Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Hipertensi
Tekanan darah yaitu jumlah gaya yang diberikan oleh darah di bagian dalam
arteri saat darah dipompa ke seluruh sistem peredaran darah. Tekanan darah tidak
pernah konstan. Tekanan darah dapat berubah drastis dalam hitungan detik dan
menyesuaikan diri dengan tuntutan pada saat itu (Herbert Benson,dkk,2012).
Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan tekanan darah tinggi adalah
penyakit kronik akibat desakan darah yang berlebihan dan hampir tidak konstan pada
arteri. Tekanan dihasilkan oleh kekuatan jantung ketika memompa darah. Hipertensi
berkaitan dengan meningkatnya tekanan pada arterial sistemik baik diastolik maupun
sistolik atau kedua-duanya secara terus-menerus (Sutanto,2010).
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140
mmHg atau tekanan diastolic sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko
tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit
saraf, ginjal, dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar
resikonya. (Sylvia A.price)

2. Klasifikasi Hipertensi
secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan yaitu :

Kategori Tekanan darah Tekanan darah


sistol (mmHg) diastol (mmHg)
Optimal <120 <80
Normal <130 <85
High normal 130-139 85-89
Hipertensi
Grade 1 (hipertensi ringan) 140-149 90-99
Grade 2 (hipertensi sedang) 160-179 100-109
Grade 3 (hipertensi berat) 180-209 100-119
Grade 4 (sangat berat) >210 >120
3. Jenis Hipertensi
Menurut Herbert Benson, dkk, berdasarkan etiologinya hipertensi dibedakan menjadi
dua, yaitu:
a. Hipertensi esensial (hipertensi primer atau idiopatik) adalah hipertensi yang tidak
jelas penyebabnya. Hal ini ditandai dengan terjadinya peningkatan kerja jantung
akibat penyempitan pembuluh darah tepi. Lebih dari 90% kasus hipertensi
termasuk dalam kelompok ini. Penyebabnya adalah multifaktor, terdiri dari faktor
genetik, gaya hidup, dan lingkungan.
b. Hipertensi sekunder, merupakan hipertensi yang disebabkan oleh penyakit
sistemik lain yaitu, seperti renal arteri stenosis, hyperldosteronism,
hyperthyroidism, pheochromocytoma, gangguan hormon dan penyakit sistemik
lainnya (Herbert Benson, dkk, 2012).

4. Gejala Hipertensi
Gejala-gejala hipertensi, yaitu: sakit kepala, mimisan, jantung berdebar-debar,
sering buang air kecil di malam hari, sulit bernafas, mudah lelah, wajah memerah,
telinga berdenging, vertigo, pandangan kabur. Pada orang yang mempunyai riwayat
hipertensi kontrol tekanan darah melalui baroreflek tidak adekuat ataupun
kecenderungan yang berlebihan akan terjadi vasokonstriksi perifer yang akan
menyebabkan terjadinya hipertensi temporer (Kaplan N.M, 2010).

5. Patofisiologi Hipertensi
Peningkatan curah jantung dapat terjadi melalui 2 cara yaitu peningkatan
volume cairan (preload) dan rangsangan syaraf yang mempengaruhi kontraktilitas
jantung.
6. Pathway Hipertensi

Faktor predisposisi : usia jenis kelamin,


stress, kurang olahraga, genetik,
konsentrasi garam

Kerusakan vaskuler pembuluh darah

Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh darah

vasokontriksi

Gangguan sirkulasi

otak

Resistensi pembuluh darah otak

Nyeri tengkuk/kepala

Gangguan pola tidur

Sumber : Huda Nurarif & Kusuma H., (2015)


7. Komplikasi Hipertensi
a. Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak atau akibat embolus
yang terlepas dari pembuluh non otak yang terkena tekanan darah.
b. Dapat terjadi infrak miokardium apabila arteri koroner yang aterosklerotik tidak
menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang
menghambat aliran darah melalui pembuluh tersebut.
c. Dapat terjadi gagal ginjal karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada
kapiler-kapiler ginjal, glomelurus. Dengan rusaknya glomelurus, darah akan
mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut
menjadi hipoksik dan kematian.
d. Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna.
Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan
kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang interstisium di seluruh susunan
saraf pusat (Huda Nurarif & Kusuma H, 2015).

8. Cara Pencegahan Hipertensi


a. Penurunan berat badan
b. Mengurangi tingkat stress
c. Olahraga
d. Mengontrolkan diri rutin jika mempunyai riwayat hipertensi keturunan (Huda
Nurarif & Kusuma H, 2015).

9. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viscositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti
hipokoagulabilitas, anemia.
2) BUN/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi/ fungsi ginjal.
3) Glukosa: hiperglikemi ( DM adalah pencetus hipertensi) dapat di akibatkan
oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
4) Urinalisa: darah, protein, glucosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan adanya
DM.
b. CT Scan: mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
c. RKG: dapat menunjukan pola regangan dimana luas, peninggian gelombang P
adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
d. IUP: mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti batu ginjal, perbaikan ginjal.
e. Photo dada: menunjukan destruksi klasifikasi pada area katup, pembesaran
jantung(Huda Nurarif & Kusuma H, 2015).

10. Penatalaksanaan Hipertensi


Penanganan hipertensi dibagi menjadi dua yaitu:
a. Penanganan secara farmakologi
Pemberian obat deuretik, betabloker, antagonis kalsium, golongan penghambat
konversi rennin angiotensi(Huda Nurarif & Kusuma H, 2015).
b. Penanganan secara non-farmakologi
1) Pemijatan untuk pelepasan ketegangan otot, meningkatkan sirkulasi darah, dan
inisiasi respon relaksasi. Pelepasan otot tegang akan meningkatkan
keseimbangan dan koordinasisehingga tidur bisa lebih nyenyak dan sebagai
pengobat nyeri secara non-farmakologi.
2) Menurunkan berat badan apabila terjadi gizi berlebih (obesitas).
3) Meningkatkan kegiatan atau aktifitas fisik.
4) Mengurangi asupan natrium.
5) Mengurangi konsumsi kafein dan alkohol (Widyastuti, 2015).

11. Diagnosa Keperawatan yang sering muncul


Diagnose keperawatan hipertensi yang muncul menurut (Doenges, 2000 ; Nathea,
2008) adalah sebagai berikut :
1) Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
vasokonstriksi pembuluh darah.
2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,
ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
3) Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
4) Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan
berlebihh sehuungan dengan kebutuhan metabolic.
5) Inefektif koping individu berhubungan dengan mekanisme koping tidak
efektif, harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistic.
6) Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakit berhubungan dengan
kurangnya informasi

12. Intervensi Keperawatan


1) Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
vasokonstriksi pembuluh darah.
Intervensi :
a. Observasi tekanan darah
Rasional : Perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang
lebih lengkap tentang keterlibatan/bidang masalah
vaskuler.
b. Catatan keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
Rasional : Denyutan karotis, jugularis, radialis dan femoralis mungkin
teramati/palpasi. Denyut pada tungkai mungkin menurun,
mencerminkan efek dari vasokontriksi.
c. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas
Rasional : S4 umum terdengar pada pasien hipertensi berat karena
adanya hipertropi atrium, perkembangan S3 menunjukkan
hipertropi ventrikel dan kerusakan fungsi, adanya krakels,
mengi dapat mengindikasikan kongesti paru sekunder
terhadap terjadinya atau gagal jantung kronik.
d. Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler
Rasional : Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian
kapiler lambat mencerminkan dekompensasi/penurunan
curah jantung.
e. Catat adanya demam umum/tertentu
Rasional : Dapat mengindikasikan gagal jantung, kerusakan ginjal
atau vaskuler.
f. Berikan lingkungan yang nyaman, tenang, kurangi aktivitas/keributan
lingkungan, batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal
Rasional : Membantu untuk menurunkan tangsangan simpatis,
meningkatkan relaksasi.
g. Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi dan distraksi
Rasional : Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress,
membuat efek tenang, sehingga akan menurunkan tekanan
darah.
h. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapy anti hipertensi,
diuretic
Rasional : Menurunkan tekanan darah.

2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,


ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
Intervensi :
a. Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunakan
parameter : frekuensi nadi 20/menit di atas frekuensi istirahat, catat
peningkatan TD, dipsnea, atau nyeri dada, kelelahan berat dan
kelemahan, berkeringat, pusing atau pingsan.
Rasional : Parameter menunjukkan respon fisiologis pasien terhadap
stress, aktivitas dan indikator derajat pengaruh kelebihan
kerja/jantung.
b. Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh : penurunan
kelemahan/kelebihan, TD stabil, frekuensi nadi, peningkatan perhatian
pada aktivitas dan perawatan diri.
Rasional : Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk memajukan
tingkat aktivitas individual.
c. Dorongan memajukan aktivitas/toleransi perawatan diri. Konsumsi
oksigen miokardia selama berbgaai aktivitas dapat meningkatkan
jumlah oksigen yang ada.
Rasional : Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan tiba-
tiba pada kerja jantung.
d. Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi
kamar mandi, menyikat gigi/rambut dengan duduk dan sebagainya.
Rasional : Teknik penghematan energy menurunkan penggunaan
energy dan sehingga membantu keseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen.
e. Dorong pasien untuk partisipasi dalam memilih periode aktivitas.
Rasional : Seperti jadwal meningkatkan toleransi terhadap aktivitas
dan mencegah kelemahan.

3) Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.


Intervensi :
a. Pertahankan tirah baring selama fase akut.
Rasional : Meminimalkan stimulus meningkatkan relaksasi.
b. Beri tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kepala,
misalnya : kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher.
Rasional : Tindakan yang menurunkan ktekanan vaskuler serebral
dengan menghambat/memblok respon simpatik, efektif
dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya.
c. Hilangkan/meminimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat
meningkatkan sakit kepala : mengejan saat BAB, batuk panjang, dan
membungkuk.
Rasional: Aktivitas yang dapat meningkatkan
vasokontriksimenyebabkan sakit kepala pada adanya
peningkatan tekanan vaskuler serebral
d. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.
Rasional : Meminimalkan oenggunaan oksigen dan aktivitas yang
berlebihan yang memperberat kondisi pasien.
e. Beri cairan, makanan lunak. Biarkan pasien istirahat selama 1 jam
setelah makan.
Rasional : Menurunkan kerja miocard sehubungan dengan kerja
pencernaan.
f. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik, anti
ansietas, diazepam, dll.
Rasional : Analgetik menurunkan nyeri dan menurunkan rangsangan
saraf simpatis.

4) Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan


berlebihh sehuungan dengan kebutuhan metabolic.
Interensi :
a. Kaji pemahaman klien tentang hubungan langsung antara hipertensi
dengan kegemukan.
Rasional : Kegemukan adalah resiko tambahan pada darah tinggi,
karena disproporsi antara kapasitas aorta dan peningkatan
curah jantung berkaitan dengan massa tubuh.
b. Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan
lemak, garam dan gula sesuai indikasi.
Rasional : Kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya
aterosklerosis dan kegemukan yang merupakan
predisposisi untuk hipertensi dan komplikasinya,
misalnya, stroke, penyakit ginjal, gagal jantung, kelebihan
masukan garam, memperbanyak volume cairan intra
vaskuler dan dapat merusak ginjal yang lebih
memperburuk hipertensi.
c. Tetapkan keinginan klien menurunkan berat badan.
Rasional : Motivasi untuk penurunan berat badan adalah internal.
Individu harus berkeinginan untuk menurunkan berat
badan, bila tidak maka program sama sekali tidak berhasil.
d. Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet.
Rasional : Mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dalam program diit
terakhir. Membantu dalam menentukan kebutuhan
individu untuk menyesuaikan/penyuluhan.
e. Dorong klien untuk mempertahankan masukan makanan harian
termasuk kapan dan dimana makan dilakukan dan lingkungan dan
perasaan sekitar saat makanan dimakan.
Rasional : Memberikan data dasar tentang keadekuatan nutrisi yang
dimakan dan dikondisi emosi saat makan, membantu untuk
memfokuskanperhatian pada factor mana klien telah/dapat
mengontrol perubahan.
f. Instruksikan dan bantu memilih makanan yang tepat, hindari
makkanan dengan kejenuhan lemak tinggi (mentega, telur, es krim,
daging, dll) dan kolesterol (daging, berlemak, kuning telur, produk
kalengan, jeroan).
Rasional : Menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan kolesterol
penting dalam mencegah perkembangan aterogenesis.
g. Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi.
Rasional : Memberikan konseling dan bantuan memenuhi kebutuhan
diet individual.

5) Inefektif koping individu berhubungan dengan mekanisme koping tidak


efektif, harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistic.
Intervensi :
a. Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku,
misalnya : kemmapuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan
berpartisipasi dalam rencana pengobatan.
Rasional : Mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola hidup
seorang, mengatasi hipertensi kronik dan
mengintegrasikan terapi yang diharuskan ke dalam
kehidupan sehari-hari.
b. Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan
konsentrasi, peka rangsangan, pnurunan toleransi sakit kepala,
ketidakmampuan untuk mengatasi/menyelesaikan masalah,
Rasional : Manifestasi mekanisme koping maladaptive mungkin
merupakan indicator marah yang ditekan dan diketahui
telah menjadi penentu utama TD diastolic.
c. Bantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan
strategi untuk mengatasinya.
Rasional : pengenalan terhadap stressor adalah langkah petama dalam
mengubah respon seseorang terhadap stressor.
d. Libatkan klien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan
partisipasi maksimum dlaam rencana pengobatan.
Rasional : Keterlibatan memberikan klien perasaan control diri yang
berkelanjutan. Emperbaiki keterampilan koping, dan dapat
meningkatkan kerjasama dalam regiment terapeutik.
e. Dorongan klien untuk mengevaluasi prioritas/tujuan hidup. Tanyakan
pertanyaan seperti : apakah yang anda lakukan merupakan apa yang
anda inginkan?
Rasional : Focus perhatian klien pada realitas situasi yang relative
terhadap pandangan klien tentang apa yang diinginkan.
Etika kerja keras, kebutuhan untuk control dan focus
keluar dapat mengarah pada kurang perhatian pada
kebutuhan0kebutuhan personal.
f. Bantu klien utuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan
hidup yang perlu. Bantu untuk menyesuaikan daipada membatalkan
tujuan diri/keluarga.
Rasional : Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara realistis
untuk menghindari rasa tidak menentu dan tidak berdaya.

6) Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakit berhubungan dengan


kurangnya informasi
Intervensi :
a. Bantu klien dalam mengidentifikasi factor-faktor resiko kardiovaskuler
yang dapat diubah, mislanya: obesitas, diet tinggi lemak jenuh, dan
kolesterol, pola hidup monoton, merokok dan minum alcohol (lebih
dari 60 cc/hari dengan teratur) pola hidup penuh stress.
Rasional : Faktor-faktor resiko ini telah menunjukan hubungan dalam
menunjang hipertensi dan oenyakit kardiovaskuler serta
ginjal.
b. Kaji kesiapan dan hambatan dlaam belajar termasuk orang terdekta,
Rasional : Kesalahan konsep dan menyangkal diagnose karena
perasaan sejahtera yang sudah lama dinikmati
mempengaruhi minimal klien/orang terdekat untuk
mempelajari penyakit, kemajuan dan prognosis. Bila klien
tidak menerima realitas bahwa membutuhkan pengobatan
kontinu, maka perubahan perilaku tidak akan
dipertahankan.
c. Kaji tingkat pemahaman kien tentang pengertian, penyebab, tanda dan
gejala, pencegahan, pengobatan dan akibat lanjut.
Rasional : Mengidentifikasi tingkat pengetahuan tentang proses
penyakit hipertensi dan mempermudah dalam menentukan
intervensi.
d. Jelaskan pada klien tentang proses penyakit hipertensi (pengertian,
penyebab, tanda dan gejala, pencegahan, pengobatan, dan akibat
lanjut) melalui penkes.
Rasional : meningkatkan pemahaman dan pengetahuan klien tentang
proses penyakit hipertensi. (Doenges, 2000; Ncithea, 2008)

DAFTAR PUSTAKA

Depkes. 2009. Pedoman Nasional Penanggulangan Hipertensi. Jakarta.

Herbert Benson, Dkk. 2012. Menurunkan Tekanan Darah. Jakarta : Gramedia.

Huda Nurarif & Kusuma H,. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Edisi Revisi Jilid 2. Jogja : Medi Action.

Kaplan N, M. 2010. Primary Hypertension : Patogenesis, Kaplan Clinical Hypertension.


10th Edition: Lippincot Williams & Wilkins, USA.

Adib, M. (2009), Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung dan Stroke.
Edisi I. Yogyakarta: CV. Dianloka.

Ruhyanudin, F. (2007). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskuler, Jakarta: UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang.

Anda mungkin juga menyukai