Anda di halaman 1dari 5

SUPARDI H.

ALI

1. Flavio merupakan pegawai tetap PT.A dengan gaji sebulan sebesar Rp.
5.750.000 setiap bulan Flavio membayar iuran pensiun sebesar Rp 200.000.
flavio menikah dan belum mempunyai anak. Hitunglah PPh 21 yang harus
dibayarkan oleh Flavio.
Jawaban :
Gaji Rp 5.750.000
Pengurangan
Biaya Jabatan 5 % x 5.750.000 = Rp 287.500
Iuran Pensiun = Rp 200.000 +
Total yang harus dibayarkan dalam sebulan Rp 487.500 -
Gaji Bersih dalam sebulan Rp 5.262.500
Gaji Bersih dalam setahun 12 x Rp 5.262.500 Rp 63.150.000
PTKP Setahun
Wajib Pajak Pribadi = Rp 54.000.000
Status Menikah = Rp 4.500.000 +
Rp 58.500.000 –
PKP Setahun Rp 4.650.000
Pph Pasal 21 terutang 5 % x Rp 4.650.000 = Rp 232.500 / tahunn.
Pph Pasal 21 terutang dalam sebulan Rp 232.500 : 12 = Rp 19.375 / bulan
2. Budi bekerja di PT.B dengan gaji sebulan sebesar Rp 6.000.000. Budi
membayar jaminan hari tua sebesar Rp 150.000. budi menikah dan
mempunyai anak 1. Hitunglah PPh 21 yang harus dibayar oleh Budi !
Jawaban :
Gaji Rp 6.000.000
Pengurangan
Biaya Jabatan 5 % x 6.000.000 = Rp 300.000
Jaminan hari tua = Rp 150.000 +
Total yang harus dibayarkan dalam sebulan Rp 450.000 -
Gaji Bersih dalam sebulan Rp 5.550.000
Gaji Bersih dalam setahun 12 x Rp 5.550.000 Rp 66.600.000
PTKP K/1 Setahun
Wajib Pajak Pribadi = Rp 54.000.000
Status Menikah = Rp 4.500.000
Tanggungan Anak 1 atau K/1 = Rp 4.500.000 +
Rp 63.000.000 –
PKP Setahun Rp 3.600.000
Pph Pasal 21 terutang 5 % x Rp 3.600.000 = Rp 180.000 / tahun
Pph Pasal 21 terutang dalam sebulan Rp 180.000 : 12 = Rp 15.000 / bulan
MENINGKATKAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK

MELALUI LAYANAN PERPAJAKAN ONLINE

TATA CARA PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK (SPT)DI


KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA SURABAYA

Berdasarkan Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada Pasal 1 Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan,
pengertian atau definisi dari Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Selanjutnya juga dijelaskan bahwa yang dimaksud
dengan Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong
pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
Salah satu sumber penerimaan Negara berasal dari sektor pajak. Penerimaan pajak ini
digunakan untuk memenuhi berbagai keperluan belanja Negara, seperti membiayai
kebutuhan pemerintahan dan pembangunan agar kesejahteraan rakyat dapat ditingkatkan.
Peran penting penerimaan pajak dibuktikan melalui realisasi penerimaan negara yang
menunjukkan bahwa penerimaan pajak memiliki persentase lebih dari 70% selama lima
tahun berturut-turut yang menjadikannya sebagai sumber utama penerimaan Negara.
Pendapatan Belanja Negara. Ketika pemerintah bergantung pada penerimaan sektor
migas, terjadi krisis ekonomi yang mengakibatkan turunnya penerimaan dari sektor migas.
Hal ini disebabkan oleh turunnya harga minyak per barel yang ditetapkan oleh
Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC).
Pada saat itu pemerintah menekankan penerimaan dari sektor pajak, karena dalam
penerimaan dari sektor pajak pemerintah memiliki otoritas penuh tanpa ada campur tangan
dari pihak lain. Berdasarkan penjelasan umum Undang-Undang (UU) No 6/83 yang telah
diubah dengan UU No.16/00 tentang ketentuan umum dan tatacara perpajakan disebutkan
bahwa kegiatan perpajakan merupakan kewajiban kenegaraan dan peran serta rakyat dalam
pembiayaan negara dan pembangunan nasional.
Sistem perpajakan dikenal tiga sistem yaitu, Official Assesment System merupakan
wewenang pemungutan pajak ada pada fiskus inisiatif untuk memenuhi kewajiban
perpajakan berada pada fiskus. Witholding System, yaitu pemungutan pajak yang
memberikan wewenang kepada pihak ketiga untuk melaksanakan kewajiban perpajakan
sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku. Self Assesment System, yaitu sistem
yang memberikan wewenang untuk memenuhi hak dan kewajiban ada pada wajib pajak
sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku (Mujiyati dan M. Abdul Aris, dalam
Anisya Diah Purwati, 2012)
Secara umum pajak yang berlaku di Indonesia dibedakan menjadi Pajak Pusat yang
dikelola oleh pemerintah pusat yang dalam hal ini sebagian dikelola oleh Direktorat
Jenderal Pajak-Departemen Keuangan dan Pajak Daerah yang dikelola oleh pemerintah
daerah baik ditingkat provinsi maupun kabupaten. Pajak-pajak pusat yang dikelola oleh
Direktorat Jenderal Pajak meliputi: Pajak Penghasilan (PPh) yaitu pajak yang dikenakan
kepada orang pribadi atau badan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu
Tahun Pajak. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dalam arti pajak yang dikenakan atas
kepemilikan atau pemanfaatan tanah dan atau bangunan. Pajak Pertambahan Nilai (PPN),
Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Bea Materai, Bea Perolehan Hak Atas
Tanah dan Bangunan (BPHTB), Sedangkan Pajak yang dikelola oleh pemerintah daerah
adalah Pajak Provinsi dan Pajak Kabupaten atau kota sebagai contoh yaitu Pajak
Kendaraan Bermotor, Pajak Hotel, Pajak Restauran, Pajak Hiburan dan lain-lain.
PPN sebagai salah satu jenis pajak yang mempunyai peranan cukup besar bagi
penerimaan negara. PPN merupakan Pajak yang dikenakan terhadap nilai tambah
suatubarang atau jasa.PPN mulai diberlakukan di Indonesia pada tanggal 1 April 1985
untuk menggantikan Pajak Penjualan (PPn) yang sudah berlaku sejak 1951. Dalam
perspektif hukun, PPN merupakan suatu jenis pajak yang menempatkan kedudukan
pemikul beban pajak sebagai penanggung jawab pembayaran pajak ke kas negara. PPN
dikenakan pada setiap mata rantai jalur produksi maupun distribusi sebelum sampai pada
tingkat konsumen. Akan tetapi dengan metode perolehan kembali pajak yang telah dibayar
(kredit pajak) atau credit Method yang dianut oleh UU PPN 1984 efek pengenaan pajak
berganda dapat dihindari. Dalam credit Method dikenal adanya istilah Pajak Masukan yaitu
pajak yang dibayar pada saat perolehan Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak
(JKP) dan Pajak Keluaran yaitu pajak yang dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP)
dari pihak lain selaku pembeli atau penerima jasa.

Anda mungkin juga menyukai