetapi tampak kotor
5-10% dalam pemakaiannya dan data efisiensi
obat in masih kurang.
Benzyl benzoat Dioleskan selama 24 jam lalu Efektif namun dapat menyebabkan
10% lotion dibersihkan. dermatitis pada wajah.
Ivermectin 200 Dosis tunggal oral, bisa diulangi Memiliki efektifitas yang tinggi dan
ug/kgBB selama 10-14 hari. aman. Dapat digunakan bersama bahan
topikal lainnya. Digunakan pada kasus-
kasus skabies berkrusta dan skabies
resisten.
Tabel 1. Pengobatan Topikal Skabies 2
H. PENCEGAHAN
orang yang kontak langsung atau dekat dengan penderita harus diterapi dengan
19
skabies yang masih dalam periode inkubasi asimptomatik. Selain itu untuk
mencegah terjadinya reinfeksi melalui sprei, bantal, handuk dan pakaian yang
digunakan dalam 5 hari terakhir, harus dicuci bersih dan dikeringkan dengan
udara panas karena tungau skabies dapat hidup hingga 3 hari diluar kulit, karpet
I. KOMPLIKASI
ada. Erosi merupakan tanda yang paling sering muncul pada lesi sekunder.
Infeksi sekunder dapat ditandai dengan munculnya pustul, supurasi dan ulkus.
Selain itu dapat muncul eritema, skuama dan semua tanda inflamasi lain pada
ekzem sebagai respon imun tubuh yang kuat terhadap iritasi. Nodul-nodul
muncul pada daerah yang tertutup seperti bokong, skrotum, inguinal, penis dan
aureus dan biasanya mempunyai respon yang bagus terhadap topikal atau
J. PROGNOSIS
semua orang yang berkontak erat dengan pasien harus diobati, maka penyakit
20
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. JB
Umur : 49 tahun
B. Anamnesis
1. Keluhan Utama :
Riwayat Penyakit
lalu). Pasien dikonsul dengan keluhan gatal-gatal pada bagian sela-sela jari
tangan dan telapak tangan. Menurut informasi yang didapatkan, gatal yang
dirasakan pasien sejak 3 hari yang lalu. Pasien merasakan gatal semakin hari
semakin memberat, terutama pada malam hari dan pasien sering berteriak
karena gatalnya. Awalnya hanya bintik merah dibagian ibu jari tangan,
21
namun semakin lama semakin menjalar berwarna kemerahan, bersisik dan
Pasien merupakan pasien jiwa yang sedang dirawat dan tidak bekerja
C. Pemeriksaan Fisik
Status Dermatologis :
22
D. Diagnosis
Skabies
E. Diagnosis Banding
1. Prurigo
2. Pedikulosis Corporis
F. Penatalaksanaan
23
G. Resume
yang lalu). Pasien dikonsul dengan keluhan gatal-gatal pada bagian sela-
sela jari tangan, telapak tangan dan sedikit dibagian kelamin. Menurut
informasi yang didapatkan, gatal yang dirasakan pasien sejak 3 hari yang
pada malam hari dan pasien sering berteriak karena gatalnya. Awalnya
hanya bintik merah dibagian ibu jari tangan, namun semakin lama semakin
H. Prognosis
1. Ad vitam : bonam
2. Ad Functionam : bonam
3. Ad sanationam : bonam
24
BAB IV
PEMBAHASAN
kardinal kriteria diagnosis pada skabies, antara lain pruritus nokturna, community
scabiei. Pasien ini sudah dapat didiagnosis dengan skabies karena memenuhi tiga
Sarcoptes scabiei.
berteriak di malam hari karena gatalnya. Gatal yang muncul pada penderita ini
disebabkan oleh meningkatnya aktivitas tungau akibat suhu yang lebih lembab dan
panas. Gatal disebabkan oleh sensitisasi kulit terhadap ekskret dan sekret tungau
kontak langsung ataupun kontak tidak langsung maka apabila ada seseorang yang
didapatkan ada tiga orang pasien dengan keluhan yang sama. Dimana kita tahu
bahwa pasien merupakan pasien dengan gangguan mental atau gangguan kejiwaan.
Dalam hal ini masalah keperawatan diri merupakan masalah yang sering dihadapi
di Rumah Sakit Jiwa. Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa
melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri tampak dari
25
ketidakmampuan merawat kebersihan diri: mandi, berhias, makan dan BAB/BAK.
Hal ini menjadi salah satu faktor pertumbuhan dari Sarcoptes scabiei.
sel-sel corneocyte yang merupakan kandungan dari stratum corneum. Dimana kita
pasien ini didapatakn Sarcoptes scabiei dari mulai bentuk telur, limfa, nimfa hingga
dewasa. Selain itu dilakukan pemeriksaan KOH pada ketiga pasien yang dicurigai,
26
Gambar 11. Pemeriksaan KOH dibawah mikroskop (40x)
Dari status dermatologinya kita dapatkan bahwa terdapat lesi didaerah sela-
sela jari tangan dan telapak tangan, didapatkan pustul dan papul eritem, disertai
dengan skuama halus, krusta dan ekskoriasi karena sering menggaruk. Hal ini
obat secara topikal dan sistemik. Obat topikal yang diberikan adalah berupa SS 3
20 yaitu Salicylic acid 3% dan Sulfur 20%. Asam salisil 3% bersifat keratolitik
cocok dipadukan dalam terapi skabies. Pemberian Sulfur sendiri merupakan obat
yang dapat mematikan kuman Sarcoptes scabiei dengan cara diperkirakan sulfur
direduksi oleh sel epidermis atau mikroorganisme pada kulit menjadi hidrogen
sulfida dan asam parationik yang bersifat toksik terhadap tungau. Selain skabisida,
sulfur juga memiliki efek antipruritik dan antibakteri namun preparat ini tidak
efektif pada stadium telur maka dari itu pada pasien diberikan selam 3 hari berturut-
turut. Pada efloresensi didapatkan pustul, papul eritem, disertai dengan skuama
27
halus, krusta dan ekskoriasi karena sering menggaruk yang merupakan tanda dari
infeksi sekunder yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus. Maka dari itu pada
pasien dapat diberkan obat oral berupa cefadroxyl golongan antibiotik spektrum
luas.
Prognosis dari skabies yang diderita pasien pada umumnya baik bila diobati
dengan benar dan juga menghindari faktor pencetus dan predisposisi, demikian juga
sebaliknya. Selain itu perlu juga dilakukan pengobatan kepada orang – orang
disekitar pasien yang mengalami keluhan yang sama. Upaya preventif lain yang
dapat dilakukan yaitu menjaga kebersihan individu dan lingkungan. Edukasi serta
pasien lain.
3. Jangan mencampur pakaian ataupun bahan lain yang hendak dicuci dengan
pasien lain.
4. Segera periksakan apabila terdapat keluhan yang sama disekitar tempat tinggal
28
BAB V
KESIMPULAN
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
sudah dapat didiagnosis dengan skabies karena memenuhi tiga kriteria, yaitu
Salah satu faktor pendukung terjadinya penyakit skabies adalah sanitasi yang buruk
Prognosis dari skabies yang diderita pasien pada umumnya baik bila diobati
dengan benar dan juga menghindari faktor pencetus dan predisposisi, demikian juga
sebaliknya. Selain itu perlu juga dilakukan pengobatan kepada orang –orang
disekitar pasien yang mengalami keluhan yang sama. Upaya preventif lain yang
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Handoko RP. Boediardja SA. Skabies. Dalam: Dalam Menaldi SLSW, Bromono K,
Indriwati W (editors) Ilmu Penyakit Kelamin Edisi Ketujuh. FK UI : Jakarta. 2016. Hal
137-40.
2. Sungkar S. Skabies (Etiologi, Patogenesis, Pengobatan, Pemberantasan dan
Pencegahan). FK UI : Jakarta. 2016. Hal 1, 33-4, 49-52, 56-7
3. Mading M. Sopi IIPB. Kajian Aspek Epidemiologi Skabies Pada Manusia. Loka
Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang : NTT.
2013. Hal 9-18
4. Susanti R. Nauli FA. Utomo W. Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Terhadap
Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pasien Gangguan Jiwa Dengan Defisit Perawatan Diri.
Universitas Riau : Riau. 2014 hal 863-71
5. Walton SF, Currie BJ. Problems in Diagnosing Scabies, A Global Disease in Human
and Animal Populations. Clin Microbiol Rev. 2007: p 268-79.
6. Burkhart CG, Burkhart CN. Scabies, Other Mites and Pediculosis. In: Goldsmith LA,
Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K, (ed). Fitzpatrick’s dermatology
in general medicine, 8th ed, New York: Mc Graw Hill. 2012: p 2569-72
7. Wolff K, Johnson RA, Saavedra AP. Fitzpatrick’s Color Atlas And Synopsis Of
Clinical Dermatology. 7th Ed. Newyork. : Mcgraw Hill Medical. 2013. p 41, 706-7,
710-6.
8. Tardan MPC, Zug KA. Allergic Contact Dermatitis In: Goldsmith LA, Katz SI,
Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K, (ed). Fitzpatrick’s dermatology in
general medicine, 8th ed, New York: Mc Graw Hill. 2012: p 152-5
9. Karthikeyan K. Treatment of Scabies: Newer Perspectives. Postgraduate Med J. 2005.
Hal 7-11.
10. Elvina PA. Skabies Krutosa Pada Penderita HIV. FK UNUD : Denpasar. 2016. Hal 21-
23
11. Fox GN. Usatine RP. Itching Rash In A Boy And His Grandmother. The Journal Of
Family Practice. 2006. p 679-84.
12. McCarthy JS. Kemp DJ. Walton SF, Currie BJ. Review Scabies: More Than Just An
Irritation. Postgrad Medical Journal. 2004. p 382-6.
30