Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sindroma nefrotik ( SN ) adalah salah satu penyakit glomerulus yang sering
ditemukan pada anak yang ditandai dengan proteinuria ( > 40 mg/m2/ jam ),
hipoalbuminemia ( < 2,5 gr / dL ), hiperkolesterolemia ( > 250 mg / dL ) dan oedema.
Diagnosis sindroma nefrotik ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang seringkali ditandai
dengan oedema yang timbul pertamakali pada daerah sekitar mata dan ekstremitas bagian
bawah. Tekanan darah meningkat pada 25 % anak, diare akibat oedema intestinal dan
distress pernafasan akibat oedema pulmonal atau efusi pleura dapat ditemukan. Pada kasus
tertentu dapat disertai hipertensi dan hematuria ( S.M. Robin, 2016 ).
Insiden penyakit Sindroma Nefrotik ( SN ) primer dua kasus per tahun setiap
100.000 anak berumur kurang dari 16 tahun. Insiden di Indonesia diperkirakan enam kasus
/ tahun tiap 100.000 anak kurang dari 14 tahun. Sindroma nefrotik lebih banyak diderita
oleh anak laki – laki dari pada anak perempuan dengan perbandingan 2 : 1 ( S.M. Robin,
2016 ).
Prevalensi sindroma nefrotik di Ruang Cendana RSUD dr. H. Andi Abdurrahman
Noor Tanah Bumbu selama dua minggu mahasiswa praktek telah ditemukan sebanyak 3
kasus menimpa anak usia dibawah 16 tahun. Hal ini patut menjadi perhatian kita semua
mengingat mereka yang terserang mayoritas anak muda yang produktif, generasi penerus
bangsa ini, yang mana bila tidak segera mendapatkan pengobatan dan perawatan yang
benar akan menjadi gagal ginjal permanen yang mengancam kelangsungan hidup mereka.
Asuhan keperawatan yang benar dan berkualitas diharapkan mampu membawa
klien ke tingkat penyembuhan yang optimal dan mencegah klien berada pada kondisi gagal
ginjal permanen.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka dapat disimpulkan rumusan
masalah “ Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Yang Benar Terhadap Penderita Sindroma
Nefrotik “ guna membawa klien ke tingkat penyembuhan yang optimal dan mencegah
klien berada pada kondisi gagal ginjal permanen.

1
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penyusunan makalah ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu tujuan umum dan
tujuan khusus.
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penyusunan makalah ini yaitu untuk mengetahui dan memahami
tentang konsep dasar penyakit sindroma nefrotik dan asuhan keperawatan yang benar
pada klien dengan sindroma nefrotik.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat mengetahui dan memahami tentang konsep dasar penyakit sindroma
nefrotik yang meliputi definisi sindroma nefrotik, etiologi, manifestasi klinis,
anatomi fisiologi ginjal, patofisiologi, pathways, pemeriksaan penunjang, dan
penatalaksanaan.
b. Dapat mengidentifikasi konsep asuhan keperawatan yang benar pada klien dengan
sindroma nefrotik yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi (
Nurse Care Planning / NCP ), dan evaluasi keperawatan.

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Ilmu Keperawatan
Penulisan makalah ini diharapkan dapat memperkaya ilmu keperawatan
khususnya tentang kasus penyakit sindroma nefrotik serta asuhan keperawatannya
yang benar.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Untuk menambah koleksi pustaka tentang ilmu keperawatan khususnya
tentang Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Sindroma Nefrotik di STIKes
Cahaya Bangsa Banjarmasin.
3. Bagi Bangsal Interna ( Ruang Cendana ) RSUD dr. H. Andi Abdurrahman Noor
Tanah Bumbu.
Makalah ini diharapkan bisa menjadi rujukan dalam memberikan asuhan
keperawatan klien dengan sindroma nefrotik yang dirawat di Bangsal Interna ( Ruang
Cendana ) RSUD dr. H. Andi Abdurrahman Noor Tanah Bumbu.

2
BAB II
TINJAUN PUSTAKA

A. Definisi
Sindroma Nefrotik adalah status klinis yang ditandai dengan peningkatan
permeabilitas membran glomerulus terhadap protein yang mengakibatkan kehilangan
urinarius yang massif ( Whaley & Wong, 2013).
Sindroma nefrotik adalah kumpulan gejala klinis yang timbul dari kehilangan
protein karena kerusakan glomerulus yang difus ( Luckman, 2016 ). Sindrom Nefrotik
ditandai dengan proteinuria masif ( ≥ 40 mg/m2 LPB / jam atau rasio protein / kreatinin
pada urine sewaktu > 2mg/mg), hipoproteinemia, hipoalbuminemia ( ≤ 2,5 gr/dl ),
edema, dan hiperlipidemia (Behrman, 2011).
Nefrotik sindrom merupakan gangguan klinis ditandai oleh (1) peningkatan
protein dalam urin secara bermakna ( proteinuria ) (2) penurunan albumin dalam darah
(3) edema, dan (4) serum kolesterol yang tinggi dan lipoprotein densitas rendah
(hyperlipidemia). Tanda-tanda tersebut dijumpai di setiap kondisi yang sangat merusak
membran kapiler glomerulus dan menyebabkan peningkatan permeabilitas glomerulus
(Brunner & Suddarth, 2011).
Whaley and Wong (2010) membagi tipe-tipe Sindrom Nefrotik :
1. Sindroma Nefrotik lesi minimal (MCNS: Minimal Change Nefrotik Sindroma) :
Merupakan kondisi yang tersering yang menyebabkan sindroma nefrotik pada anak
usia sekolah.
2. Sindroma Nefrotik Sekunder : Terjadi selama perjalanan penyakit vaskuler kolagen,
seperti lupus eritematosus sistemik dan purpura anafilaktoid, glomerulonefritis, infeksi
sistem endokarditis, bakterialis dan neoplasma limfoproliferatif.
3. Sindroma Nefirotik Kongenital : Faktor herediter sindroma nefrotik disebabkan oleh
gen resesif autosomal. Bayi yang terkena sindroma nefrotik, usia gestasinya pendek
dan gejala awalnya adalah edema dan proteinuria. Penyakit ini resisten terhadap
semua pengobatan dan kematian dapat terjadi pada tahun-tahun pertama kehidupan
bayi jika tidak dilakukan dialisis.

3
B. Etiologi
Penyebab sindrom nefrotik dibagi menjadi dua menurut Muttaqin, 2012 adalah:
1. Primer, yaitu berkaitan dengan berbagai penyakit ginjal, seperti glomerulonefritis, dan
nefrotik sindrom perubahan minimal
2. Sekunder, yaitu yang diakibatkan infeksi, penggunaan obat, dan penyakit sistemik
lain, seperti diabetes mellitus, sistema lupus eritematosus, dan amyloidosis

C. Manifestasi Klinis
Adapun manifestasi klinis menurut Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol. 2 (2001),
manifestasi utama sindrom nefrotik adalah edema. Edema biasanya lunak dan cekung bila
ditekan (pitting), dan umumnya ditemukan di sekitar mata (periorbital), pada area
ekstremitas (sakrum, tumit, dan tangan), dan pada abdomen (asites). Gejala lain seperti
malaese, sakit kepala, iritabilitas dan keletihan umumnya terjadi.

(Sumber: Irapanussa, 2015) (Sumber: nursingbegin.com, 2010)

(Sumber: ujeuji.blogspot.co.id) (Sumber: pakarobatherbal.com)

D. Anatomi Fisiologi Ginjal


Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang berbentuk mirip kacang.
Sebagai bagian dari sistem urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran (terutama urea) dari

4
darah dan membuangnya bersama dengan air dalam bentuk urin. Cabang dari kedokteran
yang mempelajari ginjal dan penyakitnya disebut nefrologi (Astuti, 2013).
Kedudukan ginjal di belakang dari kavum abdominalis di belakang peritoneum
pada kedua sisi vertebra lumbalis III melekat langsung pada dinding abdomen. Manusia
memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang perut atau abdomen. Ginjal ini terletak
di kanan dan kiri tulang belakang, di bawah hati dan limpa. Di bagian atas (superior)
ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal). Ginjal kanan biasanya
terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati.Sebagian dari
bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan duabelas. Kedua ginjal dibungkus
oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal) yang membantu meredam
goncangan (Astuti, 2013).
Unit fungsional ginjal

(Sumber: Astuti, 2013)

Unit fungsional dasar dari ginjal adalah nefron yang dapat berjumlah lebih dari
satu juta buah dalam satu ginjal normal manusia dewasa. Nefron berfungsi sebagai
regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit) dalam tubuh dengan cara menyaring
darah, kemudian mereabsorpsi cairan dan molekul yang masih diperlukan tubuh. Molekul
dan sisa cairan lainnya akan dibuang. Reabsorpsi dan pembuangan dilakukan
menggunakan mekanisme pertukaran lawan arus dan kotranspor. Hasil akhir yang
kemudian diekskresikan disebut urin (Astuti, 2013).
Sebuah nefron terdiri dari sebuah komponen penyaring yang disebut korpuskula
(atau badan Malphigi) yang dilanjutkan oleh saluran-saluran (tubulus).Setiap korpuskula
mengandung gulungan kapiler darah yang disebut glomerulus yang berada dalam kapsula
Bowman. Setiap glomerulus mendapat aliran darah dari arteri aferen. Dinding kapiler dari
glomerulus memiliki pori-pori untuk filtrasi atau penyaringan. Darah dapat disaring
melalui dinding epitelium tipis yang berpori dari glomerulus dan kapsula Bowman karena
adanya tekanan dari darah yang mendorong plasma darah. Filtrat yang dihasilkan akan
5
masuk ke dalan tubulus ginjal. Darah yang telah tersaring akan meninggalkan ginjal lewat
arteri eferen (Astuti, 2013).
Ginjal berfungsi sebagai salah satu alat ekskresi yang sangat penting melalui
ultrafiltrat yang terbentuk dalam glomerulus. Terbentuknya ultrafiltrat ini sangat
dipengaruhi oleh sirkulasi ginjal yang mendapat darah 20% dari seluruh cardiac output
(Astuti, 2013).

E. Patofisiologi
Kelainan yang terjadi pada sindrom nefrotik yang paling utama adalah proteinuria
sedangkan yang lain dianggap sebagai manifestasi sekunder. Kelainan ini disebabkan
oleh karena kenaikan permeabilitas dinding kapiler glomerulus yang sebabnya belum
diketahui yang terkait dengan hilangnya muatan negative gliko protein dalam dinding
kapiler. Pada sindrom nefrotik keluarnya protein terdiri atas campuran albumin dan
protein yang sebelumnya terjadi filtrasi protein didalam tubulus terlalu banyak akibat dari
kebocoran glomerolus dan akhirnya diekskresikan dalam urin. (Latas, 2012 : 383).
Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat pada
hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadinya proteinuria. Kelanjutan dari
proteinuria menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan menurunya albumin, tekanan
osmotic plasma menurun sehingga cairan intravascular berpindah ke dalam intertisial.
Perpindahan cairan tersebut menjadikan volume cairan intravascular berkurang, sehingga
menurunkan jumlah aliran darah ke renal karena hipovolemi. Menurunya aliran darah ke
renal, ginjal akan melakukan kompensasi dengan merangsang produksi renin angiotensin
dan peningkatan sekresi antideuretik hormone (ADH) dan sekresi aldosteron yang
kemudian menjadi retensi natrium dan air. Dengan retensi natrium dan air, akan
menyebabkan edema (Wati, 2012).
Terjadi peningkatan cholesterol dan Triglicerida serum akibat dari peningkatan
stimulasi produksi lipoprotein karena penurunan plasma albumin atau penurunan onkotik
plasma. Adanya hiperlipidemia juga akibat dari meningkatnya produksi lipoprotein dalam
hati yang timbul oleh karena kompensasi hilangnya protein dan lemak akan banyak
dalam urin (lipiduria). Menurunya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinan
disebabkan oleh karena hipoalbuminemia, hyperlipidemia, atau defisiensi seng. (Suriadi
dan yuliani, 2011 : 217).

6
Pathways Sindroma Nefrotik

Virus, bakteri, protozoa inflamasi glomerulus Perubahan permeabilitas membrane


DM peningkatan viskositas darah glomerlurus
Sistemik lupus eritematous regulasi kekebalan
terganggu proliferasi abnormal leukosit
Kerusakan Mekanisme
glomerlurus penghalang protein

Protein & albumin lolos dalam Kegagalan dalam proses Kebocoran molekul besar
filtrasi & masuk ke urine filtrasi (immunoglobulin)

Protein dalam urine meningkat Protein dalam darah menurun Pengeluaran IgG dan IgA

Gangguan citra tubuh Proteinuria Hipoalbuminemia Sel T dalam sirkulasi menurun

Gangguan imunitas
Pembengkakan Ekstravaksi cairan SINDROM NEFROTIK
pada periorbita
Resiko infeksi
Penumpukan Volume intravaskuler
Mata cairan ke ruang
intestinum
ADH Reabsorbsi air
Oedema

Penekanan pada Paru-paru Asites Kelebihan volume cairan


tubuh terlalu dalam

Tekanan abdomen Menekan diafragma


Efusi pleura
Nutrisi & O2 meningkat
Otot pernafasan
Ketidakefektifan
Mendesak rongga lambung tidak optimal
bersihan jalan nafas

Hipoksia jaringan Metabolism Anoreksia, nausea, vomitus Nafas tidak adekuat


anaerob

Iskemia Gangguan pemenuhan nutrisi Ketidakefektifan


Produksi asam laktat pola nafas
Nutrisi kurang dari
Nekrosis kebutuhan tubuh
Menumpuk di otot Volume urin
yang diekskresi
Ketidakefektifan
Kelemahan, keletihan, mudah capek
perfusi jaringan
perifer Oliguri
Intoleransi aktivitas

Absorbsi air oleh usus Hipovolemia Tekanan arteri

7
Absorbsi air oleh usus Hipovolemia Tekanan arteri

Feses mengeras Sekresi renin Granulasi sel-sel glomerulus

konstipasi Mengubah angiotensin menjadi Aldosterone


angiotensin I & II

Merangsang
Efek vasokontriksi arterioral perifer reabsorbsi Na+ dan air

Tekanan darah Volume plasma

Beban kerja jantung

Penurunan curah jantung

(Sumber: Nurarif dan Kusuma, 2015)

F. Pemeriksaan Penunjang
Penegakan diagnosis sindrom nefrotik tidak ditentukan dengan hanya penampilan
klinis. Diagnosis sindrom nefrotik dapat ditegakkan melalui beberapa pemeriksaan
penunjang berikut yaitu urinalisis, pemeriksaan sedimen urin, pengukuran protein urin,
albumin serum, pemeriksaan serologis untuk infeksi dan kelainan immunologis, USG
renal, biopsi ginjal, dan darah, dimana :
1. Urinalisis
Volume biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (fase oliguri ) yang terjadi dalam 24-48
jam setelah ginjal rusak, warna kotor, sedimen kecoklatan menunjukkan adanya darah,
Hb, Monoglobin, Porfirin. Berat jenis kurang dari 1,020 menunjukkan penyakit ginjal.
Protein urin meningkat (nilai normal negatif). Urinalisis adalah tes awal diagnosis
sindrom nefrotik. Proteinuria berkisar 3+ atau 4+ pada pembacaan dipstik, atau
melalui tes semikuantitatif dengan asam sulfosalisilat, 3+ menandakan kandungan
protein urin sebesar 300 mg/dL atau lebih, yang artinya 3g/dL atau lebih yang masuk
dalam nephrotic range.
2. Pemeriksaan sedimen urin
Pemeriksaan sedimen akan memberikan gambaran oval fat bodies: epitel sel yang
mengandung butir-butir lemak, kadang-kadang dijumpai eritrosit, leukosit, torak hialin
dan torak eritrosit.
8
3. Pengukuran protein urin
Pengukuran protein urin dilakukan melalui timed collection atau single spot collection.
Timed collection dilakukan melalui pengumpulan urin 24 jam, mulai dari jam 7 pagi
hingga waktu yang sama keesokan harinya. Pada individu sehat, total protein urin ≤
150 mg. Adanya proteinuria masif merupakan kriteria diagnosis. Single spot collection
lebih mudah dilakukan. Saat rasio protein urin dan kreatinin > 2g/g, ini mengarahkan
pada kadar protein urin per hari sebanyak ≥ 3g.
4. Albumin serum
kualitatif : ++ sampai ++++
kuantitatif : > 50 mg/kgBB/hari (diperiksa dengan memakai reagen ESBACH)
5. Pemeriksaan serologis untuk infeksi dan kelainan imunologis
6. USG renal: terdapat tanda-tanda glomerulonefritis kronik.
7. Biopsi ginjal
Biopsi ginjal diindikasikan pada anak dengan SN kongenital, onset usia > 8 tahun,
resisten steroid, dependen steroid atau frequent relaps, serta terdapat manifestasi
nefritik signifikan. Pada SN dewasa yang tidak diketahui asalnya, biopsy mungkin
diperlukan untuk diagnosis. Penegakan diagnosis patologi penting dilakukan karena
masing-masing tipe memiliki pengobatan dan prognosis yang berbeda. Penting untuk
membedakan minimal-change disease pada dewasa dengan glomerulosklerosisfokal,
karena minimal-change disease memiliki respon yang lebih baik terhadap steroid.
Prosedur ini digunakan untuk mengambil sampel jaringan pada ginjal yang kemudian
akan diperiksa di laboratorium. Adapun prosedur biopsi ginjal sebagai berikut :
a. Peralatan USG digunakan sebagai penuntun. USG dilakukan oleh petugas
radiologi untuk mengetahui letak ginjal.
b. Anestesi (lokal).
c. Jarum (piston biopsi). Apabila tidak ada piston biopsi dapat menggunakan jarum
model TRUCUT maupun VIM SILVERMAN.
d. Tempat (pool bawah ginjal, lebih disukai ginjal kiri).
e. Jaringan yang didapatkan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu untuk
pemeriksaan mikroskop cahaya & imunofluoresen.
f. Setelah biopsi.
1) Berikan pasien tengkurap kurang lebih sejam, tetapi apabila pada posisi
tengurap pasien mengalami sejas nafas maka biopsi dilakukan pada posisi
duduk
9
2) Anjurkan untuk minum banyak
3) Monitor tanda-tanda vital terutama tekanan darah, & lakukan pemeriksaan lab
urin lengkap.
g. Apabila tidak terdapat kencing darah (hematuria) maka pasien dipulangkan.
Biasanya untuk pada pasien yang beresiko rendah, pagi biopsi sore pulang (one
day care ).
8. Darah
Hb menurun adanya anemia, Ht menurun pada gagal ginjal, natrium meningkat tapi
biasanya bervariasi, kalium meningkat sehubungan dengan retensi dengan
perpindahan seluler (asidosis) atau pengeluaran jaringan (hemolisis sel darah nerah).
Penurunan pada kadar serum dapat menunjukkan kehilangan protein dan albumin
melalui urin, perpindahan cairan, penurunan pemasukan dan penurunan sintesis karena
kekurangan asam amino essensial. Kolesterol serum meningkat (umur 5-14 tahun :
kurang dari atau sama dengan 220 mg/dl). Pada pemeriksaan kimia darah dijumpai
Protein total menurun (N: 6,2-8,1 gm/100ml), Albumin menurun (N:4-5,8 gm/100ml),
α1 globulin normal (N: 0,1-0,3 gm/100ml), α2 globulin meninggi (N: 0,4-1
gm/100ml), β globulin normal (N: 0,5-0,9 gm/100ml), γ globulin normal (N: 0,3-1
gm/100ml), rasio albumin/globulin <1 (N:3/2), komplemen C3 normal/rendah (N:
80-120 mg/100ml), ureum, kreatinin dan klirens kreatinin normal. ( Siburian, 2013)

G. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal. Menjaga
pasien dalam keadaan tirah baring selama beberapa hari mungkin diperlukan untuk
meningkatkan diuresis guna mengurangi edema. Masukan protein ditingkatkan untuk
menggantikan protein yang hilang dalam urin dan untuk membentuk cadangan protein di
tubuh. Jika edema berat, pasien diberikan diet rendah natrium. Diuretik diresepkan untuk
pasien dengan edema berat, dan adrenokortikosteroid (prednison) digunakan untuk
mengurangi proteinuria (Brunner & Suddarth, 2011).
Medikasi lain yang digunakan dalam penanganan sindrom nefrotik mencakup
agens antineoplastik (Cytoxan) atau agens imunosupresif (Imuran, Leukeran, atau
siklosporin), jika terjadi kambuh, penanganan kortikosteroid ulang diperlukan (Brunner
& Suddarth, 2011).

10
Diet bagi klien sindrom nefrotik
1. Tujuan Diet
a. Mengganti kehilangan protein terutama albumin.
b. Mengurangi edema dan menjaga keseimbangan cairan tubuh.
c. Memonitor hiperkolesterolemia dan penumpukan trigliserida.
d. Mengontrol hipertensi.
e. Mengatasi anoreksia. (Almatsier, 2017)
2. Syarat Diet
a. Energi cukup, untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen positif yaitu 35
kkal/kg BB per hari.
b. Protein sedang, yaitu 1 g/kg BB, atau0,8 g/kg BB ditambah jumlah protein yang
dikeluarkan melalui urin. Utamakan penggunaan protein bernilai biologik tinggi.
c. Lemak sedang, yaitu 15-20% dari kebutuhan energy total.
d. Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energy total
e. Natrium dibatasi, yaitu 1-4 gr sehari, tergantung berat ringannya edema.
f. Kolesterol dibatasi < 300mg, begitu pula gula murni, bila ada peningkatan
trigliserida darah.
g. Cairan disesuaikan dengan banyaknya cairan yang dikeluarkan melalui urin
ditambah 500 ml pengganti cairan yang dikeluarkan melalui kulit dan pernafasan.
(Almatsier, 2012)
3. Diet yang dianjurkan dan dihindari
Jenis
Bahan Dianjurkan Dibatasi
Makan
Sumber Nasi, bubur, bihun, roti, Roti, biskuit dan kue-kue yang dibuat
karbohid gandum, makaroni, pasta, menggunakan garam dapur dan soda.
rat jagung, kentang, ubi,
talas,singkong, havermout
Sumber Telur, susu skim/susu Hati, ginjal, jantung, limpa, otak, ham,
protein rendah lemak, daging sosis, babat, usus, paru, sarden,
hewani tanpa lemak, ayam tanpa kaldu daging, bebek, burung, angsa, remis,
kulit, ikan seafood dan aneka. Protein hewani yang
diawetkan menggunakan garam seperti

11
sarden, kornet, ikan asin dan sebagainya.
Sumber Kacang-kacangan dan Kacang-kacangan yang diasinkan aatu
protein aneka olahannya diawetkan
nabati
Sayuran Semua jenis sayuran segar Sayuran yang diasinkan atau diawetkan
Buah- Semua macam buah- Buah-buahan yang diasinkan atau
buahan buahan segar diawetkan
Minum Semua macam minuman Teh kental atau kopi. Minuman yang
yang tidak beralkohol mengandung soda dan alkohol: soft drink,
arak, ciu, bir
Lainnya Semua macam bumbu Makanan yang berlemak, penggunaan
secukupnya santan kental, bumbu: garam, baking
powder, soda kue, MSG, kecap, terasi,
ketchup, sambal botol, petis, tauco, bumbu
instan, dan sebagainya

H. Analisa Data
1. Pengkajian

a. Identitas Klien
1) Umur: Lebih banyak pada anak-anak terutama pada usia pra-sekolah (3-6 th).
Ini dikarenakan adanya gangguan pada sistem imunitas tubuh dan kelainan
genetik sejak lahir.
2) Jenis kelamin: Anak laki-laki lebih sering terjadi dibandingkan anak
perempuan dengan rasio 2:1. Ini dikarenakan pada fase umur anak 3-6 tahun
terjadi perkembangan psikoseksual : dimana anak berada pada fase
oedipal/falik dengan ciri meraba-raba dan merasakan kenikmatan dari beberapa
daerah genitalnya. Kebiasaan ini dapat mempengaruhi kebersihan diri terutama
daerah genital. Karena anak-anak pada masa ini juga sering bermain dan
kebersihan tangan kurang terjaga. Hal ini nantinya juga dapat memicu
terjadinya infeksi.
3) Agama
4) Suku/bangsa
5) Status
12
6) Pendidikan
7) Pekerjaan
b. Identitas penanggung jawab
Hal yang perlu dikaji meliputi nama, umur, pendidikan, agama, dan hubungannya
dengan klien.
c. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama: Kaki edema, wajah sembab, kelemahan fisik, perut membesar
(adanya acites)
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Untuk pengkajian riwayat kesehatan sekarang, perawatan perlu menanyakan
hal berikut:
3) Kaji berapa lama keluhan adanya perubahan urine output
4) Kaji onset keluhan bengkak pada wajah atau kaki apakah disertai dengan
adanya keluhan pusing dan cepat lelah
5) Kaji adanya anoreksia pada klien
6) Kaji adanya keluhan sakit kepala dan malaise
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Perawat perlu mengkaji:
1) Apakah klien pernah menderita penyakit edema?
2) Apakah ada riwayat dirawat dengan penyakit diabetes melitus dan penyakit
hipertensi pada masa sebelumnya?
3) Penting juga dikaji tentang riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan
adanya riwayat alergi terhadap jenis obat
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji adanya penyakit keturunan dalam keluarga seperti DM yang memicu
timbulnya manifestasi klinis sindrom nefrotik
f. Kebutuhan bio-psiko-sosio-spiritual
1) Pola nutrisi dan metabolisme: Anoreksia, mual, muntah.
2) Pola eliminasi: Diare, oliguria.
3) Pola aktivitas dan latihan: Mudah lelah, malaise
4) Pola istirahat tidur: Susah tidur
5) Pola mekanisme koping : Cemas, maladaptif
6) Pola persepsi diri dan konsep diri : Putus asa, rendah diri

13
g. Pemeriksaan Fisik
1) Status kesehatan umum
2) Keadaan umum: klien lemah dan terlihat sakit berat
3) Kesadaran: biasanya compos mentis
4) TTV: sering tidak didapatkan adanya perubahan.
5) Pemeriksaan sistem tubuh
a) B1 (Breathing)
Biasanya tidak didapatkan adanya gangguan pola nafas dan jalan nafas
walau secara frekuensi mengalami peningkatan terutama pada fase akut.
Pada fase lanjut sering didapatkan adanya gangguan pola nafas dan jalan
nafas yang merupakan respons terhadap edema pulmoner dan efusi pleura.
b) B2 (Blood)
Sering ditemukan penurunan curah jantung respons sekunder dari
peningkatan beban volume.
c) B3 (Brain)
Didapatkan edema terutama periorbital, sklera tidak ikterik. Status
neurologis mengalami perubahan sesuai dengan tingkat parahnya azotemia
pada sistem saraf pusat.
d) B4 (Bladder)
Perubahan warna urine output seperti warna urine berwarna kola
e) B5 (Bowel)
Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia sehingga didapatkan
penurunan intake nutrisi dari kebutuhan. Didapatkan asites pada abdomen.
f) B6 (Bone)
Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum, efek sekunder dari
edema tungkai dari keletihan fisik secara umum
h. Pemeriksaan Diagnostik
Urinalisis didapatkan hematuria secara mikroskopik, proteinuria, terutama
albumin. Keadaan ini juga terjadi akibat meningkatnya permeabilitas membran
glomerulus.(Astuti, 2014; Munandar, 2014).

I. Diagnosa Keperawatan
1. Kelebihan volume cairan tubuh berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
Batasan Karakteristik :

14
1) Edema
2) Asites
3) Anasarka
4) Gangguan pola nafas
5) Oliguria
6) Penambahan berat badan dalam waktu singkat
7) Perubahan berat jenis urine (NANDA, 2015)
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor
biologis (hipoproteinemia) dan kurang asupan makanan (anoreksia)
Batasan Karakteristik :
1) Cepat kenyang setelah makan
2) Gangguan sensasi rasa
3) Kurang minat pada makanan (NANDA, 2015)
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit (edema)
Batasan Karakteristik :
1) Berfokus pada penampilan masa lalu
2) Menghindari melihat tubuh
3) Menghindari menyentuh tubuh
4) Menyembunyikan bagian tubuh
5) Takut reaksi orang lain. (NANDA, 2015)
4. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mukous dengan jumlah
berlebihan (efusi pleura)
Batasan Karakteristik :
1) Suara nafas tambahan
2) Perubahan frekuensi dan irama napas
3) Sianosis
4) Dipsneu
5) Gelisah (NANDA, 2015)
5. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penekanan tubuh terlalu
dalam akibat edema
Batasan Karakteristik :
1) Perubahan karakteristik kulit (warna, elastisitas, rambut, kelembapan, kuku,
sensasi, suhu)
2) Waktu pengisian kapiler > 3 detik
15
3) Warna tidak kembali ke tungkai saat tungkai diturunkan
4) Edema
5) Parestesia (NANDA, 2015)
6. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan nafas tidak adekuat
Batasan Karakteristik :
1) Perubahan kedalaman pernapasan
2) Penurunan tekanan ekspirasi
3) Bradipnea
4) Dipsnea
5) Penurunan ventilasi semeniit (NANDA, 2015)
7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
Batasan Karakteristik :
1) Ketidaknyamanan setelah beraktivitas
2) Dipsnea setelah beraktivitas
3) Menyatakan merasa letih
4) Menyatakan merasa lemah (NANDA, 2015)
8. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi jantung
Batasan Karakteristik :
1) Bradikardia
2) Palpitasi jantung
3) Perubahan elektrokardiogram (EKG) (aritmia, abnormalitas konduksi, iskemia)
4) Takikardia (NANDA, 2015)

16
J. Nursing Care Planning ( NCP )
Diagnosa NOC NIC
No
Keperawatan (Nursing Outcome) (Nursing Intervention Clasification)
1. Kelebihan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .....x 24 jam diharapkan Fluid menegement :
volume cairan keseimbangan cairan klien terpenuhi.  Timbang berat badan setiap hari dan monitor status
tubuh Kriteria Hasil : pasien.
berhubungan Fluid Balance  Pertahankan intake dan out put yang akurat.
Indikator IR ER
dengan  Pasang urine cateter ( jika diperlukan )
 Tekanan darah dalam batas yang diharapkan
gangguan  Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa,
 Rata – rata tekanan arteri dalam batas yang diharapkan
mekanisme nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ) jika diperlukan.
 Tekanan vena sentral dalam batas yang diharapkan
regulasi.  Monitor hasil lab. yang sesuai dengan retensi cairan
 Nadi perifer teraba jelas
(BUN, Hmt, osmolaritas urine ).
 Tidak ada hipotensi ortostatik
 Monitor status hemodinamik termasuk CVP, MAP,
 Intake dan out put 24 jam seimbang
PAP, dan PCWP.
 Tidak ada suara nafas tambahan
 Monitor vital sign.
 BB stabil
 Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan ( crades,
 Tidak ada asites
CVP, edema, distensi vena leher, asites )
 JVP tidak tampak
 Monitor berat klien sebelum dan sesudah dialisis.
 Tidak terdapat edema perifer
 Kaji lokasi dan luasnya edema.
 Tidak ada sunken eyes
 Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake
 Pusing tidak ada
kalori harian.
 Tidak terdapat haus abnormal
 Monitor status nutrisi
17
 Hidrasi kulit  Berikan cairan dengan tepat.
 Membrane mukosa lembab  Berikan diuretik sesuai dengan instruksi.
 Elektrolit serum dalam batas normal  Berikan cairan IV pada suhu ruangan.
 Hematokrit dalam batas normal  Dorong masukan oral.
 Tidak terdapat endapan urine  Berikan penggantian nasogastrik sesuai out put.
 Dorong keluarga untuk membantu klien makan.
Keterangan :  Tawarkan snak ( jus buah, buah segar ).
1. Keluhan ekstrim
 Batasi masukan cairan pada keadaan hiponatremia
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang dilusi dengan serum Na < 130 mg / l.
4. Keluhan ringan  Monitor respon klien terhadap terapi elektrolit.
5. Tidak ada keluhan
 Kolaborasi dengan dokter jika tanda cairan berlebih
muncul memburuk.
 Atur kemungkinan tranfusi.
 Persiapan untuk tranfusi
Fluid monitoring ( monitor cairan )
 Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan
eliminasi.
 Monitor BB
 Monitor serum dan elektrolit urine.
 Monitor serum dan osmolaritas urine.
 Monitor BP < HR dan RR.
 Monitor membran mukosa, turgor kulit dan rasa haus.
18
2. Ketidakseimba Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam, diharapkan 1. Monitor kalori dan asupan makanan.
ngan nutrisi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak terjadi, 2. Lakukan atau bantu pasien terkait perawatan mulut
kurang dari dengan kriteria hasil : sebelum makan.
kebutuhan Indikator IR ER 3. Pastikan makanan disajikan secara menarik dan pada
tubuh  Intake makanan dan cairan suhu yang paling cocok untuk konsumsi secara optimal.
berhubungan  Energi 4. Anjurkan pasien terkait dengan kebutuhan diet untuk
dengan faktor  Masa tubuh kondisi sakit.
biologis  Berat badan 5. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
(hipoproteinem  Ukuran kebutuhan nutrisi secara biokimia kalori dan nutrisi yang dibutuhkan.
ia) dan kurang Keterangan :
asupan 1. Keluhan ekstrim
2. Keluhan berat
makanan
3. Keluhan sedang
(anoreksia) 4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan
3. Gangguan citra Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam, diharapkan 1. Monitor apakah anak bisa melihat bagian tubuh mana
tubuh gangguan citra tubuh dapat teratasi, dengan kriteria hasil : yang berubah.
berhubungan Indikator IR ER 2. Identifikasi strategi-strategi penggunaan koping oleh
dengan  Citra tubuh positif orangtua dalam berespon terhadap perubahan
penyakit  Mendeskripsikan secara fluktual perubahan funsi penampilan anak.
(edema) tubuh. 3. Bangun hubungan saling percaya dengan anak.
 Mempertahankan interaksi sosial 4. Gunakan gambaran mengenai gambaran diri.
Keterangan : 5. Ajarkan untuk melihat pentingnya respon mereka
19
1. Keluhan ekstrim terhadap perubahan tubuh anak dan penyesuaian di
2. Keluhan berat masa depan, dengan cara yang tepat. (NIC, 2013)
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan
4. Ketidakefektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam, diharapkan 1. Monitor respirasi dan status O2.
an bersihan bersihan jalan nafas dapat efektif, dengan kriteria hasil : 2. Auskultasi suara nafas. Catat adanya suara nafas
jalan nafas Indikator IR ER tambahan.
berhubungan  Tidak didapatkan kecemasan 3. Atur intake untuk cairan
dengan  Frekuensi pernafasan sesuai yang diharapkan 4. Posisikan pasien semifowler.
mukous yang  Tidak didapatkan tercekik 5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
berlebihan  Pengeluaran sputum pada jalan nafas
(efusi pleura)  Bebas dari suara nafas tambahan.
Keterangan :
1. Keluhan ekstrim
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan

20
5. Ketidakefektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam, diharapkan 1. Monitor denyut dan irama jantung.
an perfusi perfusi jaringan perifer efektif, dengan kriteria hasil : 2. Ukur intake dan outtake cairan.
jaringan Indikator IR ER 3. Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
perifer  Nadi perifer teraba kuat 4. Lakukan perawatan kulit, seperti pemberian lotion.
berhubungan  Nadi perifer teraba simetris 5. Hindari terjadinya palsava manuver seperti mengedan,
dengan  Pembesaran pembuluh darah tidak ada menahan napas, dan batuk. (NIC, 2013)
penekanan  JFP tidak tampak
tubuh terlalu  Edema perifer tidak muncul
dalam akibat  Asites tidak muncul
edema  Status kognitif dalam rentang yang diharapkan
 Kelemahan ekstrim tidak ada
Keterangan :
1. Keluhan ekstrim
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan
6. Ketidakefektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam, diharapkan 1. Monitor jumlah pernapasan, penggunaan otot bantu
an pola nafas pola nafas dapat efektif, dengan kriteria hasil : pernapasan, batuk, bunyi paru, tanda vital, warna kulit,
berhubungan Indikator IR ER AGD.
dengan nafas  Frekuensi pernafasan sesuai yang diharapkan 2. Berikan oksigen sesuai program.
tidak adekuat  Irama nafas sesuai yang diharapkan 3. Atur posisi pasien fowler.
 Kedalaman inspirasi 4. Alat-alat emergensi disiapkan dalam keadaan baik.
21
 Ekspansi dada simetris (NIC, 2013)
 Bernafas mudah
 Tidak didapatkan penggunaan otot – otot tambahan
 Tidak didapatkan suara nafas tambahan
Keterangan :
1. Keluhan ekstrim
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan
7. Intoleransi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam, diharapkan 1. Monitor keterbatasan aktivitas, kelemahan saat
aktivitas intoleran aktivitas dapat teratasi, dengan kriteria hasil : aktivitas.
berhubungan Indikator IR ER 2. Catat tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas.
dengan  Saturasi oksigen dalam rentang yang diharapkan saat 3. Lakukan istirahat yang adekuat setelah latihan dan
kelemahan beraktifitas aktivitas.
umum  HR dalam rentang yang diharapkan saat beraktifitas 4. Bantu penuhi kebutuhan klien
 RR dalam rentang yang diharapkan saat beraktifitas 5. Anjurkan klien melakukan latihan aktivitas scr bertahap.
 TD dalam rentang yang diharapkan saat beraktifitas 6. Bantu klien melakukan latihan Room aktif dan pasif.
 EKG dalam batas normal 7. Dekatkan barang yg diperlukan di meja klien

 Langkah berjalan 8. Tingkatkan partisipasi klien dalam merawat diri sendiri


sesuai kemampuan
 Jarak berjalan
9. Berikan diet yang adekuat dengan kolaborasi ahli diet.
 Laporan ADL
(NIC, 2013)
 Kemampuan bicara saat latihan
22
Keterangan :
1. Keluhan ekstrim
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan
8. Penurunan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam, diharapkan 1. Kaji suara nafas dan suara jantung.
curah jantung curah jantung mengalami peningkatan, dengan kriteria hasil : 2. Ukur CVP pasien.
berhubungan Indikator IR ER 3. Monitor aktivitas pasien.
dengan  Saturasi oksigen dalam rentang yang diharapkan 4. Monitor saturasi oksigen.
perubahan  HR dalam rentang yang diharapkan 5. Kolaborasi pemberian laksatif.
frekuensi  Tidak terdapat odema perifer (NIC, 2013)
jantung  TD dalam rentang yang diharapkan
 EKG dalam batas normal
 Aktifitas toleran
 Nadi perifer kuat
 JVP tidak nampak
 Kelemahan ekstrim tidak ada
Keterangan :
1. Keluhan ekstrim
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan

23
K. Evaluasi
Setelah mendapat intervensi keperawatan, maka pasien dengan sindrom nefrotik
diharapkan sebagai berikut :

a. Kelebihan volume cairan teratasi


b. Meningkatnya asupan nutrisi
c. Meningkatnya citra tubuh
d. Bersihan jalan nafas efektif
e. Perfusi jaringan perifer efektif
f. Pola nafas efektif
g. Aktivitas dapat ditoleransi
h. Curah jantung mengalami peningkatan

24
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN Nn. ZS DENGAN SINDROMA NEFROTIK
DI RUANG CENDANA RSUD dr. H. ANDI ABDURRAHMAN NOOR
TANAH BUMBU TANGGAL 10 S.D 11 MEI 2019

I. Pengkajian
A. Identitas Klien
Nama : Nn. ZS
Umur : 16 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Belum kawin
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Belum bekerja
Agama : Islam
Alamat : RT 02, RW 01, Ds. Kuranji, Kec. Kuranji
No. Medical Record : 18. 21. 86
Tanggal Masuk : 06 Mei 2019
Tanggal Pengkajian : 10 Mei 2019 jam 09.00
Diagnosa Medis : Sindroma Nefrotik

B. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn. Ahyani
Umur : 47 Tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Perangkat Desa
Hubungan dengan klien : Ayah kandung klien
Alamat : RT 01, RW 02, Ds. Kuranji, Kec. Kuranji

C. Riwayat Penyakit
1. Keluhan Utama
Klien mengatakan punggung kaki kiri dan kaki kanannya bengkak.
2. Riwayat Penyakit Sekarang (PQRST)

25
Klien mengatakan sejak 1 minggu sebelum MRS mengalami Sesak nafas, bengkak
pada kedua kaki dan wajahnya, badan terasa lemah, pusing dan nyeri persendian.
Kemudian pada hari Senin, 06 Mei 2019 keluarga membawa klien ke RSUD Dr.
Andi Abdurrahman Noor Tanah Bumbu untuk mendapatkan pengobatan. Klien
masuk ke ruang IGD jam 10.00 WITA, dan oleh dokter dinyatakan menderita
Sindroma Nefrotik.
Klien mengatakan bahwa sejak kecil suka minum minuman instan di warung
seperti mountea, govit, extra joss dan lain – lain. Dalam sehari minimal 4 gelas
minuman instan klien habiskan.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan sebelumnya tidak pernah mengalami penyakit seperti sekarang
dan belum pernah dirawat di Rumah Sakit maupun di Puskesmas.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu klien mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit
keturunan seperti asma, hipertensi maupun kencing manis.
5. Genogram

Keterangan : = Laki – laki


= Perempuan
= Klien
= Meninggal
= Tinggal satu rumah
D. Riwayat Aktivitas Sehari-hari
No Kebutuhan Sebelum MRS Selama MRS
1 Nutrisi
a. BB dan TB 55 kg / 145 cm 51kg / 145 cm
b. Diet Nasi biasa Nasi biasa

26
No Kebutuhan Sebelum MRS Selama MRS
c. Kemampuan
- mengunyah - Normal - Normal
- menelan - Normal - Normal
- bantuan total/sebagian - Mandiri - Sebagian
d. Frekuensi 3 kali / hari 3 kali / hari
2 e. Porsi makan 1 porsi ½ porsi
f. Makanan yang menimbulkan alergi Tidak ada Tidak ada
g. Makanan yang disuka Mie instan Tidak ada
Cairan
a. Intake
- oral
 Jenis Minuman instan Air putih
 Jumlah....cc/hari 4-5 gls/ 500cc/hr 2 gls/200cc/hr
 Bantuan total/sebagian Mandiri Mandiri
- intravena
 Jenis Tidak terkaji Nacl

 Jumlah....cc/hari Tidak terkaji 1000 cc/hari

b. Output
 Jenis Urine Urine
Sedikit / jarang Banyak /sering
 Jumlah....cc/hari
3 Eliminasi
a. BAB
 Frekuensi 1 kali / hari Belum pernah
 Konsistensi Keras Tidak terkaji
 Warna Kuning Tidak terkaji

 Keluhan Tidak ada Konstipasi

 Bantuan total/sebagian Mandiri Tidak terkaji

b. BAK
 Frekuensi 0-1 x / hari 3 - 5 kali / hari
Keruh Kuning muda
 Warna
Sedikit Banyak
 Jumlah (dalam cc)
Tidak ada Tidak ada
 Keluhan
27
No Kebutuhan Sebelum MRS Selama MRS
 Bantuan total/sebagian Mandiri Mandiri

4 Istirahat Tidur
a. Mulai tidur 24.00 WITA 21.00 WITA
b. Lama tidur 6 jam 9 jam
c. Kesulitan memulai tidur Tidak ada Tidak ada
d. Gangguan tidur Tidak ada Tidak ada
e. Kebiasaan sebelum tidur Dengar musik Tidak ada
5 Personal Hygiene
a. Mandi (frekuensi, bantuan total/sebagian) 2 kali / mandiri 2 kali/ mandiri
b. Gosok gigi (Frekuensi) 2 kali / hari 2 kali / hari
c. Cuci rambut 2 hari sekali 1 kali
d. Gunting kuku 1 minggu sekali 1 kali
e. Ganti pakaian (frekuensi perhari) 2 kali / hari 2 kali / hari
6 Aktivitas
a. Mobilitas Fisik Ke sekolah Di tempat tidur
b. Olahraga Jarang Tidak pernah
c. Rekreasi Jarang Tidak pernah

E. Data Psikologis
Pada saat pengkajian secara umum keadaan umumnya bagus, kondisi psikologis klien
stabil, tidak ada kecemasan. Klien selalu menjawab pertanyaan perawat dengan jelas.
Klien tampak tersenyum ketika ada pertanyaan yang humoris. Konsep diri klien bagus.
F. Data Sosial
Hubungan klien dengan keluarga tampak harmonis. Klien sering berbincang – bincang
dengan keluarga. Hubungan klien dengan klien lain tampak terjalin dengan baik.
Hubungan klien dengan perawat / dokter terjalin dengan baik. Klien selalu menjawap
setiap pertanyaan yang disampaikan perawat / dokter.
G. Data Spiritual
Klien beragama Islam, dan yakin bahwa penyakit yang dideritanya ini merupakan
ujian dari Allah Ta’ala.
Selama dirawat klien tidak bisa melaksanakan ibadah ( Shalat 5 waktu, kadang klien
hanya berdzikir dalam hati.

28
Klien mengatakan bahwa dirinya selalu berdoa dan yakin akan kesembuhan
penyakitnya.
H. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum pasien : Baik
2. Tanda vital pasien
a. Temperature (Suhu) : 36,5 0C
b. Pulse (Nadi) : 78 x / menit
c. Respiratory (Pernafasan) : 20 x / menit
d. Sphygmomanometer (TD) : 110 / 70 mmhg
3. Kesadaran
a. Kualitatif : Kompos mentis
b. Kuantitatif : GCS : E = 4, V = 5, M = 6
4. Sistem pernafasan
Pernafasan normal, tidak tampak penggunaan otot bantu pernafasan, tidak ada
batuk, tidak ada sputum, pemeriksaan fisik dengan cara :
a. Inspeksi : bentuk dada normal, pernafasan 20 x / menit.
b. Palpasi : pergerakan dada simetris, tidak ada premitus taktil, tidak ada
clubbing finger
c. Perkusi : suara perkusi paru sonor, batas paru tegas
d. Auskultasi : jenis suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan,
tidak ada wheezing, tidak ada stridor
5. Sistem kardiovaskuler
Tidak ada nyeri dada, tidak ada nafas pendek, tidak ada orthopnea, tidak ada
sesak nafas, tidak berkeringat, tidak ada palpitasi, toleran terhadap aktivitas, dan
pemeriksaan fisik dengan cara :
a. Inspeksi : sehat, tidak ada nyeri, tidak tampak sianosis, tidak tampak anemia,
temperature 36,5 0C, tidak ada sesak nafas, muka masih agak pucat, tidak
berkeringat, tidak ada clubbing finger
b. Palpasi : apek jantung jelas, nadi 78 x / menit, (reguler, kuat, teratur), JVP,
fiiting oedema pada punggung kaki kiri dan kanan grade I, tidak ada asites
c. Perkusi : batas jantung jelas
d. Auskultasi : suara jantung SI dan SII tunggal, tidak ada suara tambahan, tidak
ada murmur, tidak ada gallop,

29
6. Sistem persyarafan
Tingkat kesadaran kompos mentis, fungsi baik, koordinasi baik, reflek fisiologis,
postur normal, kemampuan bergerak tdak ada kelainan, tidak ada kelumpuhan,
tidak ada nyeri kepala, tidak ada muntah proyektil.
7. Sistem pencernaan
a. Inspeksi : perut tampak tegang , simetris antara kiri dan kanan
b. Auskultasi : suara bising usus 4 kali / menit.
c. Perkusi : terdengar pekak
d. Palpasi : tidak tampak asites, tidak ditemukan nyeri tekan.
8. Sistem musculoskeletal
Tidak ditemukan adanya deformitas, postur normal, tidak ada kelemahan, tidak
ada nyeri, didapatkan pitting oedema pada punggung kaki kiri dan kanan grade II,
terdapat penurunan kemampuan mobilitas ( bila berjalan jauh masih agak
gemetaran ), tidak ditemukan penurunan fungsi, Range Of Motion (ROM) normal.
9. Sistem integument
Warna kulit agak pucat, tidak ditemukan sianosis, kulit lembab, tidak ada luka,
tidak ada alergi, tidak ada gatal.
10. Sistem endokrin
Rambut hitam, tidak berkeringat, tidak ada demam, tidak ditemukan palpitasi
11. Sistem genitourinaria
Tidak terkaji
I. Data Penunjang
1. Laboratorium
Urinalisa
Tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
06 Mei 2019 Warna Kuning tua Tdk berwarna, kuning
muda,kuning, kuning tua
Kejernihan Agak keruh Jernih
Ph 7 4,5 – 8,5
Berat jenis 1,015 1,001 – 1,035
Protein 3 Pos ( + ) Negatif
Reduksi Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Urobilin Negatif Negatif
Sediment :
30
- Eritrosit 15 – 20 /LPB 0-3 / LPB
- Leukosit 5 – 10 / LPB 0-5 / LPB
-Epitel 10 – 15 / LPK 0-2 / LPK
-Kristal Negatif
-Silinder Negatif
-Spermatozoa Negatif Negatif
Bakteri 1 Pos ( + ) Negatif
PP Test

Kimia Klinik
Tanggal Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Protein total 5,0 gr / dl 6 – 8,3
Albumin 1,68 gr / dl 3,5 – 5
Globulin gr / dl 2,5 – 3,3
Bilirubin total mg / dl 0,2 – 1,1
Bilirubin Direct mg / dl 0,0 – 0,3
Bilirubin Indirect mg / dl 0,1 – 0,3
SGOT / ASAT U/L ♂ 10 – 37
U/L ♀ 10 – 31
SGPT / ALAT U/L ♂ 10 – 42
U/L ♀ 10 – 32
Ureum 27 mg / dl 15 – 39
Creatinin mg / dl ♂ 0,9 – 1,3
06 Mei 2019
0,29 mg / dl ♀ 0,6 – 1,1
BUN mg / dl 4.7 – 23.4
Uric Acid mg / dl ♂ 3,4 - 7
13,99 mg / dl ♀ 2,4 – 6,6
Cholesterol total 302 mg / dl Up to – 200
Triglyserida 431 mg / dl Up to – 150
HDL – C mg / dl ♂ 35 – 55
50,7 mg / dl ♀ 45 – 65
LDL – C mg / dl Up to – 150
GDS mg / dl 70 – 115
GDP 112 mg / dl 70 – 100
2 Jam PP mg / dl 70 – 125
07 Mei 2019 Albumin 2,36 gr / dl 3,5 – 5
09 Mei 2019 Albumin 2,67 gr / dl 3,5 – 5
11 Mei 2019 Albumin 2,98 gr / dl 3,5 – 5

2. Pemeriksaan (rontgen, USG, MRI, CT Scan)


Tidak terkaji
3. Pemeriksaan EKG
Tidak terkaji
4. Therapy
 Infus : Futrolit 1.000 cc / 24 jam ( 10 tts / menit )
 Albumin 20 % dalam 100 cc 2 flash / hari

31
 Metil Prednisolon tablet 125 mg 2 x 1
 Simvastatin tablet 40 mg 2x1
 Gemfibrosil kapsul 300 mg 1x1
 Allopurinol tablet 300 mg 1x1

32
II. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1. Data Subyektif : Ekstravaksi cairan Kelebihan volume cairan
- Klien mengatakan punggung kaki kiri dan kaki kanannya bengkak tubuh
Penumpukan cairan ke ruang intestinum
Data Obyektif :
- Punggung kaki kiri dan kaki kanan klien tampak bengkak Oedema
- Turgor kulit kembali kurang lebih 5 detik
Kelebihan volume cairan tubuh
- Hasil laboratorium :
 Albumin darah 2,67 gr / dl
 Kolesterol total 302 mg / dl
 Trigliserida 431 mg / dl
 Uric acid 13,99 mg / dl
 Protein urine 3 Positip ( + )
2. Data Subyektif : Penurunan volume intra vaskuler Konstipasi
- Klien mengatakan sejak dirawat di RS ( 5 hari ) belum ada BAB
Absorbsi air oleh usus
Data Obyektif :
- Perut tampak tegang Feses mengeras
- Perkusi perut pekak
Konstipasi
- bising usus 4 kali / menit

33
III. Diagnosa Keperawatan (Berdasarkan Prioritas Masalah)
1. Kelebihan volume cairan tubuh berhubungan dengan penurunan mekanisme pengaturan cairan tubuh.
2. Gangguan eliminasi BAB berhubungan dengan pengerasan feses akibat absorbsi cairan oleh usus.

IV. Nursing Care Planning (NCP)


No Dx. Keperawatan NOC (Nursing Outcome) NIC (Nursing Intervention Clasification)
1. Kelebihan volume Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 jam  Kaji lokasi dan luasnya oedema
cairan tubuh diharapkan keseimbangan cairan klien terpenuhi dengan kriteria  Timbang berat badan setiap hari dan monitor status
berhubungan dengan hasil : pasien.
penurunan mekanisme Indikator IR ER  Monitor vital sign
pengaturan cairan 1. Tekanan darah dalam batas normal 5 5  Monitor hasil lab yg sesuai dg retensi cairan : Hb,
tubuh. 2. Rata – rata tekanan arteri dlm batas yg 5 5 BUN, hematokrit, albumin.
diharapkan  Jaga intake / asupan yang akurat dan catat output.
3. Tekanan vena sentral dalam batas yang 5 5  Monitor masukan makanan / cairan dan hitung
diharapkan. intake kalori harian.
4. Nadi perifer teraba jelas. 5 5  Anjurkan klien untuk membatasi intake cairan
5. Tidak ada hipotensi ortostatik. 5 5  Berikan cairan dengan tepat.
6. Intake dan out put cairan 24 jam seimbang. 5 5  Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
7. Tidak ada suara nafas tambahan. 5 5 diuretic.
8. Berat badan stabil 5 5
9. Tidak ada asites. 5 5

34
10. JVP tidak tampak. 5 5
11. Tidak terdapat oedema perifer. 3 5
12. Tidak ada sunken-eyes. 5 5
13. Pusing tidak ada. 4 5
14. Tidak terdapat haus abnormal. 5 5
15. Hidrasi kulit. 5 5
16. Membrane mukosa lembab. 5 5
17. Elektrolit serum dalam batas normal. 3 5
18. Haematokrit dalam batas normal. 5 5
19. Tidak terdapat endapan urine. 5 5
Keterangan :
1. Keluhan ekstrim
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan
2. Gangguan eliminasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 jam 1. Monitor pengeluaran feses ( frekuensi,
BAB berhubungan diharapkan pola BAB normal kembali, dengan kriteria hasil : konsistensi, bentuk, warna feses )
dengan pengerasan Indikator IR ER 2. Monitor peristaltik / bising usus dan adanya
feses akibat absorbsi - Pola BAB teratur 1 5 impaksi
cairan oleh usus - Feses lembek 1 5 3. Anjurkan klien meningkatkan aktifitas sesuai
- Feses keluar dengan mudah tanpa mengejan dan 1 5 kondisi.
tanpa rasa nyeri. 4. Tekankan menghindari mengejan selama defikasi

35
- Perut terasa nyaman. 3 5 untuk mencegah perubahan tanda vital, sakit
- Peristaltik usus normal ( 5 – 35 x / menit ) 3 5 kepala atau perdarahan.
- Intake oral adekuat 4 5 5. Monitor dan identifikasi faktor penyebab dan
- Aktivitas adekuat 3 5 gejala konstipasi.
Keterangan : 6. Lakukan fekal manual dan huknah jika
1. Keluhan ekstrim diperlukan.
2. Keluhan berat
7. Ajarkan pada klien dan keluarga untuk mencatat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan warna, volume, frekuensi dan konsistensi feses.
5. Tidak ada keluhan
8. Ajarkan pada klien dan keluarga tentang manfaat
diet tinggi serat.
9. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian
terapi laxatif.
10. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet
yang sesuai.

36
V. Implementasi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
1. Kelebihan volume cairan 1. Mengkaji lokasi dan luasnya oedema Jumat, 10 Mei 2019 pukul 13.30 WITA
tubuh berhubungan 2. Memonitor vital sign SUBYEKTIF :
dengan penurunan 3. Memonitor hasil lab. darah setiap hari  Klien mengatakan punggung kaki kiri dan kaki kanannya masih
mekanisme pengaturan sesuai dg retensi cairan : albumin 2,67 bengkak.
cairan tubuh. gr/dl OBYEKTIF :
4. Menjaga intake yang akurat dan mencatat  Punggung kaki kiri dan kaki kanan klien tampak masih bengkak
output.  Albumin darah 2,98 gr / dl
5. Memonitor masukan makanan / cairan dan  Ditemukan pitting oedema grade II pada kaki kiri dan kaki kanan.
hitung intake kalori harian ASSESMENT : Intervensi belum berhasil
6. Menganjurkan klien untuk membatasi Indikator IR ER
intake cairan 1. Tekanan darah dalam batas normal 5 5
7. Memberikan cairan dengan tepat. 2. Rata – rata tekanan arteri dlm batas yg diharapkan 5 5
8. Berkolaborasi dengan dokter dalam 3. Tekanan vena sentral dalam batas yang diharapkan. 5 5
pemberian diuretic. 4. Nadi perifer teraba jelas. 5 5
5. Tidak ada hipotensi ortostatik. 5 5
6. Intake dan out put cairan 24 jam seimbang. 5 5
7. Tidak ada suara nafas tambahan. 5 5
8. Berat badan stabil 5 5
9. Tidak ada asites. 5 5

37
10. JVP tidak tampak. 5 5
11. Tidak terdapat oedema perifer. 3 4
12. Tidak ada sunken-eyes. 5 5
13. Pusing tidak ada. 4 5
14. Tidak terdapat haus abnormal. 5 5
15. Hidrasi kulit. 5 5
16. Membrane mukosa lembab. 5 5
17. Elektrolit serum dalam batas normal. 3 4
18. Haematokrit dalam batas normal. 5 5
19. Tidak terdapat endapan urine. 5 5
PLANNING : Lanjutkan intervensi No 1 s.d 7
2. Gangguan eliminasi 1. Memonitor peristaltik usus dan adanya Jumat, 10 Mei 2019 pukul 13.30 WITA
BAB berhubungan impaksi SUBYEKTIF :
dengan pengerasan feses 2. Monitor dan mengidentifikasi faktor  Klien mengatakan bahwa sampai sekarang belum bisa BAB
akibat absorbsi cairan penyebab dan gejala konstipasi.  Klien mengatakan perutnya terasa agak begah
oleh usus 3. Menganjurkan klien meningkatkan OBYEKTIF :
aktifitas sesuai kondisi.  Palpasi : perut masih tampak tegang
4. Mengajarkan pada klien dan keluarga  Auskultasi : bising usus 4 kali / menit
untuk mencatat warna, volume, frekuensi  Klien masih tampak pucat.
dan konsistensi feses. ASSESMENT : Intervensi belum berhasil
5. Mengajarkan pada klien dan keluarga

38
tentang manfaat diet tinggi serat. Indikator IR ER
6. Berkolaborasi dengan tim medis untuk - Pola BAB teratur 1 1
pemberian terapi laxatif. - Feses lembek 1 1
7. Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk - Feses keluar dengan mudah tanpa mengejan dan tanpa 1 1
pemberian diet yang sesuai. rasa nyeri.
- Perut terasa nyaman. 3 3
- Peristaltik usus normal ( 5 – 35 x / menit ) 3 4
- Intake oral adekuat 4 4
- Aktivitas adekuat 3 4
PLANNING : Lanjutkan intervensi No : 1 dan 7

VI. Catatan Perkembangan hari ke 2.


No Diagnosa Keperawatan Waktu .Catatan Perkembangan Paraf
1. Kelebihan volume cairan Sabtuu S : Klien mengatakan bengkak di punggung kaki kiri dan kaki kanannya berkurang.
tubuh berhubungan 11 Mei 2019 O:
dengan penurunan pukul 09.00  Bengkak di punggung kaki kiri dan kaki kanan klien tampak berkurang
mekanisme pengaturan WITA  Terdapat pitting oedema pada punggung kaki kiri dan kaki kanan klien grade I
cairan tubuh.  Albumin darah 2,98 gr / dl
A : Intervensi berhasil sebagian

39
Indikator IR ER
1. Tekanan darah dalam batas normal 5 5
2. Rata – rata tekanan arteri dlm batas yg diharapkan 5 5
3. Tekanan vena sentral dalam batas yang diharapkan. 5 5
4. Nadi perifer teraba jelas. 5 5
5. Tidak ada hipotensi ortostatik. 5 5
6. Intake dan out put cairan 24 jam seimbang. 5 5
7. Tidak ada suara nafas tambahan. 5 5
8. Berat badan stabil 5 5
9. Tidak ada asites. 5 5
10. JVP tidak tampak. 5 5
11. Tidak terdapat oedema perifer. 4 5
12. Tidak ada sunken-eyes. 5 5
13. Pusing tidak ada. 5 5
14. Tidak terdapat haus abnormal. 5 5
15. Hidrasi kulit. 5 5
16. Membrane mukosa lembab. 5 5
17. Elektrolit serum dalam batas normal. 4 5
18. Haematokrit dalam batas normal. 5 5
19. Tidak terdapat endapan urine. 5 5
P : Intervensi dihentikan, klien diperbolehkan pulang

40
2. Gangguan eliminasi Sabtu S : Klien mengatakan bahwa pada pukul 17.00 WITA kemarin dan pada pukul 06.00
BAB berhubungan 11 Mei 2019 WITA pagi tadi BAB dengan konsistensi lembek, warna kuning, jumlah banyak.
dengan pengerasan feses pukul 09.00 O :Palpasi perut lembek, bising usus 10 x / menit
akibat absorbsi cairan WITA A : Intervensi berhasil
oleh usus Indikator IR ER
- Pola BAB teratur 5 5
- Feses lembek 5 5
- Feses keluar dengan mudah tanpa mengejan dan tanpa rasa nyeri. 5 5
- Perut terasa nyaman. 5 5
- Peristaltik usus normal ( 5 – 35 x / menit ) 5 5
- Intake oral adekuat 5 5
- Aktivitas adekuat 5 5
P : Intervensi dihentikan, Klien diperbolehkan pulang.

41
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Nefrotik sindrom adalah gangguan klinik yang ditandai dengan peningkatan protein
urine (proteinuria), edema, penurunan albumin dalam darah (hipoalbuminemia), dan
kelebihan lipid dalam darah (hiperlipidemia). Kejadian ini diakibatkan oleh kelebihan
pecahan plasma protein ke dalam urine karena peningkatan permeabilitas membran kapiler
glomerulus. (dr. Nursalam, dkk. 2009). Penyebab sindrom nefrotik dibagi menjadi dua
menurut Muttaqin, 2012 adalah primer, yaitu berkaitan dengan berbagai penyakit ginjal,
dan sekunder, yaitu yang diakibatkan infeksi, penggunaan obat, dan penyakit sistemik lain.
Kelainan yang terjadi pada sindrom nefrotik yang paling utama adalah proteinuria
sedangkan yang lain dianggap sebagai manifestasi sekunder. Meningkatnya permeabilitas
dinding kapiler glomerular akan berakibat pada hilangnya protein plasma dan kemudian
akan terjadinya proteinuria. Kelanjutan dari proteinuria menyebabkan hipoalbuminemia.
Dengan menurunya albumin, tekanan osmotic plasma menurun sehingga cairan
intravascular berpindah ke dalam intertisial. Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan
diagnosis yaitu urinalisis, pemeriksaan sedimen urin, pengukuran protein urin, albumin
serum, pemeriksaan serologis untuk infeksi dan kelainan immunologis, USG renal, biopsi
ginjal, dan darah.

B. Saran
Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu pembaca sebaiknya tidak
hanya membaca dari materi makalah ini saja karena masih banyak referensi yang lebih
lengkap yang membahas materi dari makalah ini. Oleh karena itu, pembaca sebaiknya
membaca dari referensi dan literatur lain untuk menambah wawasan yang lebih luas
tentang materi ini.

42
DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurarif, S.Kep., Ns., dan Hardhi Kusuma S.Kep., Ns. ( 2015 ). Aplikasi Asuhan
Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC NOC Edisi Revisi Jilid
3. Yogyakarta: MediAction
Bulechek, Gloria, dkk. ( 2013 ). Nursing Intervensions Classification (NIC) Edisi Bahasa
Indonesia, Edisi Keenam. Mosby: Elsevier Inc.
Munandar, Riza ( 2014 ). Asuhan Keperawatan pada Kasus Sindrom Nefrotik. http:// (diakses
pada tanggal 09 Mei 2019)
NANDA Internasional Inc. ( 2015 ). Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2015-
2017, Edisi 10. Jakarta: EGC.
Siburian, Apriliani. ( 2013 ). Analisis Praktik Klinik Keperawatan Anak Kesehatan
Masyarakat Pada Pasien Sindrom Nefrotik Di Lantai 3 Selatan RSUP Fatmawati.
http://www.google.com/lib.ui.ac.id (Diunduh pada tanggal 09 Mei 2019)

Wati, Nur Ekma ( 2012 ). Auhan Keperawatan Pada An. A Dengan Gangguan Sistem
Nefrologi : Sindroma Nefrotik Di Ruang Mina RS PKU Muhammadiyah Surakarta.
http:// (Diunduh pada tanggal 09 Mei 2019)

43

Anda mungkin juga menyukai