Anda di halaman 1dari 4

Pasal 1

Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan, yang selanjutnya disingkat SPM Bidang
Kesehatanmerupakan acuan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam penyediaan pelayanan
kesehatan yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal.

Pasal 2

(1) Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menyelenggarakan pelayanan dasar kesehatan sesuai SPM
Bidang Kesehatan.

(2) SPM Bidang Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :

a) Setiap ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar;

b) Setiap ibu bersalin mendapatkan pelayanan persalinan sesuai standar;

c) Setiap bayi baru lahir mendapatkan pelayanankesehatan sesuai standar;

d) Setiap balita mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar;

e) Setiap anak pada usia pendidikan dasar mendapatkan skrining kesehatan sesuaistandar;

f) Setiap warga negara Indonesia usia 15 s.d. 59 tahun mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar;

g) Setiap warga negara Indonesia usia 60 tahun ke atas mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar;

h) Setiap penderita hipertensi mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar;

i) Setiap penderita Diabetes Melitus mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar;

j) Setiap orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar;

k) Setiap orang dengan TB mendapatkan pelayanan TB sesuai standar; dan

l) Setiap orang berisiko terinfeksi HIV (ibu hamil, pasien TB, pasien IMS, waria/transgender, pengguna
napza, dan warga binaan lembaga pemasyarakatan) mendapatkan pemeriksaan HIV sesuai standar.
(PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR
PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN)

Standar Pelayanan Minimal atau disingkat dengan SPM merupakan ketentuan mengenai Jenis dan Mutu
Pelayanan Dasar yang merupakan Urusan Pemerintahan Wajib yang berhak diperoleh setiap Warga
Negara secara minimal. Pelayanan dasar dimaksud adalah pelayanan publik untuk memenuhi kebutuhan
dasar warga negara. (Menurut Peraturan Pemerintah 65 / 2005 tentang pedomam penyusunan dan
penerapan SPM)

(PERMENKES No 741/MENKES/PER/VII2008 tentang SPM Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota)

A.Pelayanan Kesehatan Dasar

1.Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 (95%-2015)

2.Cakupan Komplikasi Kebidanan Yang Ditangani (80%-2015)

3.Cakupan Pertolongan Persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan
(90%2015)

4.Cakupan Pelayanan Nifas (90%-2015)

5.Cakupan Neonatus dengan komplikasi yang ditangani (80%-2010)

6.Cakupan kunjungan bayi (90%-2010)

7.Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI-2010)

8.Cakupan Pelayanan anak balita (90%-2010)

9.Cakupan pemberian makananpendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan keluarga miskin (100%-2010)
10.Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan (100%-2010)

11.Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat (100%-2010)

12.Cakupan peserta KB aktif (70%-2010)

13.Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit (100%-2010)

14.Cakupan Yankes Dasar Maskin (100%-2015)

”Pelayanan kesehatan terpadu (yandu) adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang
dilaksanakan di suatu wilayah kerja Puskesmas. Tempat pelaksanaan pelayanan program terpadu di balai
dusun, balai kelurahan, RW, dan sebagainya disebut dengan Pos pelayanan terpadu (Posyandu)”. Konsep
Posyandu berkaitan erat dengan keterpaduan. Keterpaduan yang dimaksud meliputi keterpaduan dalam
aspek sasaran, aspek lokasi kegiatan, aspek petugas penyelenggara, aspek dana dan lain sebagainya.
(Departemen kesehatan, 1987:10).

Menurut Depkes tujuan diselenggarakan Posyandu adalah untuk:

Mempercepat penurunan angka kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran.

Mempercepat penerimaan NKKBS.

Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan kesehatan dan lainnya


yang menunjang, sesuai dengan kebutuhan.

Pengertian Pondok Bersalin Desa (POLINDES)

Pondok bersalin desa (Polindes) adalah salah satu bentuk peran serta masyarakat dalammenyediakan
tempat pertolongan persalinan dan pelayanan kesehatan ibu dan anak lainnya,termasuk kb di desa
(Depkes RI,1999) polindes dirintis dan dikelola oleh pamong desa setempat.Berbeda dengan posyandu
yang pelaksanaannya dilakukan oleh kader didukung oleh petugas puskesmas, maka petugas polindes
pelayanannya tergantung pada keberadaan bidan, oleh karena pelayanan di polindes merupakan pelayan
profesi kebidanan.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2017 TENTANG IZIN DAN
PENYELENGGARAAN PRAKTIK BIDAN

Praktik Mandiri Bidan adalah tempat pelaksanaan rangkaian kegiatan pelayanan kebidanan yang
dilakukan oleh Bidan secara perorangan.

Anda mungkin juga menyukai