TINJAUAN PUSTAKA
7
8
disekitar kita yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan belajar. Contohnya pasar,
museum, kebun binatang, masjid, lapangan, dan sebagainya.
Sementara itu, menurut bentuk/isinya, sumber belajar dibedakan menjadi
lima macam, yaitu tempat atau lingkungan alam sekitar, bendaa, orang, buku,
peristiwa, dan fakta yang terjadi.
a. Tempat atau lingkungan alam sekitar di sini adalah dimana saja seseorang
bisa melakukan proses atau perubahan tingkah laku, maka tempat tersebut
dapat dikelompokkan sebagai tempat belajar. Denga kata lain itu
merupakan sumber belajar. Sebagai contohnya, perpustakaan, museum,
sungai, pasar, gunung, kolam ikan, dan lain sebagainya.
b. Benda adalah segala benda yang memungkinkan terjadinya perubahan
tingkah laku bagi peserta didik, maka benda itu dapat dikategorikan
sebagai sumber belajar. Contohnya situs, candi, benda peninggalan
lainnya.
c. Orang adalah siapa saja yang memiliki keahlian dan kemampuan teetentu
dimana peserta didik dapat belajar sesuatu, maka yang bersangkutan dapat
dikategorikan sebagai sumber belajar. Contohnya guru, ahli geologi,
politisi, dan sebagainya.
d. Buku adalah segala macam buku yang dapat dibaca secara mandiri oleh
peserta didik dapat dikelompokkan sebagai sumber belajar. Contohnya
buku pelajaran, buku teks, kamus, ensiklopedia dan lain sebagainya.
e. Peristiwa dan fakta yang sedang terjadi contohnya adalah peristiwa
kerusuhan, peristiwa bencana, dan peristiwa lainnya yang guru dapat
menjadikan peristiwa atau fakta itu sebagai sumber belajar.
(Prastowo, 2015)
a. Kurikulum .
b. Karakteristis sasaran.
c. Tuntutan pemecahan masalah belajar.
Bahan ajar yang digunakan juga memiliki manfaat tersendiri bagi peserta
didik. Menurut Daryanto (2014) manfaat bahan ajar bagi peserta didik antara lain :
a. Kegiatan pembelajaran menjadi lebih baik .
b. Kesempatan untuk belajar secara mandiri dan mengurangi
ketergantungan terhadap kehadiran guru .
c. Mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi yang
harus dikuasai.
Bahan ajar yang baik harus dirancang dan ditulis sesuai dengan kaidah
instruksional. Hal ini diperlukan karena bahan ajar akan digunakan sebagai
pendidik untuk membantu tugas mereka dalam proses belajar – mengajar.
Pendidik (pelatih, guru, dosen, tutor, dan lain-lain) akan sangat terbantukan
dengan adanya bahan ajar karena kegiatan belajar-mengajar diharapkan akan
berlangsung lebih efektif (dalam hal waktu dan ketersampaian materi) kepada
peserta didik. Dampak positif lainnya dengan adanya bahan ajar adalan dosen,
guru, pelatih akan mempunyai lebih banyak waktu untuk membimbing peserta
didik dalam proses belajar mengajar (Widodo, 2008).
Bahan ajar tidak sama dengan sumber belajar. Sebab, bahan ajar memiliki
berbagai jenis dan bentuk. Namun demikian, para ahli telah membuat bebrapa
kategori untuk macam-macam bahan ajar tersebut. Beberapa kriteria dalam
membuat klasifikasi tersebut adalah berdasarkan bentuknya, cara kerja ya, dan
sifatnya. (Prastowo, 2015)
Bahan ajar digunakan untuk meningkatkan pembelajaran peserta didik di
kelas. Seorang guru menggunakannya untuk membuat proses pembelajaran yang
efektif. Peran seorang guru dalam merancang ataupun menyusun bahan ajar
sangatlah menentukan keberhasilan proses belajar dan pembelajaran melalui
sebuah bahan ajar. Bahan ajar dapat juga diartikan sebagai segala bentuk bahan
yang disusun secara sistematis yang memungkinkan siswa dapat belajar secara
mandiri dan dirancang sesuai kurikulum yang berlaku. Dengan adanya bahan ajar,
guru akan lebih runtut dalam mengajarkan bahan kepada peserta didik dan
10
Berdasarkan jenis-jenis bahan ajar diatas, peneliti memilih bahan ajar yang
dikembangkan adalah bahan ajar cetak yang berupa modul pembelajaran
2.1.4. Modul
Modul adalah sebuah bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan
bahasa yang mudah dipahami oleh peserta didik sesuai tingkat pengetahuan dan
usia mereka, agar mereka dapat belajar sendiri (mandiri) dengan bantuan atau
bimbingan yang minimal dari pendidik. Kemudian dengan modul peserta didik
juga dapat mengukur sendiri tingkat penguasaan mereka terhadap materi yang
dibahas pada setiap satu satuan modul, sehingga apabila telah menguasainya,
maka mereka dapat melanjutkan pada satu satuan modul tingkat berikutnya. Oleh
karena itu modul harus menggambarkan kompetensi dasar yang akan dicapai oleh
peserta didik, serta disajikan dengan bahasa yan baik, menarik, dan dilengkapi
dengan ilustrasi (Prastowo, 2015).
2.1.4.1 Penyusunan Modul Pembelajaran
Dalam penyusuna sebuah modul, ada empat tahapan, yaitu :
1. Analisis Kurikulum
Tahap pertama ini bertujuan untuk menentukan materi-materi mana yang
memerlukan bahan ajar. Dalam menentukan materi, analisis dilakukan dengan
13
cara melihat inti materi yang diajarkan serta kompetensi dan hasil belajar kritis
yang harus dimiliki oleh peserta didik.
2. Menentukan Judul Modul
Setelah analisis kurikulum selesai dilakukan, tahapan berikutnya adalah
menentukan judul modul. Untuk menentukan judul modul, maka kita harus
mengacu kepada kompetensi-kompetensi dasar atau materi pokok yang ada
didalam kurikulum. Satu kompetensi dapat dijadikan sebagai judul modul apabila
kompetensi itu tidak terlalu besar. Sedangkan besarnya kompetensi dapat
diseleksi, antara lain dengan cara, apabila diuraikan ke dalam materi pokok (MP)
mendapatkan maksimal 4 MP, maka kompetensi itu telah dapat dijadikan sebagai
satu judul modul. Namun, jika kompetensi diuraikan menjadi lebih dari 4 MP,
maka perlu dipertimbangkan kembali apakah akan dipecah menjadi dua judul
modul atau tidak.
3. Pemberian Kode Modul
Pada umumnya, kode modul adalah angka-angka yang diberi makna.
Contohnya digit pertama angka satu (1) berarti IPA, angka dua (2) berarti IPS,
angka tiga (3) berarti Bahasa, dan seterusnya. Selanjutnya, digit kedua merupakan
kelompok utama kajian, aktivitas atau spesialisasi pada jurusan yang
bersangkutan. Misalnya untuk jurusa IPA angka 1 (satu) pada digit kedua berarti
Fisika, angka 2 (dua) berarti Kimia, angka 3 (tiga) berarti Biologi dan seterusnya.
4. Penulisan Modul
Ada lima hal penting yang hendaknya kita jadikan acuan dalam proses
penulisan modul, sebagaimana dijelaskan berikut ini :
a. Perumusan kompetensi dasar yang harus dikuasai
Rumusan kompetensi dasar pada suatu modul adalah spesifikasi kualitas
yang semestinya telah dimiliki oleh peserta didik setelah mereka berhasil
menyelesaikian modul tersebut.
b. Penentuan alat evaluasi atau penilaian
Poin ini adalah mengenai criterion items, yaitu sejumlah pertanyaan atau
tes yang digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik dalam
menguasai suatu kompetensi dasar dalam bentuk tingkah laku.
14
tentang tujuan pembelajaran yang hendak dicapai dalam modul yang akan
dikembangkan sangatlah dibutuhkan. Maka dari itu tuliskan tujuan pembelajaran
dalam kalimat yang mengandung aspek ABCD (Audience, Behaviour, Condition,
dan Degree).
Audience merujuk pada siapa yang menjadi target, sasaran, atau peserta
didik. Behaviour menjelaskan tentang kompetensi yang diharapkan akan dikuasai
setelah mempelajari modul, atau dengan kata lain perilaku yang dapat diamati
sebagai hasil belajar. Sementara itu, condition merujuk pada situasi dimana tujuan
diharapkan akan dicapai, atau dalam pengertian, persyaratan yang perlu dipenuhi
agar perilaku yang diharapkan dapat tercapai. Sedangkan degree adalah tingkat
kemampuan yang kita inginkan dikuasai oleh pembaca, atau dapat pula dimaknai
sebagai tingkat penampilan yang dapat diterima.
2. Memformulasikan Garis Besar Materinya
Setelah kita menetapkan tujuan pembelajarannya, maka langkah
berikutnya adalah menentukan garis besar materi yang sesuai. Harus diingat
bahwa dalam menentukan materi, kita harus selalu memperhatikan aspek ABCD
dari tujuan pembelajaran tersebut. Maksudnya, materi harus disesuaikan dengan
target pembaca (contohnya, umur dan tingkat pendidikan), tingkah laku pembaca
yang diharapkan akan dikuasai setelah mempelajari modul, serta kondisi tingkah
laku dan tingkat kemampuan yang diharapkan akan dicapai.
3. Menuliskan Materi
Pada tahap menulis materi, ada empat hal penting yang harus kita
perhatikan, sebagaimana dipaparkan dalam uraian berikut :
a. Menentukan Materi yang akan Ditulis
Ada tiga pertanyaan yang harus dijawab guna menentukan keluasaan dan
kedalaman materi yang ditulis, yaitu:
1) Apa yang harus diketahui peserta didik setelah selesai membaca materi?
2) Apa yang sebaiknya diketahui peserta didik setelah selesai membaca
materi?
3) Apakah ada manfaat jika peserta didik selesai membaca materi?
16
Modul yang ditulis dengan materi yang diluar ketiga jawaban pertanyaan
tersebut tidak akan memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan pembelajaran.
Jadi, sekarang kita tentunya menjadi jelas materi seperti apa yang mesti kita tulis.
b. Menentukan Gaya Penulisan
Untuk kaidah gaya penulisan yang dianggap mampu membantu
penyampaian pesan kepada peserta didik secara efektif meliputi petunjuk sebagai
berikut:
1) Tuliskan kata-kata seolah-olah kita berbicara secara langsung dengan
pembaca. Misalnya, “Saat ini Anda sedang mempelajari modul
Penyusunan Instrumen Penilaian Pembelajaran”.
2) Gunakan kata ganti orang pertama, contohnya Anda, Saudara, Penulis, dan
sebagainya.
3) Bicaralah langsung dengan peserta didik (pembaca).
4) Tulislah mengenai orang, benda, dan fakta.
5) Gunakan kalimat aktif dan subjek personal.
6) Gunakan kata kerja.
7) Gunakan kalimat yang singkat.
8) Gunakan paragraf yang singkat.
9) Gunakanlah kalimat retorika.
10) Lakukan dramatisasi, jika diperlukan.
11) Gunakan ilustrasi, contoh, atau kasus.
u) Glosarium
v) Daftar pustaka
w) Kunci jawaban
3) Menentukan format dan tata letaknya
a. Ukuran halaman dan format modul
b. Kolom dan margin
c. Penempatan tabel, gambar dan diagram.
6. Kemajuan siswa dapat diikuti dengan frekuensi yang lebih tinggi melalui
evaluasi yang dilakukan pada setiap modul berakhir.
7. Modul disusun dengan berdasar pada konsep “Master Learning” suatu
konsep yang menekankan bahwa murid harus secara optimal menguasai
bahan pelajaran yang disajikan dalam modul itu.
Untuk membantu guru dalam pengembangan modul, perlu disusun suatu
acuan yang bersifat oprasional. Acuan yang dimaksud berupa pedoman teknis
yang minimal memuat prinsip-prinsip, kaidah-kaidah, ketentuan-ketentuan, dan
prosedur pengembangan modul. Pedoman teknis perlu dirancang sedemikian rupa
sehingga praktis dan menarik untuk di baca dan digunakan oleh guru dan unsur-
unsur lain dalam penyusunan modul.
Sebagai salah satu jenis bahan ajar, modul memiliki setidak-tidaknya
empat fungsi, sebagai berikut:
1. Bahan ajar mandiri. Maksudnya penggunaan modul dalam proses
pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk
belajar sendiri tanpa tergantung kepada kehadiran pendidik.
2. Pengganti fungsi pendidik. Maksudnya modul adalah sebagai bahan ajar
yang harus mampu menjelaskan materi pembelajaran dengan baik dan
mudah dipahami oleh siswa sesuai dengan tingkat pengetahuan dan
usianya. Sementara fungsi penjelas sesuatu itu juga melekat pada pendidik.
Maka dari itu, penggunaan modul bisa berfungsi sebagai pengganti fungsi
atau peran fasilitator atau pendidik.
3. Sebagai alat evaluasi. Maksudnya dengan modul siswa dituntut dapat
mengukur dan menilai sendiri tingkat penguasaannya terhadap materi yang
telah dipelajari. Dengan demikian modul juga disebut sebagai alat
evaluasi.
4. Sebagai bahan rujukan bagi siswa. Maksudnya karena modul mengandung
berbagai materi yang harus dipelajari oleh siswa, maka model juga
memiliki fungsi sebagai bahan rujukan siswa.
Dilihat dari sisi kegunaannya, modul memiliki empat macam kegunaan dalam
proses pembelajaran, seperti diungkapkan Anggraini dalam Prastowo (2014),
yaitu:
21
Sementara itu secara teknis, modul tersusun dalam empat unsur sebagai
berikut:
a. Judul modul. Judul ini berisi tentang nama modul dari mata kuliah
tertentu.
b. Petunjuk Umum. Unsur ini memuat penjelasan tentang langkah-langkah
yang akan ditempuh dalam pembelajaran, sebagai berikut: pertama,
23
Silabus/RPP
Analisis Pengetahuan,
Kebutuhan Keterampilan, dan
Judul Modul
Pemetaan
2. Desain Modul
Desain penulisan modul yang dimaksud disini adalah Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun oleh guru. Didalam RPP
telah memuat strategi pembelajaran dan media yang digunakan, garis besar materi
pembelajaran dan metoda penilaian serta perangkatnya. Dengan demikian, RPP
diacu sebagai desain dalam penyusunan/penulisan modul. Penulisan modul belajar
diawali dengan menyusun buram atau draft/konsep modul. Modul yang dihasilkan
dinyatakan sebagai buram sampai dengan selesainya proses validasi dan uji coba.
Bila hasil uji coba telah dinyatakan layak, barulah suatu modul dapat
diimplementasikan secara rill di lapangan. Langkah-langkah penyusunan buram
(konsep) modul dapat dilihat pada alur berikut ini :
Kerangka Modul
Perumusan Kunci
Jawaban Kunci Jawaban
Buram
Modul
Gambar 2.2. Penyusunan Buram (Konsep) Modul
26
3. Implementasi
Implementasi modul dalam kegiatan belajar dilaksanakan sesuai dengan
alur yang telah digariskan dalam modul. Bahan, alat, media dan lingkungan
belajar yang dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran diupayakan dapat dipenuhi
agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Strategi pembelajaran dilaksanakan
secara konsisten sesuai dengan skenario yang ditetapkan.
4. Penilaian
Penilaian hasil belajar dimaksudkan untuk mengetahui tingkat penugasan
peserta didik setelah mempelajari seluruh materi yang ada dalam modul.
Pelaksanaan penilaian mengikuti ketentuan yang telah dirumuskan di dalam
modul. Penilaian hasil belajar dilakukan menggunkan instrument yang telah
dirancang atau disiapkan pada saat penulisan modul.
5. Evaluasi dan validasi
Modul yang telah dan masih digunakan dalam kegiatan pembelajaran,
secara periodik harus dilakukan evaluasi dan validasi. Evaluasi dimaksudkan
untuk mengetahui dan mengukur apakah implementasi pembelajaran dengan
modul dapat dilaksanakan sesuai dengan desain pengembangannya. Untuk
keperluan evaluasi dapat dikembangkan suatu instrumen evaluasi yang didasarkan
pada karakteristik modul tersebut. Instrumen ditujukan baik untuk guru maupun
peserta didik, karena keduanya terlibat langsung dalam proses implementasi suatu
modul, dengan demikian hasil evaluasi dapat objektif.
Validasi merupakan proses untuk menguji kesesuaian modul dengan
kompetensi yang menjadi target belajar. Bila isi modul sesuai, artinya efektif
untuk mempelajari kompetensi yang menjadi target belajar, maka modul
dinyatakan valid (sahih). Validasi dapat dilakukan dengan cara meminta bantuan
ahli yang menguasai kompetensi yang dipelajari. Bila tidak ada maka dilakukan
oleh sejumlah guru yang mengajar pada bidang atau kompetensi tersebut.
Validator membaca ulang denga cermat isi modul. Validator memeriksa, apakah
tujuan belajar, uraian materi, bentuk kegiatan, tugas, latihan atau kegiatan lainnya
yang ada diyakini dapat efektif untuk digunakan sebagai media menguasai
kompetensi yang menjadi target belajar. Bila hasil validasi ternyata menyatakan
27
bahwa modul tidak valid maka modul tersebut perlu diperbaiki sehingga menjadi
valid.
6. Jaminan Kualitas
Untuk menjamin bahwa modul yang disusun telah memenuhi ketentuan-
ketentuan yang ditetapkan dalam pengembangan suatu modul, maka selama
proses pembuatannya perlu dipantau untuk meyakinkan bahwa modul telah
disusun sesuai dengan desain yang ditetapkan. Demikian pula, modul yang
dihasilkan perlu diuji apakah telah memenuhi setiap mutu yang berpengaruh
terhadap kualitas suatu modul. Untuk kepentingan penjaminan mutu suatu modul,
dapat dikembangkan suatu standar operasional prosedur dan instrumen untuk
menilai kualitas suatu modul.
Menyiapkan modul yang baik selain memakan waktu yang banyak juga
memerlukan keahlian dan keterampilan yang cukup. Hendaknya pengajar
yang akan memulai pengajaran modul diberikan waktu khusus untuk
mempersiapkannya.
3. Kesulitan Bagi Administrator
Pengajaran modul menurut hakekatnya memerlukan banyak fasilitas yang
akan melibatkan soal pembiayaan yang meliputi gaji pegawai tambahan
untuk mengurus administrasi modul. Tenaga juga diperlukan untuk
menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk melakukan percobaan
yang berhubungan dengan berbagai modul. Menyusun jadwal pelajaran
yang fleksibel dapat pula menimbulkan kesukaran. Pengadaan ujian dan
pemberian angka harus disesuaikan dengan pengajaran modul.
.
2.1.5. Model Pembelajaran Inkuiri
Inkuiri sebagai proses umum yang dilakukan menusia untuk mecapai atau
memahami informasi. Gullo menyatakan strategi inkuiri berarti suatu rangkaian
kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal keseluruhan kemampuan siswa
untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analiti, sehingga
mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
Sasaran utama kegiatan pembelajaran Inkuiri adalah: 1) keterlibatan siswa
secara maksimal dalam proses kegiatan pembelajaran. 2) keterarahan kegiatan
secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran, dan 3) Mengembangkan
sikap percaya diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri
(Trianto, 2010).
Kondisi umum yang merupakan syarat timbulnya kegiatan inkuiri siswa
adalah:
a. Aspek sosial di kelas dan suasana terbuka yang mengundang siswa
berdiskusi.
b. Inkuiri berfokus pada hipotesis.
c. Penggunaan fakta sebagai evidensi (informasi, fakta) (Joyce, 2009).
Untuk menciptakan kondisi seperti ini, guru mempunyai peran sebagai
berikut:
29
pembelajaran, atau kegiatan evaluasi dan mengkaji proses pada saat yang
sama, atau berupa; (3) kajian tentang rancangan, pengembangan, dan proses
evaluasi pembelajaran baik melibatkan komponen proses secara menyeluruh ata
tertentu saja.
Pengertian metode penelitian dan pengembangan atau research and
development sebagai metode yang digunakan untuk menghasilkan produk
tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Sedangkan pengertian
penelitian adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu
produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Berdasarkan pengertian penelitian pengembangan menurut para tokoh
tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian dan pengembangan adalah
proses kajian secara sistematik untuk merancang, mengembangkan, mengevaluasi
program-program, proses, dan hasil pembelajaran yang diimplemetasikan dalam
bentuk produk, baik itu berupa produk baru ataupun menyempurnakan produk
yang sudah ada dengan memvalidasi dan menguji tingkat keefektifitasannya,
sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
2. Langkah-langkah Penelitian
Agar dapat menghasilkan produk yang baik maka perlu dilakukan
rancangan dan pengembangan yang cermat. Prosedur dalam penelitian dan
pengembangan modul Fisika ini adalah model desai penelitian dan
pengembangan ADDIE (Analysis, Design, Develop, Implement Evaluate) yang
dipadukan menurut langkah-langkah penelitian dan pengembangan yang
direkomendasikan oleh Borg dan Gall dengan dasar pertimbangan model
tersebut cocok untuk mengembangkan modul matematika yang valid, efektif,
dan efisien. ADDIE merupakan singkatan dari Analysis, Design,
Development or Production, Implementation or Delivery and
Evaluations seperti ditunjukkan pada Gambar 2.1 sebagai berikut
40
Design
Needs Prototy Implement
assesment pe Formati
Leamer/Ta Selection Creatio ve
sk/Context tactics n of summat
Analysis determina intructio ive
tion n
Analysis Development
Evaluation
2.1.8.2.Impuls
Saat sebuah benda yang memiliki momentum mengalami pengaruh gaya
dari luar yang bekerja dalam selang waktu tertentu sehingga menimbulkan
perubahan momentum. Peristiwa ini dinyatakan sebagai impuls.
Impuls digunakan untuk menambah, mengurangi, dan mengubah arah
momentum dalam selang waktu tertentu. Impuls dapat dirumuskan sebagai hasil
kali gaya dengan selang waktu.
Secara matematis impuls dapat dinyatakan oleh persamaan :
𝐼 = 𝐹. ∆𝑡
43
dengan :
I = Impuls (Ns)
F = gaya (N)
∆𝑡 = selang waktu (s)
Selain itu, jika mendapatkan sebuah grafik gaya F terhadap kurva maka
dapat menentukan besar impuls dari luas daerah di bawah kurva.
m1 m2
F21 F12
m1 m2
Gambar 2.4. Duah buah bola yang saling bertumbukan
Maka menurut hukum III Newton :
𝐹12 = −𝐹21
Apabila tumbukan berlangsung dalam selang waktu tertentu, maka
persamaan di atas dapat ditulis sebagai berikut :
𝑚1 𝑣1′ − 𝑚1 𝑣1 = −(𝑚2 𝑣2′ − 𝑚2 𝑣2 )
44
2.1.8.5. Tumbukan
Tumbukan atau tabrakan terjadi bila sebuah benda yang bergerak
mengenai benda lain yang diam atau sedang bergerak juga. Misalnya, tabrakan
antara dua mobil dijalan raya, tumbukan antara dua bola bilyar dan tumbukan
antara bola dan lantai. Pada setiap peristiwa tumbukan akan selalu berlaku hukum
kekekalan momentum
Tumbukan dibagi kedalam tiga jenis yang disesuaikan dengan
karakteristik gerak benda sesaat setelah tumbukan, yakni :
a. Tumbukan lenting sempurna
b. Tumbukan lenting sebagian
c. Tumbukan tidak lenting sama sekali.
Perbedaan tumbukan-tumbukan tersebut dapat diketahui berdasarkan nilai
koefisien restitusi (e) dari dua benda yang bertumbukan. Koefisien restitusi dari
dua benda yang bertumbukan sama dengan perbandingan negatif antara beda
kecepatan sesudah tumbukan dengan beda kecepatan sebelum tumbukan. Secara
matematis, dapat dinyatakan sebagai berikut :
𝑣1′ − 𝑣2′
𝑒=−
𝑣2 − 𝑣1
dengan :
e = koefisien restitusi (0 < e < 1)
b. Peluncuran Roket
Pada peluncuran roket berlaku hukum kekekalan momentum, yaitu pada
saat mesin roket dinyalakan, gas panas yang dihasilkan dari hasil pembakaran
bahan bakar mendapatkan momentum yang arahnya kebawah dan roket akan
mendapatkan momentum yang besarnya sama dengan arah yang berlawanan
dengan arah buang dari gas panas tersebut.
Pada peluncuran roket terjadi perubahan massa selama geraknya. Hal ini
terjadi karena pada dasarnya gaya dorong roket dihasilkan dari perubahan massa
roket tiap satuan waktu.
Berdasarkan prinsip momentum dan impuls, gaya dorong pada roket dapat
dinyatakan sebagai berikut :
𝐹. ∆𝑡 = ∆(𝑚. 𝑣𝑟𝑒𝑙 )
∆(𝑚. 𝑣𝑟𝑒𝑙 )
𝐹=
∆𝑡
∆𝑚
𝐹= 𝑣
∆𝑡 𝑟𝑒𝑙
dengan :
𝐹= gaya dorong (N)
∆𝑚
= banyaknya massa gas yang disemburkan tiap waktu (kg/s)
∆𝑡
𝑣𝑟𝑒𝑙 = kecepatan relatif (partikel-partikel gas yang disemburkan) terhadap roket (m/s)
Oleh sebab itu, dalam pembelajaran fisika yang ditekankan tidak hanya hasil,
tetapi proses untuk mendapatkan hasil juga diutamakan.
Melalui strategi pembelajaran berbasis inkuiri ini dapat meningkatkan :
motivasi siswa dalam belajar , mencari dan menemukan sendiri jawaban dari
suatu masalah yang dipertanyakan, keterampilan siswa dalam memecahkan
masalah, keterampilan siswa untuk mencari dan mendapatkan informasi akan
meningkat, mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi,
disiplin, tanggung jawab, sopan santun, kerja sama.
Pencapaian hasil belajar dapat optimal diperlukan dengan berbagai
penerapan model pembelajaran yang bermakna, dengan penerapan model
pembelajaran diharapkan siswa mapu menemukan sendiri pengetahuan dan
keterampilan yangdibutuhkan, bukan karena diperoleh dari guru saja tetapi siswa
mampu membangun pengetahuan dalm pemikirannya sendiri dengan adanya
interaksi dengan siswa lain.