Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM TEKNIK TENAGA LISTRIK

ELEKTRONIKA DISKRIT

TRANSFORMATOR DAN OSILOSKOP

Dosen Pembimbing:

Torib Hamzah, S.Pd., M.Pd


Abdul Kholiq, S.ST, MT

Disusun Oleh :

Isthifaiyatul Mahmudah

P27838018016

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA

JURUSAN TEKNIK ELEKTROMEDIK

TAHUN AJARAN 2018/2019


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hampir setiap rumah di Kota maupun Desa dialiri listrik yang berarus 220 V di Indonesia.
Dengan adanya arus 220V ini, kita dapat menikmati serunya drama Televisi, terangnya Cahaya
lampu pijar maupun lampu neon, mengisi ulang handphone dan juga menggunakan peralatan dapur
lainnya seperti kulkas, rice cooker, mesin cuci dan microwave oven. Arus listrik 220 V ini
merupakan jenis arus bolak-balik (AC atau Alternating Current) yang berasal dari perusahaan listrik
yaitu PLN. Tegangan listrik yang dihasilkan oleh PLN pada umumnya dapat mencapai puluhan
hingga ratusan kilo Volt dan kemudian diturunkan menjadi 220 V seperti yang kita gunakan sekarang
dengan menggunakan sebuah alat yang dinamakan Transformator. Transformator disebut juga
dengan transformer.
Oleh karena itu, dalam praktikum kali ini kita akan mengetahui bagaimana prinsip kerja
transformator serta cara mengukur tegangan transformator menggunakan multimeter atau osiloskop.

1.2 Batasan Masalah


1. Dapat mengetahui pengertian, jenis dan fungsi dari transformator.
2. Dapat mengukur tegangan atau arus transformator menggunakan multimeter dan osiloskop.
3. Dapat mengoperasikan osiloskop dengan baik dan benar.

1.3 Rumusan Masalah


1. Apa fungsi dari transformator?
2. Bagaimana cara mengukur tegangan trafo menggunakan osiloskop?
3. Bagaimana cara mengkalibrasi osiloskop?

1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
a. Mahasiswa mampu mengetahui fungsi / karakteristik dari transformator.
b. Mahasiswa mampu mengkalibrasi osiloskop.

1.4.2 Tujuan Khusus


a. Mahasiswa mampu memahami perbedaan trafo CT dan non CT.
b. Mahasiswa mampu membedakan lilitan sekunder, lilitan primer, arus pada trafo.
c. Mahasiswa mampu menghitung tegangan dan arus pada lilitan primer dan sekunder dan
efisiensi trafo.
d. Mahasiswa mampu mengukur hambatan trafo dan menentukan trafo berfungsi baik atau
tidak.
e. Mahasiswa mampu mengukur tegangan trafo menggunakan osiloskop.

1.5 Manfaat
1.5.1 Manfaat Teoritis
Mahasiswa mampu mengetahui pengertian, fungsi dan jenis-jenis transformator beserta
cara kerjanya, dan dapat mengoperasikan osiloskop dengan baik dan benar.

1.5.2 Manfaat Praktis


Mahasiswa mampu mengukur hambatan, tegangan, arus dan menentukan trafo berfungsi
dengan baik atau tidak menggunakan osiloskop.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Transformator
Transformator atau sering disingkat dengan istilah trafo adalah suatu alat listrik yang dapat
mengubah taraf suatu tegangan AC ke taraf yang lain. Maksud dari pengubahan taraf tersebut
diantaranya seperti menurunkan tegangan AC dari 220 VAC ke 12 VAC ataupun menaikkan
Tegangan dari 110 VAC ke 220 VAC. Transformator atau trafo ini bekerja berdasarkan prinsip
induksi elektromagnet dan hanya dapat bekerja pada tegangan yang berarus bolak balik (AC).
Transformator (trafo) memegang peranan yang sangat penting dalam pendistribusian tenaga listrik.
Transformator menaikan listrik yang berasal dari pembangkit listrik PLN hingga ratusan kilo Volt
untuk di distribusikan, dan kemudian transformator lainnya menurunkan tegangan listrik tersebut ke
tegangan yang diperlukan oleh setiap rumah tangga maupun perkantoran yang pada umumnya
menggunakan Tegangan AC 220 Volt.

2.2 Prinsip Kerja Transformator (Trafo)


Sebuah transformator yang sederhana pada dasarnya terdiri dari 2 lilitan atau kumparan kawat
yang terisolasi yaitu kumparan primer dan kumparan sekunder. Pada kebanyakan transformator,
kumparan kawat terisolasi ini dililitkan pada sebuah besi yang dinamakan dengan inti besi (Core).
Ketika kumparan primer dialiri arus AC (bolak-balik) maka akan menimbulkan medan magnet atau
fluks magnetik disekitarnya. Kekuatan medan magnet (densitas Fluks Magnet) tersebut dipengaruhi
oleh besarnya arus listrik yang dialirinya. Semakin besar arus listriknya semakin besar pula medan
magnetnya. Fluktuasi medan magnet yang terjadi di sekitar kumparan pertama (primer) akan
menginduksi GGL (Gaya Gerak Listrik) dalam kumparan kedua (sekunder) dan akan terjadi
pelimpahan daya dari kumparan primer ke kumparan sekunder. Dengan demikian, terjadilah
pengubahan taraf tegangan listrik baik dari tegangan rendah menjadi tegangan yang lebih tinggi
maupun dari tegangan tinggi menjadi tegangan yang rendah.
Sedangkan inti besi pada transformator atau trafo pada umumnya adalah kumpulan lempengan-
lempengan besi tipis yang terisolasi dan ditempel berlapis-lapis dengan kegunaanya untuk
mempermudah jalannya Fluks Magnet yang ditimbulkan oleh arus listrik kumparan serta untuk
mengurangi suhu panas yang ditimbulkan.
Rasio lilitan pada kumparan sekunder terhadap kumparan primer menentukan rasio tegangan
pada kedua kumparan tersebut. Sebagai contoh, 1 lilitan pada kumparan primer dan 10 lilitan pada
kumparan sekunder akan menghasilkan tegangan 10 kali lipat dari tegangan input pada kumparan
primer. Jenis transformator ini biasanya disebut dengan transformator step up. Sebaliknya, jika
terdapat 10 lilitan pada kumparan primer dan 1 lilitan pada kumparan sekunder, maka tegangan yang
dihasilkan oleh kumparan sekunder adalah 1/10 dari tegangan input pada kumparan primer.
Transformator jenis ini disebut dengan transformator step down.

Gambar 2.1 Fluks pada Transformator


(Sumber : https://teknikelektronika.com/pengertian-transformator-prinsip-kerja-trafo/)

2.3 Bentuk dan Simbol Transformator


Berikut ini adalah gambar bentuk dan simbol Transformator :

Gambar 2.2 Bentuk dan Simbol Transformtor


(Sumber : https://teknikelektronika.com/pengertian-transformator-prinsip-kerja-trafo/)

2.4 Jenis-Jenis Transformator berdasarkan Level Tegangan


Trafo yang diklasifikasikan berdasarkan level tegangan ini merupakan trafo yang paling umum
dan sering kita gunakan. Pengklasfikasian ini pada dasarnya tergantung pada rasio jumlah gulungan
di kumparan primer dengan jumlah kumparan sekundernya. Jenis trafo berdasarkan level tegangan ini
diantaranya adalah trafo Step Up dan trafo Step Down.
2.4.1 Trafo Step Up
Seperti namanya, trafo step up adalah trafo yang berfungsi untuk menaikan taraf atau
level tegangan AC dari rendah ke taraf yang lebih tinggi. Tegangan sekunder sebagai tegangan
output yang lebih tinggi dapat ditingkatkan dengan cara memperbanyak jumlah lilitan di
kumparan sekundernya dari pada jumlah lilitan di kumparan primernya. Pada pembangkit
listrik, trafo jenis ini digunakan sebagai penghubung trafo generator ke grid.
2.4.2 Trafo Step Down
Trafo step down adalah trafo yang digunakan untuk menurunkan taraf level tegangan AC
dari taraf yang tinggi ke taraf yang lebih rendah. Pada trafo step down ini, rasio jumlah lilitan
pada kumparan primer lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah lilitan pada kumparan
sekundernya. Di jaringan distribusi, transformator atau trafo step down ini biasanya digunakan
untuk mengubah tegangan grid yang tinggi menjadi tegangan rendah yang bisa digunakan
untuk peralatan rumah tangga. Sedangkan di rumah tangga, kita sering menggunakannya untuk
menurunkan taraf tegangan listrik yang berasal dari PLN (220 V) menjadi taraf tegangan yang
sesuai dengan peralatan elektronik kita.

Gambar 2.3 Trafo Step Up dan Trafo Step Down


(Sumber : https://teknikelektronika.com/jenis-jenis-transformator-trafo/)

2.5 Osiloskop
Osiloskop adalah alat ukur elektronik yang dapat memetakan atau memproyeksikan sinyal listrik
dan frekuensi menjadi gambar grafik agar dapat dibaca dan mudah dipelajari. Dengan menggunakan
osiloskop, kita dapat mengamati dan menganalisa bentuk gelombang dari sinyal listrik atau frekuensi
dalam suatu rangkaian elektronika. Pada umumnya osiloskop dapat menampilkan grafik dua dimensi
(2D) dengan waktu pada sumbu X dan tegangan pada sumbu Y.

Gambar 2.4 Osiloskop


(Sumber : https://sasandoo.wordpress.com/2011/03/14/kalibrasi-osiloskop/ )

Sebelum kita menggunakan osiloskop terlebih dahulu kita cek ketepatan dari osiloskop tersebut
(kalibrasi ).
2.5.1 Cara kalibrasi Osiloskop :
1. Jangan lupa probe / kabel penghubung kita masukan ke input ( chanel 1 / chanel 2 )
2. Hidupkan power osiloskop.
3. Atur intensitas cahaya & fokus-nya biar gambar pada osiloskop enak di lihat.
4. Volt/Div & Time/Div-nya diatur juga biar dalam pengkalibrasian dapat dihitung.
5. Kemudian salah satu ujung probe ( probe Ch 1 atau 2 ) kita hubungkan pada tempat
kalibrasi ( biasanya tertulis CAL ).
6. Setelah gambar gelombang ( biasanya gelombangnya berbentuk gelombang kotak ) telah
tampil pada layar osiloskop baru dapat kita hitung Frekuensi & Volt Peak to Peak.

2.5.2 Fungsi dari Tiap-Tiap Tombol pada Osiloskop :


1. Position : Untuk mengatur posisi berkas signal arah vertical untuk channel 1.
2. Input : Terminal masukan pada saat pengukuran pada CH 1 juga digunakan untuk kalibrasi.
3. volt/div : Sakelar putar untuk memilih besarnya tegangan per cm (volt/div) pada layar CRT,
ada II tingkat besaran tegangan yang tersedia dari 0,01 v/div s.d 20V/div
4. variable : Untuk mengontrol sensitifitas arah vertical pada CH 1 (Y). pada putaran maksimal
Ke arah jarum jam (CAL) gunanya untuk mengkalibrasi mengecek apakah tegangan 1 volt
tepat 1 cm pada skala layar CRT.
5. Mode (CH 1, CH 2, DUAL, ADD, SUB) CH 1 : Jika signal yang diukur menggunakan CH
1, maka posisi switch pada CH 1 dan berkas yang nampak pada layar hanya ada satu. CH 2 :
Jika signal yang diukur menggunakan CH 2, maka posisi switch pada CH 2.
6. Intensity : Untuk mengatur gelap atau terangnya berkas sinar supaya enak pada penglihatan.
Diputar ke kiri untuk memperlemah sinar dan apabila diputar ke kanan akan membuat terang
7. Focus : Untuk memperkecil/menebalkan berkas sinar atau garis untuk mendapatkan
Gambar yang lebih jelas.
8. time /div; Yaitu untuk memilih skala besaran waktu dari suatu priode atau pun square trap
Cm (div ) sekitar 19 tingkat besaran yang tersedia terdiri dari 0,5 s/d 5 second.
Pengoperasian X-Y didapatkan dengan memutar penuh kearah jarum jam.perpindahan
Chop-ALT-TVV-TVH.secara otomatis dari sini. Pembacaan kalibrasi sweep time/div juga
dari sini dengan cara variabel diputar penuh se arah jarum jam.

2.5.3 Cara Mengukur Tegangan AC pada Osiloskop


Tegangan AC (Alternating Current) sering dikenal juga dengan tegangan bolak balik
merupakan listrik yang arah arusnya selalu berubah-ubah atau bolak-balik. Pada umumnya
Tegangan AC berbentuk gelombang sinus. Dengan menggunakan osiloskop, kita dapat
mengukur tegangan AC tersebut dan juga dapat melihat tampilan gelombang AC-nya.
Sebelum melakukan pengukuran tegangan AC pada osiloskop, lakukan persiapan dengan
mengatur berikut ini :
1. ON-kan osiloskop.
2. Sakelar TIME/DIV diputar ke 5 msec (5 mili detik)
3. Sakelar VOLT/DIV diputar ke 5 Volt (artinya 1 kotak atau 1 Div pada layar osiloskop
adalah 5 Volt).
4. Pasangkan probe pada terminal yang ingin diukur.
5. Hitung tegangan AC berdasarkan gelombang yang ditampilkan. Contoh seperti gelombang
dibawah ini :

Gambar 2.5 Tegangan AC pada Osiloskop


(Sumber : https://teknikelektronika.com/pengertian-transformator-prinsip-kerja-trafo/)

6. Tegangan puncak adalah 2 kotak atau 2 DIV, sakelar VOLT/DIV yang kita setting adalah 5
Volt maka hasil perhitungannya adalah 10 Volt ( 2 DIV x 5 Volt = 10 Volt)
7. Sedangkan tegangan puncak ke puncaknya adalah 20 Volt dengan perhitungan sebagai
berikut : 4 DIV x 5 Volt = 20 Volt
Maka hasil pengukuran tegangan AC tersebut adalah 20 Volt

2.5.4 Mengukur Frekuensi dengan Osiloskop


Pada dasarnya frekuensi adalah jumlah siklus gelombang dalam satu detik yang biasanya
dilambangkan dengan simbol “F”. Satuan dari frekuensi adalah Hertz (Hz). Untuk mengukur
frekuensi pada osiloskop, kita perlu mengetahui perioda sebuah gelombang sinus dengan cara
melihatnya dari layar osiloskop. Yang dimaksud dengan perioda adalah waktu yang dibutuhkan
satu siklus pengulangan secara lengkap. Perioda biasanya dilambangkan dengan “T”, satuan
perioda adalah detik (second). Dari gelombang sinus yang ditampilkan osiloskop seperti pada
gambar diatas ini, kita dapat menghitung frekuensinya.
Rumus menghitung frekuensi :
F=1/T (I)
Dimana :
F = Frekuensi (dalam satuan Hz)
T = Periode (dalam satuan second atau detik),
Cara perhitungan perioda (T) adalah mengalikan jumlah divisi satu siklus gelombang
dengan nilai waktu yang disetting pada sakelar TIME/DIV.
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan


a. Osiloskop.
b. Trafo.
c. Jepit buaya.
d. Multimeter.

3.2 Langkah Percobaan


a. Menyiapkan alat dan bahan.
b. Mempelajari terlebih dahulu karakteristik dari lilitan primer dan sekunder pada trafo.
c. Pastikan anda sudah melakukan kalibrasi osiloskop.
d. Menghubungkan trafo yang telah di sediakan kejala-jala PLN.
e. Mengukur tegangan output trafo menggunakan multimeter.
f. Membuktikan pengukuran dengan alat osiloskop.

3.3 Tabel Pengamatan

Multimeter Osiloskop

Traf o

220 12
Listrik PLN

0 0
Gambar 3.1 Rangkaian Trafonsformator, Multimeter dan Osiloskop
Tabel 3.1 Tabel Hasil Pengamatan I

Resistansi (terhadap 0) V Ukur Multi V ukurOsi


No TeganganTrafo
Lilitan sekunder (V AC) (VPP)

1 3V 0,55 Ω 3V 10 V

2 4,5 V 0,6 Ω 4,6 V 14 V

3 6V 0,8 Ω 6,4 V 18 V

4 9V 1Ω 10 V 27,5 V

5 12 V 1,4 Ω 12 V 37 V

Rumus Kalibrasi Osiloskop

𝟏
Amplitudo = Tinggi kotak X Volt/Div Frekuensi = 𝐋𝐞𝐛𝐚𝐫 𝐤𝐨𝐭𝐚𝐤 𝐗 𝐓𝐢𝐦𝐞/𝐃𝐢𝐯

Nb : harus sesuai cal osi Nb : hasilnya harus 1000 Hz

Rumus Perhitungan

𝑽 𝑨𝒄
V P = 𝟎,𝟕𝟎𝟕 V DC = 0,636 x VP (Hitung)
BAB 4
ANALISIS DAN KESIMPULAN

4.1 Analisis
Hasil pengukuran trafo menggunakan multimeter dan osiloskop berbeda karena pada
multimeter menunjukkan satuan Vrms sedangkan pada osiloskop menunjukkan satuan Vpp. Tetapi
apabila di konversikan pada satuan yang sama hasil pengukuran dari keduanya akan sama. Tegangan
pada trafo apabila diukur menggunakan multimeter atau osiloskop juga hasilnya berbeda dengan
yang tertulis pada body trafo. Hal tersebut disebabkan karena kondisi trafo yang kadang tidak
seoptimal seperti waktu pertama kali membeli.

4.2 Kesimpulan
Transformator adalah alat yang digunakan untuk menaikkan dan menurunkan tegangan.
Tegangan yang tertulis pada body transformator kadang tidak sesuai dengan pengukuran apabila
dilakukan pengukuran menggunakan multimeter ataupun osiloskop, hal itu terjadi karena adanya
efisiensi pada transformator tersebut atau juga karena kondisi transformator yang sudah lama yang
nilai ukurnya tidak seoptimal waktu pertama kali membeli.
DAFTAR PUSTAKA

[1].Noname. 2017. “Pengertian Transformator dan Prinsip Kerja”.


https://teknikelektronika.com/pengertian-transformator-prinsip-kerja-trafo/
Diakses : 06 Oktober 2018
[2].Sasando. 2011. “Kalibrsi Osiloskop”.
https://sasandoo.wordpress.com/2011/03/14/kalibrasi-osiloskop/
Diakses : 06 Oktober 2018
[3]. Noname. 2017. “Cara Mengukur Tegangan AC Menggunakan Osiloskop”
https://teknikelektronika.com/cara-mengukur-tegangan-ac-dan-menghitung-frekuensi-dengan-
osiloskop/
Diakses : 08 Oktober 2018
[4]. Noname. 2017. “Jenis-Jenis Transformator”
https://teknikelektronika.com/jenis-jenis-transformator-trafo/
Diakses : 08 Oktober 2018
LAMPIRAN

1. FOTO PRAKTIKUM
2. LAPORAN SEMENTARA
FOTO PRAKTIKUM

GAMBAR KETERANGAN

Anda mungkin juga menyukai