ACC Final 1 November 2019 Anor Objek 6
ACC Final 1 November 2019 Anor Objek 6
ACC Final 1 November 2019 Anor Objek 6
TETRAASETO-µ-DIAKUO TEMBAGA(II)
I. TUJUAN
1. Mensintesa tetraaseto-µ-diakuo tembaga(II)
2. Mempelajari momen magnetic ikatan logam-logam senyawa tetraaseto-µ-
diakuo tembaga(II)
II. TEORI
2.1 Unsur Transisi
Unsur-unsur transisi adalah unsur logam yang memiliki kulit elektron d atau f yang
tidak penuh dalam keadaan netral atau kation. Unsur transisi terdiri atas 56 dari 103
unsur. Logam-logam transisi diklasifikasikan dalam blok d, yang terdiri dari unsur-
unsur 3d dari Sc sampai Cu, 4d dari Y ke Ag, dan 5d dari Hf sampai Au, dan blok f,
yang terdiri dari unsur lantanoid dari La sampai Lu dan aktinoid dari Ac sampai Lr.
Kimia unsur blok d dan blok f sangat berbeda[1].
Logam transisi memiliki sifat-sifat khas logam, yakni keras, konduktor panas
dan listrik yang baik serta menguap pada suhu tinggi. Walaupun digunakan luas
dalam kehidupan sehari-hari, logam transisi yang biasanya kita jumpai adalah besi,
nikel, tembaga, perak, emas, platina, dan titanium. Namun, senyawa kompleks
molekular, senyawa organologam, dan senyawa padatan seperti oksida, sulfida, dan
halida logam transisi digunakan dalam berbagai riset kimia anorganik modern[1].
2.2 Ligan
Senyawa ion logam yang berikatan secara kovalen koordinasi dengan ligan disebut
dengan senyawa kompleks. Sebagian besar ligan adalah zat netral atau anionik tetapi
kation, seperti kationtropilium juga dikenal. Ligan netral, seperti amonia, NH3, atau
karbon monoksida, CO, dalam keadaan bebas pun merupakan molekul yang stabil,
sementara ligan anionik, seperti Cl- atau C5H5-, distabilkan hanya jika
dikoordinasikan dengan atom logam pusat. Ligan dengan satu atom pengikat atau
menyumbangkan satu pasangan elektron bebas disebut ligan monodentat, dan yang
memiliki lebih dari satu atom pengikat atau menyumbangkan lebih dari satu
pasangan elektron bebas disebut ligan polidentat, yang juga disebut ligan khelat.
Jumlah atom yang diikat pada atom pusat disebut dengan bilangan koordinasi.
Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari atom pusat dan ligan.
Atom pusat bisa berupa logam transisi, alkali atau alkali tanah[1].
Ion atau molekul netral yang memiliki atom-atom donor yang dikoordinasikan
dengan atom pusat disebut dengan ligan. Senyawa kompleks terbentuk akibat
terjadinya ikatan kovalen koordinasi antara ion logam atom pusat dengan suatu
ligan.. Sintesis senyawa kompleks melibatkan reaksi antara larutan yang
mengandung molekul atau ion negatif sebagai ligan. Beberapa molekul organik
seperti kupferon, 8-hidroksikuionlin (oksin), benzoilaseton dll dapat berfungsi
sebagai ligan dalam pembentukan kompleks dengan logam transisi[1].
2.3 Tembaga (II)
Contoh dari logam transisi yang dapat disintesa menjadi senyawa kompleks adalah
tembaga. Senyawa-senyawa tembaga(I) diturunkan dari tembaga(I) oksida (Cu2O)
yang merah, dan mengandung ion tembaga(I), Cu+. Senyawa-senyawa ini tak
bewarna, kebanyakan garam tembaga(I) tak larut dalam air, perilakunya mirip
perilaku senyawa perak(I). Tembaga(I) mudah dioksidasikan menjadi senyawa
tembaga(II), yang dapat diturunkan dari tembaga(II) oksida (CuO). Garam-garam
tembaga(II) umumnya bewarna biru, baik dalam bentuk hidrat, padat maupun
dalam larutan air. Batas terlihatnya warna ion kompleks tetrakuokuprat(II) yaitu
warna ion tembaga(II) dalam larutan air adalah 500 µg dalam batas konsentrasi 1
dalam 104[4].
Tembaga (Cu) adalah sebuah nutrisi yang penting untuk seluruh tumbuhan dan
hewan. Pada hewan termasuk manusia banyak ditemukan ion tembaga dalam aliran
darah, sebagai kofaktor pada berbagai macam enzim. Logam Cu walaupun bersifat
esensial bagi seluruh makhluk hidup namun akan menjadi racun jika terakumulasi
dalam jumlah besar di dalam tubuh[3].
Tembaga mempunyai bilangan oksidasi +l dan +2, akan tetapi yang jumlahnya
melimpah adalah adalah Cu dengan bilangan oksidasi +2 atau Cu(II), karena Cu(I) di
air mengalami disproporsionasi membentuk sebagai senyawa yang tidak larut.
Dengan demikian Cu yang stabil adalah Cu(II). Cu(II) dalam jumlah kecil diperlukan
oleh tubuh untuk pembentukan sel-sel darah merah, tetapi dalam jumlah besar
dapat rnenyebabkan rasa yang tidak enak pada lidah. Kadar Cu maksimum yang
diperbolehkan adalah 0,05-1.5 ppm. Oleh karena itu, perlu dikembangkan suatu
metode penentuan kadar tembaga di perairan dalam jumlah renik[3].
Tembaga membentuk senyawa dengan tingkat oksidasi +1 dan +2, namun hanya
tembaga(II) yang stabil dan mendominasi dalam larutannya. Salah satu senyawaan
Cu dengan bilangan oksidasi 2 adalah kompleks ion khelat tetramin tembaga(II)
sulfat hidrat yang dapat dibuat dengan mereaksikan CuSO4 dengan amonia berlebih.
Dalam air, hampir semua garam tembaga(II) bewarna biru oleh karena warna ion
kompleks koordinasi enam, [Cu(H2O)6]2+[4].
Garam-garam tembaga(II) anhidrat, seperti tembaga(II) sulfat anhidrat (CuSO4),
bewarna putih (atau sedikit kuning). Dalam larutan air selalu terdapat ion kompleks
tetraakuo. Tembaga adalah logam merah muda, yang lunak, dapat ditempa, dan liat.
Tembaga melebur pada 1038°C. Karena elektroda standaranya positif (+0,34 V untuk
pasangan Cu/Cu2+), tak larut dalam dalam asam klorida dan asam sulfat encer,
meskipun dengan adanya oksigen ia bisa larut sedikit[4].
Terdapatnya kompleks [Cu(H2O)4]2+ dalam senyawa hidrat CuSO4.5H2O akan
diperlukan pembentukan senyawa kompleks intermediet yaitu senyawa kompleks
dengan ligan NH3 yang sifatnya lebih kuat dibandingkan ligan H2O berdasarkan
deret spektrokimia sehingga dapat menggantikan ligan H2O. Dimana penambahan
NH3 25% akan menyebabkan penggantian ligan, sehingga terbentuk senyawa
kompleks [Cu(NH3)6]2+. Kemudian ligan NH3 ini digantikan lagi dengan ligan asam
asetat, sehingga terbentuk senyawa tetraaseto-µ-diaquo tembaga(II)[5].
Reaksi yang terjadi dalam pembuatan tetraaseto-µ-diakuo tembaga(II) adalah
sebagai berikut:
CuSO4.5H2O + 4NH3(aq) → (Cu(NH3)4)+2 + SO42- ………… (1)
(Cu(NH3)4)+2 + NaOH → Cu(OH)2 (s) …………………….(2)
Cu(OH)2 + 2CH3COOH → ½ [(Cu(CH3CO2).2H2O)2]……. (3)
- diaduk
- ditambahkan 1 butir NaOH
- dipanaskan pada suhu 65°C selama 15 menit
- didiamkan pada suhu kamar
- disaring
Hasil
+
3.4 Skema Alat
4
1
2
5
Keterangan :
1. Gelas piala
2. Magnetik bar
3. Pemanas
4. Corong
5. Erlenmeyer
IV. DATA DAN PERHITUNGAN
1.1 Data
Massa CuSO4.5H2O = 0,25 gram
Massa molekul CuSO4.5H2O = 249,6 gram/mol
Massa kertas saring = 1,52 gram
Massa kertas saring + endapan = 1,35 gram
Massa [Cu(CH3COO)2H2O]2 = 0,17 gram
Massa molekul [Cu(CH3COO)2H2O]2 = 399,9 gram/mol
1.2 Reaksi
CuSO4.5H2O(s) + 4 NH3(l) [Cu(NH3)4]2+ (aq) + SO42-(aq)
[Cu(NH3)4]2+ (aq) + NaOH(aq) Cu(OH)2 (s)
Cu(OH)2 (s) + 2 CH3COOH(l) ½ [Cu(CH3COO)2 (H2O)]2 (s) + H2O(l)
1.3 Perhitungan
1 mol CuSO4.5H2O
Massa [Cu(CH3COO)2 (H2O)]2 = 0,25 g CuSO4.5H2O x
249,54 g CuSO4.5H2O
½ [Cu(CH3COO)2 (H2O)]2
x
1 mol [Cu(CH3COO)2 (H2O)]2
399,9 g [Cu(CH3COO)2 (H2O)]2
x
1 mol [Cu(CH3COO)2 (H2O)]2
= 0,2 g
massa percobaan
Rendemen = x 100 %
massa teori
0,17 gram
= x 100 %
0,2 gram
= 85 %
V. PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Pengamatan
5.1.1 Analisa Langkah Kerja
No. Cara Kerja dan Reaksi Foto Pengamatan Analisa
1. Ditimbang 0,25 gram CuSO4.5H2O Larutan berwarna biru Digunakan CuSO4.5H2O karena
dan dilarutkan dengan 5 mL terang CuSO4.5H2O lebih mudah terion
akuades. Campuran dikocok dan didalam air dan kelarutannya lebih
dipanaskan sampai suhu 50˚C besar dari pada CuSO4. Campuran ini
CuSO4.5H2O + H2O → [Cu(H2O)]+2 + dipanaskan untuk mempercepat
SO4-2 kelarutan dan mempercepat reaksi.
Digunakan magnetic stirrer agar larutan
lebih homogen.
2. Ditambahkan NH3 50% kedalam Warna berubah menjadi NH3 berfungsi sebagai pelarut ligan dan
campuran biru muda dan ada akan terbentuk endapan. NH3 juga
[Cu(H2O)]+2 + NH3 → [Cu(NH3)]+2 suspensi berfungsi untuk membentuk kompleks
+ H2O intermediet [Cu(NH3)]+2, karena jika
langsung ditambahkan CH3COOH, ion
asetat tidak mampu untuk
menggantikan SO4 , sebab itulah harus
-2
6.2 Saran
Untuk praktikum selanjutnya disarankan untuk :
1. CuSO4.5H2O yang akan direaksikan hendaknya benar-benar larut dengan
penambahan akuades.
2. Gunakan metode lain untuk mensintesa senyawa kompleks tetraaseto µ-diaquo
tembaga (II).
3. Pemanasan dilakukan dengan suhu yang tepat dan pengadukan dilakukan
dengan magnetic stirrer sehingga reaksi berlangsung lebih sempurna.
4. Pencucian kristal hendaknya dilakukan secara tepat, sehingga hasil yang
diharapkan terbebas dari pengotor dan rendemen yang didapatkan juga besar.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Saito, Taro.: Buku Teks Kimia Anorganik Online, Iwanami Shoten Publishers: Tokyo,
2004.
[2] Nurika Irnia, Hidayat Nur.: Pembuatan Asam Asetat Dari Air Kelapa Secara
Fermentasi Kontinyu Menggunakan Kolom Bio-Oksidasi (Kajian dari tinggi partikel
dalam kolom dan kecepatan aerasi), Jurnal Penelitian Sains. 3(C), 2012.
[3] Rizal Lingga Harera, Sudiarti Teti, Wulandari Meyliana.: Sintesis Cu(Ii)-Imprinted
Polymers Untuk Ekstraksi Fasa Padat dan Prakonsentrasi Ion Tembaga(Ii) dengan
Ligan Pengkhelat 4-(2-Pyridylazo) Recorcinol, UIN Sunan Gunung Djati
Bandung: Bandung, 2015.
[5] Vogel, Arthur I.: Textbook of Macro and Semimicro Qualitative Inorganic Analysis Fifth
Edition, Longman Group Limited: London, 1979.
LAMPIRAN 1. TUGAS SEBELUM PRAKTIKUM
1. Buat bagan percobaan untuk objek ini:
CuSO4.5H2O
- diaduk
- ditambahkan 1 butir NaOH
- dipanaskan pada suhu 65°C selama 15 menit
- didiamkan pada suhu kamar
- disaring
Hasil
+
LAMPIRAN 2. STRUKTUR BAHAN DAN PRODUK
1. Akuades (H2O)
3. Amonia (NH3)
Tembaga(II)sulfat
5.
pentahidrat (CUSO4. 5H2O)