Anda di halaman 1dari 25

DIABETES MELITUS

A. Pengertian
Diabetes Militus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang mengalami
peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan hormon insulin secara absolut
atau relatif (Dr. Sunita Almatsier, 2006).
Diabetes militus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan
kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa secara normalbersirkulasi dalam
jumlah tertentudalam darah, glukosa dibentuk di hati dan makanan yang dikonsumsi. Insulin
yaitu suatuhormon yang diproduksi pankreas, mengendalikan kadar glukosa dalam darah
dengan mengatur produksi dan penyimpanannya. (Suzanne C, smeltzer brenda G. Bare.
2002).
Diabetes militus adalah penyakit kronik, progresif yang dikarakteristikkan dengan
ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat, lemak, dan proein awal
terjadinya hiperglikemia (kadar gula yang tinggi dalam darah). (Tarwoto, 2012).
Diabetes Militus adalah syndrom yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara
tuntutan dan suplai insulin (Rumaharbo, 2000). Diabetes Militus (DM) adalah suatu
kelainan yang ditandai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein
(Courtney, 2001).

B. Anatomi fisiologi

Gambar 2.1 Anatomi pankreas (Smeltzer, 2001)


Pankreas merupakan alat tubuh yang bentuknya agak panjang, terletak di
retroperitonial dalam abdomen bagian atas di depan vertebra lumbalis I dan II.
Kepala pankreas terletak di dekat kepala duodenum, sedangkan ekornya sampai
lien. Pankreas menghasilkan dua kelenjar yaitu :
1. Kelenjar eksokrin
Bagian eksokrin pankreas merupakan bagian terbesar dari pankreas berperan dalam
menghasilkan enzim-enzim pencernaan.
2. Kelenjar endokrin
Kelenjar ini berupa pulau-pulau langerhans yang berjumlah 1 sampai 2 juta, berperan
dalam menghasilkan hormon, pulau langerhans menghasilkan 4 jenis sel yaitu ;
a. Sel A ( Alfa )
Sekitar 20 - 40 % sel A menghasilkan glukogen yang bersifat hiperglikemik (
meningkatkan gula darah )
b. Sel B ( Beta )
Sekitar 60 – 80 % sel B berfungsi membuat insulin yang merupakan hormon
hipoglikemik ( menurunkan gula darah ).
c. Sel C
Sekitar 5 – 15 % sel C membuat somatotattin yang berfungsi menghambat
pelepasan insulin dan glukogen
d. Sel D
Sekitar 1 % sel D mengandung dan mensekresi pankreatik polipeptida yang
berperan mengatur fungsi eksokrin pancreas.
Insulin merupakan protein kecil yang terdiri dari dua rantai asam amino yang satu
sama lain dihubungkan oleh ikatan disulpida sebelum dapat berfungsi insulin harus
berkaitan dengan protein reseptor yang besar dalam membran sel.
Sekresi insulin di kendalikan oleh kadar glukosa darah, efeknya dapat dilihat jelas
setelah makan, efek utamanya adalah menurunkan kadar glukosa darah, juga
mempengaruhi metabolisme protein dan lemak. Kadar glukosa darah yang berlebihan
akan merangsang sekresi insulin dan bila kadar glukosa normal atau rendah maka sekresi
insulin akan berkurang. Penurunan kadar gula darah terjadi karena transfer membran
terhadap glukosa kedalam sel meningkat, khususnya kedalam sel-sel otot, glukosa
masuk kedalam darah tanpa dipengaruhi oleh adanya insulin dan langsung dapat
merangsang sekresi insulin.
Insulin menghambat aktivitas metabolik yang dapat meningkatkan glukosa darah.
Insulin menimbulkan efek :
1. Menstimulasi penyimpanan glukosa dalam hati dan otot ( dalam bentuk glikogen )
2. Meningkatkan penyimpanan lemak dari makanan dalam jaringan adiposa
3. Mempercepat pengangkatan asam amino ( yang berasal dari protein-protein makanan )
kedalam sel.

C. Etiologi
1. Diabets tipe I
Ada beberapa faktor yang menyebabkan DM tipe I ini adalah : (Brunner dan
Suddarth, 2002).
a. Faktor-faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri. Tetapi mewarisi suatu
predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM Tipe I.
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki antigen HLA
(Human Leucocyte Antigen) tertenty, yang bertanggung jawab atas antigen
transplantasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor-faktor Imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun, respon ini
merupakan respon abnormal di mana antibodi terarah pada jaringan tersebut yang
dianggapnya seolah-olah sebagai benda asing.
c. Faktor-faktor Lingkungan
Penyelidikan juga sedang dilakukan terhadap kemungkinan faktor eksternal yang
dapat memicu destruksi sel beta.
2. Diabets Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin pada diabetes tipe II masih belum di ketahui.
Selain itu terdapat pula faktor resiko tertentu yang berhubungan dengan proses
terjadinya diabetes tipe II faktor ini adalah :
a. Usia
Insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun.
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Kelompok etnik
Menurut Black (2009) Penyebab penyakit ini belum di ketahui secara lengkap
dan kemungkinan faktor penyebab dan faktor penyakit diabetes militus diantaranya:
1. Riwayat keturunan dengan diabetes, misalnya dengan DM tipe I diturunkan
sebagai sifat heterogen, mutigenik. Kembar identik mempunyai resiko 25% - 50%,
sementara saudara kandung berisiko 6 % dan anak berisiko 5 %.
2. Lingkungan seperti virus (cytomegalivirus, mumps, rubella) yang dapat memicu
terjadinya autoimun dan dapat menghancurkan sel-sel beta pankreas, obat-obatan
dan zat kimia seperti aloxan, stereptozotocin, pentamidine.
3. Usia diatas 45 tahun
4. Obesitas, berat badan lebih dari atau sama dengan 20 % berat badan ideal.
5. Etnik, banyak terjadi pada orang amerika keturunan afrika, Asia.
6. Hipertensi tekanan darah lebih dari atau sama dengan 140/90 mmHg.
7. HDR kolestrol lebih dari atau sama dengan 35 mg/dl, atau trigesirida lebih dari
250 mg/dl.
8. Riwayat gesttasional DM
9. Kebiasaan diet
10. Kurang olah raga
11. Wanita dengan hirtutisme atau penyakit policistik ovari.

D. Tipe DM
Ada beberapa tipe diabetes yang berbeda, penyaki ini dibedakan berdasarkan
penyebab, perjalanan klinik dan terapinya klasifikasi diabetas yang utama menurut
Brunner dan Suddarth, 2002 adalah :
1. Diabetes tipe I : Diabetes militus tergantung insulin (insulin dependent diabetes
militus [IDDM])
2. Diabetes tipe II : Diabetes militus tidak tergantung insulin (Non insulin dependent
diabetes militus [NIDDM])
3. Diabetes Militus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya.
4. Diabetes militus gestasional (gestational diabetes militus [GDM]).
Kurang lebih 5% hingga 10% penderita mengalami diabetes tipe I, yaitu
diabets yang tergantung insulin dan kurang lebih 90% hingga 95% penderita
mengalami diabetes tipe II, yaitu diabetes yang tergantung insulin.

E. Patofisiologi
Tipe I, atau IDDM akibat kekurangan insulin karena kerusakan dari sel beta
pankreas, sebagian besar individu dengan IDDM biasanya dengan berat badan normal
atau di bawah normal, gejala klasik IDDM yang tidak diobati adalah poliuria, polidipsia,
polifagia (peningkatan makan) dan kehilangan berat badan.
Tipe II, atau NIDDM ditandai dengan kerusakan fungsi sel beta pankreas dan
resisten insulin atau oleh menurunnya pengambilan glukosa oleh jaringan sebagai
respons terhadap insulin. Kadar insulin dapat normal, turun atau meningkat tapi sekresi
insulin tergantung dalam hubungannya dengan tingkat hiperglikemia, ini biasanya di
diagnosa setelah berusia 30 tahun dan 75% dari individu dengan tipe II adalah obesitas
atau dengan riwayat obesitas.
DM berhubungan dengan berbagai komplikasi, komplikasi kronik utama yaitu
mempercepat terjadinya penyakit makro-vaskuler (penyakit jantung koroner, pembuluh
darah kapiler (serebrovaskuler), retinopati, netropati, dan neuropati. Termasuk diabetik
ketoasidosis (KAD). KAD adalah akibat defisiensi insulin, dosis terlalu kecil, kelalaian 1
dosis atau beberapa hormon yang mengatur balik antagonis insulin (glukagon,
katekolamin, kortisol dan hormon pertumbuhan) ini dapat terjadi selama infeksi atau
trauma. Tanda-tanda metabolik dari KAD meliputi hiperglikemia, diuresis osmotik dan
gehidrasi hiperlipidemia disebabkan oleh peningkatan lipofisis dan asidosis akibat dari
naiknya produksi dari asam lemak. Tanpa atau dengan ketosis ringan, kenaikan
osmolaritas serum dan dehidrasi.
F. Patways
WOC : Wab Of Caution

Usia 2.1.3.1
> 65 thn - Obesitas - imunologi Faktor
(proses penuaan - Hipertensi (autoimun) lingkungan
2.1.3.2
dan defek genetik) (Virus)
2.1.3.3
Perubahan reseptor Produktif Merusak sel beta
hormon insulin, insulin tidak pangkreas
2.1.3.4
Kerusakan memberan
sel dan reaksi intrasel
seimbang
dengan jumlah Kegagalan
glukosa dalam produksi insulin
2.1.3.5
Resistensi darah
insulin
2.1.3.6
Insulin menjadi Peningkatan
tidak efektif glukosa dalam
darah
2.1.3.7
Jumlah insulin yang
diproduksi Peningkatan Peningkatan
glukosa darah osmolaritas oleh
yang kronik karena glukosa
2.1.3.8
Sel beta gagal
membagi Mempercepat
2.1.3.9
kebutuhan insulin terjadinya - Polidipsi
Arteriosklerosis - Poliphagi

ketidak seimbangan
2.1.3.10
Penurunan Penurunan aliran Diabetes Diit dengan terapi
sensitifitas panas, darah ketungkai Neuropati insulin
2.1.3.11
dingin, (makro
angiopati) Hipoglikemia/
Penurunan Resiko Ischemia Hiperglikemia
kerusakan jaringan - Kekakuan/ kelemahan
fungsi
integritas kulit exstrimitas
imunitas Mual, muntah,
- Perubahan kartilago Nafsu makan
Gangren
dalam persendian berkurang
Luka

Resiko tinggi Gangguan Nurisi kurang dari


Intoleransi
infeksi Body image kebutuhan tubuh
Aktifitas

G. Tanda dan Gejala


Dari sudut pasien diabetes militus sendiri, hal yang sering menyebabkan pasien
datang berobat ke dokter dan kemudian di diagnosis sebagai diabetes militus adalah
keluhan.
1. Kelainan kulit : gatal, bisul-bisul
2. Kelainan ginekologis : keputihan
3. Kesemutan, rasa baal
4. Kelemahan tubuh
5. Luka atau bisul yang tidak sembuh-sembuh
6. Infeksi saluran kemih.
Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah genital ataupun daerah
lipatan kulit lain seperti di ketiak dan di bawah payudara biasanya akibat tumbuhnya
jamur, sering pula dikeluhkan timbul bisul-bisul atau luka yang lama tidak mau sembuh.
Rasa baal dan kesemutan akibat sudah terjadinya neuropati, merupakan keluhan
pasien di samping keluhan lemah dan merasa lelah, pada pasien laki-laki terkadang
keluhan impotensi menyebabkan ia datang berobat ke dokter. (Waspadji, 2000).
Menurut Tarwoto (2012) tanda dan gejala meliputi :
1. Sering kencing/miksi atau menigkatnya frekuensi buang air kecil (poliauria).
Adanya hiperglekimia menyebabkan sebagian glukosa dikeluarkan oleh ginjal
bersama urine karna keterbatasan kemampuan filtrasi ginjal dan kemampuan
reabsorps dari tubulus ginja. Untuk mempermudah pengeluaran glukosa maka
diperlukan banyak air, sehingga frekuensi miksi meningkat.
2. Meningkatnya rasa haus (polidipsia). Banyaknya miksi menyebabkan tubuh
kekurangan cairan (dehidrasi), hal ini merangsang pusat haus, yang
mengakibatkan peningkatan rasa haus.
3. Minangkatkan rasa lapar (polipagia). Meningkatkan untuk matabolisme,
pemecahan glikoge untuk energi menyebabkan cadangan energi berkurang
keadaan ini menstimulasi pusat lapar.
4. Penurunan berat badan. Penurunan berat badan disebabkan karena banyaknya
kehilngan cairan, glikogen dan cadangan triglesirida serta massa otot.
5. Kelainan pada mata, mata kabur. Pada kondisi kronis, keadaan hiperglikemia
menyebabkan aliran darah menjadi lambat, sirkulasi ke vaskuler menjadi tidak
lancar, termasuk pada mata yang merusak retinaserta kekeruhan pada lensa.
6. Kulit gatal, infeksi kulit, gatal-gatal disekitar penis dan vagina peningkatan
glukosa darah mengakibatkan penumpukan gula pada kulit sehingga menjadi
gatal, jamur dan bakteri mudah menyerang kulit
7. Ketonuria. Ketika glukosa tidak lagi digunakan untuk energi, maka digunakan
asam lemak untuk energi, asam lemak akan di pecah menjadi keton yang
kemudian berada dalam darah dan dikeluarakan melalui ginjal.
8. Kelemahan dan keletihan. Kurangnya cadangan energi, adnya kelaparan sel,
kehilangan potassium menjadi akibat pasien menjadi mudah lemah dan letih.
9. Terkadang tanpa kejala.Pada keadaan tertentu, tubuh mudah beradaptasi dengan
peningkatan glukosa darah
H. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Smeltzer, 2001 adapun pemeriksaan penunjang pada penyakit Diabetes Melitus,
yaitu sebagai berikut:
1. Pemeriksaan darah
a. Glukosa darah puasa ( GDP ) : lebih dari 120 mg/dl
b. Glukosa darah 2 jam PP ( post prandial ) : lebih dari 200 mg/dl
c. Glukosa darah acak : lebih dari 200 mg/dl
2. Pemeriksaan urine
Pemeriksaan reduksi biasanya 3 x sehari dilakukan 30 menit sebelum makan, dapat
juga 4 x sehari, tapi lebih lazim dilakukan 3 x sehari.
Urine reduksi normal umumnya biru bila terdapat glukosa dalam urine
a. Warna hijau ( + )
b. Warna kuning ( ++ )
c. Warna merah bata ( +++ )
d. Warna coklat ( ++++ )
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan menggunakan fehling benedict dan ansipatik (
paper strip ).
3. Pemeriksaan penunjang
Perlu dilakukan pada kelompok dengan resiko tinggi untuk diabetes melitus yaitu
a. Kelompok usia dewasa tua ( > 40 tahun )
b. Kegemukan
c. Tekanan darah tinggi
d. Riwayat kehamilan dengan BB lahir bayi > 4000 gr
e. Riwayat keluarga diabetes melitus
f. Riwayat diabetes melitus pada kehamilan
g. Dislipidemia
( arief mansjoer, at.all, 2001 )

I. Penatalaksanaan
1. Farmakologis
a. Terapi (bila diperlukan)
Jika pasien telah melakukan diit dan kegiatan jasmai yang teratur tapi kadar gula
darahnya masih belun baik, dipertimbangkan pemakaian obat yang berkhasiat
hipoglikemik baik oral maupun suntikan.
Tabel 2.1 nama obat-obat yang ada di Indonesia
Nama Dosis Dosis Lama Frekuensi
Generik Maksimal Aawal Kerja
Sulfonilurea 500 50 - -
Clorpopamid 15-20 2,5 6-12 1 kali
Gifisia 240 80 12-24 1-2
Glikasit 120 30 10-20 1-2
Glikuidon 20 5 10-20 1-2
Glimefiria - - - 1
Biguania
Metformin 2500 500 1-3
Inhibator A
Avarfose 300 50 1-3
(Mansjoer arif, 2001)
b. Insulin
Indikasi penggunaan insulin pada NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes
Militus adalah
1) Diabetes melitus dengan berat badan menurun cepat
2) Keto asidosis, asidosis laktat dan komahiperosmolar
3) Dibetes melitus mengalami stres berat
4) Diabetes melitus dengan kehamilan
5) Diabetes melitus yang tidak berhasil dikelola dengan obat oral dosis maksimal
2. Non Farmokologis
a. Diet
Diet adalah penatalaksanaan yang penting dari kedua tipe diabetes mellitus
1) Tujuan
Membantu klien memperbaiki kebiasaan makan dan olah raga untuk
mendapatkan kontra metabolik yang lebih baik.
2) Syarat-Syarat diet penyakit diabetes mellitus adalah:
a) Energi cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal.
b) Kebutuhan protein normal, yaitu 10-15 % dari kebutuhan energi total.
c) Kebutuhan lemak sedang, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total, dalam
bentuk <10% dari kebutuhan energi total berasal dari lemak jauh 10% dari
lemak tidak jenuh ganda, sedangkan sisanya dari lemak tidak jenuh
tunggal.
d) Kebutuhan karbohidrat adalah sisa dari kebutuhan energi total, yaitu 60-
70%.
e) Penggunaan gula murni dalam minuman dan makanan tidak diperbolehkan
kecuali jumlahnya sedikit sebagai bumbu.
f) Penggunaan serta dianjurkan 25 gram / hari dengan mengutamakan serta
larut air yang terdapat dalam sayur dan buah.
g) Klien DM dengan tekanan darah normal diperbolehkan mengkonsumsi
natrium dalam bentuk garam dapur seperi orang sehat, yaitu 3000 mg/
hari.
h) Cukup vitamin dan mineral.
3) Macam diet dan indikasi Pemberian.
Tabel 2.2 Jenis diet diabetes mellitus menurut kandungan energi, protein,
lemak dan karbohidrat.
Energi Protein Lemak Karbohidrat
Jenis Diet
Kkal g g g
I 1100 43 30 172
II 1300 45 35 192
III 1500 51,5 36,5 235
IV 1700 55,5 36,5 275
V 1900 60 48 299
VI 2100 62 53 319
VII 2300 73 59 369
VIII 2500 80 62 396

a) Diet 1 s/d III : diberikan pada penderita yang terlalu gemuk.


b) Diet IV s/d V : diberikan pada penderita yang mempunyai berat badan
normal.
c) Diet VI s/d VII : diberikan kepada penderita kurus, diabetes remaja
(juvenilediabetes) atau diabetes dengan komplikasi.
(Bagian gizi RS Dr. Ciptomangkusumo dan persatuan Ahli Gizi Indonesia,
2006.)
4) Bahan Makanan Yang Dianjurkan
Bahan makanan yang dianjurkan untuk diet diabetes mellitus adalah sebagai
berikut :
a) Sumber karbohidrat kompleks, seperti nasi, roti, mi, kentang, singkong,
ubi dan sagu.
b) Sumber protein rendah lemak, seperti ikan, ayam tanpa kulit, susu skim,
tempe, tahu dan kacang-kacangan.
c) Sumber lemak dalam jumlah terbatas yaitu bentuk makanan yang mudah
dicerna.
5) Bahan Makanan Yang Tidak Dianjurkan
Bahan makanan yang tidak dianjurkan, dibatasi, atau dihindari untuk diet
diabetes mellitus adalah :
1). Mengandung banyak gula sederhana, seperti : gula pasir, gula jawa, sirop,
jam, jeli, buah-buahan yang diawetkan dengan gula, susu kental manis,
minuman botol ringan, dan es krim, kue-kue manis, dodol, cakel dan
tarcis.
2). Mengandung banyak natrium, seperti : ikan asin, telur asin, makanan yang
diawetkan.
Menurut konsensus perkumpulan endokrinologi Indonesia (Perkemi)
tahun 1998, diagnosis diabetes mellitus umumnya akan mulai terpikirkan bila
ditemukan adanya gejala khas DM berupa polifogia, polidipsia, polivria,
kesemutan, dan penurunan berat badan yang tidak jelas penyebabnya.
Diagnosis diabetes dipastikan bila kadar glukosa darah sewaktu 200 mg/
diatau lebih ditambah gejala khas diabetes dan gula darah puasa > 126 mg/ dl
pada dua kali pemeriksaan pada saat yang berbeda.
6) Perencanaan Makan Pada Diabetes Mellitus
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi seimbang
karbohidrat, 60-70%, protein 10-15%, lemak 20-25%
Untuk penentuan gizi, dipakai Body Massa Index yaitu :
Rumus
BB
BMI =
(TB) 2
Keterangan :
BMI < 18,5 : Gizi Buruk
BMI 18,5 – 23,9 : Normal perempuan
BMI 20-24,9 : Normal laki-laki
BMI 27 : Obesitas
Penentuan gizi penderita dan jumlah kalori/ hari.
Rumus
BB
BBR % = x100%
TB - 100
Keterangan :
BB : berat badan (kg)
TB : Tinggi Badan (Cm)
BBR : Berat badan relatif.
Kebutuhan kalori perhari untuk menuju berat badan normal adalah:
a) BB normal (BBR 90%-100%) kebutuhan kalori sehari 30 kalori / kg BB
b) BB lebih (BBR lebih dari 100%) kebutuhan kalori sehari 20 kalori / kg BB
c) Gemuk (BBR > 120%) kebutuhan kalori sehari 15 kalori/ kg BB
d) BB kurang (BBR < 90%) kebutuhan kalori sehari 40-60 kalori/ Kg BB.

b. Latihan dan Olah Raga


Dianjurkan latihan jasmani teratur 3-4 kali/ minggu selama + ½ jam yang
sifatnya sesuai dengan CRIPE (Continouse, Reftmical, Interval, Proggresive,
Endorance Training), latihan yang dapat dijadikan adalah jalan kaki, jogging,
lari, renang, bersepeda, dan mendayung.
1) Kegunaan Latihan teratur antara lain :
a) Meningkatkan kepekaan insulin (glukosa up take)
b) Menurunkan insulin resisten pada klien dengan kegemukan/ menambah
jumlah reseptor insulin.
c) Meningkatkan sensitivitas insulin dengan reseptornya.
d) Mencegah kegemukan
e) memperbaiki aliran darah perifer dan menambah oksigen suplay
f) Meningkatkan kadar kolestrol HDL
g) Merangkang pembentukan glikogen baru
h) Menurunkan kolestrol dan trigliserida darah
i) Keuntungan psikologis, meningkan rasa percaya diri, menurunkan
kecemasan, meningkatkan kualitas hidup.
2) Faktor resiko olahraga pada diabetes melitus
a) Jantung
a. Gangguan irama jantung klien akibat iskemik.
b. Peningkatan tekanan darah berlebihan pada saat olah raga.
c. Hipotensi setelah olah raga.
b) Mikrovaskuler
a. Perdarahan pada retina mata.
b. Luka-luka pembuluh darah kecil
c) Metabolisme
a. Peningkatan kadar gula darah dan ketosis
b. Hipoglikimia
d) Kerusakan Struktur Otot dan Tulang, trauma
a. Luka borok pada bayi
b. Kerusakan tulang penyangga tubuh
c. Kerusakan pada sandi tulang
3) Strategi Untuk Menghindari Hipo/ Hiperglikemia pada saat berolahraga
terutama untuk klien IDDM (Insulin Dependent Diabeteas Melitus).
a) Satu sampai 3 jam sebelum berolahraga diharuskan makan dulu.
b) Jika berolahraga berat dan berlangsung lama harus makan sneck setiap 30
menit
c) Dianjurkan untuk meningkatkan jumlah makanan sampai paling tidak 24
jam setelah berolahraga,
d) Infeksi insulin diberikan paling tidak 1 jam sebelum berolahraga.
e) Menurunkan dosis insulin sebelum berolah raga
f) Jadwal suntikan insulin harus perlu disesuaikan
g) Pemantauan kadar gula darah sebelum, selama dan setelah berolahraga.
h) Olah raga harus ditunda jika glukosa darah 250 mg/ dl ketonuria positif.
c. Pendidikan
Agar pengobatan DM dapat berjalan optimal klien perlu diberikan
pengetahuan tentang segala hal yang berkaitan dengan Diabetes Mellitus. Tetapi
tidak hanya untuk klien saja tetapi juga untuk keluarganya harus mendapat
pengetahuan yang cukup mendalam mengenai penyebab dan strategi terapi
Diabetes Mellitus. Pengobatan akan dipermudah bila klien mampu membuat
keputusan keputusan-keputusan yang tepat dalam perawatan penyakitnya sehari-
hari. Pemberian pengetahuan secara dini hendaklah menekankan pentingnya segi-
segi prakitis pengobatan penyakit, yang meliputi :
1. Perencanaan diet
2. Teknik pemantauan glukosa dan
3. Keton-keton.
Perlu disampaikan kepada klien kaitan yang ada antara diet, aktifitas fisik,
dan obat-obatan yang digunakan dukungan dari dokter ( penberi diagnosis atau
sebagai pemberi instruksi ), perawat ( untuk membantu perawatan ), merupakan
hal penting dalam mencapai sasaran pemberian pengetahuan. Pemberian
pengetahuan dan pengobatan akan paling efektif bila semua unsur professional
tersebut saling berkomunikasi mengenai pasiennya secara perorangan.
Menurut Rendy dan Margaret, (2012) Tujuan penataklasanaan pasien dengan DM
adalah:
1. Menormalkan fungsi dari insulin dan menurunkan kader glukosa darah
2. Mencegah komplikasi vaskuler dan neorophati
3. Mecegah terjadinya hipoglikimia dan ketoasidosis.
Perinsip penatalaksanaan pasien DM adalah mengontrol gula darah dalam rentang
normal. Untuk mengontrol gula darah, ada 5 faktor penting yang harus diperhatikan
yaitu:
1. Asupan makanan dan menejemen diet
2. Latihan fisik dan exercise
3. Obat-obatan penurun gula darah
4. Pendidikan kesehatan
5. Monitoring (Suyono, 2001).

J. Komplikasi
1. Makroangiopati
a. Mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah.
b. Jantung, pembuluh darah tepi, pembuluh darah otok.
2. Mikroangiopati
Mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, diabetik, netropati diabetik.
3. Neuropati Diabetik
4. Rentan infeksi
Seperti tuberculosis paru, ginggivitis dan infeksi saluran kemih.
5. Kaki diabetik (Mansjoer, 2007)
Menurut, Tarwoto (2012). Pasien dengan DM berisiko terjadi komplikasi baik
bersifat akut maupun kronis diantaranya:
1. Komplikasi akut
a. Koma hiperglikemia disebabkan kadar gula sangat tinggi biasanya terjadi pada
NIDDM
b. Ketoasidosis atau keracunan zat keton sebagai hasil metabolisme lemak dan
protein terutama terjdi pada NIDDM
c. Koma hipoglikemia akibat terapi insulin yang berlebihan atau tidak terkontrol.
2. Komplikasi kronis
a. Mikroangiopati (kerusakan pada saraf-saraf prifer) pada organ-organ yang
mempunyai pembuluh darah kecil seperti pada:
1) Retinopati deabetika (kerusakan saraf retina mata) sehingga menjadi kebutaan
2) Neuropati deabitika (kerusakan saraf-saraf perifer) mengakibatkan
baal/gangguan sensoris pada tubuh.
3) Nefropati deabetika (kelainan/kerusakan pada ginjal)dapat mengakibatkan
gagal ginjal
3. Makroangiopati
a. Penyakit vaskuler perifer
b. Kelainan pada jantung dan pembuluh darah
c. Gangguan sistem pembuluh darah otak atau stroke
4. Gangguan diabetika karna adanya neoropati dan terjadi luka yang tidak sembuh-
sembuh.
5. Difungsi erektil deabetika angka kematian dan kesakitan dari deabetes terjadi
akibat komplikasi seperti karena:
a. Hiperglikemia atau hipoglikemia
b. Meningkatnya resiko infeksi
c. Komplikasi mikrovaskuler seperti retinopati, nefropati
d. Komplikasi neurofatik
e. Komplikasi makrovaskuler seprti penyakit jantung koroner, stoke. (Subekti,
2005).
II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Perawatan adalah pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat terhadap individu,
keluarga dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan (Efendi, 2007).
A. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang pasien agar dapat mengidentifikasi, masalah-
masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien baik fisik, mental, sosial maupun
lingkungan.( Efendi, 2007 )
1. Data Biografi
Identitas klien : Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan, alamat, tanggal masuk Rumah Sakit, nomor Rekam
Medik, diagnosa medis dan sumber biaya, penanggung jawab.
2. Keluhan Utama
Pada keluhan utama ditanyakan adalah keluhan atau gejala apa yang
manyebabkan klien datang berobat, yang akan muncul saat awal dilakukan
pengkajian pertama kali, Biasanya pada kasus Diabetes Melitus, klien datang ke
rumah sakit setelah terjadi komplikasi, sehingga keluhan utamanya seperti tidak ada
nafsu makan, kuat minum dan kuat kencing, badan lemas, luka yang tidak sembuh-
sembuh, kesemutan.
3. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat mengenai penyakit saat ini, yang dimulai dari akhir masa sehat yang
ditulis secara kronologis sesuai urutan waktu, dicatat perkembangan dan perjalanan
penyakitnya, keluhan utama, dan gejala yang muncul seperti polifagia, polidipsia,
poliuria umumnya dialami oleh penderita Diabetes Melitus, tetapi hal itu jarang
diperhatikan sehingga klien yang diopname di rumah sakit biasanya yang sudah
mengalami komplikasi TBC, Gangren, dan lain-lain, dan keluhan utamanya biasanya
keluhan yang lanjut dari Diabetes Melitus seperti tidak ada nafsu makan, kuat
minum dan kencing, badan lemas, luka tidak sembuh-sembuh dan lain-lain.
4. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit dahulu mencakup anamnesis tentang penyakit sistem
cardiovaskular, sistem pernafasan, sistem pencernaan, kulit, adanya penyakit infeksi
dll, yang dicatat adalah keterangan terperinci mengenai semua penyakit dan
komplikasi yang pernah dialami, dan sedemikian mungkin dicatat menurut urutan
waktu.
5. Riwayat penyakit keluarga
Pada pengumpulan data tentang riwayat penyakit keluarga adalah
bagaimana riwayat kesehatan dan keperawatan yang dimiliki pada salah satu anggota
keluarga, pada klien dengan Diabetes Melitus ditanyakan apakah ada keluarga yang
menderita penyakit yang sama dengan klien, penyakit kronis atau penyakit
degeneratif lainnya, serta upaya apa yang dilakukan jika mengalami sakit.
6. Riwayat Bio-Psiko-Sosial-Spiritual, menurut Virginia
Handerson
a. Pola Pernafasan
Pada pola pernafasan diperhatikan adalah frekwensi pernafasan, gerakan
dinding dada, pernafasan cuping hidung, apakah klien merasa sesak, pada klien
dengan Diabetes Melitus biasanya tidak mengalami gangguan pada sistem
pernafasan.
b. Pola Nutrisi
Pada pola nutrisi yang ditanyakan adalah diet khusus, suplement yang
dikonsumsi, instruksi diet sebelumnya, nafsu makan, jumlah cairan dan makanan
yang masuk perhari, ada tidaknya mual, muntah, kesulitan menelan, penggunaan
gigi palsu, riwayat penyembuhan kulit, ada tidaknya masalah dalam status gizi
dll, pada klien dengan Diabetes Melitus mengalami gangguan atau perubahan
dalam memenuhi kebutuhan nutrisi. Klien mengalami peningkatan nafsu makan,
klien sering merasa lapar dan haus, sehingga klien menjadi banyak makan dan
banyak minum.
c. Eliminasi
Pada pola ini yang perlu ditanyakan adalah jumlah kebiasaan defekasi perhari,
ada tidaknya konstipasi, diarhea, inkontinensia, kebiasaan berkemih,
ada/tidaknya disuria, nocturia, urgensi, hematuri, retensi, inkontinentia,
ada/tidaknya terpasang kateter, Pada klien dengan Diabetes Melitus mengalami
gangguan dalam BAK, karena efek peningkatan asupan cairan melalui Diit yang
juga berhubungan dengan efek peningkatan kadar gula dalam darah, sehingga
ginjal akan menghasilkan urin dalam jumlah berlebih,yang menjadikan klien
menjadi sering BAK.
d. Gerak dan Keseimbangan Tubuh
Pada Aktivitas dibatasi untuk bergerak dan harus tirah baring untuk
mengurangi nyeri, klien dengan Diabetes Melitus klien akan mengalami
gangguan gerak atau aktivitasnya dapat diakibatkan karena kelemahan, atau
akibat salah satu bagian ekstrimitasnya mengalami gangguan, misalnya
kelemahan otot, atau adanya luka Ulkus atau gangren.
e. Istirahat Tidur
Pengkajian pola istirahat tidur ini yang ditanyakan adalah jumlah jam tidur
pada malam hari, pagi, siang, merasa tenang setelah tidur, masalah selama tidur,
adanya terbangun dini, insomnia atau mimpi buruk. Pada klien dengan Diabetes
Melitus kien biasanya mengalami kesulitan dalam istirahat dan tidurnya karena
merasa lapar, haus, atau ingin berkemih.
f. Kebutuhan berpakaian
Tidak mengalami gangguan dalam memenuhi kebutuhan berpakain.
g. Mempertahankan temperatur tubuh dan sirkulasi
Pada klien dengan Diabetes Melitus tidak terjadi gangguan dalam hal
temperatur atau sirkulasi.
h. Hygiene
Pada pengumpulan data, klien tidak mengalami hambatan untuk melakukan
(menjaga) kebersihan dirinya, kemungkinan klien mengalami hambatan dalam
pemenuhan personal hygienenya, pada klien Diabetes Melitus dengan luka
gangren mengalami gangguan dalam hygienenya, hal itu berhubungan dengan
kebersihan dan bau yang ditimbulkan oleh luka gangren tersebut.
i. Keamanan dan kenyamanan
Pada pengumpulan data akan ditemukan gangguan rasa aman dan nyaman
karna rasa nyeri akan timbul saat klien melakukan aktivitas yang berat, dalam
kebutuhan keamanan ini perlu ditanyakan apakah klien tetap merasa aman dan
terlindungi oleh keluarganya.
j. Status sosial
Bagaimana hubungan klien dengan keluarga, tetangga maupun orang lain,
serta begaimana klien berinteraksi dengan lingkungannya.
k. Spiritual
Yang perlu diperhatikan adakah perubahan saat klien masih sehat dengan saat
kilen sakit, biasanya tidak mengalami hambatan dalam melakukan ibadah, pada
keadaan spiritual ini perlu diketahui tentang agama yang dianut klien apakah
tetap melakukan ajaran agama yang dianutnya atau terganggu karena penyakit
yang dialami.
l. Aktivitas
Pada pengumpulan data ini yang perlu ditanyakan adalah pola aktivitas klien
mengalami gangguan, karena pada klien Diabetes Melitus aktivitasnya terganggu
karena kebiasaan sehari tidak dapat dilakukan atau tidak dapat terpenuhi dengan
baik jika keadaan umumnya sudah memburuk.
m. Kebutuhan bermain dan rekreasi
Pada pengumpulan data hal yang perlu diperhatikan adalah hal-hal apa saja
yang membuat klien merasa tenang, biasanya klien tidak bisa memenuhi
kebutuhan bermain dan rekreasi karena harus istirahat yang cukup, pada klien
dengan Diabetes Melitus tidak dapat memenuhi kebutuhan, bermain dan rekreasi
karena dalam kondisi lemah
n. Kebutuhan Bekerja
Klien dengan Diabetes Melitus mengalami gangguan dalam bekerja jika
keadaan umumnya sudah lemah dan buruk, disertai dengan komplikasi.
(Doenges, 2000)
7. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Umum :

Data Biologis : Biasanya klien dengan gejala awal akan mengeluh kuat makan,
kuat minum, kuat kencing, dan jika telat berobat maka keluhan klien menjadi
nafsu makan menurun bahkan hilang, kesemutan, mata kabur, luka yang sulit
sembuh, gatal-gatal, porsi makan yang tidak habis, pusing bila duduk lama,
mengeluh cepat lapar dan cepat kenyang, ADL dibantu.
Data Psikologis : ketakutan, stress, kecemasan, kebingungan, sering bertanya
tentang penyakit dan kesembuhan lukanya, mengeluh tidak bisa tidur, tatapan
mata kosong, tegang.
b. Pemeriksaan Fisik
Metode yang dapat digunakan untuk pemeriksaan fisik, yaitu inspeksi, auskultasi,
palpasi, perkusi, meliputi pengkajian keadaan umum dan status generalis (Head to
toe)
1) Inspeksi: sering dijumpai status dehidrasi, gelisah, keringat dingin, katarak,
bintik-bintik coklat pada tulang kering, meringis, gugup, ngantuk, gemetar.
2) Palpasi: nadi cepat, terdapat pembesaran hati, bila disertai neuropatik maka akan
ada sensasi terhadap jarum, rasa getar serta reflek pergerakan kaki akan hilang.
3) Auskultasi: diketahui adanya gagal jantung, radang paru-paru, hipertensi atau
hipotensi.
c. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Darah
Glukosa Darah Puasa (GDP) : Diatas 120 mg / dl
Glukosa Darah 2 Jam PP : Diatas 200 mg / dl
Glukosa Darah Acak : Diatas 200 mg / dl
2) Urin
Pemeriksaan reduksi biasanya 3 kali sehari dilakukan 30 menit sebelum
makan, dapat juga 4 kali sehari, tetapi lebih lazim dilakukan 3 kali sehari sebelum
makan. Urin reduksi normal warna biru, bila terdapat glukosa dalam urin :
Warna hijau : +
Warna kuning : ++
Warna merah : +++
Warna merah bata / coklat : ++++

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya / menurunnya aliran
darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah.
2. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada ekstrimitas.
3. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik jaringan.
4. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.
5. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake makanan yang kurang.
6. Potensial terjadinya penyebaran infeksi ( sepsis ) berhubungan dengan tingginya kadar
gula darah.
7. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
8. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi.
9. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu anggota
tubuh.
C. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan adalah perumusan tindakan yang harus dilaksanakan berdasarkan
diagnosa pasien (Ali, 2008)
Table 2.4 Rencana Tindakan Keperawatan
No Hari/tanggal No Diagnosa Rencana Tindakan
keperawatan Tujuan/kriteria hasil Rencanaan Rasional
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 1 Setelah dilakukan 1.Ajarkan pasien R/ dengan mobilisasi
tindakan keperawatan untuk melakukan meningkatkan sirkulasi
selama…x24 jam di mobilisasi darah
harap klien dapat
mempertahankan 2.Tinggikan kaki R/ meningkatkan
sirkulasi perifer tetap sedikit lebih melancarkan aliran
normal dengan rendah dari darah balik sehingga
krioteria hasil jantung ( posisi tidak terjadi oedema
1. Denyut nadi elevasi pada waktu
perifer teraba kuat istirahat ), hindari
dan reguler penyilangkan kaki,
hindari balutan
2.Warna kulit sekitar ketat, hindari
luka tidak penggunaan bantal,
pucat/sianosis di belakang lutut
dan sebagainya.
3. Kulit sekitar luka
teraba hangat. 3.Hindari diet tinggi R/ kolestrol tinggi dapat
kolestrol, teknik mempercepat terjadinya
4. Oedema tidak relaksasi, arterosklerosis,merokok
terjadi dan luka tidak menghentikan dapat menyebabkan
bertambah parah. kebiasaan terjadinya vasokontriksi
merokok, dan pembuluh darah,
penggunaan obat relaksasi untuk
vasokontriksi. mengurangi efek dari
stres.

4.Kerja sama dengan R/ pemberian


tim vasodilator
2 2 Setelah dilakukan kesehatan lain dalam akan meningkatkan
tindakan keperawatan pemberian dilatasi pembuluh darah
selama…x24 jam di vasodilator, sehingga perfusi
harapkan klien dapat pemeriksaan gula jaringan dapat
pemberian darah secara rutin diperbaiki.
vasodilator akan dan terapi oksigen
meningkatkan
dilatasi pembuluh 1.Kaji luas dan R/ Pengkajian yang
darah sehingga keadaan luka serta tepat terhadap luka dan
perfusi jaringan dapat proses proses penyembuhan
diperbaiki dengan penyembuhan. akan membantu dalam
criteria hasil menentukan tindakan
1. Berkurangnya selanjutnya.
oedema sekitar luka.
2.Rawat luka dengan R/ Merawat luka dengan
2. pus dan jaringan baik dan benar : teknik aseptik, dapat
berkurang membersihkan menjaga kontaminasi
luka secara luka dan larutan yang
3. Adanya jaringan abseptik iritatif akan merusak
granulasi. menggunakan jaringan granulasi tyang
larutan yang tidak timbul, sisa balutan
iritatif, angkat sisa jaringan nekrosis dapat
balutan yang menghambat proses
menempel pada granulasi.
luka dan
nekrotomi jaringan
yang mati.

3.Kolaborasi dengan R/ Insulin akan


dokter untuk menurunkan kadar gula
pemberian darah,

3 3 Setelah dilakukan insulin, pemeriksaan kultur pus


tindakan keperawatan pemeriksaan untuk mengetahui jenis
selama…x24 jam di kultur pus kuman dan anti biotik
harapkan pemeriksaan gula yang tepat untuk
Rasa nyeri darah pemberian pengobatan,
hilang/berkurang anti biotik. pemeriksaan kadar gula
dengan kriteria hasil darahuntuk mengetahui
1.Penderita secara perkembangan penyakit
verbal mengatakan
nyeri 1.Kaji tingkat, R/ Untuk mengetahui
berkurang/hilang frekuensi, dan berapa berat nyeri yang
2. Penderita dapat reaksi nyeri yang dialami pasien.
melakukan metode dialami pasien.
atau tindakan untuk
mengatasi atau 2.Jelaskan pada R/ Pemahaman pasien
mengurangi nyeri pasien tentang tentang penyebab nyeri
3. Pergerakan sebab-sebab yang terjadi akan
penderita bertambah timbulnya nyeri. mengurangi ketegangan
luas. pasien dan memudahkan
pasien untuk diajak
bekerjasama dalam
melakukan tindakan.

3.Ciptakan R/ Rangasangan yang


lingkungan yang berlebihan dari
tenang. lingkungan akan
memperberat rasa nyeri

4.Ajarkan teknik R/ Teknik distraksi dan


distraksi dan relaksasi dapat
relaksasi mengurangi rasa nyeri
yang dirasakan pasien.
5.Atur posisi pasien R/ Posisi yang nyaman
senyaman mungkin akan membantu
sesuai keinginan memberikan
pasien. kesempatan pada otot
untuk relaksasi
seoptimal mungkin.
6.Lakukan massage R/ Massage dapat
dan kompres luka meningkatkan
dengan BWC saat vaskulerisasi dan
rawat luka. pengeluaran pus
sedangkan BWC
sebagai desinfektan
yang dapat memberikan
rasa nyaman.

7.Kolaborasi dengan R/ Obat –obat analgesik


dokter untuk dapat membantu
pemberian mengurangi nyeri
analgesik. pasien.

4 4 Setelah dilakukan 1.Kaji dan R/ Untuk mengetahui


tindakan keperawatan identifikasi tingkat derajat kekuatan otot-
selama…x24 jam di kekuatan otot pada otot kaki pasien.
harapkan klien dapat kaki pasien.
mencapai tingkat
kemampuan aktivitas 2.Beri penjelasan R/ Pasien mengerti
yang optimal. tentang pentingnya pentingnya aktivitas
1. Pergerakan paien melakukan sehingga dapat
bertambah luas aktivitas untuk kooperatif dalam
2. Pasien dapat menjaga kadar tindakan keperawatan.
melaksanakan gula darah dalam
aktivitas sesuai keadaan normal
dengan kemampuan
( duduk, berdiri, 3.anjurkan pasien R/ Untuk melatih otot –
berjalan ). untuk otot kaki sehingg
3. Rasa nyeri menggerakan berfungsi dengan baik
berkurang ekstremitas sesuai
kemampuan

4. Bantu pasien R/ Agar kebutuhan


dalam memenuhi pasien tetap dapat
kebutuhannya terpenuhi

5. Kerja sama R/ Analgesik dapat


dengan tim membantu mengurangi
kesehatan lain : rasa nyeri, fisioterapi
dokter untuk melatih pasien
(pemberian melakukan aktivitas
analgesik) dan secara bertahap dan
tenaga fisioterapi. benar
5 5 Setelah dilakukan 1.Kaji status nutrisi R/ Untuk mengetahui
tindakan keperawatan dan kebiasaan tentang keadaan dan
selama…x24 jam di makan kebutuhan nutrisi pasien
harapkan Kebutuhan sehingga dapat
nutrisi klien dapat diberikan tindakan dan
terpenuhi dengan pengaturan diet yang
kriteria hasil adekuat.
1. Berat badan dan 2.Anjurkan pasien R/ Kepatuhan terhadap
tinggi badan ideal untuk mematuhi diet mencegah
2. pasien mematuhi diet yang telah terjadinya komplikasi
dietnya diprogramkan.
3. kadar gula darah
normal 3.Timbang berat R/ Mengetahui
badan setiap perkembangan berat
seminggu sekali badan pasien ( berat
badan merupakan salah
satu indikasi untuk
menentukan diet).

4.Identifikasi R/ Mengetahui apakah


perubahan pola pasien telah
makan. melaksanakan program
diet yang ditetapkan.

5.Kerja sama dengan R/ Pemberian insulin


tim kesehatan lain akan meningkatkan
untuk pemberian pemasukan glukosa
insulin dan diet
diabetik.

D. Pelaksanaan
Tindakan keperawatan merupakan langkah ke empat dalam tahap proses
keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan
keperawatan) yang telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan (Hidayat.
2009).
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana
perawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri (independen) dan
tindakan kolaborasi (wartonah,2006).
E. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap kelima dan terakhir dari proses perawatan yang merupakan
peruses penilaian pencapaian tujuan serta pengkjian ulang rencana keperawatan. Karena
kesimpulan yang didapatkan dasri evaluasi menentukan apakah intervensi keperawatan
dihentikan dilanjutkanatau diubah.(Efendi, 2007).
Perkembangan respon klien dituangkan kedalam catatan perkembangan klien dan
diuraikan berdasarkan uraian SOAPIER:
S (subyektif) : keluhan-keluhan klien
O (obyektif) : apa yang dapat di lihat, dicium, diukur, dan diraba.
A (analisa) : kesimpulan tentang kondisi klien.
P (plan of care): rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi dignosa
I (implementasi): Tindakan yang dilakukan perawat untuk memenuhi kebutuhan pasien
E (evaluasi) : Respon klien terhadap tindakan yang dilakukan perawat
R (revisi) : Mengubah rencana tindakan keperawatan yang di perlukan.

Anda mungkin juga menyukai