Anda di halaman 1dari 14

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian


Berdasarkan uraian pada Bab III, proses pelaksanaan penelitian
pengembangan modul Fisika berbasis inkuiri terbimbing pada materi momentum
dan impuls ini dilakukan secara bertahap yaitu tahap pertama adalah tahap studi
pendahuluan, tahap kedua adalah tahap desain, tahap ketiga studi pengembangan
terbatas, tahap keeempat adalah implementasi dan tahap kelima adalah tahap
evaluasi. Maksudnya pengembangan terbatas adalah bahan ajar yng sudah
dikemas hanya di uji cobakan dalam satu kelas saja. Hasil dari kelima tahapan
tersebut sebagai berikut :

4.1.1. Tahap Analize (Analisis)


Tahap analisis kebutuhan dilakukan melalui observasi dengan melakukan
wawancara kepada salah satu guru fisika yang ada disekolah SMA Swasta Bina
Bersaudara guna memperoleh informasi yang akan dikembangkan.
Berdasarkan hasil observasi terhadap proses pembelajaran di SMA Swasta
Bina Bersaudara menunjukkan bahwa metode yang paling sering digunakan guru
dalam pembelajaran adalah metode ceramah, diskusi dan tanya jawab. Hal
tersebut diperkuat oleh hasil wawancara dengan siswa yang menyatakan bahwa
cara guru mengajar di kelas adalah dengan menerangkan di depan kelas, sehingga
dalam proses pembelajaran guru yang aktif menjelaskan sedangkan siswa
cederung pasif mendengarkan guru. Intensitas kegiatan praktikum dalam proses
pembelajaran masih rendah. Pembelajaran teori tanpa melakukan praktikum
membuat keterampilan proses sains siswa tidak terlatihkan, sehingga kurang
terberdayakan secara maksimal.
Berdasarkan hasil analisis terhadap bahan ajar diketahui bahwa buku ajar
yang digunakan oleh guru merupakan buku yang beredar di pasaran, sedangkan
RPP dibuat oleh guru fisika sendiri. Bahan ajar hanya berisikan kumpulan materi
dan latihan-latihan soal, sehingga kurang dapat mendorong siswa untuk
menemukan konsep sendiri dan mengakibatan siswa belum mampu

60
61

menghubungkan konsep. Bahan ajar yang digunakan hanya berfokus pada


penjabaran konsep-konsep materi secara teoritis dan belum melibatkan siswa
untuk mencoba mengumpulkan bukti-bukti kebenaran dari teori. Bahan ajar
cenderung mendorong siswa belajar dengan cara hafalan dan belum mengarahkan
siswa untuk menemukan konsep melalui kegiatan praktikum. Bahan ajar dicetak
pada kertas buram dan tidak berwarna, sehingga membuat siswa kurang tertarik
dalam belajar. Bahan ajar berisi beberapa gambar yang kurang relevan dengan
materi, sehingga kurang mendukung pemahaman materi siswa. Bahan ajar yang
digunakan kurang dilengkapi dengan contoh yang dikaitkan dengan kehidupan
sehari-hari, sehingga siswa kesulitan memahami konsep untuk diterapkan dalam
peristiwa yang terjadi disekitarnya. Hal tesebut diperkuat dengan hasil wawancara
dengan siswa yang menyatakan bahwa siswa lebih mudah memahami materi bila
dikaitkan dengan kahidupan sehari-hari. Bahan ajar didominasi oleh tulisan dan
kurangnya gambar yang mampu merepresentasikan isi materi.
Pemilihan materi momentum dan impuls karena dari penuturan guru
fisika disekolah tersebut mengatakan bahwa siswa masih banyak yang mengalami
kesulitan dalam materi tersebut. Dan dari 30 siswa yang ada dikelas X, 19 siswa
memperoleh nilai dibawah 75 ketika dilakukannya ulangan harian setelah materi
selesai. Sedangkan KKM pada mata pelajaran fisika disekolah tersebut adalah 75.

4.1.2. Tahap Design (Perancangan)


Tahap design meliputi penyusunan draft yang akan dijadikan acuan
kelayakan dan kualitas modul fisika berbasis inkuiri terbimbing, antara lain: aspek
isi, kebahasaan, penyajian, dan kegrafisan modul. Hasilnya adalah rancangan awal
modul fisika inkuiri terbimbing learning pada materi momentum dan impuls
sebagai produk awal.
Pemilihan format media pembelajaran yang akan dikembangkan
disesuaikan dengan materi pembelajaran fisika dan karakteritik siswa dari tahap
define, sehingga disusunlah modul fisika berbasis inkuiri terbimbing pada materi
momentum dan impuls untuk kelas XI SMA Swasta Bina Bersaudara. Dalam
penyusunan modul fisika berbasis inkuiri terbimbing menggunakan program atau
software seperti Microsoft Word untuk mengetik isi materi di dalam modul.
62

Rancangan awal perangkat pembelajaran yang pertama menghasilkan draft


instrumen pembelajaran yaitu draft media modul fisika berbasis inkuiri
terbimbing. Pemilihan format yang digunakan dalam perancangan media modul
fisika berbasis discovery learning diadopsi dari format rancangan modul oleh
Daryanto dan Dwicahyono (2014). Peneliti mengembangkan komponen modul
dengan menambahkan sub sebagai berikut:
1) Cover modul (judul, kurikulum, kelas)
2) Halaman awal (daftar isi, kata pengantar, daftar isi)
3) Bab 1 Pendahuluan (latar belakang, deskripsi, petunjuk penggunaan modul,
kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran dan peta
konsep)
4) Bab 2 Kegiatan Pembelajaran (soal pretest, materi pembelajaran, kegiatan
belajar, kegiatan praktikum, soal latihan, evaluasi)
5) Bab 3 Penutup (kunci jawaban soal pretest, soal latihan pilihan ganda dan
uraian)
6) Halaman akhir (glosarium, daftar pustaka)
Rancangan awal perangkat pembelajaran yang kedua menghasilkan draft
instrumen pengambilan data yaitu angket respon siswa terhadap modul lembar
validasi dan lembar observasi. Berdasarkan masalah dan kajian teori yang telah
dilakukan, peneliti menyusun rancangan awal (draft) instrumen penelitian yang
berupa media modul fisika berbasis inkuiri terbimbing, angket respon siswa
terhadap modul, dan lembar validasi. Modul fisika berbasis inkuiri terbimbing
dibagi menjadi dua kegiatan belajar yaitu pada kegiatan 1 dengan sub materi
momentum dan implus, kegiatan 2 dengan sub materi tumbukan. Pada masing-
masing kegiatan terdapat cerita permasalahan dalam kehidupan sehari-hari untuk
diidentifikasi permasalahannya dan kegiatan percobaan yang dilakukan siswa
dengan petunjuk pada lembar kerja peserta didik yang dilengkapi dengan soal
diskusi kelompok serta dilengkapi dengan latihan soal untuk mengukur tes
formatif siswa, dan dilengkapi pula uraian materi, soal-soal evaluasi akhir yang
berkaitan dengan keseluruhan materi fisika.
63

4.1.3. Tahap Develop (Pengembangan)


Setelah rancangan awal media modul fisika terselesaikan, selanjutnya
adalah tahap develop (pengembangan), yang terdiri dari validasi dosen ahli dan
praktisi, penelitian dilakukan satu kali yaitu pada uji lapangan. Uji coba lapangan
dilaksanakan di kelas XI IPA SMA Swasta Bina Bersaudara yang melibatkan 30
siswa, penelitian dilaksanakan pada tanggal 7 Agustus 2019 sampai dengan 15
Agustus 2019.
Hasil dari tahap pengembangan ini adalah data kualitatif dan data
kuantitatif yang diperoleh dari hasil penilaian validator ahli dan praktisi dengan
mengisi penilaian atau lembar validasi, data respon siswa dalam angket respon.

4.1.3.1. Penilaian Modul Fisika Berbasis Inkuiri Terbimbing


Kegiatan validasi materi dan media modul fisika berbasis inkuiri
terbimbing pada materi momentum dan impuls dilakukan oleh 2 orang tim ahli
yaitu Bapak Purwanto, S.Si, M.Pd sebagai ahli materi dan Ibu Yeni Megalina,
S.Pd, M.Si sebagai ahli media.
Tabel 4.1 Rekaman Proses Validasi oleh Validator
Hasil Validasi
No
MODUL MATERI
Warna cover dan gambar animasi Penomoran pada gambar belum sesuai
1
pada modul kurang menarik
2 Gambar animasi pada cover modul Contoh kasus atau permaalahan pada
sesuaikan dengan objek pengguna tumbukan dan impuls masih kurang
modul sesuai dengan fakta
3 Spasi tab pada setiap paragrap Terdapat beberapa penjelasan mengenai
terlalu jauh gambar, namun gambarnya tidak ada.
4 Penggunaan jenis huruf terlalu Penulisan daftar pustaka kurang tepat
banyak
64

Tabel 4.2 Modul Sebelum dan Sesudah Validasi


a. Rekaman perbaikan Materi
Sebelum Validasi Sesudah Validasi
Contoh ilustrasi impuls Contoh ilustrasi impuls
Sebuah bola tenis dipukul oleh raket Sebuah bola tenis dipukul oleh raket
tenis dan bola dipukul dengan tokat tenis. Bagaimana perubahan gaya
pemukul. Bagaimana perubahan yang terjadi akibat pukulan raket
bentuk bola akibat pukulan raket dan tersebut?
tongkat pemukul?
Penjelasan contoh ilustrasi Penjelasan contoh ilustrasi
Ternyata, raket yang memukul bola Ternyata, raket yang memukul bola
tenis mengakibatkan terjadi tenis mengakibatkan perubahan
perubahan bentuk bola dan raket yang pada gaya yang diberikan oleh raket
disebabkan oleh gaya yang besar yang kepada bola tenis.
diberikan satu sama lain.
Keterangan langkah percobaan

Soal setelah percobaan Apa yang terjadi pada kelereng


Apa yang terjadi pada keleren dalam dalam jalur kertas pada eksperimen
jalur kertas yang sudah dibentuk diatas sebelum dan sesudah
sebelum dan sesudah tumbukan? tumbukan?
Gambar pada materi tumbukan
65

4.1.3.2.Penilaian Kelayakan Modul Fisika Berbasis Inkuiri Terbimbing Oleh


Validator
Penilaian modul fisika dilakukan oleh validator ahli dan validator praktisi.
Penilaian ini diperoleh dari lembar penilaian berupa angket dengan skala skor 1
sampai dengan 4. Berdasarkan analisis dosen ahli dan guru mata pelajaran fisika
kelas XI SMA Swasta Bina Bersaudara memiliki rata-rata dengan kategori
kualitas layak. Hasil validasi modul fisika oleh validator ahli dapat dilihat dari
tabel berikut:
Tabel 4.3 Hasil Validasi Media dan Materi Modul
ASPEK KELAYAKAN MODUL Rata-rata penilaian Keterangan
FISIKA dari validator
Kelayakan 82,14 % Sangat Layak
Media Kegrafikan
Kelayakan Bahasa 82, 88 % Sangat Layak
Kelayakan Isi 92,18 % Sangat Layak
Kelayakan 94,2 % Sangat Layak
Materi penyajian
Penilaian 93,75 % Layak
kontekstual

Dari tabel 4.3 Secara umum terlihat media dan materi modul pembelajaran
telah mengacu paa kategori sangat valid sehingga perangkat pembelajaran sudah
layak untuk diujicobakan dan digunakan.
4.1.4. Tahap Implementasi (Penerapan)
4.1.4.1. Penilaian Kelayakan Modul berdasarkan Respon Guru dan Siswa
Penilaian kelayakan respon guru dilakukan dengan melibatkan satu guru
mata pelajaran fisika. Uji kelayakan tersebut menguji tentang modul yang akan
dikembangkan dari mulai tampilan modul, kelayakan isi, komponen inkuiri
terbimbing sampai kebahasaan. Hasil uji kelayakan menunjukkan modul yang
digunakan dinyatakan sangat baik dan layak digunakan oleh guru tersebut. Hasil
skor dari respon guru dapat dilihat dalam tabel berikut.
66

Tabel 4.4 Hasil Validasi Guru Fisika


No Indikator Persen penilaian guru Kategori
1 Tampilan modul 87,5 % Sangat Layak
2 Penyajian Modul 87,5 % Sangat Layak
3 Komponen inkuiri Sangat Layak
87,5 %
terbimbing
4 Kebahasaan 91,6 % Sangat Layak

Hasil dari penilaian respon siswa melalui angket pada uji coba kelompok
kecil yang dilakukan oleh 7 orang pada kelas XI SMA memiliki kategori tampilan
modul mendapatkan rata-rata penilaian sebesar 71,42 % , penilaian pada
penyajian modul 79,28 % , dan pada komponen inkuiri terbimbing mendapatkan
nilai 75,00 %. Dari hasil yang diperoleh modul berbasis inkuiri pada kategori
layak. Hasil skor dari respon siswa dapat dilihat pada tabel berikut :
Data respon siswa terhadap modul fisika berbasis inkuiri terbimbing
diperoleh melalui uji coba lapangan dari 30 siswa di kelas XI IPA dengan
memberikan angket respon siswa terhadap modul fisika yang dikembangkan. Pada
Tabel 4.6 berikut disajikan hasil dari respon siswa terhadap modul fisika pada uji
coba lapangan.
Tabel 4.5 Hasil Angket Respon Siswa
No Indikator Persen rata-rata penilaian Kategori
ketertarikan siswa
1 Tampilan modul 84,16 % Sangat Baik
2 Penyajian Modul 84,33 % Sangat Baik
3 Komponen inkuiri Sangat Baik
80,66 %
terbimbing

Dari tabel diatas terlihat bahwa hasil dari angket respon siswa pada indicator
tampilan modul persen rata-rata nya 84,16 %, penyajian modul 84,33 % dan
komponen inkuiri terbimbing 80,66 %. Dari rata-rata persen yang didapat maka
kategori pada modul adalah sangat layak dan dapat digunakan dalam proses
pembelajaran.
67

4.1.3.3. Penilaian Tes Keterampilan Proses Sains Siswa


Peningkatan keterampilan proses sains siswa menggunakan modul
pembelajaran momentum dan impuls berbasis inkuiri terbimbing diperoleh dari
hasil pretest dan posttest yang telah dilakukan oleh siswa.
Analisis dilakukan berdasarkan nilai pretest dan posttest pada uji coba
lapangan, yang kemudaian diketahui hasilnya dari nilai gain hasil skor pretest dan
posttest. Pada lampiran 6 secara rinci disajikan tabel hasil analisis skor pretest
dan posttest siswa pada uji coba lapangan. Pada Tabel 4.6 disajikan ringkasan
hasil analisis skor pretest dan posttest siswa pada uji coba lapangan.

Tabel 4.6. Hasil Analisis Pretest dan Postest Keterampilan Proses Sains Siswa
Nilai SKOR RATA-RATA N-GAIN KATEGORI
Pretest 62.02
0,5 Sedang
Postest 81.07

Dari hasil data tabel diatas dapat kita ketahui bahwa skor nilai rata-rata
posttest mengalami peningkatan dari hasil pretest dengan nilai n-gain 0,5 yang
termasuk kedalam kategori sedang pada hasil keterampilan proses sains siswa.

90
81.07
80

70
62.02
60
50
50 pretest

40 posttest

30 n-gain

20

10

0
pretest posttest n-gain

Gambar. 4.1 Diagram Batang Hasil Pretest, Postest dan n-gain


68

Berdasarkan hasil analisis secara umum, keterampilan proses sains siswa


terhadap materi momentum dan impuls dengan menggunakan modul fisika
berbasis inkuiri terbimbing meningkat. Hal ini ditunjukkan oleh hasil pretest dan
posttest setiap siswa pada uji coba lapangan yang mengalami kenaikan. Pada
Gambar 4.1 diatas disajikan diagram batang hasil peningkatan keterampilan
proses sains siswa pada uji coba lapangan dimana aspek keterampilan proses sains
siswa yang ditinjau dari rata-rata kelas pretest dan posttest.
Dari hasil tes belajar yang telah dilakukan siswa diperoleh bahwa 26 dari
30 siswa dinyatakan lulus KKM. Perolehan skor siswa dapat dilihat pada lampiran
7. Persentase jumlah siswa yang lulus KKM adalah sebesar 86,67%, jumlah
persentase ini dalam kategori baik.
Dimana modul dikatakan efektif apabila dalam tes hasil belajar siswa
diperoleh dalam kategori minimal baik. Perhitungan persentase jumlah siswa yang
lulus KKM dapat dilihat pada lampiran.

Tabel 4.7 Nilai Pretest dan Posttest Indikator Keterampilan Proses Sains

No Indikator Keterampilan Pretest Posttest N-Gain


1 Merancang 70.0 91.6 0.7
2 Merumuskan Hipotesis 61.6 85.0 0.6
3 Mengamati 60.6 74.1 0.3
4 Mengukur&Menghitung 56.6 75.8 0.4
5 Berkomunikasi 63.3 84.1 0.5
6 Memprediksi 62.5 80.0 0.4
Total 62.02 81.07 0.58

Dari data diatas terlihat hasil uji efektivitas diperoleh 62.02 untuk pretest,
sedangkan untuk posttest diperoleh 81.07, dari data berikut terlihat perbedaan
nilai yang diperoleh dari sebelum pembelajaran menggunakan modul berbasis
inkuiri dan setelah pembelajaran menggunakan modul inkuiri menggunakan
modul berbasis inkuiri. Nilai yang diperoleh menunjukkan bahwa pembelajaran
setelah menggunakan modul berbasis inkuiri dapat meningkatkan keterampilan
proses sains siswa. Setiap indikator keterampilan proses sains terlihat meningkat
sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan modul berbasiis inkuiri
terbimbing.
Rincian indikator keterampilan proses sains diinterpretasikan pada
Gambar 4.2 berikut.
69

100 91.6
90 85 84.1
80
80 74.1 75.8
70 70
70 61.6 60 60.6 63.3 62.5
60 56.6
50
50 40 40
40 30 pretest
30
postest
20
10 n-gain
0

Gambar 4.2 Grafik Perhitungan Pretest-Postest dan N-Gain Indikator


Keterampilan Proses Sains

Gambar 4.2 memperlihatkan bahwa N-Gain dari setiap indikator


keterampilan proses sains yang terlihat bahwa yang paling tinggi terdapat pada
indikator merancang. Dari hasil N-Gain yang diperoleh terlihat adanya
peningkatan keterampilan proses sains siswa dilihat dari hasil pretest dan posttest.

4.1.4. Tahap Evaluation (Evaluasi)


Dari perolehan hasil validasi yang telah didapatkan dari ahli, guru, hasil
tes siswa serta angket respon siswa maka modul yang telah dikembangkan
memenuhi kategori layak digunakan dengan persentase yang telah diperoleh.
Meskipun masih banyak beberapa kekurangan yang harus diperbaiki untuk
membuat modul lebih baik dan lebih layak untuk dipergunakan dalam proses
pembelajaran dikelas.

4.2. Pembahasan
Pada penelitian ini, sebelum dilakukannya pengembangan modul terlebih
dahulu dilakukan analisis kebutuhan terhadap sekolah yang akan menjadi tempat
penelitian. Hasil dari analisis yang diperoleh adalah bahan ajar hanya berisikan
kumpulan materi dan latihan-latihan soal, sehingga kurang dapat mendorong
70

siswa untuk menemukan konsep sendiri dan mengakibatan siswa belum mampu
menghubungkan konsep. Bahan ajar yang digunakan hanya berfokus pada
penjabaran konsep-konsep materi secara teoritis dan belum melibatkan siswa
untuk mencoba mengumpulkan bukti-bukti kebenaran dari teori. Bahan ajar
cenderung mendorong siswa belajar dengan cara hafalan dan belum mengarahkan
siswa untuk menemukan konsep melalui kegiatan praktikum. Bahan ajar dicetak
pada kertas buram dan tidak berwarna, sehingga membuat siswa kurang tertarik
dalam belajar. Bahan ajar berisi beberapa gambar yang kurang relevan dengan
materi, sehingga kurang mendukung pemahaman materi siswa. Hal ini sesuai
dengan merujuk dari penelitian sebelumnya oleh Habsari, dkk (2016) yang
menyatakan bahwa bahan ajar yang ditemukan didominasi oleh tulisan dan
kurangnya gambar yang mampu mempresentasikan isi materi, kemudian bahan
ajar berisi beberapa gambar yang kurang relevan dengan materi.
Dari penelitian yang telah dilakukan, Kelayakan Modul Fisika Berbasis
inkuiri terbimbing ini ditinjau dari hasil penilaian dosen dan guru. Kedua validator
memvalidasi materi dan bahan ajar berupa modul layak digunakan dalam
pembelajaran atau tidak. Secara keseluruhan kelayakan didapatkan bahwa modul
yang dibuat oleh peneliti layak untuk digunakan dikarenakan dari dosen dan guru
fisika dalam kategori sangat baik. Dalam penelitian ini ada beberapa aspek yang
di validasi merujuk pada hasil penelitian yang dilakukan Mawarni (2017) yaitu isi
media, aspek bahasa dan gambar, aspek penyajian, dan aspek kegrafikan.
Keempat aspek tersebut secara keseluruhan terpenuhi untuk dikatakan bahwa
modul layak digunakan, akan tetapi untuk isi media atau modul dalam penelitian
ini kurang memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan kemampuan literasi
sains aspek konteks sains. Hal tersebut dikarenakan isi modul kurang mengacu
pada kejadian, benda, atau alat yang ada di lingkungan peserta didik. Oleh karena
itu, isi modul sebaiknya mengacu pada kejadian di sekitar lingkungan peserta
didik sehingga di hasilkan produk yang lebih baik dan fasilitas mengembangkan
kemampuan literasi peserta didik antara konten maupun konteks sains seimbang.
Penelitian ini dilakukan di SMA Swasta Bina Bersaudara pada bulan
September 2019. Subjek penelitian adalah peserta didik kelas XI IPA. Penelitian
ini menggunakan 1 kelas. Berdasarkan hasil respon peserta didik yang telah
71

menggunakan modul fisika berbasis inkuiri terbimbing diperoleh nilai dengan


rata-rata total pada indikator tampilan modul 84,16%, penyajian modul 84,33%,
dan komponen ikuiri terbimbing 80,66%. Dengan persentase yang diperoleh maka
didapatkan bahwa modul yang digunakan berada pada kategori sangat baik.
Sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Yunita (2014) memperoleh
angket respon siswa dengan rata-rata memperoleh 97,92% pada nilai karakter,
100% kriteria bahasa dan 98% pada penyajian fisik dan beliau mengatakan pada
kategori sangat baik.
Keterkaitan antara hasil belajar serta hasil angket respon siswa adalah
untuk melihat bagaimana ketertarikan siswa belajar menggunakan media yang
baru dikembangkan dengan hasil belajar yang mereka peroleh. Hasil angket yang
diperoleh dari modul yang dikembangkan mendapatkan respon yang bagus dari
peserta didik yang telah menggunakan modul tersebut. Rata-rata nilai respon yang
diperoleh dari setiap indikator mendapatkan kategori sangat baik. Hasil belajar
yang peserta didik peroleh juga meningkat dilihat dari hasil pretest dan posttest
yang dilakukan. Dari hasil posttest yang telah dilakukan terlihat adanya efektivitas
dari modul yang telah dikembangkan. Ini terlihat dari nilai n-gain yang diperoleh
yaitu 0,5 yang diinterpretasikan dalam kategori sedang. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian Izzati, dkk (2014) yang memperoleh hasil angket respon siswa
dalam kategori baik dengan rata-rata hasil belajar peserta didik meningkat dengan
rata-rata nilai posttest yang diperoleh adalah 84.
Hasil pretest dan posttest yang telah dilakukan memperoleh N-Gain 0,5
yang berarti memiliki kategori sedang. Penggunaan modul yang telah
dikembangkan dapat menumbuhkan indikator keterampilan proses sains siswa
pada indikator keterampilan memprediksi siswa dapat menafsirkan gambar atau
fenomena sebagai hipotesis awal penelitian sebagaimana yang diungkapkan
Sheeba (2013) pada penelitiannya. Indikator merumuskan hipotesis dilihat dari
siswa menjawab pertanyaan dari langkah-langkah yang telah dilakukan secara
terinci. Hal ini sejalan dengan pernyataan Özgelen (2012) bahwa merumuskan
hipotesis berkaitan dengan keterampilan berpikir mencipta (creativity). Indikator
keterampilan identifikasi variabel dapat dilihat dari siswa dapat menentukan
variabel yang diuji berkaitan dengan fenomena yang diberikan sesuai dengan
72

kriteria pada soal sebagaimana pernyataan (Komikesari, 2016) pemberian bantuan


kepada siswa yang lebih terstruktur pada awal pembelajaran dan secara bertahap
mengalihkan tanggung jawab belajar kepada siswa untuk bekerja atas arahan diri
mereka sendiri.
Indikator keterampilan interpretasi dapat dilihat dari siswa sudah mulai
melatih untuk memprediksi, membuat penyajian data yang disertakan dalam
laporan pratikum. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Özgelen, 2012) pada
penelitiannya bahwa membuat prediksi, menarik kesimpulan, dan membuat
hipotesis dari data yang dikumpulkan juga merupakan indikator keterampilan
proses sains. Indikator keterampilan merumuskan kesimpulan dapat dilihat dari
siswa dapat menyimpulkan tujuan dari pembelajaran. Hal ini sesuai dengan
pernyataan (Aydin, 2013) yang menyatakan bahwa menggambarkan kesimpulan
adalah keterampilan proses pada level yang lebih tinggi. Secara keseluruhan,
pembelajaran inkuiri dapat menumbuhkan keterampilan proses sains. Hal ini
sesuai dengan pendapat Weil & Joyce (2000) yang menyatakan bahwa model
pembelajaran inkuiri ini mengembangkan model inkuiri yang meliputi
keterampilan proses yang meliputi pengamatan, mengumpulkan dan
mengorganisasi data, mengidentifikasi dan mengontrol variabel, menguji dan
merumuskan hipotesis, keterampilan menjelaskan dan inferensi.
Pembelajaran inkuiri yang diterapkan dapat menumbuhkan aspek
keterampilan menyusun laporan siswa, hal ini sesuai dengan pernyataan yang
dikemukakan oleh Bilgin (2009) yang mengatakan bahwa aktifitas pembelajaran
dengan menggunakan inkuiri terbimbing membantu siswa untuk mengembangkan
rasa tanggung jawab individu, metode kognitif, pembuatan laporan, penyelesaian
masalah, dan kemampuan memahami.
Kendala-kendala yang ditemukan dalam pengembangan modul
pembelajaran momentum dan impuls berbasis inkuiri terbimbing untuk
meningkatkan keterampilan proses sains adalah sulitnya mendesain cover mdul
agar sesuai dengan judul pada modul, terdapat beberapa gambar ilustrasi dan
animasi yang sulit dicari berkaitan dengan materi-materi fisika yang dibahas
dalam modul untuk digunakan dalam membuat media, serta keterbatasan
pengetahuan yang dimiliki peneliti dalam dunia teknologi informasi dan
73

komunikasi membuat proses pengerjaan produk membutuhkan waktu yang cukup


lama. Kemudian modul yang dikembangkan masih tergolong sederhana, modul
masih dicetak dengan mesin cetak biasa sehingga masih ada kualitas gambar dan
warna yang masih kurang maksimal.

Anda mungkin juga menyukai