Anda di halaman 1dari 49

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Memasuki abad ke-21, Jumlah populasi lansia (lanjut usia) di dunia

telah mengalami peningkatan secara substansial dalam beberapa tahun

terakhir dan diprediksi akan mengalami pertumbuhan populasi lebih cepat

dalam beberapa dekade mendatang. Jumlah lansia di dunia yang berusia 60


tahun ke atas sebanyak 901 juta di tahun 2015, jumlah ini meningkat 48%

yaitu 607 juta di tahun 2000. Beberapa tahun kedepan diprediksikan akan

meningkat 5,6% menjadi 1.4 miliar di tahun 2030, 2.1 miliar di tahun 2050

dan 3,2 miliar pada 2100 (United Nations, 2015).

Sejak tahun 2015, persentase penduduk lansia Indonesia melebihi

angka 7% yang menunjukkan bahwa Indonesia masuk ke dalam kelompok

negara berstruktur lansia (ageing population)(Kementerian Kesehatan RI,

2017). Menurut United Nations, pada tahun 2013 jumlah populasi lansia di

Indonesia yang berumur 60 tahun atau lebih berada pada urutan 108 dari

seluruh negara di dunia. Diprediksikan pula bahwa pada tahun 2050,


Indonesia akan masuk menjadi sepuluh besar negara dengan jumlah lansia

terbesar yang berkisar 10 juta lansia(United Nations, 2013).

Sesuai dengan data dari Kementerian Kesehatan RI jumlah lansia di

Indonesia pada tahun 2017 diperkirakan sebanyak 23,66 juta jiwa dari total

penduduk dan diprediksikan akan terus meningkat pada tahun 2020 sebanyak

27,08 juta jiwa dan 48,19 juta jiwa pada tahun 2035 (Kementerian Kesehatan

RI, 2017).Menurut BPS Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2017, jumlah

1
penduduk yang berusia 60 tahun keatas mencapai 798.144 jiwa dari seluruh

penduduk Sulawesi Selatan (BPS Provinsi Sulawesi Selatan, 2018). Data dari

BPS Kota Makassar pada tahun 2017 menunjukkan jumlah penduduk yang

tergolong lansia di Kota Makassar mencapai 87.215 jiwa dan diperkirakan

akan terus meningkat pada tahun 2020 sebanyak 101.180 jiwa, sedangkan

jumlah lansia di wilayah Kecamatan Tamalate adalah 11.082 jiwa, jumlah ini

mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya (BPS Kota Makassar, 2017).


Peningkatan jumlah populasi lansia memberikan dampak positif dan

negatif bagi Negara. Berdampak positif, apabila penduduk lansia berada

dalam keadaan sehat, aktif dan produktif, sedangkan berdampak negatif

apabila lansia memiliki masalah penurunan kesehatan yang berakibat pada

peningkatan biaya pelayanan kesehatan, penurunan pendapatan/penghasilan,

peningkatan disabilitas, tidak adanya dukungan sosial dan lingkungan yang

tidak ramah terhadap penduduk lansia (Kementerian Kesehatan RI, 2017).

Dampak terhadap lansia itu sendiri dapat menyebabkan berbagai

masalah yang berkaitan dengan perkembangan kehidupan lansia karena

semakin lanjut usia seseorang, maka kemampuan fisiknya akan semakin


menurun yang dapat menyebabkan kemunduran pada peran-peran sosialnya.

Hal ini dapat memicu timbulnya hambatan dalam hal mencukupi kebutuhan

hidupnya, sehingga dapat meningkatkan ketergantungan yang membutuhkan

bantuan keluarga (Muhith and Siyoto, 2016).

Keluarga merupakan support system yang paling istimewa bagi lansia

dalam melindungi kesehatannya.Fungsi keluarga dalam perawatan lansia

antara lain menjaga, merawat, mempertahankan dan meningkatkan status


3

psikologis, mengantisipasi perubahan-perubahan social ekonomi, serta

memberikan semangat dan menyediakan kebutuhan spiritual bagi lansia

(Sunaryo et al., 2015). Sebanyak 6% dari jumlah lansia yang ada tinggal di

institusi dan 85% lansia kebanyakan hidup dalam keluarga (Ramlah, 2011).

Disamping itu terdapat fenomena bahwa perhatian keluarga untuk melayani

lansia semakin berkurang, seiring dengan meningkatnya aktivitas keluarga

dan adanya pergeseran pola kerja dari suami-istri yang bekerja akibat
meningkatnya kebutuhan hidup. Dengan kondisi yang demikian akan

berdampak pada meningkatnya jumlah lansia yang diabaikan (Jasmina,

Susetyo and Aidi, 2015).

Salah satu masalah serius yang dialami oleh lansia saat ini ialah

meningkatnya kejadian pengabaian. Pengabaian merupakan kondisi yang

berhubungan dengan kegagalan pemberi perawatan dalam memberikan

bantuan yang dibutuhkan oleh lansia baik itu pemenuhan kesehatan fisik

maupun pemenuhan kesehatan psikologis pada lansia (Ramlah,2011). Kasus

pengabaian seorang anak terhadap orang tuanya semakin banyak kita temukan

di dalam masyarakat. Pengabaian itu bisa berupa sengaja meninggalkan orang


tua sendiri, tidak diberi makanan, pakaian, tempat tinggal, serta tidak

memberikan perawatan medis yang memadai (Uniting Care Comunity, 2014).

Keadaan ini bertentangan dengan ajaran dalam agama Islam. Sebagaimana

dalam hadits, Rasulullah saw bersabda, “jangan mengabaikan (membenci dan

menjauhi) orang tuamu. Barang siapa mengabaikan orang tuanya maka dia

kafir”(HR. Muslim).
Berdasarkan data WHO (World Health Organization) kejadian

pengabaian lansia ditemukan 1 dari 10 lansia setiap bulannya, akan tetapi

hanya 1 dari 24 kasus pengabaian lansia yang berhasil dilaporkan. Hal ini

dikarenakan lansia cenderung takut untuk menyampaikan tindakan

pengabaian dan kekerasan pada keluarga dan kerabat kepada pihak yang

berwenang (Krisdyantini, Utami and Nurhesti, 2017). Menurut laporan

Administration of aging (1998) dalam Rahayu (2016), kejadian pengabaian


pada lansia di Amerika meliputi perlakuan pengabaian sebesar 49%,

kekerasan emosional sebanyak 26% dan lansia ditinggalkan sendiri sebesar

3%. Kejadian ini tergolong salah satu masalah yang sulit untuk diidentifikasi

sebab berbagai alasan dalam masyarakat (Rahayu, 2016). Penelitian yang

dilakukan oleh Ramlah, (2011) menyatakan bahwa kejadian pengabaian pada

lansia di wilayah kerja Puskesmas Kassi-Kassi Makassar sebesar 52,5%.

Pengabaian pada lansia memiliki dampak jangka panjang yang

berbahaya terhadap kesehatan dan kesejahteraan lansia. Secara umum, lansia

memiliki kekuatan fisik yang lemah sehingga mereka kurang dapat

mempertahankan dirinya. Menurut Elizabeth (2009) dalam Fadhilah (2015)


dampak lain yang ditimbulkan dari pengabaian yaitu lansia akan mengalami

kesulitan untuk tidur, masalah pada perut, masalah pada pernafasan,

mengalami dehidrasi berat menderita kekurangan gizi karena tidak

mendapatkan cukup makanan. Lansia yang diabaikan akan lebih sering

merasa stress, khawatir cemas dan depresi.

Pada lansia, depresi merupakan salah satu problem yang sering di

temukan. Menurut American Association For Geriatric Psychiatric tahun


5

2008 prevalensi lansia yag mengalami gangguan mental berkisar 20% dan

menurut Geriatric Mental Health Foundation tahun 2008 15-20% lansia

diatas 60 tahun mengalami depresi. Adapun prevalensi depresi pada lansia

yang menjalani perawatan RS dan panti perawatan sebesar 30-40% dan 5-

15% pasien lanjut usia yang mengunjungi klinik diduga menderita depresi

(Nafa, 2015).

Depresi merupakan suatu permasalahan yang umum ditemukan pada


populasi lanjut usia yang menyebabkan gangguan emosi, serta meningkatkan

mortalitas, meningkatkan risiko kecacatan serta ketidakmampuan dalam

menjalankan aktivitas(Nugraha and Kuswardhani, 2018).Lingkungan tempat

tinggal yang bervariasi merupakan salah satu karakteristik lansia di Indonesia,

yaitu terbagai atas lansia yang tinggal di panti werda atau tinggal di

komunitas.Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wulandari(2011)

terhadap lansia di Semarang, menemukan bahwa proporsi depresi pada lansia

di komunitas 60% lebih besar daripada proporsi depresi pada lansia di panti

werda yaitu sebesar 38,5%. Lebih lanjut dijelaskan, besarnya angka depresi

lansia di komunitas dikarenakan dukungan sosial yang kurang maupun isolasi


sosial yang merupakan faktor risiko depresi (Parasari and Lestari, 2015).

Berdasarkan dari permasalahan terkait meningkatnya jumlah populasi

lansia di dunia dan di Indonesia maka peneliti tertarik untuk meneliti terkait

pengabaian pada lansia oleh keluarga dengan status depresi. Penelitian ini

dilakukan diwilayah kecamatan Tamalate karena jumlah populasi lansia di

wilayah kecamatan Tamalate cukup tinggi dibandingkan beberapa kecamatan

diwilayah kota Makassar.


B. Rumusan Masalah

Jumlah populasi lansia di dunia telah mengalami peningkatan secara

substansial dalam beberapa tahun dan diprediksi akan mengalami

pertumbuhan populasi lebih cepat dalam beberapa dekade mendatang.

Meningkatnya jumlah populasi lansia akan menyebabkan masalah yang

berkaitan dengan perkembangan kehidupan lansia karena semakin lanjut usia


seseorang, maka kemampuan fisiknya akan semakin menurun sehingga dapat

meningkatkan ketergantungan yang membutuhkan bantuan keluarga Salah

satu masalah serius yang dialami oleh lansia dalam keluarga saat ini ialah

meningkatnya kejadian pengabaian.Lansia yang diabaikan akan lebih sering

merasa stress, khawatir cemas dan depresi. Depresi merupakan suatu

permasalahan yang umum ditemukan pada populasi lanjut usia yang

menyebabkan gangguan emosi, serta meningkatkan mortalitas, meningkatkan

risiko kecacatan serta ketidakmampuan dalam menjalankan aktivitas.

Berdasarkan uraian tersebut, dirumuskan pertanyaan penelitian“Apakah

terdapat hubungan pengabaian pada lansia oleh keluarga dengan status depresi
lansia ?”

C. Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis Nol (H0)

Tidak ada hubungan antara pengabaian pada lansia oleh keluarga

dengan status depresi.


7

2. Hipotesis alternatif (Ha)

Ada hubungan antara pengabaian pada lansia oleh keluarga dengan

status depresi.

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengabaian pada


lansia oleh keluarga dengan status depresi.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik demografi pada lansia

b. Untuk mengetahui kejadian pengabaian yang dialami lansia dalam

keluarga.

c. Untuk mengetahui tingkat depresi yang dialami lansia dalam keluarga.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti dan Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

pengalaman bagi peneliti terkhusus terkait pengabaian pada lansia dan


tingkat depresi lansia sehingga dapat menjadi rujukan untuk penelitian

selanjutnya. Selain itu sebagai bahan masukan baru dan memambah

pengetahuan dalam mata kuliah keperawatan gerontik dan komunitas,

khususnya mengenai hubungan pengabaian pada lansia.

2. Bagi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan

referensi bagi institusi dan mahasiswa sehngga dapat digunakan sebagai


acuan penelitian lanjutan yang berkaitan dengan pengabaian pada lansia

oleh keluarga dengan status depresi.

3. Bagi Pelayanan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber rujukan dan

digunakan sebagai bahan informasi yang dapat membantu tenaga

kesehatan untuk memberikan pelayanan yang optimal kepada lansia.

F. Defenisi Operasional
Dalam penelitian ini terdapat beberapa variabel yang akan diteliti

yakni terkait dengan data demografi responden, pengabaian pada lansia

sebagai variabel bebas dan status depresi sebagai variabel terikat.

Tabel 1.1 Defenisi Operasional


N Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
o Operasional Data
1. Demografi Responden
a. Umur lalama Satu item Kuesioner Lanjut Usia Numerik
Lama hidup pertanyaan (umur 60 tahun keatas)
responden yang pada
diukur dari kuesioner
tanggal lahir A terkait
hingga usia
dilakukan responden
penelitian.
b. Jenis Identitas Satu item Kuesioner 1. Laki-laki Nominal
kelamin biologis pertanyaan 2. Perempuan
responden yang pada
dilihat dari kuesioner
penampilan luar. A terkait
jenis
kelamin
c. Status Ikatan antara Satu item Kuesioner 1. Belum menikah Nominal
Perkawi laki-laki dan pertanyaan 2. Menikah
nan perempuan yang pada 3. Janda
terjalin secara kuesioner 4. Duda
sah sesuai A terkait
dengan agama status
masing-masing perkawinan
9

responden
d. Pendidik Jenjang sekolah Satu item Kuesioner 1. Tidak sekolah Nominal
an yang telah pertanyaan 2. SD/MI
terakhir diselesaikan oleh pada 3. SMP/MTS
responden kuesioner 4. SMA/MA
berdasarkan A terkait 5. Akademis/Perguruan
ijasah terakhir pendidikan Tinggi
yang dimiliki. terakhir
responden
e. Riwayat Keterangan Satu item Kuesioner 1. Tidak ada Nominal
penyakit tentang kelaian pertanyaan 2. Ada
yang dialami pada
oleh responden kuesioner A
terkait
riwayat
penyakit
responden
Variabel Independen
2. Pengabaia Tindakan Kuesioner Kuesioner 0 = Pengabaian (nilai Ordinal
n pada penolakan atau lansia ≥ Mean yaitu 41,75)
Lansia kegagalan yang dalam
1= Bukan pengabaian
(Kuesioner dilakukan oleh bentuk
(nilai ≤Mean yaitu
dari Tesis keluarga skala likert
41,75)
Ramlah terhadap lansia yaitu :
2011 dalam hal selalu, Nilai mean digunakan
dengan pemenuhan sering, karena variable
judul kebutuhan lansia kadang- pengabaian
Hubungan seperti nutrisi, kadang dan berdistribusi normal.
Pelaksanaa personal tidak
n Tugas hygiene, pernah
Kesehatan kenyamanan
dan lansia,
Dukungan pemenuhan
Keluarga kebutuhan medis
Dengan dan ketersediaan
Pengabaia finansial.
n Lansia di
Wilayah
Kerja
Puskesmas
Kassi-
Kassi)

Pengabaia Tindakan Kuesioner Kuesioner Tinggi jika nilai Ordinal


n pada penolakan atau (yang x ≥ 42
Lansia kegagalan yang terdiri dari
(Kuesioner dilakukan oleh 21 item
dari keluarga pertanyaan Rendah jika nilai x <
Rahayu terhadap lansia dalam 42
2016 dalam hal bentuk
dengan pemenuhan Skala
judul kebutuhan lansia likert)
skripsi seperti nutrisi,
Pengabaia personal
n pada hygiene,
lansia kenyamanan
dengan lansia,
pemenuha pemenuhan
n kebutuhan medis
kebutuhan dan ketersediaan
spiritual) finansial.
Sub Variabel pengabaian
a. Pengaba Ketidakmampua Kuesioner Kuesioner Tinggi jika nilai Ordinal
ian n keluarga dalam (yang x ≥ 18
Fisik memenuhi terdiri dari
kebutuhan 9 item
makan, minum, pertanyaan Rendah jika nilai x <
tempat tinggal, dalam 18
obat-obatan, bentuk
mandi, skala likert)
berpakaian,
beraktifitas,
keamanan dan
kenyamanan.

b. Pengaba Tindakan Kuesioner Tinggi jika nilai


ian keluarga yang (yang x ≥ 14
Psikolo ditandai dengan terdiri dari
gis mengisolasi 7 item
lansia, berbicara pertanyaan Rendah jika nilai x <
dengan nada dalam 14
yang bentuk
tinggi/berteriak, skala likert)
mengata-ngatai,
mengancam,
menggertak,
mencaci maki
dan
memperlakukan
lansia seperti
anak kecil.

c. Pengaba Tindakan
ian keluarga yang Kuesioner Tinggi jika nilai
Finansia ditandai dengan (yang x ≥ 10
11

l meminjamkan terdiri dari


uang tanpa 5 item
dikembalikan, pertanyaan
tidak adanya dalam Rendah jika nilai x <
jaminan bentuk 10
kesehatan, uang skala likert)
atau benda
berharga yang
digunakan oleh
orang lain,
menjual sesuatu
miliknya tanpa
izin dan paksaan
penandatangana
n pengalihan
kepemilikan.
Variabel Dependen
3. Tingkat Kondisi dimana Kuesioner Skor depresi : Ordinal
depresi seseorang
1. Skor 0-4 = tidak
lansia mengalami
depresi/normal
gangguan mood
yang ditandai 2. Skor 5-9 = depresi
dengan perasaan ringan
sedih yang
berlebihan, 3. Skor 10-15 =
depresi sedang/berat
murung, dan
tidak
bersemangat

G. Kajian Pustaka

Kajian pustaka merupakan uraian singkat hasil-hasil penelitian yang


telah dilakukan sebelumnya tentang masalah yang sejenis, sehingga diketahui

secara jelas posisi penulis. Untuk itu penulis telah melakukan pra-penelitian

dengan melakukan survey secukupnya guna menunjang penelitian ini.

Tabel 1.2 Kajian Pustaka


N Judul Tujuan Metode Hasil Perbedaan dan
o Penelitian Persamaan
Penelitian

1. Pengabaian Untuk Cross Hasil analisis Perbedaan :


pada lansia mengetahu sectional study didapatkan ada
Terletak pada variable
dengan i hubungan hubungan yang
pemenuhan pengabaian signifikan antara dependen dimana
kebutuhan pada lansia pengabaian fisik penelitian Rahayu meneliti
spiritual (the dengan dan pengabaian tentang pemenuhan
neglect of the pemenuha finansial dengan spiritual. Sedangkan
elderly and n pemenuhan penelitian yang akan
spiritual need kebutuhan kebutuhan dilakukan meneliti tentang
fulfillment) spiritual di spiritual, tidak ada tingkat depresi.
(Rahayu, Desa hubungan yang
Persamaan :
2016). Blang signifikan
Kecamatan pengabaian Terletak pada variable
Darussala psikologis dengan independen dan metode
m Aceh pemenuhan penelitian yang akan
Besar. kebutuhan digunakan yaitu sama
spiritual dan tidak meneliti tentang
ada hubungan pengabaian pada lansia
yang signifikan dengan metode cross
pengabaian sectional study.
dengan
pemenuhan
kebutuhan
spiritual.
2. Hubungan Untuk Cross Hasil penelitian Perbedaan :
pelaksanaan mengetahu sectional study menyatakan tidak
Terletak pada variable
tugas i hubungan ada hubungan
dependen dimana
kesehatan pelaksanaa pelaksanaan tugas
penelitian Ramlah meneliti
dan n tugas kesehatan
tentang pelaksanaan tugas
dukungan kesehatan keluarga dengan
kesehatan dan dukungan
keluarga dan pengabaian lansia.
keluarga. Sedangkan
dengan dukungan Ada hubungan
penelitian yang akan
pengabaian keluarga dukungan
dilakukan meneliti tentang
lansia di dengan informasi,
tingkat depresi.
wilayah kerja pengabaian instrumental,
Puskesmas lansia di penghargaan, dan Persamaan :
Kassi-Kassi wilayah dukungan emosi
Makassar kerja dengan Terletak pada variable
(Ramlah, Puskesmas pengabaian lansia. independen dan metode
penelitian yang akan
2011). Kassi- Dukungan emosi
digunakan yaitu sama
Kassi dominan
meneliti tentang
Makassar. berhubungan
pengabaian pada lansia
dengan
pengabaian lansia. dengan metode cross
sectional study.
3. Beberapa Untuk Cross Hasil penelitian Perbedaan :
faktor yang mengetahu sectional study menyatakan
Terletak pada variable
berhubungan i faktor- terdapat hubungan
dependen dimana
dengan risiko faktor yang antara
penelitian ini meniliti
pengabaian berhubung penghasilan
beberapa factor yang
pada lansia di an dengan keluarga,
berhubungan dengan
Banjar risiko dukungan
resiko pengabaian.
Gerokgak pengabaian informasi,
Sedangkan penelitian yang
13

Gede, Desa terhadap dukungan akan dilakukan meneliti


Delod Peken, lansia di instrumental, dan tentang tingkat depresi.
Tabanan Banjar dukungan emosi
Persamaan :
(Krisdyantini Gerokgak dengan risiko
, Utami and Gede, pengabaian lansia. Terletak pada variable
Nurhesti, Desa Pendidikan independen dan metode
2017) Delod terakhir keluarga, penelitian yang akan
Peken, fungsi kognitif, digunakan yaitu sama
Tabanan. dan dukungan meneliti tentang
penghargaan tidak pengabaian pada lansia
memiliki dengan metode cross
hubungan dengan sectional study.
risiko pengabaian
lansia.
4 Hubungan Untuk Cross Tidak terdapat Perbedaan :
antara mengetahu sectional study hubungan yang
Terletak pada variable
pengabaian i hubungan signifikan antara
dependen dimana
psikologis antara pengabaian
penelitian ini meniliti
dengan pengabaian psikologis dengan
kualitas hidup lansia.
kualitas psikologis kualitas hidup
Sedangkan penelitian yang
hidup lansia dengan lansia.
akan dilakukan meneliti
di Kelurahan kualitas
tentang tingkat depresi.
Bener hidup
Kecamatan lansia di Persamaan :
Tegal Rejo Kelurahan
Terletak pada variable
(Isdiana, Bener
independen dan metode
Mulyani and Kecamatan
penelitian yang akan
Madyaningru Tegal Rejo
m, 2015) digunakan yaitu sama
meneliti tentang
pengabaian pada lansia
dengan metode cross
sectional study.
5. Kondisi Untuk Cross Hasil penelitian Perbedaan :
perekonomia mengetahu sectional study menunjukkan
Terletak pada variable
n dan i faktor- bahwa kurangnya
penelitian dimana
pengetahuan faktor yang pengetahuan
penelitian Hadisuyatmana,
keluarga berhubung keluarga memiliki
Maulana and Makhfudli
yang rendah an dengan korelasi yang kuat
meneliti tentang kondisi
memicu kasus- dengan peristiwa
perekonomian dan
pengabaian kasus yang pengabaian lansia.
pengetahuan keluarga
lansia tidak
yang rendah memicu
perempuan di dilaporkan
pengabaian lansia
keluarga pada
perempuan di keluarga
besar kelompok
besar. Sedangkan
(poverty and lansia.
penelitian yang akan
lack of
dilakukan meneliti tentang
knowledge
hubungan pengabaian pada
cause
lansia oleh keluarga
negligence of
female elders dengan status depresi.
living in
Persamaan :
extended
families) Terletak metode penelitian
(Hadisuyatm yang akan digunakan yaitu
ana, Maulana sama meneliti tentang
and pengabaian pada lansia
Makhfudli, dengan metode cross
2016) sectional study.
6. Tingkat Untuk Deskriptif Penelitian ini Perbedaan :
depresi pada mengetahu menyatakan
Terletak pada variable
lansia yang i tingkat bahwa lansia yang
penelitian dimana
tinggal depresi tinggal bersama
penelitian Fadillah and
dengan yang keluarga pun
Rachmawati meneliti
keluarga (the dialami rentan mengalami
tentang tingkat depresi
depression in lansia di depresi.
lansia yang tinggal dengan
the elderly Kelurahan
keluarga. Sedangkan
living with Cisalak
penelitian yang akan
family) Pasar,
dilakukan meneliti tentang
(Fadillah and Cimanggis,
hubungan pengabaian pada
Rachmawati, Jawa
lansia oleh keluarga
2013) Barat.
dengan status depresi
Persamaan :
Sama-sama meneliti
tentang depresi.
7. Perbedaan Untuk Comparative Penelitian ini Perbedaan :
tingkat mengetahu study. menyatakan
Terletak pada variable
depresi pada i bahwa terdapat
penelitian dimana
lansia yang perbedaan perbedaan tingkat
penelitian Pae meneliti
tinggal di tingkat depresi pada
tentang perbedaan tingkat
panti werdha depresi lansia yang
depresi pada lansia yang
dan yang lansia yang tinggal di panti
tinggal di panti werdha
tinggal di tinggal di werdha dengan
dan yang tinggal di rumah
rumah Panti lansia yang
bersama keluarga.
bersama Werdha tinggal bersama
Sedangkan penelitian yang
keluarga (the dengan keluarga di
akan dilakukan meneliti
differences of lansia yang rumah.
tentang hubungan
depression tinggal di
pengabaian pada lansia
level among rumah
oleh keluarga dengan
elderly who bersama
status depresi. Terletak
live at keluarga.
pada metode penelitian
nursing home
yang akan digunakan
and who live
peneliti menggunakan
at home with
metode cross sectional
family) (Pae,
study sedangkan penelitian
2017).
Pae menggunakan
Comparative study.
15

Persamaan :
Sama-sama meneliti
tentang depresi.
8. Hubungan Untuk Cross Penelitian ini Perbedaan :
dukungan mengetahu sectional study menyatakan
Terletak pada variable
keluarga i hubungan bahwa teradapat
independen dimana
dengan antara hubungan yang
penelitian ini meniliti
tingkat dukungan signifikan antara
tentang dukungan
depresi pada keluarga dukungan
keluarga. Sedangkan
lansia dan tingkat keluarga dan
penelitian yang akan
(Kristanto depresi kejadian depresi
dilakukan meneliti tentang
and pada pada lansia.
pengabaian lansia oleh
Agustina, lansia.
keluarga.
2018).
Persamaan :
Terletak pada variable
dependen dan metode
penelitian yang akan
digunakan yaitu sama
meneliti tentang tingkat
depresi pada lansia dengan
metode cross sectional
study.
9. Studi Untuk Deskriptif Penelitian ini Perbedaan :
dekskriptif mengetahu menyatakan
Terletak pada variable dan
kekerasan i tindak bahwa responden
metode penelitian dimana
pada lansia kekerasan yang mengalami
penelitian Rismanda
dalam pada usia tindakan
meneliti tentang studi
keluarga di lanjut di kekerasan
dekskriptif kekerasan pada
desa Tandang dalam pengabaian fisik
lansia dalam keluarga.
kecamatan keluarga. sebanyak 35,50
Sedangkan penelitian yang
Tembalang %, pengabaian
akan dilakukan meneliti
Semarang ekonomi
tentang hubungan
(Rismanda, sebanyak 16,9 %,
pengabaian pada lansia
2014). sedangkan
oleh keluarga dengan
pengabaian psikis
status depresi. Metode
sebanyak 17%.
penelitian yang akan
digunakan peneliti
menggunakan metode
cross sectional study
sedangkan penelitian
Rismanda menggunakan
Deskriptif.
10 Kesepian Untuk Kuantitatif Penelitian ini Perbedaan :
. pada lansia melihat Komparatif menyatakan
Terletak pada variable
ditinjau dari perbedaan bahwa terdapat
penelitian dimana
tempat tingkat perbedaan yang
penelitian Verawati
tinggal kesepian signifikan pada
(Verawati, dan jenis lansia yang meneliti tentang Kesepian
2015). kesepian tinggal di panti pada lansia ditinjau dari
pada lansia werda, di rumah tempat tinggal. Sedangkan
yang sendiri dan di penelitian yang akan
tinggal dip rumah anak. dilakukan meneliti tentang
anti Kelompok lansia hubungan pengabaian pada
wredha yang tinggal di lansia oleh keluarga
Sumarah, rumah anak lebih dengan status depresi.
di rumah banyak yang Terletak pada metode
sendiri dan merasakan penelitian yang akan
di rumah kesepian. digunakan peneliti
anak menggunakan metode
cross sectional study
sedangkan penelitian
Verawati menggunakan
Deskriptif.
11 Untuk Cross Lima item adalah Perbedaan :
Reports of
. mengevalu sectional study indikator yang
Elder Neglect Terletak pada varibel dan
asi memadai dari
by Older tujuan penelitian.
invarian keseluruhan
Adults, Their Penelitian Ayalon meneliti
pengukura konstruk. Temuan
Family tentang laporan kejadian
n skala 7- ini memberikan
Caregivers, penelantaran lansia oleh
item yang dukungan untuk
and Their orang dewasa yang lebih
dirancang invarian
Home Care tua, maupun keluarga yang
untuk configural,
Workers: A bertujuan untuk menilai
menilai metrik, dan skala
Test of seberapa besar tingkat
pengabaian di 3 kelompok
Measurement pengabaian lansia dari 3
orang tua informan. Tak
Invariance kelompok informan yaitu
di tiga satu pun dari item
(Ayalon, orang dewasa yang lebih
kelompok menghasilkan
2015). tua, keluarga dan tempat
informan: DIF.
tinggal mereka. Sedangkan
Orang
peneliti akan meneliti
dewasa
tentang hubungan
yang lebih
pengabaian pada lansia
tua,
oleh keluarga dengan
anggota
status depresi.
keluarga,
dan
pekerja
perawatan
di rumah.
12 The Untuk Cross Hasil penelitian Perbedaan :
. prevalence menentuka sectional study ini menunjukkan
Terletak pada variable
and n bahwa prevalensi
penelitian. Penelitian yang
correlates of prevalensi penyalahgunaan
dilakukan oleh
elder abuse penyalahg dilaporkan
Sooryanarayana meneliti
and neglect unaan usia sebanyak 4,5%
tentang prevalensi dan
in a rural lanjut di dalam 12 bulan
hubungan pengabain lansia
community of antara terakhir.
yang berada diantara
Negeri masyarakat Pelecehan
17

Sembilan yang psikologis adalah masyarakat pedesaan.


state: tinggal yang paling Sedangkan peneliti sendiri
baseline dengan umum, diikuti akan meneliti tentang
findings from lansia dan oleh pelecehan hubungan pengabaian pada
The faktor- finansial, fisik, lansia oleh keluarga
Malaysian faktor yang penelantaran dan terhadap status depresi
Elder terkait. pelecehan lansia yang bertujuan
Mistreatment seksual. untuk mengetahui
Project hubungan pengabaian oleh
(MAESTRO), keluarga terhadap status
a population- depresi seorang lansia.
based survey
(Sooryanaray
ana et al.,
2017)
13 Elderly Untuk Kombinasi Usia rata-rata Perbedaan :
. Abuse mengekspl kuantitatif dan responden adalah
Terletak pada variable dan
Experienced orasi sifat kualitatif 78,34 (± 10,18)
metode penelitian yang di
by Older pelecehan tahun. Temuan
gunakan. Penelitian oleh
Adults Prior yang menunjukkan
Rai, Khanal and Chalise
to Living in mereka bahwa mayoritas
meneliti tentang sifat atau
Old Age alami (58 persen) dari
jenis kekerasan yang lansia
Homes in sebelum responden
alami sebelum mereka di
Kathmandu mereka mengalami lima
massukan ke panti jompo.
(Rai, Khanal dimasukka jenis
Penelitian ini
and Chalise, n di panti penyalahgunaan
menggunakan metode
2018) jompo di yang berbeda
penelitian kombinasi
Kota pengabaian
kuantitatif dan kualitatif.
Metropolit merupakan bentuk
Sedangkan peneliti sendiri
an pelecehan yang
akan meneliti tentang
Kathmand paling umum
hubungan pengabaian pada
u yang dialami oleh
lansia oleh keluarga
47% responden,
dengan status depresi
diikuti oleh
dengan menggunakan
emosional (37%),
metode penelitian Cross
penyalahgunaan
sectional study.
keuangan (32%),
kekerasan fisik
(8%) dan
pelecehan seksual
(3%).
14 Elder abuse Untuk Investigated Tidak ada Perbedaan :
. and its mengetahu study hubungan yang
Terletak pada variable dan
impact on i signifikan antara
metode penelitian.
quality of life prevalensi penyalahgunaan
Penelitian oleh Wang
in nursing penyalahg usia lanjut dan
meneliti tentang
homes in unaan kualitas hidup
pengabaian lansia serta
China (Wang lansia di
dampaknya terhadap
et al., 2018) panti
kualitas hidup lansia dip
jompo dan
demografi anti jompo yang
yang menggunakan metode
terkait, penelitian Investigated
faktor study. Sedangkan peneliti
klinis dan sendiri akan meneliti
kualitas tentang hubungan
hidup di pengabaian pada lansia
Macau dan oleh keluarga dengan
Guangzho status depresi dengan
u, Cina. menggunakan metode
penelitian Cross sectional
study.
15 Prevalence Untuk Cross Tingkat Perbedaan :
. and mengidenti sectional study prevalensi
Terletak pada variable
correlates of fikasi penganiayaan
penelitian. Penelitian yang
elder tingkat adalah 8,3%.
dilakukan oleh
mistreatment prevalensi Kondisi kesepian
Chokkanathan ini meneliti
in Singapore dan faktor meningkatkan
tentang prevalensi fan
(Chokkanath risiko yang kerentanan lansia
faktor resiko yang terkait
an, 2018) terkait terhadap
dengan penelantaran pada
dengan penganiayaan.
lansia di Singapura.
perlakuan Lansia yang
Sedangkan peneliti sendiri
buruk dianiaya
akan meneliti tentang
lansia di melaporkan lebih
hubungan pengabaian pada
Singapura banyak gejala
lansia oleh keluarga
depresi daripada
dengan status depresi.
mereka yang tidak
dirawat.
16 The design Untuk Kombinasi Tujuh komponen Perbedaan :
. and merancang kuantitatif dan yang telah di
Terletak pada variable
evaluation of dan kualitatif analisis termasuk
penelitian dan metode
psychometric mengevalu kelakuan buruk
penelitian yang digunakan.
properties for asi sifat terhadap
Penelitian oleh
a psikometri psikologis,
Mahmoudian merancang
questionnaire k dari perampasan
serta mengevaluasi sifat
on elderly kuesioner wewenang,
psikometrik dari kuesioner
abuse by pada kelakuan buruk
pengabaian lansia oleh
family penyalahg terhadap fisik,
keluarga dengan
caregivers unaan kelakuan buruk
menggunakan metode
among older lansia oleh terhadap
penelitian kombinasi
adults on keluarga di keuangan,
kuantitatif dan kualitatif.
hemodialysis antara ditinggalkan,
Sedangkan peneliti sendiri
(Mahmoudia orang mengabaikan
akan meneliti tentang
n et al., dewasa perhatian, dan
hubungan pengabaian pada
2018) yang lebih kelakuan buruk
lansia oleh keluarga
tua pada terhadap
terhadap status depresi
hemodialis emosional
lansia yang bertujuan
is. menjelaskan
untuk mengetahui
74.769% dari total
hubungan pengabaian oleh
varians. Alpha
19

Cronbach adalah keluarga terhadap status


0,98 dan koefisien depresi seorang lansia
korelasi interclass dengan metode penelitian
adalah r = 0,91 Cross sectional study.
menanggapi item
dua kali (p
<0,001), yang
menunjukkan
tingkat stabilitas
alat yang tinggi.
17 Family Untuk Cros sectional Prevalensi risiko Perbedaan :
. caregiver memperkir study penyalahgunaan
Terletak pada variable
mistreatment akan tinggi di antara
penelitian. Penelitian yang
of the prevalensi pengasuh
dilakukan oleh Orfila ini
elderly: risiko keluarga
meneliti tentang prevalensi
prevalence of penyalahg
dan faktor terkait yang
risk and unaan
berhubungan dengan
associated terhadap
penganiaayn lansia oleh
factors lansia yang
keluarga. Sedangkan
(Orfila et al., tinggal di
peneliti sendiri akan
2018) masyarakat
meneliti tentang hubungan
dengan
pengabaian pada lansia
ketergantu
oleh keluarga dengan
ngan
status depresi lansia yang
sedang
bertujuan untuk
sampai
mengetahui hubungan
berat yang
pengabaian oleh keluarga
pengasuhn
terhadap status depresi
ya adalah
seorang lansia.
keluarga.
18 Elderly Untuk Literature Penelitian Perbedaan :
. Abuse and menyelidik study menemukan
Penelitian yang dilakukan
Depression i bahwa para
oleh Ljunggren memiliki
in Developed bagaimana profesional yang
perbedaan yang terletak
Countries: spiritualita bekerja dengan
pada variabel penelitian
Does s dan orang tua yang
dan metode yang
Religion/Spir agama disalahgunakan
digunakan. Penelitian
ituality dapat harus mendorong
Ljunggren meneliti tentang
Matter berfungsi mereka untuk
agama dan spiritualitas
(Ljunggren, sebagai terlibat dalam
yang dapat berfungsi
2012). faktor tindakan dan
sebagai factor protektif
protektif diskusi spiritual
bagi lansia yang menjadi
untuk
korban kekerasan di
lansia yang
Negara maju dengan
tertekan
menggunakan metode
(usia 65
Literature study.
tahun atau
Sedangkan peneliti sendiri
lebih) yang
akan meneliti tentang
menjadi
hubungan pengabaian pada
korban
pelecehan. lansia oleh keluarga
dengan status depresi
dengan metode Cross
sectional study.
19 Exploring the Untuk Cross Jenis kelamin Perbedaan :
. Correlates to memperkir sectional study perempuan (PR =
Terletak pada variable
Depression akan 1,18, 95% [CI] =
penelitian yang akan
in Elder proporsi [1,04, 1,35] ) ,
diteliti. Penelitian yang
Abuse orang individu yang
dilakukan oeh Santos ini
Victims: dewasa memandang
meneliti tentang hubungan
Abusive yang lebih rendah tingkat
depresi dengan
Experience tua yang di dukungan social
pengalaman perilaku
or Individual skrining (PR = 1,36, 95%
kekerasan pada lansia.
Characteristi positif CI = [1,16, 1,60]),
Sedangkan peneliti sendiri
cs (Santos et untuk dan kondisi
akan meneliti tentang
al., 2017). gejala penyakit jangka
hubungan pengabaian pada
depresi di panjang (PR =
lansia oleh keluarga
antara 1,17, 95% CI =
dengan status depresi.
mereka [1,02, 1,33])
yang didapatkan
melaporka berhubungan
n dengan
pelecehan peningkatan
pada usia resiko gejala
lanjut dan depresi. Berkaitan
memeriksa dengan
apakah pengalaman
karakteristi perilaku
k individu kekerasan, hanya
atau aspek kategori jumlah
pengalama perilaku
n perilaku kekerasan yang
kekerasan meningkatkan PR
terkait (PR = 1.07, 95%
dengan CI = [1.05, 1.09]).
gejala
depresi
yang
dilaporkan
sendiri.
21

20 Correlates of Untuk Cross Penyalahgunaan Perbedaan :


. depression in mengidenti sectional study alkohol,
Terletak pada variable
self- fikasi kesehatan diri
yang akan diteliti.
neglecting faktor- yang rendah, dan
Penelitian oleh Hasen
older adults: faktor yang nyeri yang
mengidentifikasi factor-
A cross- berhubung dilaporkan lebih
faktor yang berhubungan
sectional an dengan tinggi dikaitkan
dengan depresi terhadap
study depresi dengan
pengabaian lansia.
examining serta untuk kemungkinan
Sedangkan peneliti sendiri
the role of menginfor depresi yang
akan meneliti tentang
alcohol masikan dilaporkan secara
hubungan pengabaian pada
abuse and pendekatan signifikan
lansia oleh keluarga
pain in yang memiliki hasil
dengan status depresi.
increasing meningkat lebih tinggi.
vulnerability kan hasil
(Hansen et jangka
al., 2017) panjang.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan umum resiko pengabaian pada lansia

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2004,

lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas

(Kementerian Kesehatan RI, 2017).Usia lanjut merupakan tahap akhir dari siklus

hidup manusia, yaitu bagian dari proses kehiudpan yang tak dapat dihindarkan dan
akan dialami oleh setiap individu. Pada tahap ini individu mengalami banyak

perubahan, baik secara fisik maupun metal, khusunya kemunduran dalam berbagai

fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya (Muhith and Siyoto, 2016).

Secara individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan bergbagai

masalah, baik secara fisik biologis, metal, maupun social ekonomi. Semakin lanjut

usia seseorang, maka kemampuan fisiknya akan semakin menurun, sehingga dapat

mengakibatkan kemunduran pada peran-peran sosialnya. Hal ini mengakibatkan

pula timbulnya gangguan dalam hal mencukupi kebutuhaan hidupnya, sehingga

dapat meningkatkan ketergantungan yang memerlukan bantuan orang lain dalam hal

ini keluarga (Tamher and Noorkasiani, 2009).


Keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam

mempertahankan kesehatannya. Menurut padilla (2013) peranan keluarga antara

lain menjaga atau merawat lansia, mempertahankan dan meningkatkan status

mental, mengantisipasi perubahan status social ekonomi serta memberikan motivasi

dan memasilitasi kebutuhan spiritual bagi lansia (Sunaryo et al., 2015). Menururt

Harnilawati (2013) keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri

atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu
23

tempat di bawah suatu atap dalam keaddan saling ketergantungan. Keluarga lanjut

usia adalah keluarga yang didalamnya terdapat penduduk lanjut usia atau anggota

keluarga seluruhnya berusia lanjut usia (Sunaryo et al., 2015).

Tugas perkembangan keluarga merupakan tanggung jawab yang harus dicapai

oleh keluarga dalam setiap tahap perkembangannya. Keluarga diharapkan dapat

memenuhi kebutuhan biologis, imperative (saling menguatkan), budaya dan aspiratif,

serta nilai-nilai keluarga. Menurut Carter dan McGoldrick (1988), tugas


perkembangan keluarga dengan lansia adalah sebagai berikut: (Maryam et al., 2008)

1. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan

Pengaturan hidup bagi lansia merupakan suatu faktor yang sangat penting

dan mendukung kesejahteraan lansia. Perpindahan tempat tinggal bagi lansia

merupakan suatu pengalaman traumatis, karena pindah tempat tinggal berarti

akan mengubah kebiasaan-kebiasaan yang selama ini dilakukan oleh lansia di

lingkungan tempat tinggalnya. Selain itu, dengan pindah tempat tinggal berarti

lansia akan kehilangan teman dan tetangga yang selama ini berinteraksi serta

memberikan rasa aman pada lansia. Kondisi ini tidak dialami oleh semua lansia,

karena pindah tempat tinggal yang telah dilakukan dengan persiapan yang
memadai dan perencanaan yang amatang terhadap lingkungan baru bagi lansia,

tentu akan berdampak positif bagi kehidupan lansia.

2. Penyesuaian terhadap pendapatan yang menurun

Ketika lansia memasuki pensiun, maka terjadi penurunan pendapatan

secara tajam dan semakin tidak memadai, karena biaya hidup terus meningkat,

sementara tabungan/pendapatan berkurang.Dengan sering munculnya masalah

kesehatan, pengeluaran untuk biaya kesehatan merupakan masalah fungsional


yang utama. Adanya harapan hidup yang meningkat memungkinkan lansia untuk

dapat hidup lebih lama dengan masalah kesehatan yang ada.

3. Mempertahankan hubungan perkawinan

Hal ini menjadi lebih penting dalam mewujudkan kebahagiaan keluarga.

Perkawinan mempunyai kontribusi yang besar bagi moral dan aktivitas yang

berlangsung dari pasangan lansia. Salah satu mitos tentang lansia adalah

dorongan seks dan aktivitas sosialnya yang tidak ada lagi. Mitos ini tidak benar,
karena menurut hasil penelitian memperlihatkan keadaan yang sebaliknya. Studi-

studi semacam ini menentukan bahwa meskipun terjadi penurunan kapasitas

seksual secara perlahan-lahan pada lansia, namun keinginan dalam kegiatan

seksual terus ada, bahkan meningkat. Salah satu penyebab yang dapat

menurunkan aktivitas seksual adalah masalah psikologis.

4. Penyesuaian diri terhadap kehilangan pasangan

Tugas perkembangan ini secara umum merupakan tugas perkembangan

yang paling traumatis. Lansia biasanya telah menyadari bahwa kematian adalah

bagian dari kehidupan normal, tetapi kesadaran akan kematian tidak berarti

bahwa pasangan yang ditinggalkan akan menemukan penyesuain kematian


dengan mudah. Hilangnya pasangan menurut reorganisasi fungsi keluarga secara

total, karena kehilangan pasangan akan mengurangi sumber-sumber emosional

dan ekonomi serta diperlukan penyesuaian untuk menghadapi perubahan

tersebut.

5. Pemeliharaan ikatan keluarga antargenerasi

Ada kecenderungan bagi lansia menjauhkan diri dari hubungan sosial,

tetapi keluarga tetap menjadi focus interaksi lansia dan sumber utama dukungan
25

sosial. Oleh karena lansia menarik diri dari aktivitas dunia sekitarnya, maka

hubungan dengan pasangan, anak – anak, cucu, serta saudaranya menjadi lebih

penting.

6. Meneruskan untuk memahami eksistensi usia lanjut

Hal ini dipandang penting, bahwa penelaahan kehidupan memudahkan

penyesuaian terhadap situasi-situasi sulit yang memberikan pandangan terhadap

kejadian-kejadian di masa lalu. Lansia sangat peduli terhadap kualitas hidup


mereka dan berharap agar hidup terhormat dengan kemegahan dan penu arti.

Selain itu, lansia sendiri harus dapat melakukan perawatan dirinya sendiri.

Keluarga dan orang -orang di sekitarnya pun perlu memahami bagaimana melakukan

perawatan yang tepat bagi lansia tersebut. Oleh karena selama individu tersebut

memiliki semangat untuk hidup serta melakukan kegiatan-kegiatan, maka ia akan

tetap produktif dan berbahagia meskipun usianya telah lanjut.

Pengabaian adalah kegagalan dalam memberikan perawatan dan pelayanan

yang dibutuhkan oleh lansia yang menimbulkan kondisi seperti bahaya fisik, mental

atau menimbulkan sakit mental, seperti meninggalkan lansia, menolak memberi

makan dan menyiapkan makan ataupun pelayanan yang berhubungan dengan

kesehatan lansia(Gibbs and Mosqueda, 2014). Menurut Mezey (2007) dalam Rahayu

(2016) pengabaian adalah kegagalan yang dilakukan oleh pemberi perawatan pada

lansia untuk memberikan pelayanan yang baik serta menyediakan segala sesuatu yang

lansia butuhkan oleh lansia untuk mencapai fungsi optimal dan menjauhi dari sesuatu

yang membahayakan. Kehadiran kaum lansia ditengah kita patut disyukuri dan bukan

dijadikan sebagai beban. Pasalnya, para lansia mempunyai kebajikan, kearifan, dan
pengalaman hidup yang bisa diteladani generasi penerus. Sayangnya, realitas acapkali
berkata tidak enak, pengabaian, diskriminasi, tempat tinggal yang kurang layak, serta

tidak adanya dukungan dari keluarga adalah bagian dari beberapa masalah sosial yang

dialami para lansia.

Padahal Islam telah menegaskan bahwa menghormati semua lansia adalah

kewajiban semua orang. Khususnya keluarga dalam hal ini setiap anak memiliki

tanggung jawab khusus terhadap orangtua mereka. Islam memandang lansia dengan
pandangan terhormat sebagaimana islam memandang generasi muda. Agama islam

memperlakukan lansia dengan baik dan mengajarkan metode supaya keberadaan

lansia tidak dianggap sia-sia dan menjadi bernilai oleh masyarakat. Nabi

Muhammad Saw bersabda, penghormatan terhadap para lansia muslim adalah

ketundukan kepada Tuhan. Islam memandang bahwa penuaan merupakan sebagai

simbol pengalaman dan ilmu. Lansia memiliki kedudukan tinggi dimasyarakat

karena mereka merupakan harta dan pengalaman, serta informasi dan pemikiran.

Oleh karena itu lansia harus dihormati. Nabi Muhammad Saw bersabda, hormatilah

orang-orang yang lebih tua dari kalian dan cintai serta kasihilah orang-orang yang

lebih muda dari kalian (Anggraini). Allah swt berfirman dalam QS: Surah Al-Isra

ayat 23 :

ّٖ ُ ‫سنً ۚا ِإ اما يَ ۡبلُغ اَن ِعندَكَ ۡٱل ِكبَ َر أ َ َحد ُ ُه َما ٓ أَ ۡو ِك ََل ُه َما فَ ََل تَقُل لا ُه َما ٓ أ‬
‫ف َو ََّل‬ َ ٰ ‫َّل ِإيااهُ َو ِب ۡٱل ٰ َو ِلدَ ۡي ِن ِإ ۡح‬
ٓ ‫ض ٰى َربُّكَ أ َ اَّل تَعۡ بُد ُٓواْ ِإ ا‬
َ َ‫۞وق‬
َ
٢٣ ‫ت َۡن َه ۡر ُه َما َوقُل لا ُه َما قَ ۡو اَّل ك َِر ايما‬

Terjemahan:
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain
kepadaNya dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-
baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai
berumur lanjut dalam pemeliharaanmu. Maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak
27

mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah
dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh cinta dan ucapkanlah: “Wahai
Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah
mendidikku waktu kecil.

Dari Ayat di atas dijelaskan bahwa Allah melarang mengatakan “ah” atau

perkataan lain yang meremehkan, melecehkan, atau mengejek orang tua,

terutama yang telah lanjut usia. Seorang anak wajib mematuhi perintah orang

tuanya selama tidak bertentangan dengan nilai diri dan agama(Umroh, 2017).

Dalam tafsir Al-Misbah dijelaskan bahwa kewajiban manusia yang pertama dan

utama setelah kewajiban mengesahkan Allah Swt dan beribadah kepada-Nya

adalah berbakti kepada orang tua.Dalam agama Islam manusia diperintahkan

untuk bersikap sopan dan santun kepada orang tua dengan menjaga ucapan dan

perbuatan sesuai dengan adat kebiasaan masyarakat sehingga mereka merasa

senang terhadap kita serta mencukupi kebutuhan-kebutuhan mereka yang san dan

wajar sesuai kemampuan kita (sebagai anak). Pada ayat ke 24 mencakup tuntutan

untuk berbakti kepada orang tua dengan memberikan kasih sayang kepada

keduanya bukan karena takut atau malu dicela orang bila tidak menghormatinya

(Shihab, 2002).

Pengabaian pada lansia termasuk kondisi yang dilakukan secara sengaja

atau tidak sengaja ketika lansia memerlukan makanan, pengobatan serta

pelayanan yang diperlukan oleh lansia tetapi tidak disediakan.Meninggalkan

lansia sendirian merupakan bentuk pengabaian.Tidak menyiapkan pelayanan

pada lansia sebagai tindakan hukuman untuk lansia yang dilakukan oleh

seseorang juga merupakan bentuk pengabaian pada lansia(Mauk, 2018).

Menurut Gibbs and Mosqueda (2014) pengabaian terdiri dari 2 bagian yaitu :
1. Pengabaian aktif

Pengabaian aktif merupakan suatu tindakan penolakan atau

kegagalan pemberi pelayanan dalam melakukan kewajibannya yang

dilakukan dengan sadar dan sengaja sehingga menyebabkan pederitaan

fisik dan distress emosional pada lansia.

2. Pengabaian pasif

Pengabaian pastif merupakan suatu tindakan penolakan atau


kegagalan pemberi pelayanan melakukan kewajiban dalam memenuhi

kebutuhan lansia tanpa adanya unsur kesengajaan tetapi menimbulkan

distress fisik dan emosional pada lansia.

Kejadian pengabaian pada lansia ditemukan pada seluruh tingkat sosial

ekonomi dan pada seluruh tingkat pendidikan(Maurer and Smith, 2013).

Pengabaian dipengaruhi karena individu hidup dalam jangka waktu yang lama

sehingga membutuhkan pelayanan dalam jangka waktu yang lama pula,

terjadinya peningkatan ketergantungan lansia pada keluaga sebagai pemberi

pelayanan.

Pengabaian pada lansia dapat diidentifikasi berdasarkan faktor penyebab


kejadiannya yaitu faktor penyebab pada lansia dan faktor penyebab pada

keluarga.

1. Factor penyebab pada lansia

Kondisi pada individu lansia karena ketergantungan pada orang lain

dalam mendapatkan pelayanan, membuat lansia berisiko mendapatkan

perlakuan pengabaian ataupun perlakuan lainnya (Stanhope & Lancaster,

2004). Lansia dengan ketergantungan tinggi berisiko tinggi untuk mengalami


29

perlakuan pengabaian(Mauk, 2018). Lansia dengan tingkat ketergantungan

yang tinggi dalam mendapatkan pelayanan dapat memicu kondisi stress

sehingga menjadi penyebab dan kesempatan bagi lanisa untuk mendapatkan

perlakuan pengabaian dan eksploitasi (Maurer and Smith, 2013).

Faktor risiko yang lain yang dapat memicu kejadian bentuk

pengabaian pada lansia yaitu adanya isolasi sosial dan demensia pada lansia.

Sebagian besar kejadian pengabaian tidak dilaporkan. Hal ini disebabkan


karena adanya kesulitan yang berkaitan dengan perubahan memori yang

dialami oleh lansia. Pada beberapa kasus bentuk pengabaian pada lansia,

terjadi pada lansia dalam kondisi demensia (Maurer and Smith, 2013).

2. Factor penyebab pada keluarga

Faktor yang dapat menjadi indicator sehingga pemberi pelayanan

berisiko untuk melakukan atau menjadi pelaku pengabaian yaitu adanya

penurunan kesehatan fisik, kerusakan kognitif, gangguan emosi atau sakit

jiwa, penurunan harapan, ketergantungan secara emosional dan finansial pada

penerima pelayanan, mendapatkan bentuk perlakuan kekerasan pada masa

anak-anak, khususnya lansia pernah sebagai pelaku kekerasan, isolasi sosial


dan kurangnya system pendukung, adanya konflik dengan individu lansia, hal

ini dapat menimbulkan stress pada pemberi pelayanan.

Faktor beban yang dipikul keluarga, dimana keluarga bertanggung

jawab untuk dua generasi yaitu orang tua dan anak. Hal ini disebabkan karena

adanya beban pekerjaan, melakukan pelayanan pada anak dan orang tua dapat

menjadi pemicu terjadinya perlakuan pengabaian pada lansia (Maurer and

Smith, 2013). Pelaku pengabaian pada lansia yang dilakukan oleh anngota
keluarga dapat juga disebabkan oleh stress karena adanya kesulitan dalam hal

finansial dan pemenuhan kebutuhan anggota keluarga (Mauk, 2018). Sebagian

besar bentuk perlakuan pengabaian dan kekerasan pada lansia dilakukan oleh

anak dewasa ataupun pasangan lansia (Maurer and Smith, 2013).

Dampak pengabaian yang dialami oleh lansia sebenarnya adalah perlakuan

yang senantiasa berdampak jangka panjang. Selama ini berbagai kasus telah

membuktikan bahwa terjadinya penganiayaan pada lansia sering disertai dengan


pengabaian. Menurut Elizabeth (2009) dalam Fadhilah (2015) dampak yang dialami

lansia akibat dari pengabaian yang dialami adalah sebagai berikut :

1. Problem kesehatan mental, seperti kecemasan yang berlebihan, masalah dalam

makanan serta susah tidur.

2. Sering mimpi buruk serta ketakutan. Selain itu juga menyebabkan kehilangan

nafsu makan, sakit kepala, serta dapat menyebabkan kekurangan gizi pada

lansia.

3. Kurangnya motivasi dan harga diri pada lansia.

4. Mengembangkan perilaku agresif (suka menyerang), jadi pemarah, atau bahkan

sebaliknya lansia menjadi pendiam dan suka menarik diri dari pergaulan di
lingkungannya.

5. Mengakibatkan depresi pada lansia.

B. Depresi pada lansia

Depresi adalah gangguan mood. Kata “mood” menggambarkan emosi

seseorang, serangkaian perasaan yang menggambarkan kenyamanan atau

ketidaknyamanan emosi. Kadang-kadang, mood diartikan sebagai emosi yang

bertahan lama yang mewarnai kehidupan dan keaadan kejiwaan seseorang. Pada
31

masa sekarang ini depresi menjadi jenis gangguan kejiwaan yang paling sering

dialami oleh masyarakat karena tingkat stress yang sangat tinggi akibat tuntutan

hidup yang semakin bertambah. Selain itu anggota masyarakat sudah bersifat

hedonis, semata mata hanya memburu materi tanpa meperdulikan nilai-nilai

spiritual (Lubis, 2016). Menurut WHO depresi merupakan suatu gangguan mental

umum yang ditandai dengan gangguan mood, kehilangan kesenangan atau minat,

perasaan bersalah atau harga diri rendah, gangguan makan atau tidur, kurang energi,
serta konsentrasi yang rendah (Irawan, 2013).

Semakin maju dunia, maka stress dan depresi akan menjadi ancaman terbesar

bagi umat manusia, khususnya dikota-kota besar. Masyarakat lanjut usia juga tdak

terhindar dari depresi. Pada masyarakat lanjut usia, masalah keuangan, kesepian

karena anak-anak tidak punya waktu untuk mengurus mereka dan masalah

kesehatan yang semakin banyak dialami oleh masyarakat lanjut usia dapat memicu

terjadinya depresi (Lubis, 2016).

Seseorang yang telah berusia lanjut sangat rentan terhadap depresi karena

lansia mudah bersedih dan stress akibat memikirkan sesuatu hal. Dalam merawat

lansia dibutuhkan suasana yang hangat serta kekeluargaan supaya lansia bahagia
dan merasa diperhatikan. Jika lansia sudah mengalami penurunan pendengaran,

maka hendaklah mendekat ketika berbicara pada lansia, dan bukan dengan berteriak

atau bersuara keras. Jangan sesekali membentak lansia, karena hal tersebut akan

sangat melukai hati orangtua yang telah bersusah payah mengasuh dan mendidik

kita dari kecil sampe dewasa (Lubis, 2016).


Menurut Lubis (2016) faktor resiko yang menjadi penyebab depresi pada

lansia adalah sebagai berikut:

1. Faktor fisik

a. Faktor genetik

Seseorang yang dalam keluarganya diketahui menderita depresi berat

memiliki risiko lebih besar menderita gangguan depresi dari pada masyarakat

pada umumnya.
b. Susunan kimia otak dan tubuh

Beberapa bahan kimia di dalam otak dan tubuh memegang peranan

yang besar dalam mengendalikan emosi kita. Pada orang yang depresi

ditemukan adanya perubahan akibat pengaruh bahan kimia seperti

mengkonsumsi obat-obatan, minum-minuman yang beralkohol, dan merokok.

c. Faktor usia

Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa golongan usia muda yaitu

remaja dan orang dewasa lebih banyak terkena depresi. Namun sekarang ini

usia rata-rata penderita depresi semakin menurun yang menunjukkan bahwa

remaja dan anak-anak semakin banyak terkena depresi.


d. Gender

Wanita dua kali lebih sering terdiagnosis menderita depresi dari pada

pria. Bukan berarti wanita lebih mudah terserang depresi, karena wanita lebih

sering mengakui adanya depresi dari pada pria dan dokter lebih dapat

mengenali depresi pada wanita.


33

e. Gaya hidup

Banyak kebiasaan dan gaya hidup tidak sehat berdampak pada

penyakit misalnya penyakit jantung juga dapat memicu kecemasan dan

depresi.

f. Penyakit fisik

Penyakit fisik dapat menyebabkan penyakit. Perasaan terkejut karena

mengetahui seseorang memiliki penyakit serius dapat mengarahkan pada


hilangnya kepercayaan diri dan penghargaan diri (self-esteem), juga depresi.

g. Obat-obatan terlarang

Obat-obatan terlarang telah terbukti dapat menyebabkan depresi

karena mempengaruhi kimia dalam otak dan menimbulkan ketergantungan.

h. Kurangnya cahaya matahari

Kebanyakan dari seseorang merasa lebih baik di bawah sinar

mataharidari pada hari mendung, tetapi hal ini sangat berpengaruh pada

beberapa individu. Mereka baik-baik saja ketika musim panas tetapi menjadi

depresi ketika musim dingin. Mereka disebut menderita seasonal affective

disorder (SAD).
2. Faktor Psikologis

a. Kepribadian

Aspek-aspek kepribadian ikut pula mempengaruhi tinggi rendahnya

depresi yang dialami serta kerentanan terhadap depresi. Ada narapidana yang

lebih rentan terhadap depresi, yaitu yang mempunyai konsep diri serta pola

pikir yang negatif, pesimis, juga tipe kepribadian introvert salah satu aspek

kepribadian itu adalah penyesuaian diri. Penyesuaian diri adalah suatu proses
yang dipengaruhi oleh banyak faktor, baik berasal dari diri seseorang seperti

keluarga, masyarakat, dan luar diri individu seperti lingkungan sosial, antara

lain melalui gambaran diri yang positif, hubungan interpersonal yang baik

dengan keluarga dan lingkungan sosial, kemampuan mengontrol emosi dan

rasa percaya diri.

b. Pola Pikir

Pada tahun 1967 psikiatri Amerika Aaron Beck menggambarkan pola


pemikiran yang umum pada depresi dan dipercaya membuat seseorang rentan

terkena depresi. Secara singkat, dia percaya bahwa seseorang yang merasa

negatif mengenai diri sendiri rentan terkena depresi.

c. Harga diri (self-esteem)

Harga diri yang rendah akan berpengaruh negatif pada seseorang yang

bersangkutan dan mengakibatkan seseorang tersebut akan menjadi stres dan

depresi.

d. Stres

Kematian orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, pindah rumah,

atau stres berat yang lain dianggap dapat menyebabkan depresi. Reaksi
terhadap stres sering kali di tangguhkan dan depresi dapat terjadi beberapa

bulan sesudah peristiwa itu terjadi.

e. Lingkungan Keluarga

Ada tiga hal seseorang menjadi depresi di dalam lingkungan keluarga

yaitu dikarenakan kehilangan orangtua ketika masih anak-anak, jenis

pengasuhan yang kurang kasih saying ketika kecil, dan penyiksaan fisik dan

seksual ketika kecil.


35

f. Penyakit jangka panjang

Penyakit jangka panjang dapat menimbulkan ketidaknyamanan,

ketidakmampuan, ketergantungan, dan ketidakamanan sehingga dapat

membuat seseorang cenderung menjadi depresi.

C. Kerangka Teori

Resiko penurunan fungsi


system pada lanjut usia

Keterbatasan fisik
dan mental

Pengabaian pada
lansia

Depresi pada
lansia

Gambar 2.1. Kerangka teori

Variabel yang diteliti


D. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan bentuk konseptual yang menggambarkan bentuk

interaksi dari beberapa variabel yang teliti sehingga akan memberikan hubungan

sebab akibat secara terpisah atau bermakna(Grove, Burns and Gray, 2013). Kerangka

konsep dalam penelitian ini terdiri atas dua variabel yakni variabel dependen dan

independen. Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi dan tergantung

pada variabel independen (Hidayat, 2008), variabel dependen dalam penelitian ini
adalah variabel status depresi. sedangkan variabel independen merupakan variabel

yang menjadi penyebab munculnya variabel lain atau biasa disebut sebagai variabel

yang berdiri sendiri (Hidayat, 2008), variabel independen dalam penelitian ini adalah

pengabaian lansia.

Pengabaian lansia oleh Status depresi pada


keluarga lansia

Variabel bebas Variabel terikat

Gambar 2.2 Kerangka Konsep


37

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif korelatif, yaitu suatu metode yang dilakukan dengan tujuan untuk

mencari ada tidaknya korelasi atau hubungan antara dua variable. Jenis

penelitian yang digunakan adalah desain cross sectional study dimana jenis
penelitian ini menekankan waktu pengukuran/observasi data variabel

independen dan dependen hanya satu kali pada saat penelitian (Hidayah,

2014). Penelitian ini mengidentifikasi hubungan antara pengabaian pada

lansia dengan tingkat depresi lansia.

B. Tempat & Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kecamatan Tamalate

Makassar. Alasan pemilihan tempat ini karena berdasarkan data dari BPS

Kota Makassar jumlah populasi lansia di wilayah kecamatan Tamalate

cukup tinggi dibandingkan beberapa kecamatan diwilayah kota Makassar.


2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 1-20 Oktober 2018.

C. Populasi & Sampel

1. Populasi

Menurut Hidayah (2014), populasi merupakan subjek yang

memenuhi criteria yang telah ditetapkan. Adapun populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh lansia yang ada di Makassar. Berdasarkan


data awal yang diperoleh peneliti, di dapatkan data bahwa jumlah lansia

yang ada di wilayah Kecamatan Tamalate sebesar 11.082 jiwa.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi terjangkau yang dapat

dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling. Penelitian ini

menggunakan teknik purposive sampling atau disebut juga judgmental

sampling, yaitu sebuah teknik penetapan sampel dengan cara memilih


sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti,

sehingga sampel tersebut dapat diwakili karakteristik populasi yang telah

dikenal sebelumnya (Hidayah, 2014). Dengan demikian sampel dalam

penelitian ini adalah semua lansia yang memenuhi criteria sampel

penelitian dengan jumlah 56 orang yang di Makassar.

D. Teknik Pengambilan Sampel

1. Teknik Sampling

Teknik sampling adalah suatu proses seleksi sampel yang

digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah

sampel akan mewakili jumlah sampel yang ada (Hidayat, 2008).Penelitian


ini menggunakan Purposive Sampling yang artinya menetapkan sampel

dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang

dikehendaki peneliti, sehingga sampel tersebut dapat mewakili

karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya.

2. Kriteria inklusi dan ekslusi

a. Criteria inklusi adalah karakteristik umum subejk penelitian dari suatu

populasi target yang terjangkau yang akan di teliti.


39

1) Lansia yang berumur 55-74 tahun baik laki-laki maupun

perempuan.

2) Berada ditempat penelitian saat penelitian dilakukan.

3) Mampu berkomunikasi secara verbal,kooperatif dan komunikatif

4) Tinggal bersama keluarga

b. Kriteria ekslusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subjek yang

memenuhi criteria inklusi dari penelitian karena sebab-sebab tertentu


1) Lansia yang mengalami gangguan pendengaran.

2) Lansia yang mengalami gangguan penglihatan.

E. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang dilakukan dalam

mengumpulkan data berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan.

Adapun langkah-langkah pengumpulan data sebagai berikut:

1. Sumber Data

a. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden.

Dengan menggunakan kuesioner, dimana kuesioner ini berisi beberapa


pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada sejumlah responden

untuk mendapatkan informasi atau jawaban.

b. Data sekunder

Data yang diperoleh dari wilayah tempat yang akan dilakukan

penelitian dan data-data lain yang mendukung. Data sekunder pada

penelitian ini adalah karakteristik umum responden yang meliputi usia,

pekerjaan.
2. Tahap Persiapan Pengumpulan Data

Persiapan pengumpulan data dilakukan melalui proses

administrasi dengan cara mendapatkan izin dari Dekan Fakultas

Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan dan izin pengambilan data awal dari

kepala desa tempat penelitian dilaksanakan.

3. Tahap Pengumpulan Data

Setelah mendapatkan persetujuan dari kepala desa tempat


penelitian dilaksanakan, peneliti melakukan pengumpulan data terhadap

responden dengan tahap sebagai berikut:

a. Peneliti menggunakan 1 orang enumerator yang telah diberikan

penjelasan terkait tujuan dan teknik pengumpulan data serta

memberikan penjelasan singkat terkait pengisian kuesioner.

b. Peneliti atau enumerator mendatangi responden dan

memperkenalkan diri serta menjelaskan tujuan penelitian kepada

responden, kemudian menerangkan bahwa penelitian ini tidak

menimbulkan resiko bagi responden. Kerahasiaan catatan mengenai

data responden dijaga dengan cara menjelaskan bahwa data-data


yang diperoleh dari responden hanya akan digunakan untuk

kepentingan penelitian dan akan dihapus setelah penelitian selesai.

c. Setelah memberi penjelasan, peneliti meminta kepada responden

untuk menandatangani surat persetujuan responden yang telah

disediakan.
41

d. Peneliti melanjutkan wawancara terpimpin terhadap responden

dengan berpedoman pada kuesioner dan mengisi kuesioner

berdasarkan hasil wawancara terhadap responden.

e. Kuesioner yang sudah diisi kemudian diperiksa kelengkapan

datanya.

f. Setelah seluruh data terkumpul dan penelitian selesai dilakukan,

selanjutnya penulis melaporkan kembali kepada kepala desa untuk


mendapatkan surat keterangan telah selesai melakukan penelitian di

desa tersebut.

g. Selanjutnya data yang diperoleh dikumpulkan untuk dianalisa.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner.

1. Bagian A, merupakan data demografi responden yang digunakan sebagai

kuesioner pembuka yang berisi identitas responden yang terdiri kode

responden, tanggal penelitian, umur, jenis kelamin, status perkawinan dan

pendidikan terakhir.

2. Bagian B, merupakan kuesioner variabel independen untuk mengukur


tingkat pengabaian, kuesioner ini di adopsi oleh Dwyna Putri Rahayu dari

Universitas Syiah Kuala Banda Aceh yang terdiri dari 21 item pertanyaan

dalam bentuk skala lickert, dengan alternatif jawaban untuk pertanyaan

positif yaitu “selalu” (3), “kadang-kadang” (2), “tidak pernah” (1).

Sedangkan, pertanyaan yang bersifat negatif yaitu “selalu” (1), “kadang-

kadang” (2), “tidak pernah” (3). Perincian untuk pertanyaan positif no


11, 12, 13, 14, 16, 20, dan 21. Sedangkan pertanyaan negatif no. 1, 2, 3,

4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 15 17, 18,dan 19.

3. Bagian C, merupakan kuesioner variabel dependen untuk mengukur

status depresi kuesioner ini di adopsi oleh Sheikh & Yesavage yang

terdiri dari 15 item pertanyaan dalam bentuk skala Guttman, dengan

alternatif jawaban untuk pertanyaan positif yaitu “ya” dan “tidak“.

G. Teknik Pengolahan dan Analisa Data


1. Pengolahan Data

Setelah semua data terkumpul, maka peneliti melakukan

pengolahan data melalui beberapa tahap (Notoatmodjo, 2012):

a. Editing

Pada tahap ini peneliti melakukan pengecekan terhadap hasil

pengisian kuesioner meliputi kelengkapan identitas dan jawaban yang

diberikan oleh responden. Setelah pengumpulan data, dilakukan

pemeriksaan kembali terhadap instrumen pengumpulan data

(kuesioner), mengoreksi setiap kesalahan dalam pengisian dan

pengambilan data, serta memastikan bahwa setiap item pertanyaan


telah diisi secara lengkap.

b. Coding

Pemberian kode pada variabel dan data yang telah terkumpul

melalui lembar instrumen. Kode yang digunakan pada penelitian ini

adalah kode responden, jenis kelamin, status, pendidikan, fungsi

kognitif, jawaban responden, dan pengkategorian hasil untuk setiap

variabel penelitian.
43

c. Transferring

Pada tahap ini data yang telah diberi kode disusun secara

berurutan dari responden pertama sampai responden terakhir kemudian

dimasukkan ke dalam master tabel dan data tersebut di olah dengan

menggunakan program komputer.

d. Tabulating

Pada tahap ini peneliti melakukan pengelompokkan jawaban


berdasarkan kategori yang telah ditetapkan untuk tiap-tiap subvariabel

yang kemudian dimasukkan ke dalam tabel distribusi frekuensi dan

data hasil penelitian.

2. Analisa Data

Dalam penelitian ini, data yang sudah terkumpul selanjutnya akan

diolah dan dianalisis dengan teknik statistik. Proses pemasukan data dan

pengelolahan data menggunakan aplikasi perangkat lunak komputer

dengan penggunaan program SPSS. Pada penelitian ini menggunakan dua

cara dalam menganalisis data, yaitu anaisis data Univariat dan Bivariat.

a. Analisis Univariat
Analisis univariat merupakan proses analisis data pada tiap

variabelnya. Pada penelitian ini analisis univariat dilakukan terhadap

variabel dari hasil penelitian, analisis ini akan menghasilkan distribusi

dan presentase dari tiap variabel yang diteliti.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat merupakan analisis yang digunakan untuk

mengetahui hipotesis dengan menentukan hubungan anatar variable


bebas (independent) dengan variable terikat (dependent) dengan

menampilkan table-tabel silang untuk mengetahui korelasi pengabaian

lansia oleh keluarga dengan status depresi pada lansia dilakukan uji

statistic korelasi Chi-Square.

H. Etika Penelitian

Kode etik penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk

setiap kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang
diteliti dan masyarakat yang akan memperoleh dampak dari hasil penelitian

tersebut (Notoatmodjo, 2012). Peneliti dalam penelitian ini menekankan pada

beberapa etika yaitu :

1. Respect for human dignity yaitu peneliti mempertimbangkan hak-hak

subjek penelitian untuk mendaptkan informasi tentang tujuan dilakukan

penelitian. Peneliti juga memberikan kebebasan kepada subjek penelitian

untuk memberikan atau tidak informasi partisipasi.

2. Respect for privacy and confidentiality yaitu peneliti tidak menampilkan

informasi mengenai identitas dan kerahasiaan identitas subjek. Peneliti

hanya menggunakan coding sebagai pengganti identitas responden. Semua


informasi yang diberikan oleh keluarga dan lansia dijamin kerahasiaannya

oleh peneliti.

3. Respect for justice an inclusiveness yaitu prinsip keretbukaan dan adil

perlu dijaga oleh peneliti dengan kejujuran, keterbukaan dan kehati-hatian.

Untuk memenuhi prinsip keterbukaan, peneliti menjelaskan prosedur

penelitian. Sedangkan prinsip keadilan, peneliti menjamin bahwa semua

subjek penelitian memperoleh perlakuan dan keuntungan yang sama.


45

4. Balancing harms and benefit yaitu sebuah penelitian hendaknya

memperoleh manfaat semaksimal mungkin bagi masyarakat pada

umumnya dan khususnya subjek penelitian. Jadi peneliti berusaha

mengurangi dampak yang merugikan bagi subjek penelitian.


DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, L. D. ‘Pandangan Islam Terhadap Lansia Serta Berbagai Kesehatan
Lansia Yang Perlu Diperhatikan’. Available at:
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/10058/pandangan
islam terhadap lansia serta berbagai kesehatan
lansia.pdf?sequence=1&isallowed=y.
Ayalon, L. (2015) ‘Reports of Elder Neglect by Older Adults, Their Family
Caregivers, and Their Home Care Workers: A Test of Measurement
Invariance’, Journals of Gerontology - Series B Psychological Sciences and
Social Sciences, 70(3), pp. 432–442. doi: 10.1093/geronb/gbu051.
BPS Kota Makassar (2017) ‘Kota Makassar Dalam Angka Makassar Municipality in
Figures 2017’.
BPS Provinsi Sulawesi Selatan (2018) Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Angka 2018.
BPS Provinsi Sulawesi Selatan. Available at:
http://sulsel.bps.go.id/website/pdf_publikasi/Sulawesi-Selatan-Dalam-Angka-
2015.pdf.
Chokkanathan, S. (2018) ‘Prevalence and correlates of elder mistreatment in
Singapore’, Journal of Elder Abuse and Neglect. Routledge, 00(00), pp. 1–13.
doi: 10.1080/08946566.2018.1471433.
Fadhilah, R. (2015) ‘Gambaran perilaku kekerasan pada lansia di RW XIV Kelurahan
Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang’. Available at:
http://pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/RISA_FADHILAH.pdf.
Fadillah, W. and Rachmawati, I. N. (2013) ‘Tingkat Depresi pada Lansia yang
Tinggal dengan Keluarga (The Depression in The Elderly Living with Family)’,
pp. 1–11. Available at: http://lib.ui.ac.id/naskahringkas/2015-09/S46662-Widya
Fadillah.
Gibbs, L. M. and Mosqueda, L. (2014) ‘Clinics in geriatric medicine : Medical
implications of elder abuse and neglect’. United States of America: Elsevier.
Grove, S. K., Burns, N. and Gray, J. R. (2013) The Practice of Nursing Research
Appraisal, Synthesis, and Generation of Evidence. Seventh Edition. Elsevier.
Hadisuyatmana, S., Maulana, M. . and Makhfudli (2016) ‘Kondisi perekonomian dan
pengetahuan keluarga yang rendah memicu pengabaian lansia perempuan di
keluarga besar’, Jurnal Ners, 11(2), pp. 220–223. Available at: https://e-
journal.unair.ac.id/JNERS/article/viewFile/2248/pdf_1.
Hansen, M. C. et al. (2017) ‘Correlates of Depression in Self-Neglecting Older
Adults: A Cross-Sectional Study Examining the Role of Alcohol Abuse and
Pain in Increasing Vulnerability’, 22(2), pp. 426–435. doi: 10.1158/1078-
0432.CCR-15-0620.Afatinib.
Harnilawati (2013) Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Sulawesi Selatan:
Pustaka As Salam.
Hidayah, N. (2014) Riset Keperawatan. Edited by Darmawangsih. Makassar:
Alauddin University Press.
Hidayat, A. A. (2008) Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika.
Irawan, H. (2013) ‘Gangguan Depresi pada Lanjut Usia’, Cermin Dunia Kedokteran,
40(11), pp. 815–819. Available at:
http://www.kalbemed.com/Portals/6/06_210Gangguan Depresi pada Lanjut
Usia.pdf.
47

Isdiana, R., Mulyani, S. and Madyaningrum, E. (2015) ‘Hubungan Antara


Pengabaian psikologis Dengan Kualitas Hidup Lansia Di Kelurahan Bener
Kecamatan TegalRejo’. Available at:
http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=Penelitia
nDetail&act=view&typ=html&buku_id=84936&obyek_id=4.
Jasmina, D., Susetyo, B. and Aidi, M. N. (2015) ‘Pengelompokan provinsi di
Indonesia berdasarkan kriteria lanjut usia telantar dengan menggunakan analisis
gerombol’, pp. 41–52. Available at:
https://media.neliti.com/media/publications/52853-ID-pengelompokan-
provinsi-di-indonesia-berd.pdf.
Kementerian Kesehatan RI (2017) ‘Analisis Lansia Di Indonesia’.
Krisdyantini, Utami and Nurhesti (2017) ‘Beberapa Faktor yang Berhubungan
dengan Risiko Pengabaian pada Lansia di Banjar Gerokgak Gede, Desa Delod
Peken, Tabanan’, (September 2009). Available at:
https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/25e4787acadf8ecf87f89c4d95276
7e7.pdf.
Kristanto, B. and Agustina, R. F. (2018) ‘Hubungan Antara Dukungan Keluarga
Dengan Tingkat Depresi Pada Lansia’, 01(1).
Ljunggren, M. (2012) ‘Elderly Abuse and Depression in Developed Countries : Does
Religion / Spirituality Matter’. Available at: http://hig.diva-
portal.org/smash/get/diva2:488384/fulltext01.pdf.
Lubis, N. L. (2016) Depresi: Tinjauan Psikologis. Jakarta: Kencana.
Mahmoudian, A. et al. (2018) ‘The design and evaluation of psychometric properties
for a questionnaire on elderly abuse by family caregivers among older adults on
hemodialysis’, Clinical Interventions in Aging, 13, pp. 555–563. doi:
10.2147/CIA.S149338.
Maryam, R. S. et al. (2008) Mengenal usia lanjut dan perawatanya. Edited by R.
Angriani. Jakarta: Salemba Medika.
Mauk, K. L. (2018) Geontological Nursing: Competencies For Care (Fourth
Edition). Jones & Bartlett Learning.
Maurer, F. A. and Smith, C. M. (2013) Community Public Health Nursing Practice
Health For Families And Population. Fifth Edit. Canada: Elsevier Saunders.
Muhith, A. and Siyoto, S. (2016) ‘Pendidikan Keperawatan Gerontik’. Yogyakarta:
CV Andi Offset.
Nafa, R. A. (2015) ‘Hubungan Tingkat Religiusitas Dengan Tingkat Depresi Lansia
Beragama Islam Di Panti Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta
Selatan’. Available at:
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29003/1/Runingga
Andami Nafa-fkik.pdf.
Notoatmodjo, S. (2012) Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. doi:
2005.
Nugraha, I. B. A. and Kuswardhani, R. A. T. (2018) ‘Korelasi depresi terhadap
penurunan fungsi kognitif pada pasien lanjut usia di kota Denpasar’, 49(2), pp.
194–196. doi: 10.15562/medi.v49i2.128.
Orfila, F. et al. (2018) ‘Family caregiver mistreatment of the elderly: Prevalence of
risk and associated factors’, BMC Public Health. BMC Public Health, 18(1),
pp. 1–14. doi: 10.1186/s12889-018-5067-8.
Pae, K. (2017) ‘Perbedaan Tingkat Depresi Pada Lansia Yang Tinggal Di Panti
Werdha Dan Yang Tinggal Di Rumah Bersama Keluarga’, 5(1), pp. 21–32.
Available at: https://media.neliti.com/media/publications/231965-perbedaan-
tingkat-depresi-pada-lansia-ya-f4115703.pdf.
Parasari, G. A. T. and Lestari, M. D. (2015) ‘Hubungan Dukungan Sosial Keluarga
Dengan Tingkat Depresi Pada Lansia Di Kelurahan Sading’, Jurnal Psikologi
Udayana, 2(1), pp. 68–77. Available at:
https://ojs.unud.ac.id/index.php/psikologi/article/view/25142.
Rahayu, D. P. (2016) ‘Pengabaian Pada Lansia Dengan Pemenuhan Kebutuhan
Spiritual’, 08, pp. 1–7.
Rai, S., Khanal, P. and Chalise, H. N. (2018) ‘Elderly Abuse Experienced by Older
Adults Prior to Living in Old Age Homes in Kathmandu’, 7(1), pp. 1–5. doi:
10.4172/2167-7182.1000460.
Ramlah (2011) ‘Dukungan Keluarga Dengan Pengabaian Lansia Di Wilayah Kerja
Puskesmas Kassi-Kassi Ramlah Program Studi Magister Ilmu Keperawatan
Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Kassi-Kassi’, Jurnal keperawatan lansia,
pp. 1–174. Available at: http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20281102-T
Ramlah.pdf.
Rismanda, F. (2014) ‘Studi Dekskriptif Kekerasan Pada Lansia Dalam Keluarga di
Desa Tandang Kecamatan Tembalang Semarang’, pp. 1–12. Available at:
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=418686&val=434&title=st
udi dekskriptif kekerasan pada lansia dalam keluarga di desa tandang
kecamatan tembalang semarang.
Santos, A. J. et al. (2017) ‘Exploring the Correlates to Depression in Elder Abuse
Victims: Abusive Experience or Individual Characteristics?’, Journal of
Interpersonal Violence. doi: 10.1177/0886260517732346.
Shihab, M. Q. (2002) Tafsir Al-Mishbah : Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran.
Lentera Hati.
Sooryanarayana, R. et al. (2017) ‘The prevalence and correlates of elder abuse and
neglect in a rural community of Negeri Sembilan state: baseline findings from
The Malaysian Elder Mistreatment Project (MAESTRO), a population-based
survey’, BMJ open, 7(8), p. e017025. doi: 10.1136/bmjopen-2017-017025.
Sunaryo et al. (2015) ‘Asuhan Keperawatan Gerontik’. Yogyakarta: CV Andi Offset.
Tamher, S. and Noorkasiani (2009) Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan
Asuhan Keperawatan. Edited by R. Angriani. Jakarta: Salemba Medika.
Umroh (2017) ‘Perintah Berbakti kepada Orang Tua dalam 4 Surat Alquran’. Jannah
News. Available at: https://umrohhajiwisata.com/berbakti-kepada-orang-tua/.
United Nations (2013) ‘World Population Ageing 2013’. Available at:
http://www.un.org/en/development/desa/population/publications/pdf/ageing/W
orldPopulationAgeing2013.pdf.
United Nations (2015) ‘World Population Prospects The 2015 Revision’, in United
Nations, pp. 587–92. Available at:
https://esa.un.org/unpd/wpp/publications/files/key_findings_wpp_2015.pdf.
Uniting Care Comunity (2014) ‘Elder Abuse Prevention Unit Promoting the right of
all older people to live free from abuse’. Available at:
https://www.eapu.com.au/elder-abuse/neglect.
Verawati, K. P. (2015) ‘Kesepian pada lansia ditinjau dari tempat tinggal’. Available
at: http://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8975/2/T1_802009114_Full
text.pdf.
Wang, F. et al. (2018) ‘Elder abuse and its impact on quality of life in nursing homes
in China’, Archives of Gerontology and Geriatrics, 78(June), pp. 155–159. doi:
49

10.1016/j.archger.2018.06.011.
Wulandari, A. F. S. (2011) ‘Kejadian dan Tingkat Depresi Pada Pada Lanjut Usia:
Studi Perbandingan di Panti Wreda dan Komunitas’. Available at:
http://eprints.undip.ac.id/32877/1/Ayu_Fitri.pdf.

Anda mungkin juga menyukai