A. Pengertian
Diabetes Militus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang mengalami
peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan hormon insulin secara absolut
atau relatif (Dr. Sunita Almatsier, 2006).
Diabetes militus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan
kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa secara normalbersirkulasi dalam
jumlah tertentudalam darah, glukosa dibentuk di hati dan makanan yang dikonsumsi. Insulin
yaitu suatuhormon yang diproduksi pankreas, mengendalikan kadar glukosa dalam darah
dengan mengatur produksi dan penyimpanannya. (Suzanne C, smeltzer brenda G. Bare.
2002).
Diabetes militus adalah penyakit kronik, progresif yang dikarakteristikkan dengan
ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat, lemak, dan proein awal
terjadinya hiperglikemia (kadar gula yang tinggi dalam darah). (Tarwoto, 2012).
Diabetes Militus adalah syndrom yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara
tuntutan dan suplai insulin (Rumaharbo, 2000). Diabetes Militus (DM) adalah suatu
kelainan yang ditandai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein
(Courtney, 2001).
B. Anatomi fisiologi
C. Etiologi
1. Diabets tipe I
Ada beberapa faktor yang menyebabkan DM tipe I ini adalah : (Brunner dan
Suddarth, 2002).
a. Faktor-faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri. Tetapi mewarisi suatu
predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM Tipe I.
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki antigen HLA
(Human Leucocyte Antigen) tertenty, yang bertanggung jawab atas antigen
transplantasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor-faktor Imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun, respon ini
merupakan respon abnormal di mana antibodi terarah pada jaringan tersebut yang
dianggapnya seolah-olah sebagai benda asing.
c. Faktor-faktor Lingkungan
Penyelidikan juga sedang dilakukan terhadap kemungkinan faktor eksternal yang
dapat memicu destruksi sel beta.
2. Diabets Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin pada diabetes tipe II masih belum di ketahui.
Selain itu terdapat pula faktor resiko tertentu yang berhubungan dengan proses
terjadinya diabetes tipe II faktor ini adalah :
a. Usia
Insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun.
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Kelompok etnik
Menurut Black (2009) Penyebab penyakit ini belum di ketahui secara lengkap
dan kemungkinan faktor penyebab dan faktor penyakit diabetes militus diantaranya:
1. Riwayat keturunan dengan diabetes, misalnya dengan DM tipe I diturunkan
sebagai sifat heterogen, mutigenik. Kembar identik mempunyai resiko 25% - 50%,
sementara saudara kandung berisiko 6 % dan anak berisiko 5 %.
2. Lingkungan seperti virus (cytomegalivirus, mumps, rubella) yang dapat memicu
terjadinya autoimun dan dapat menghancurkan sel-sel beta pankreas, obat-obatan
dan zat kimia seperti aloxan, stereptozotocin, pentamidine.
3. Usia diatas 45 tahun
4. Obesitas, berat badan lebih dari atau sama dengan 20 % berat badan ideal.
5. Etnik, banyak terjadi pada orang amerika keturunan afrika, Asia.
6. Hipertensi tekanan darah lebih dari atau sama dengan 140/90 mmHg.
7. HDR kolestrol lebih dari atau sama dengan 35 mg/dl, atau trigesirida lebih dari
250 mg/dl.
8. Riwayat gesttasional DM
9. Kebiasaan diet
10. Kurang olah raga
11. Wanita dengan hirtutisme atau penyakit policistik ovari.
D. Tipe DM
Ada beberapa tipe diabetes yang berbeda, penyaki ini dibedakan berdasarkan
penyebab, perjalanan klinik dan terapinya klasifikasi diabetas yang utama menurut
Brunner dan Suddarth, 2002 adalah :
1. Diabetes tipe I : Diabetes militus tergantung insulin (insulin dependent diabetes
militus [IDDM])
2. Diabetes tipe II : Diabetes militus tidak tergantung insulin (Non insulin dependent
diabetes militus [NIDDM])
3. Diabetes Militus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya.
4. Diabetes militus gestasional (gestational diabetes militus [GDM]).
Kurang lebih 5% hingga 10% penderita mengalami diabetes tipe I, yaitu
diabets yang tergantung insulin dan kurang lebih 90% hingga 95% penderita
mengalami diabetes tipe II, yaitu diabetes yang tergantung insulin.
E. Patofisiologi
Tipe I, atau IDDM akibat kekurangan insulin karena kerusakan dari sel beta
pankreas, sebagian besar individu dengan IDDM biasanya dengan berat badan normal
atau di bawah normal, gejala klasik IDDM yang tidak diobati adalah poliuria, polidipsia,
polifagia (peningkatan makan) dan kehilangan berat badan.
Tipe II, atau NIDDM ditandai dengan kerusakan fungsi sel beta pankreas dan
resisten insulin atau oleh menurunnya pengambilan glukosa oleh jaringan sebagai
respons terhadap insulin. Kadar insulin dapat normal, turun atau meningkat tapi sekresi
insulin tergantung dalam hubungannya dengan tingkat hiperglikemia, ini biasanya di
diagnosa setelah berusia 30 tahun dan 75% dari individu dengan tipe II adalah obesitas
atau dengan riwayat obesitas.
DM berhubungan dengan berbagai komplikasi, komplikasi kronik utama yaitu
mempercepat terjadinya penyakit makro-vaskuler (penyakit jantung koroner, pembuluh
darah kapiler (serebrovaskuler), retinopati, netropati, dan neuropati. Termasuk diabetik
ketoasidosis (KAD). KAD adalah akibat defisiensi insulin, dosis terlalu kecil, kelalaian 1
dosis atau beberapa hormon yang mengatur balik antagonis insulin (glukagon,
katekolamin, kortisol dan hormon pertumbuhan) ini dapat terjadi selama infeksi atau
trauma. Tanda-tanda metabolik dari KAD meliputi hiperglikemia, diuresis osmotik dan
gehidrasi hiperlipidemia disebabkan oleh peningkatan lipofisis dan asidosis akibat dari
naiknya produksi dari asam lemak. Tanpa atau dengan ketosis ringan, kenaikan
osmolaritas serum dan dehidrasi.
F. Patways
WOC : Wab Of Caution
Usia 2.1.3.1
> 65 thn - Obesitas - imunologi Faktor
(proses penuaan - Hipertensi (autoimun) lingkungan
2.1.3.2
dan defek genetik) (Virus)
2.1.3.3
Perubahan reseptor Produktif Merusak sel beta
hormon insulin, insulin tidak pangkreas
2.1.3.4
Kerusakan memberan
sel dan reaksi intrasel
seimbang
dengan jumlah Kegagalan
glukosa dalam produksi insulin
2.1.3.5
Resistensi darah
insulin
2.1.3.6
Insulin menjadi Peningkatan
tidak efektif glukosa dalam
darah
2.1.3.7
Jumlah insulin yang
diproduksi Peningkatan Peningkatan
glukosa darah osmolaritas oleh
yang kronik karena glukosa
2.1.3.8
Sel beta gagal
membagi Mempercepat
2.1.3.9
kebutuhan insulin terjadinya - Polidipsi
Arteriosklerosis - Poliphagi
ketidak seimbangan
2.1.3.10
Penurunan Penurunan aliran Diabetes Diit dengan terapi
sensitifitas panas, darah ketungkai Neuropati insulin
2.1.3.11
dingin, (makro
angiopati) Hipoglikemia/
Penurunan Resiko Ischemia Hiperglikemia
kerusakan jaringan - Kekakuan/ kelemahan
fungsi
integritas kulit exstrimitas
imunitas Mual, muntah,
- Perubahan kartilago Nafsu makan
Gangren
dalam persendian berkurang
Luka
I. Penatalaksanaan
1. Farmakologis
a. Terapi (bila diperlukan)
Jika pasien telah melakukan diit dan kegiatan jasmai yang teratur tapi kadar gula
darahnya masih belun baik, dipertimbangkan pemakaian obat yang berkhasiat
hipoglikemik baik oral maupun suntikan.
Tabel 2.1 nama obat-obat yang ada di Indonesia
Nama Dosis Dosis Lama Frekuensi
Generik Maksimal Aawal Kerja
Sulfonilurea 500 50 - -
Clorpopamid 15-20 2,5 6-12 1 kali
Gifisia 240 80 12-24 1-2
Glikasit 120 30 10-20 1-2
Glikuidon 20 5 10-20 1-2
Glimefiria - - - 1
Biguania
Metformin 2500 500 1-3
Inhibator A
Avarfose 300 50 1-3
(Mansjoer arif, 2001)
b. Insulin
Indikasi penggunaan insulin pada NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes
Militus adalah
1) Diabetes melitus dengan berat badan menurun cepat
2) Keto asidosis, asidosis laktat dan komahiperosmolar
3) Dibetes melitus mengalami stres berat
4) Diabetes melitus dengan kehamilan
5) Diabetes melitus yang tidak berhasil dikelola dengan obat oral dosis maksimal
2. Non Farmokologis
a. Diet
Diet adalah penatalaksanaan yang penting dari kedua tipe diabetes mellitus
1) Tujuan
Membantu klien memperbaiki kebiasaan makan dan olah raga untuk
mendapatkan kontra metabolik yang lebih baik.
2) Syarat-Syarat diet penyakit diabetes mellitus adalah:
a) Energi cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal.
b) Kebutuhan protein normal, yaitu 10-15 % dari kebutuhan energi total.
c) Kebutuhan lemak sedang, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total, dalam
bentuk <10% dari kebutuhan energi total berasal dari lemak jauh 10% dari
lemak tidak jenuh ganda, sedangkan sisanya dari lemak tidak jenuh
tunggal.
d) Kebutuhan karbohidrat adalah sisa dari kebutuhan energi total, yaitu 60-
70%.
e) Penggunaan gula murni dalam minuman dan makanan tidak diperbolehkan
kecuali jumlahnya sedikit sebagai bumbu.
f) Penggunaan serta dianjurkan 25 gram / hari dengan mengutamakan serta
larut air yang terdapat dalam sayur dan buah.
g) Klien DM dengan tekanan darah normal diperbolehkan mengkonsumsi
natrium dalam bentuk garam dapur seperi orang sehat, yaitu 3000 mg/
hari.
h) Cukup vitamin dan mineral.
3) Macam diet dan indikasi Pemberian.
Tabel 2.2 Jenis diet diabetes mellitus menurut kandungan energi, protein,
lemak dan karbohidrat.
Energi Protein Lemak Karbohidrat
Jenis Diet
Kkal g g g
I 1100 43 30 172
II 1300 45 35 192
III 1500 51,5 36,5 235
IV 1700 55,5 36,5 275
V 1900 60 48 299
VI 2100 62 53 319
VII 2300 73 59 369
VIII 2500 80 62 396
J. Komplikasi
1. Makroangiopati
a. Mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah.
b. Jantung, pembuluh darah tepi, pembuluh darah otok.
2. Mikroangiopati
Mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, diabetik, netropati diabetik.
3. Neuropati Diabetik
4. Rentan infeksi
Seperti tuberculosis paru, ginggivitis dan infeksi saluran kemih.
5. Kaki diabetik (Mansjoer, 2007)
Menurut, Tarwoto (2012). Pasien dengan DM berisiko terjadi komplikasi baik
bersifat akut maupun kronis diantaranya:
1. Komplikasi akut
a. Koma hiperglikemia disebabkan kadar gula sangat tinggi biasanya terjadi pada
NIDDM
b. Ketoasidosis atau keracunan zat keton sebagai hasil metabolisme lemak dan
protein terutama terjdi pada NIDDM
c. Koma hipoglikemia akibat terapi insulin yang berlebihan atau tidak terkontrol.
2. Komplikasi kronis
a. Mikroangiopati (kerusakan pada saraf-saraf prifer) pada organ-organ yang
mempunyai pembuluh darah kecil seperti pada:
1) Retinopati deabetika (kerusakan saraf retina mata) sehingga menjadi kebutaan
2) Neuropati deabitika (kerusakan saraf-saraf perifer) mengakibatkan
baal/gangguan sensoris pada tubuh.
3) Nefropati deabetika (kelainan/kerusakan pada ginjal)dapat mengakibatkan
gagal ginjal
3. Makroangiopati
a. Penyakit vaskuler perifer
b. Kelainan pada jantung dan pembuluh darah
c. Gangguan sistem pembuluh darah otak atau stroke
4. Gangguan diabetika karna adanya neoropati dan terjadi luka yang tidak sembuh-
sembuh.
5. Difungsi erektil deabetika angka kematian dan kesakitan dari deabetes terjadi
akibat komplikasi seperti karena:
a. Hiperglikemia atau hipoglikemia
b. Meningkatnya resiko infeksi
c. Komplikasi mikrovaskuler seperti retinopati, nefropati
d. Komplikasi neurofatik
e. Komplikasi makrovaskuler seprti penyakit jantung koroner, stoke. (Subekti,
2005).
II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Perawatan adalah pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat terhadap individu,
keluarga dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan (Efendi, 2007).
A. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang pasien agar dapat mengidentifikasi, masalah-
masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien baik fisik, mental, sosial maupun
lingkungan.( Efendi, 2007 )
1. Data Biografi
Identitas klien : Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan, alamat, tanggal masuk Rumah Sakit, nomor Rekam
Medik, diagnosa medis dan sumber biaya, penanggung jawab.
2. Keluhan Utama
Pada keluhan utama ditanyakan adalah keluhan atau gejala apa yang
manyebabkan klien datang berobat, yang akan muncul saat awal dilakukan
pengkajian pertama kali, Biasanya pada kasus Diabetes Melitus, klien datang ke
rumah sakit setelah terjadi komplikasi, sehingga keluhan utamanya seperti tidak ada
nafsu makan, kuat minum dan kuat kencing, badan lemas, luka yang tidak sembuh-
sembuh, kesemutan.
3. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat mengenai penyakit saat ini, yang dimulai dari akhir masa sehat yang
ditulis secara kronologis sesuai urutan waktu, dicatat perkembangan dan perjalanan
penyakitnya, keluhan utama, dan gejala yang muncul seperti polifagia, polidipsia,
poliuria umumnya dialami oleh penderita Diabetes Melitus, tetapi hal itu jarang
diperhatikan sehingga klien yang diopname di rumah sakit biasanya yang sudah
mengalami komplikasi TBC, Gangren, dan lain-lain, dan keluhan utamanya biasanya
keluhan yang lanjut dari Diabetes Melitus seperti tidak ada nafsu makan, kuat
minum dan kencing, badan lemas, luka tidak sembuh-sembuh dan lain-lain.
4. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit dahulu mencakup anamnesis tentang penyakit sistem
cardiovaskular, sistem pernafasan, sistem pencernaan, kulit, adanya penyakit infeksi
dll, yang dicatat adalah keterangan terperinci mengenai semua penyakit dan
komplikasi yang pernah dialami, dan sedemikian mungkin dicatat menurut urutan
waktu.
5. Riwayat penyakit keluarga
Pada pengumpulan data tentang riwayat penyakit keluarga adalah
bagaimana riwayat kesehatan dan keperawatan yang dimiliki pada salah satu anggota
keluarga, pada klien dengan Diabetes Melitus ditanyakan apakah ada keluarga yang
menderita penyakit yang sama dengan klien, penyakit kronis atau penyakit
degeneratif lainnya, serta upaya apa yang dilakukan jika mengalami sakit.
6. Riwayat Bio-Psiko-Sosial-Spiritual, menurut Virginia
Handerson
a. Pola Pernafasan
Pada pola pernafasan diperhatikan adalah frekwensi pernafasan, gerakan
dinding dada, pernafasan cuping hidung, apakah klien merasa sesak, pada klien
dengan Diabetes Melitus biasanya tidak mengalami gangguan pada sistem
pernafasan.
b. Pola Nutrisi
Pada pola nutrisi yang ditanyakan adalah diet khusus, suplement yang
dikonsumsi, instruksi diet sebelumnya, nafsu makan, jumlah cairan dan makanan
yang masuk perhari, ada tidaknya mual, muntah, kesulitan menelan, penggunaan
gigi palsu, riwayat penyembuhan kulit, ada tidaknya masalah dalam status gizi
dll, pada klien dengan Diabetes Melitus mengalami gangguan atau perubahan
dalam memenuhi kebutuhan nutrisi. Klien mengalami peningkatan nafsu makan,
klien sering merasa lapar dan haus, sehingga klien menjadi banyak makan dan
banyak minum.
c. Eliminasi
Pada pola ini yang perlu ditanyakan adalah jumlah kebiasaan defekasi perhari,
ada tidaknya konstipasi, diarhea, inkontinensia, kebiasaan berkemih,
ada/tidaknya disuria, nocturia, urgensi, hematuri, retensi, inkontinentia,
ada/tidaknya terpasang kateter, Pada klien dengan Diabetes Melitus mengalami
gangguan dalam BAK, karena efek peningkatan asupan cairan melalui Diit yang
juga berhubungan dengan efek peningkatan kadar gula dalam darah, sehingga
ginjal akan menghasilkan urin dalam jumlah berlebih,yang menjadikan klien
menjadi sering BAK.
d. Gerak dan Keseimbangan Tubuh
Pada Aktivitas dibatasi untuk bergerak dan harus tirah baring untuk
mengurangi nyeri, klien dengan Diabetes Melitus klien akan mengalami
gangguan gerak atau aktivitasnya dapat diakibatkan karena kelemahan, atau
akibat salah satu bagian ekstrimitasnya mengalami gangguan, misalnya
kelemahan otot, atau adanya luka Ulkus atau gangren.
e. Istirahat Tidur
Pengkajian pola istirahat tidur ini yang ditanyakan adalah jumlah jam tidur
pada malam hari, pagi, siang, merasa tenang setelah tidur, masalah selama tidur,
adanya terbangun dini, insomnia atau mimpi buruk. Pada klien dengan Diabetes
Melitus kien biasanya mengalami kesulitan dalam istirahat dan tidurnya karena
merasa lapar, haus, atau ingin berkemih.
f. Kebutuhan berpakaian
Tidak mengalami gangguan dalam memenuhi kebutuhan berpakain.
g. Mempertahankan temperatur tubuh dan sirkulasi
Pada klien dengan Diabetes Melitus tidak terjadi gangguan dalam hal
temperatur atau sirkulasi.
h. Hygiene
Pada pengumpulan data, klien tidak mengalami hambatan untuk melakukan
(menjaga) kebersihan dirinya, kemungkinan klien mengalami hambatan dalam
pemenuhan personal hygienenya, pada klien Diabetes Melitus dengan luka
gangren mengalami gangguan dalam hygienenya, hal itu berhubungan dengan
kebersihan dan bau yang ditimbulkan oleh luka gangren tersebut.
i. Keamanan dan kenyamanan
Pada pengumpulan data akan ditemukan gangguan rasa aman dan nyaman
karna rasa nyeri akan timbul saat klien melakukan aktivitas yang berat, dalam
kebutuhan keamanan ini perlu ditanyakan apakah klien tetap merasa aman dan
terlindungi oleh keluarganya.
j. Status sosial
Bagaimana hubungan klien dengan keluarga, tetangga maupun orang lain,
serta begaimana klien berinteraksi dengan lingkungannya.
k. Spiritual
Yang perlu diperhatikan adakah perubahan saat klien masih sehat dengan saat
kilen sakit, biasanya tidak mengalami hambatan dalam melakukan ibadah, pada
keadaan spiritual ini perlu diketahui tentang agama yang dianut klien apakah
tetap melakukan ajaran agama yang dianutnya atau terganggu karena penyakit
yang dialami.
l. Aktivitas
Pada pengumpulan data ini yang perlu ditanyakan adalah pola aktivitas klien
mengalami gangguan, karena pada klien Diabetes Melitus aktivitasnya terganggu
karena kebiasaan sehari tidak dapat dilakukan atau tidak dapat terpenuhi dengan
baik jika keadaan umumnya sudah memburuk.
m. Kebutuhan bermain dan rekreasi
Pada pengumpulan data hal yang perlu diperhatikan adalah hal-hal apa saja
yang membuat klien merasa tenang, biasanya klien tidak bisa memenuhi
kebutuhan bermain dan rekreasi karena harus istirahat yang cukup, pada klien
dengan Diabetes Melitus tidak dapat memenuhi kebutuhan, bermain dan rekreasi
karena dalam kondisi lemah
n. Kebutuhan Bekerja
Klien dengan Diabetes Melitus mengalami gangguan dalam bekerja jika
keadaan umumnya sudah lemah dan buruk, disertai dengan komplikasi.
(Doenges, 2000)
7. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Umum :
Data Biologis : Biasanya klien dengan gejala awal akan mengeluh kuat makan,
kuat minum, kuat kencing, dan jika telat berobat maka keluhan klien menjadi
nafsu makan menurun bahkan hilang, kesemutan, mata kabur, luka yang sulit
sembuh, gatal-gatal, porsi makan yang tidak habis, pusing bila duduk lama,
mengeluh cepat lapar dan cepat kenyang, ADL dibantu.
Data Psikologis : ketakutan, stress, kecemasan, kebingungan, sering bertanya
tentang penyakit dan kesembuhan lukanya, mengeluh tidak bisa tidur, tatapan
mata kosong, tegang.
b. Pemeriksaan Fisik
Metode yang dapat digunakan untuk pemeriksaan fisik, yaitu inspeksi, auskultasi,
palpasi, perkusi, meliputi pengkajian keadaan umum dan status generalis (Head to
toe)
1) Inspeksi: sering dijumpai status dehidrasi, gelisah, keringat dingin, katarak,
bintik-bintik coklat pada tulang kering, meringis, gugup, ngantuk, gemetar.
2) Palpasi: nadi cepat, terdapat pembesaran hati, bila disertai neuropatik maka akan
ada sensasi terhadap jarum, rasa getar serta reflek pergerakan kaki akan hilang.
3) Auskultasi: diketahui adanya gagal jantung, radang paru-paru, hipertensi atau
hipotensi.
c. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Darah
Glukosa Darah Puasa (GDP) : Diatas 120 mg / dl
Glukosa Darah 2 Jam PP : Diatas 200 mg / dl
Glukosa Darah Acak : Diatas 200 mg / dl
2) Urin
Pemeriksaan reduksi biasanya 3 kali sehari dilakukan 30 menit sebelum
makan, dapat juga 4 kali sehari, tetapi lebih lazim dilakukan 3 kali sehari sebelum
makan. Urin reduksi normal warna biru, bila terdapat glukosa dalam urin :
Warna hijau : +
Warna kuning : ++
Warna merah : +++
Warna merah bata / coklat : ++++
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya / menurunnya aliran
darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah.
2. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada ekstrimitas.
3. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik jaringan.
4. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.
5. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake makanan yang kurang.
6. Potensial terjadinya penyebaran infeksi ( sepsis ) berhubungan dengan tingginya kadar
gula darah.
7. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
8. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi.
9. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu anggota
tubuh.
C. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan adalah perumusan tindakan yang harus dilaksanakan berdasarkan
diagnosa pasien (Ali, 2008)
Table 2.4 Rencana Tindakan Keperawatan
No Hari/tanggal No Diagnosa Rencana Tindakan
keperawatan Tujuan/kriteria hasil Rencanaan Rasional
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 1 Setelah dilakukan 1.Ajarkan pasien R/ dengan mobilisasi
tindakan keperawatan untuk melakukan meningkatkan sirkulasi
selama…x24 jam di mobilisasi darah
harap klien dapat
mempertahankan 2.Tinggikan kaki R/ meningkatkan
sirkulasi perifer tetap sedikit lebih melancarkan aliran
normal dengan rendah dari darah balik sehingga
krioteria hasil jantung ( posisi tidak terjadi oedema
1. Denyut nadi elevasi pada waktu
perifer teraba kuat istirahat ), hindari
dan reguler penyilangkan kaki,
hindari balutan
2.Warna kulit sekitar ketat, hindari
luka tidak penggunaan bantal,
pucat/sianosis di belakang lutut
dan sebagainya.
3. Kulit sekitar luka
teraba hangat. 3.Hindari diet tinggi R/ kolestrol tinggi dapat
kolestrol, teknik mempercepat terjadinya
4. Oedema tidak relaksasi, arterosklerosis,merokok
terjadi dan luka tidak menghentikan dapat menyebabkan
bertambah parah. kebiasaan terjadinya vasokontriksi
merokok, dan pembuluh darah,
penggunaan obat relaksasi untuk
vasokontriksi. mengurangi efek dari
stres.
D. Pelaksanaan
Tindakan keperawatan merupakan langkah ke empat dalam tahap proses
keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan
keperawatan) yang telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan (Hidayat.
2009).
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana
perawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri (independen) dan
tindakan kolaborasi (wartonah,2006).
E. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap kelima dan terakhir dari proses perawatan yang merupakan
peruses penilaian pencapaian tujuan serta pengkjian ulang rencana keperawatan. Karena
kesimpulan yang didapatkan dasri evaluasi menentukan apakah intervensi keperawatan
dihentikan dilanjutkanatau diubah.(Efendi, 2007).
Perkembangan respon klien dituangkan kedalam catatan perkembangan klien dan
diuraikan berdasarkan uraian SOAPIER:
S (subyektif) : keluhan-keluhan klien
O (obyektif) : apa yang dapat di lihat, dicium, diukur, dan diraba.
A (analisa) : kesimpulan tentang kondisi klien.
P (plan of care): rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi dignosa
I (implementasi): Tindakan yang dilakukan perawat untuk memenuhi kebutuhan pasien
E (evaluasi) : Respon klien terhadap tindakan yang dilakukan perawat
R (revisi) : Mengubah rencana tindakan keperawatan yang di perlukan.