Anda di halaman 1dari 9

INDUKSI

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

MATEMATIKA DISKRIT

Yang dibina oleh Ibu Rachmadania Akbarita, S.Si., M.Pd

Oleh:

Isna Laila (1844201007)

Anggraini (1844201021)

Ulfa Fitrotul Niam (1844201017)

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA BLITAR

FAKULTAS ILMU EKSAKTA

PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA

Tahun Akademik 2019/2020


Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul Integral. Tujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi
tugas matakuliah Matematika Ekonomi dan Keuangan bagi program studi Matematika
Universitas Nahdlatul Ulama’ Blitar tahun akademik 2019/2020. Penulis menyadari bahwa
makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari semua pihak demi kelancaran dan kesempurnaan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis mendapatkan bimbingan dari banyak pihak,
sehingga dengan kerendahan hati dan penuh rasa hormat penulis menghaturkan terim kasih
yang sebesar-besarnya bagi semua pihak yang telah memberikan bantuan baik secara langsung
maupun tidak langsung dalam penyusunan makalah ini hingga selesai, terutama kepada yang
saya hormati :

1. Bapak Prof. Dr. H. M. Zainuddin, M.Pd. selaku Rektor Universitas Nahdlatul Ulama’
Blitar.
2. Bapak Ahmad Saifuddin, M.Pd. selaku Wakil Rektor bidang Kemahasiswaan.
3. Bapak Risang Narendra, S.Si., M.Pd. selaku Dekan Fakultas Ilmu Eksakta.
4. Ibu Rizka Rizqy Robby, S.Pd.,M.Si. selaku Ketua Program Studi S1 Matematika.
5. Ibu Rachmadania Akbarita, S.Si., , M.Pd. selaku Dosen Pengampu matakuliah
Matematika Ekonomi dan Keuangan.
6. Orang tua penulis yang selalu mendoakan serta memberikan motivasi.
7. Teman-teman penulis yang selalu mendukung untuk menyelesaikan makalah ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak dan berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Blitar, 08 Februari 2020


1. INDUKSI MATEMATIKA
Induksi matematika (mathematical induction) adalah metode pembuktian yang
sering digunakan untuk menentukan kebenaran dari suatu pernyataan yang diberikan
dalam bentuk bilangan asli. Akan tetapi sebelum membahas induksi matematika, kita
akan membahas suatu prinsip yang digunakan untuk membuktikan induksi matematika,
yaitu prinsip terurut rapi (well-ordering principle) dari bilangan asli.
Induksi matematika adalah suatu teknik yang sederhana, kuat dan bagus untuk
membuktikan sebagai pernyataan mengenai bilangan asli. Induksi matematika
dikatakan sederhana karena pemikiran yang mendasarinya bersifat intuitif dan menarik,
kuat karena penggunaanya yang luas, bagus karena menyajikan kerangka kerja yang
sama atau seragam untuk mempelajari sifat-sifat bilangan asli.
Untuk lebih memahami induksi matematika, misalkan kita mempunyai lima
bilangan anggota yaitu 10, 5, 7, 3, 6. Pada langkah pertama kali membandingkan
dengan 7 diperoleh angka yang kecil adalah 5, 5 dibandingkan dengan angka keempat
yaitu 3 diperoleh angka yang kecil adalah 3. Dengan langkah ini bahwa 3 adalah
bilangan terkecil dalam ddaftar tersebut. Pada langkah kedua, kita menerapkan proses
yang sama pada daftar empat bilangan 10, 5, 7, 6 dan diperoleh bahwa 5 adalah angka
terkecil. Dengan menerapkan proses yang sama pada langkah-langkah berikutnya,
akhirnya diperoleh daftar urutan : 3, 5, 6, 7, 10.
Hal yang penting adalah keefesienan dari algoritma ini, yaitu sejumlah
perbandingan yang dibuat dalam pemilihan bilangan-bilangan tersebut. Banyaknya
perbandingan pada langkah pertama adalah n-1, pada langkah kedua adalah n-2 dan
seterusnya hingga pada langkah akhir seterusnya hingga pada langkah akhir diperoleh
perbandingannya adalah nol.
Jadi, banyaknya perbandingan dalam pengurutan daftar dari n bilangan semula
adalah 1+2+3+...+(n-1). Misalkan s(n)=1+2+...+n=, sehingga kita mengetahui bahwa
S(n)=n+S(n-1).
Dalam menetukan suatu rumus untuk S(n) ada dua persoalan utama, yaitu
memperkirakan suatu rumus dan membuktikan bahwa rumus tersebut adalah benar.
Polya (1945) memuat suatu pembahasan yang bagus tentang teknik yang digunakan
untuk memperkirakan (menebak) rumus, salah satu kemungkinan adalah dengan
mengamati suatu pola.
Suatu permainan yang terdiri dari susunan kartu dimino yang pertama,
mengakibatkan reaksi berantai pada jatuhnya kartu domino yang lain. Permainan yang
sedehana ini membuat pemikiran dasar ``prinsip induksi matematika``. Dapat kita
buktikan pernyataan untuk setiap n jika kita menunjukkan setiap domino bisa
menjatuhkan semua domino. Bila domino bernomor k jatuh, domino bernomor k+1
juga akan jatuh untuk setiap nilai k. Jika dua kondisi terpenuhi: (1) kartu domino yang
pertam jatuh dan (2) jika kartu domino ke k jatuh maka kartu domino ke k+1 juga jatuh.
Jika kita mengidentifikasi jatuhnya suatu domino tertentu dengan kasus percobaan yang
bersesuaian, maka pemikiran seperti ini menujukkan dua hal. Pertama, bahwa kasus
pertama itu benar. Kedua, bahwa jika kasus k benar, maka kasus k+1 juga benar. Karena
tidak ada kasus khusus label kartu domino yang pertama, maka kita peroleh ``prinsip
induksi matematika lemah`` dan ``prinsip induksi matematika kuat``.

A. INDUKSI LEMAH

Induksi matematika adalah cara standart dalam membuktikan bahwa sebuah


pernyataan tertentu berlaku untuk setiap bilangan asli. Pembuktian dengan cara ini
terdiri dari dua langkah, yaitu:

1) Menunjukkan bahwa jika pernyataan itu berlaku untuk bilangan n, maka


pernyataan itu juga berlaku untuk bilangan n + 1.
2) Menunjukkan bahwa jika penyataan itu berlaku untuk bilangan n, maka
pernyataan itu juga berlaku untuk bilangan n + 1.

Pada contoh, pengurutan P(n) merupakan suatu pernyataan bahwa S(n)=


langkah pertama biasa disebut langkah induksi. Asumsi pada langkah kedua yaitu
bahwa kasus ke-k adalah benar disebut hipotesis induksi. Bentuk induksi ini disebut
bentuk lemah karena hipotesis induksi hanya mengansumsikan satu kasus
sebelumnya.

Prinsip induksi matematika merupakan akibat langsung dari definisi bilangan


asli. Misalkan suatu himpunan bilangan S yang mempunyai sifat: bilangan asli q
ada didalam S maka bilangan asli k+1 juga ada didalam S, (k≥q).

Memahami pemikiran yang ada dibalik prinsip ini adalah penting. Langkah
dasar secara eksplisit membuktikan bahwa p(q) adalah benar. Sebuah aplikasi
langkah induksi dengan p=q menghasilkan kebenaran untuk P(q+1), kita dapat
mengaplikasikan lagi bentuk induksi untuk memperoleh kebenaran P(q+2) dan
seterusnya. Langkah induksi secara sederhana mengatakan bahwa jika proses telah
mencapai suatu tahap, maka proses tersebut akan melangkah ketahap selanjutnya.
Tentu saja, proses haruslah diawali dan hal tersebut merupakan fungsi dari langkah
dasar. Langkah induksi mengansumsikan dalil yang harus dibuktikan. Kita
berupaya membuktikan kebenaran sejumlah kasus yang tidak terhingga banyaknya,
dan langkah induksi memperbolehkan kita untuk mengansumsikan satu kasus
sebelumnya untuk membuktikan satu kasus tertentu. Untuk menjelaskan pemikiran
ini, perhatikan contoh: misalkan akan dibuktikan suatu pernyataan bahwa jumlah
n bilangaan asli pertama, yaitu 1+2+:::+n, adalah sama dengan. Untuk
membuktikan bahwa pernyataan itu berlaku untuk setiap bilangan asli, lamgkah-
langkah yang dilakukan adalah sebagi berikut: menunjukkan bahwa pernyataan
tersebut benar untuk n=1. Bahwa jumlah 1 bilangan asli pertama adalah jadi
permyataan tersebut adalah benar untuk n=1.

Menjukkan bahwa jika pernyataan tersebut benar untuk n=k, maka pernyataan
tersebut juga benar untuk n = k+1. Hali ini bisa dilakukan dengan cara:

 Mengansumsikan bahwa pernyataan tersebut benar untuk n =k, yaitu


1+2+...+k=
 Menambahkan k+1 pada kedua ruas, yaitu: 1+2+...+k + (k+1)
 dengan menggunakan manipulasi aljabar, diperoleh
1+2+...+k +(k+1)=
 Dengan demikian 1+2+:::+k+(k+1)=
 Jadi pernyataan tersebut benar untuk n=k+1.

Dengan induksi matematika dapat disimpulkan bahwa pernyataan tersebut


berlaku untuk setiap bilangan asli n.

Contoh soal :

1+3+5+…+(2𝑛 − 1) = 𝑛2

Pertama, kita akan membuktikan kepenaran P(1)

P(1) ≡ (2 𝑥 1 − 1) = 12 = 1 (benar)

Kedua, kita asumsikan p(k) benar.

P(k) ≡ 1 + 3 + 5 + ⋯ + (2𝑘 − 1) = 𝑘 2
Dengan menggunakan hal ini, kita akan membuktikan p(k + 1):

Dari persamaan terakhir, maka:

Ruas Kiri

1 + 3 + 5 +… + (2k - 1) + (2(k + 1)

1 + 3 + 5 + ⋯ + (2k − 1) + (2(k + 1)

𝑘2

= 𝑘 2 + 2𝑘 + 1

= (𝑘 + 1)2

Ruas kanan

(𝑘 + 1)2

𝑘𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 𝒓𝒖𝒂𝒔 𝒌𝒊𝒓𝒊


= 𝑟𝑢𝑎𝑠 𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛, 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑛𝑦𝑎𝑡𝑎𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎𝑠𝑙𝑖 𝑛

B. INDUKSI KUAT

Misalkan bahwa P(n) aadalah suatu pernyataan mengenai bilangan asli n


dan bahwa q adalah suatu bilangan asli tertentu. Untuk membuktikan bahwa P(n)
adalah benar untuk semua k≥q cukup dengan menunjukkan dua hal berikut: kasus
P(q) yang pertama adalah benar jika k≥q dan kasus-kasus p(q),...P(k) benar, maka
kasus berikut yaitu P(k+1) adalah benar.

Langkah dasar, langkah induksi dan hipotesis induksi digunakan dalam cara yang
jelas. Langkah dasar menunjukkan bahwa P(q) adalah benar. Aplikasi dari langkah
induksPi dengan k=q menghasilkan kebenaran untuk P(q+1). Sekarang, kita
mengetahui kebenaran P(q) dan P(q+1), kita dapat menerapkan langkah induksi lagi
untuk memperoleh P(q+2) dan seterusnya. Apabila langkah (1) dan (2) telah
dilakukan dengan benar, dapat disimpilkan bahwa P(n) benar untuk setiap bilangan
asli n.
Apabila langkah (2) telah terbukti dan langkah (1) sudah ditunjukkan bahwa
P(1) adalah benar, maka akan diperoleh rangkaian pernyataan yang benar yaitu:
P(1)→P(2) benar, P(2)→P(3) benar, P(3)→P(4) benar, dan seterusnya. Dengan
demikian diperoleh bahawa P(2) benar, P(3) benar, P(4) benar dan seterusnya. Jadi
P(n) benar untuk setiap bilangan asli n.

Kata kuat mengacu pada kenyataan bahwa hipotesis induksinya mempunyai


lebih banyak informasi dibanding dengan informasi dari hipotesis induksi lemah.
Sebenarnay dua bentuk induksi tersebut adalah equivalen, karena masing-masing
dapat diperoleh dari yang lainnya, dan untuk suatu masalah yang ada, kita
menggunakan bentuk yang paling tepat, dengan kata lain prinsip induksi
matematika kuat memungkinkan kita mencapaikesimpulan yang sama meskipun
memberlakukan asumsi yang lebih banyak.

Pada prinsipnya, induksi matematika adalah metode pembuktian untuk


membangun kesahihan pernyataan matematika yang berhubungan dengan bilangan
asli. Prinsip induksi matematika dibangun atas suatu sifat fundamental himpunan
bilangan asli, yang biasa disebut dengan Well Ondering Property. Well Ondering
Property (WOP) menyatakan bahwa setiap himpunan bilangan tidak kosong dari
himpunan bilangan asli N mempunyai anggota terkecil.

Contoh soal :

Bilangan bulat positif disebut prima jika dan hanya jika bilangan bulat tersebut
habis dibagi dengan 1 dan dirinya sendiri. Kita ingin membuktikan bahwa setiap
bilangan bulat positif n (n ³ 2) dapat dinyatakan sebagai perkalian dari (satu atau
lebih) bilangan prima. Buktikan dengan prinsip induksi kuat.

Penyelesaian:

a. Basis induksi. Jika n = 2, maka 2 sendiri adalah bilangan prima dan di sini 2 dapat
dinyatakan sebagai perkalian dari satu buah bilangan prima, yaitu dirinya sendiri.

b. Langkah induksi. Misalkan pernyataan bahwa bilangan 2, 3, …, n dapat


dinyatakan sebagai perkalian (satu atau lebih) bilangan prima adalah benar
(hipotesis induksi). Kita perlu menunjukkan bahwa n + 1 juga dapat dinyatakan
sebagai perkalian bilangan prima.
Ada dua kemungkinan nilai n + 1:

a) Jika n + 1 sendiri bilangan prima, maka jelas ia dapat dinyatakan sebagai


perkalian satu atau lebih bilangan prima.

b) Jika n + 1 bukan bilangan prima, maka terdapat bilangan bulat positif a yang
membagi habis n + 1 tanpa sisa. Dengan kata lain, (n + 1)/ a = b atau (n + 1) =
ab

Dalam hal ini, 2 £ a £ b £ n. Menurut hipotesis induksi, a dan b dapat dinyatakan


sebagai perkalian satu atau lebih bilangan prima. Ini berarti, n + 1 jelas dapat
dinyatakan sebagai perkalian bilangan prima, karena n + 1 = ab.

Karena langkah (i) dan (ii) sudah ditunjukkan benar, maka terbukti bahwa
setiap bilangan bulat positif n (n ³ 2) dapat dinyatakan sebagai perkalian dari (satu
atau lebih) bilangan prima.

Contoh soal

Buktikan 1 + 2 + 3 + . . . + n = ½ n (n + 1) untuk setiap n bilangan asli.

Penyelesaian:

Pernyataan yang akan dibuktikan adalah 1 + 2 + 3 + . . . + n = ½ n (n + 1)

a. Basis induksi. Dengan demikian, P(1) adalah 1 = ½ .1.(1+1), P(2) = 1 + 2


=½.2.(2+1) dan seterusnya.

b. Untuk membuktikan pernyataan itu, perhatikan bahwa P(1) adalah benar.

Kemudian, misalkan bahwa 1 + 2 + 3 + . . . + n = ½ n (n + 1) adalah


benar, dan kita harus membuktikan bahwa P(n+1) adalah benar. Untuk ini, kita
tambahkan kedua ruas pernyataan P(n) dengan (n + 1) dan diperoleh

1+ 2 + . . . + n + (n + 1) = ½ n (n+1) (n+1)

= ½ [n(n+1)+ 2(n+1)]

= ½ (n2 + 3n + 2)

= ½ (n+1)( n +2)
= ½ (n+1)[( n+1)+1]

Dari sini kita peroleh bahwa Pn+1 adalah benar. Hal ini menunjukkan
bahwa pernyataan

1 + 2 + 3 + . . . + n = ½ n (n + 1)

adalah benar untuk setiap n bilangan asli.

Anda mungkin juga menyukai