Anda di halaman 1dari 11

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI IBU HAMIL

STATUS GIZI IBU HAMIL


Menurut UU Republik Indonesia No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan BAB V
Upaya Kesehatan Pasal 20 ayat 2 menyebutkan “ Status gizi ialah tingkat kecukupan
gizi seseorang yang sesuai dengan jenis kelamin dan umur. “
Menurut Huliana (2001), makanan yang dikonsumsi ibu hamil dipergunakan
untuk pertumbuhan dan perkembangan janin sebesar 40 persen sedangkan 60 persen
untuk memenuhi kebutuhan ibu. Apabila masukan gizi pada ibu hamil tidak sesuai
kebutuhan maka kemungkinan dapat terjadi gangguan dalam kehamilan, baik terhadap
ibu maupun janin yang dikandungnya.
Kecukupan gizi selama hamil dapat dipantau melalui parameter keadaan
kesehatan ibu dan berat lahir janin. Meskipun baku penilaian status gizi wanita yang
tidak hamil tidak dapat diaplikasikan pada wanita hamil, perubahan fisiologi selama
hamil dapat digunakan sebagai petunjuk. Berat badan rendah sebelum konsepsi serta
pertambahan berat yang tidak adekuat merupakan penilaian langsung yang dapat
digunakan untuk memperkirakan laju pertumbuhan janin. Kecukupan gizi selama
kehamilan digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan janinnya maupun
aktivitas ibu. (Arisman, 2009)

Cara Pengukuran Status Gizi


Peningkatan berat badan yang adekuat akan memperkecil terjadinya resiko
terjadinya persalinan small gestational age (SGA) atau preterm. Kebutuhan
peningkatan berat badan untuk setiap wanita berbeda-beda. Faktor yang
mempengaruhi besarnya kebutuhan berat badan ditentukan oleh tinggi badan dan berat
badan, apakah wanita tersebut memiliki berat badan normal, kurang atau lebih sebelum
kehamilan. Metode yang biasa digunakan dalam menentukan kondisi berat badan dan
tinggi badan adalah body mass index (BMI). Formula ini digunakan untuk menghitung
BMI adalah
BMI = Berat/Tinggi2
BMI dapat diintepretasikan dalam kategori sebagai berikut :
a. Kurang dari 19,8 adalah berat kurang atau rendah
b. 19,8 sampai dengan 26,0 normal
c. 26,0 sampai dengan 29 adalah berat lebih atau tinggi
d. Lebih dari 29 obesitas
( Wordpress, 2008 ).
Penambahan Berat Badan Status Gizi Ibu Sebelum Hamil
Kategori Berat (BMI) Total Kenaikan BB (Kg) Penambahan BB
TM I (Kg) TM II (Kg)
Normal ( BMI 19,8-26) 12,5 – 13 2,3 0,49
Kurus ( BMI < 19,8 ) 11,5 – 16 1,6 0,44
Lebih 7 – 11, 6 0,9 0,3
Obesitas ( BMI > 29 ) 6
Dikutip dari “ Aplikation of clinical Nutrition “ , 2000.
Distribusi penambahan berat badan ibu hamil
Trimester Distribusi
I Terutama pertambahan pada jaringan
ibu dan cadangan lemak, berat janin
pada 10 minggu ± 5 gram
II Pertambahan yang pesat pada cadangan
lemak ibu dan jaringan, berat janin pada
minggu 20 ± 350 gram.
III Pertambahan terutama pada janin dan
bertambahnya cairan, berat janin pada
32 minggu ± 2 kg.
( Paath, dkk.2005 )

Pola Pertambahan Berat Badan


Berat badan lebih ataupun kurang dari berat badan rata-rata untuk umur tertentu,
merupakan faktor menentukan jumlah zat makanan yang harus dicukupi selama hamil.
Di negara maju pertambahan berat badan selama hamil sekitar 12-14 kg. Kalau ibu
kekurangan gizi, pertambahannya hanya sekitar 7-8 kg dengan akibat melahirkan bayi
BBLR. ( Paath,dkk., 2005 )
National Academy of Scienses ( 1970 ) menganjurkan pertambahan berat badan
sekitar 9-11,3 kg. Pada tahun 1983 usulan ini diubah menjadi 10-12,2 kg, dan diperbaiki
menjadi 11,3-15,9 kg ( bagi wanita yang normal berat badan dan tinggi badannya ).
(Arisman, 2009 ).
Manfaat Nutrisi
a. Nutrisi untuk pertumbuhan.
Dengan makanan bergizi, tubuh manusia tumbuh dan dipelihara. Semua organ
tubuh dapat berfungsi dengan baik. Bagian tubuh yang rusak diganti. Kulit dan rambut
terus berganti, sel – sel tubuh terus bertumbuh. Sel-sel tubuh memasak dan mengolah
zat makanan yang masak agar zat makanan dapat dipakai untuk pekerjaan tubuh (
Wordpress, 2008 )
b. Makanan sebagai suku cadang.
Dengan makanan bergizi, tubuh manusia tumbuh dan dipelihara. Semua organ
tubuh dapat berfungsi dengan baik. Bagian tubuh yang rusak diganti. Kulit dan rambut
terus berganti, sel – sel tubuh terus bertumbuh. Sel-sel tubuh memasak dan mengolah
zat makanan yang masak agar zat makanan dapat dipakai untuk pekerjaan tubuh.Untuk
itu, setelah sakit kita perlu banyak makan makanan bergizi. Begitu juga untuk yang
menjalani operasi atau yang baru melahirkan ( Wordpress, 2008 ).
c. Makanan sebagai bensin tubuh.
Makanan juga dibutuhkan untuk melakukan kegiatan sehari-hari seperti mandi,
menyapu, juga berkebun. Dalam keadaan tidurpun tubuh tetap membutuhkan tenaga
untuk bernafas, degup jantung, serta tenaga memasak zat makanan dan memakainya.
Namun, makanan perlu diatur agar sesuai dengan kebutuhan tubuh. Jumlahnya harus
memadai, dan mutunya sesuai dengan kebutuhan sehari-hari (Nadesul, 1995).

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Ibu Hamil


Suhu Lingkungan
Pada dasarnya suhu tubuh dipertahankan pada suhu 36,5-37 derajat Celsius untuk
mempertahankan metabolisme yang optimum. Adanya perbedaan suhu antara tubuh
dengan lingkungan, maka mau tidak mau tubuh harus menyesuaikan diri demi
kelangsungan hidupnya yaitu tubuh harus melepaskan sebagian panasnya diganti
dengan hasil metabolisme tubuh, makin besar perbedaan antara tubuh dengan
lingkungan maka akan semakin besar pula panas yang akan dilepaskan.
(Kristiyanasari, 2010)
Dengan adanya perbedaan suhu antara tubuh dan lingkungannya, maka tubuh
melepaskan sebagian panasnya yang harus diganti dengan hasil metabolisme tubuh.
Maka lebih besar perbedaan suhu berarti lebih besar masukan energi yang diperlukan.
(Paath,dkk., 20045 )
Status Ekonomi dan Sosial
Baik status ekonomi maupun sosial sangat mempengaruhi seorang wanita dalam
memilih makanannya. ( Paath, 2005 )
Status ekonomi, terlebih jika yang bersangkutan hidup dibawah garis kemiskinan
( keluarga prasejahtera ), berguna untuk pemastian ibu mampu membeli dan memilih
bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. ( Arisman, 2009 )
Kebiasaan dan Pandangan Wanita terhadap Makanan
Budaya adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkah laku dan kebiasaan
(Soetjiningsih, 1998).
Wanita yang sedang hamil dan telah berkeluarga biasanya lebih
memperhatikan akan gizi dari anggota keluarga yang lain. Padahal sebenarnya
dirinyalah yang memerlukan perhatian yang serius mengenai penambahan gizi. Ibu
harus teratur dalam mengkonsumsi makanan yang bergizi demi pertumbuhan dan
perkembangan. (Kristiyanasari, 2010)

Usia
Usia diperlukan untuk menentukan besaran kalori serta zat gizi yang akan
diberikan. Usia akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang dimiliki orang
tua dalam pemberian nutrisi anak balita (Nursalam, 2001).
Semakin muda dan semakin tua umur seorang ibu hamil, akan berpengaruh
terhadap kebutuhan gizi yang banyak karena selain digunakan untuk pertumbuhan dan
perkembangan dirinya sendiri juga harus berbagi dengan janin yang sedang
dikandungnya. Sedangkan untuk umur yang tua perlu energi yang besar juga karena
fungsi organ yang makin melemah dan diharuskan untuk bekerja maksimal maka
memerlukan tambahan energi yang cukup guna mendukung kehamilan yang sedang
berlangsung. (Kristiyanasari, 2010 ).
Lebih muda umur seorang wanita hamil, lebih banyak energi yang di butuhkan.
Angka kematian maternal yang berusia 10-14 tahun 5 kali lebih besar dari mereka
yang berusia 20-24 tahun. Remaja yang berumur 15-19 tahun menunjukkan angka
kematian 2 kali lebi besar. ( Soejoenoes,1992 ). Ini berhubungan dengan status gizi
remaja yang perkembangan fisik dan mentalnya masih membutuhkan energi lebih
banyak ( Paath,dkk. 2005 ).
Masalah yang mempengaruhi reproduksi yang mencakup gizi untuk menjamin
pertumbuhan sempurna salah satunya ialah umur saat hamil terlalu muda ( kurang 20
tahn ) atau umur terlalu tua ( diatas 35 tahun ). ( Manuaba, dkk., 2009 )

Pendidikan
Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti dalam
pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan ke arah
yang lebih dewasa, lebih baik, dan lebih matang dari individu, kelompok atau
masyarakat. ( Notoadmodjo, 2007)
Bagi masyarakat yang berpendidikan tinggi dan cukup tentang nilai gizi lebih
banyak menggunakan pertimbangan rasional dan pengetahuan tentang nilai gizi
makanan atau pertimbangan fisiologik lebih menonjol dibandingkan dengan kebutuhan
psikis. (Paath,dkk.,2005 ).
Menurut Undang-undang RI No.20 Tahun 2003 Pasal I ayat 11 menyebutkan
sebagai berikut :
11Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang
terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
Status Kesehatan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Status ialah keadaan kedudukan
seseorang. Status kesehatan seseorang kemungkinan sangat berpengaruh terhadap
nafsu makannya. Seorang ibu dalam keadaan sakit otomatis akan memiliki nafsu
makan yang berbeda dengan ibu yang dalam keadaan sehat. Namun ibu harus ingat,
bahwa gizi yang dapat ia dapat akan dipakai untuk dua kehidupan yaitu bayi dan untuk
dirinya. (Kristiyanasari, 2010)
Pada kondisi sakit asupan energi tidak boleh dilupakan. Ibu hamil dianjurkan
mengkonsumsi tablet yang mengandung zat besi atau makanan yang nebgandung zat
besi seperti bayan, hati dan sebagainya. ( Paath, 2005 )
Menurut Reverlly, Sakit adalah tidak adanya keselarasan antara lingkungan
dengan individu. ( Effendy, Nasrul, 1998 ).
Menurut white tahun 1977, sehat adalah suatu keadaan dimana seseorang
pada waktu diperiksa tidak mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda
suatu penyakit atau kelainan. Sedangkan menurut UU RI No. 23 tahun 1992 Tentang
Kesehatan BAB I Pasal I menyebutkan, kesehatan ialah keadaan sejahtera dari badan,
jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis.

REFERENSI

Arisman. Gizi dalam Daur Kehidupan. 2009. Jakarta : EGC.


Effendy, Nasrul. Keperawatan Kesehatan Masyarakat. 1998. Jakarta: EGC.
Erna Francin Paath,dkk. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. 2005. Jakarta: EGC.
Kristiyanasari, widya. Gizi Ibu Hamil. 2010. Yogyakarta : Nuha Medika.
Manuaba, Ida Bagus Gde, dkk.. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. 2009.
Jakarta: EGC.
Notoatmodjo, soekidjo. Ilmu dan Seni Kesehatan Masyarakat. 2007. Jakarta : Rineka
Cipta.
Undang-undang No. 20 Tahun 2003
Undang-Undang RI No.23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan.
http://www.lusa.web.id/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-gizi-ibu-
hamil/http://www.lusa.web.id/pengaruh-status-gizi-bagi-ibu-hamil/
http://creasoft.wordpress.com/2008/04/15/nutrisi-gizi-ibu-hamil/

Terpenuhinya kebutuhan energi bagi ibu hamil dapat dilihat dari penambahan berat badan selama
kehamilan. Penambahan berat badan ini tergantung pada keadaan gizi sebelum hamil. Bagi ibu
dengan status gizi normal penambahan selama hamil adalah antara 11.5 – 16 kg. Bagi ibu hamil
dengan Ibu hamil dengan status gizi kurang penambahan berat badan antara 12.5 – 18 kg, Ibu
hamil yang gemuk (overweight) penambahan antara 7 – 11.5 kg dan bagi yang obese
(kegemukan penambahan andalah antara 5.9 – 6.9 kg.

Ibu hamil memerlukan tambahan protein untuk dirinya sendiri, placenta, dan janin. Kira-kira 50
% dari tambahan protein ditujukan untuk pembentukan janin, sebanyak 25% untuk uterus dan
payudara, 10% untuk placenta dan 15 % untuk darah serta cairan amnion. Kebutuhan
protein rata-rata pada ibu hamil adalah 1,2 g / kg berat badan per hari. Bagi ibu hamil
remaja, kebutuhan protein 1.5 – 1.7 g /kg BB /hari dan ibu hamil di atas umur 40 tahun dan
resiko tinggi kebuhannya adalah antara 1.7 – 2g / kg BB / hari. Menurut sumber lain tambahan
protein rata-rata per hari selama kehamilan adalah 15 g pada triwulan I, 20 g pada triwulan II dan
25 g pada triwulan III.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Prinsip Gizi Untuk Ibu Hamil
Kehamilan merupakan anugerah yang luar biasa yang dapat membuat keluarga menjadi bahagia.
Perubahan fisik dan psikologis akan terjadi selama kehamilan. Masa kehamilan ini sangat penting untuk
menentukan kualitas anak. Oleh karena itu, selama kehamilan ibu memerlukan makanan yang bergizi.
Kecukupan gizi selama kehamilan digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan janinnya maupun
aktivitas ibu.
Menurut Huliana (2001), makanan yang dikonsumsi ibu hamil dipergunakan untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin sebesar 40 persen sedangkan 60 persen untuk memenuhi kebutuhan ibu. Apabila
masukan gizi pada ibu hamil tidak sesuai kebutuhan maka kemungkinan dapat terjadi gangguan dalam
kehamilan, baik terhadap ibu maupun janin yang dikandungnya.
Makanan ibu hamil harus sesuai dengan kebutuhan yaitu makanan yang seimbang dengan
perkembangan masa kehamilan. Trimester I, pertumbuhan janin masih lambat sehingga kebutuhan gizi
untuk pertumbuhan janin belum begitu besar, tetapi ibu mengalami ketidaknyamanan seperti ngidam,
mual dan muntah. Trimester II dan III, pertumbuhan janin berlangsung dengan cepat sehingga perlu
memperhatikan kebutuhan gizinya.

B. Pengaruh Kondisi Ibu Terhadap Perkembangan Janin


1. Gizi Ibu
Gizi makanan ibu berpengaruh pada pertumbuhan janin. Pengaturan gizi yang baik akan berpengaruh
positif, sedangkan bila kurang baik maka pengaruhnya negatif. Pengaruh ini tampak jelas pada bayi yang
baru lahir dalam hal panjang dan besarnya. Panjang dan besarnya bayi dalam keadaan normal bila gizi
juga baik. Gizi yang berlebihan mengakibatkan bayi terlalu panjang dan terlalu besar. Bayi yang terlalu
panjang dan terlalu besar bisa menyulitkan proses kelahiran. Sedangkan ibu yang kekurangan gizi,
bayinya pendek, kecil, dan kondisi kesehatannya kurang baik.
Menu protein tinggi dibutuhkan oleh ibu hamil. Protein diperlukan untuk pertumbuhan bayi yang
dikandungnya. Kelahiran premature lebih banyak terjadi pada ibu yang kekurangan gizi. Bayi premature
umumnya berat badannya kurang, cenderung mengalami hambatan dalam perkembangannya, bak
hambatan pertumbuhan fisik, hambatan perkembangan gerak, maupun hambatan perkembangan
mental. Faktor penyebab utama kekuangan gizi pada ibu hamil adalah kondisi social ekonomi yang
rendah.
Bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan menimbulkan masalah, baik pada ibu maupun
janin, seperti diuraikan berikut ini.
a. Terhadap Ibu
Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi pada ibu antara lain: anemia,
pendarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal, dan terkena penyakit infeksi.
b. Terhadap Persalinan
Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama,
persalinan sebelum waktunya (premature), pendarahan setelah persalinan, serta persalinan dengan
operasi cenderung meningkat.
c. Terhadap Janin
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat
menimbulkan kegururan , abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi,
asfiksia intra partum (mati dalam kandungan), lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
2. Aktifitas Fisik
Pada saat hamil ibu tetap perlu melakukan aktiftas fisik, Tetapi terbatas pada aktifitas ringan. Aktifitas
fisik yang berat bisa menyebabkan keguguran kandungan, apalagi bila dilakukan pada bulan-bulan awal
kehamilan. Aktifitas fisik yang berat bisa mengakibatkan kelelahan. Ibu hamil yang terlalu sering
mengalami kelelahan fisik, besarnya janin akan menyusut atau berkembangnnya tidak baik.
3. Kondisi Emosional
Kondisi emosional ibu hamil yang tidak stabil misalnya sering marah-marah atau selalu sedih, bisa
berakibat tidak baik terhadap perkembangan kejiwaan bayi yang akan dilahirkan. Dalam
perkembangnnya, bayi bisa menjadi cengeng atau terlalu perasa.
Suasana hati yang kelam dan emosi yang meledak-ledak dapat mempengaruhi detak jantung, tekanan
darah, produksi adrenalin, aktivitas kelenjar keringat, sekresi asam lambung, dan lain-lain. Trauma, stres,
atau tekanan psikologis juga dapat memunculkan gejala fisik seperti letih, lesu, mudah marah, gelisah,
pening, mual atau merasa malas.
Karena perubahan yang terjadi pada fisik mempengaruhi aspek psikologis dan sebaliknya, maka mudah
bagi ibu hamil untuk mengalami trauma. Menurut Shinto, trauma ini ternyata dapat dirasakan juga oleh
janin. Bahkan, janin sudah menunjukkan reaksi terhadap stimulasi yang berasal dari luar tubuh ibunya.
Sementara dalam masa perkembangan janin, ada masa-masa yang dianggap kritis yang menyangkut
pembentukan organ tubuh. Oleh karena itu, mau tidak mau ibu hamil harus menjaga kondisi fisik
maupun psikisnya agar bayinya dapat tumbuh sehat.
4. Penyakit yang diidap Ibu
Penyakit yang diderita ibu pada saat hamil bias berakibat negative kepada janin yang dikandung. Akibat
negatif yang bias ditimbulkan adalah kematian pada saat di dalam kandungan atau terbentuknya organ-
organ tubuh jari yang tidak sempurna atau cacat.
Penyakit ibu yang bisa menyebabkan kematian janin di dalam kandungan antara lain : kolera, malaria,
influenza, dan sipilis. Sipilis juga mengakibatkan kebutaan atau kecacatan fisik yang lain pada bayi yang
dilahirkan.

5. Pengaruh Obat-obatan, narkoba, dan rokok


Seperti halnya penyakit, beberapa macam obat-obatan yang diminum atau disuntikkan bisa
mengakibatkan pertumbuhan organ-organ tubuh yang tidak sempurna. Pengaruh ini terutama bisa
terejadi pada saat awal kehamilan. Obat-obatan yang bisa berpengaruh negatif tersebut antara lain
aspirin dan obat-obat malaria.
Penggunaan obat-obatan narkotika, misalnya : heroin, kokain, atau morfin juga berpengaruh tidak baik
terhadap pertumbuhan janin dan pengaruh ini terbawa sampai lahir. Pengaruh Narkotika seperti yang
dialami oleh ibunya tertular pada bayinya.
Ibu hamil yang perokok juga berpengaruh negatif terhadap janin yang dikandung. Besarnya pengaruh
tergantung pada banyak sedikitnya rokok yang dihisap setiap harinya. Pengaruhnya adalah terhadap
pertumbuhan janin, yang tampak pada kurangnya berat bai yang dilahirkan.

C. Pengaruh Ibu Yang Kekurangan Gizi Terhadap Janin


Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat
menimbulkan kegururan , abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi,
asfiksia intra partum (mati dalam kandungan), lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Ada
beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengetahui status gizi ibu hamil antara lain memantau
pertambahan berat badan selama hamil, mengukur Lingkar Lengan Atas (LILA), dan mengukur kadar Hb.
Pertambahan berat badan selama hamil sekitar 10 – 12 kg, dimana pada trimester I pertambahan
kurang dari 1 kg, trimester II sekitar 3 kg, dan trimester III sekitar 6 kg. Pertambahan berat badan ini juga
sekaligus bertujuan memantau pertumbuhan janin. Pengukuran LILA dimaksudkan untuk mengetahui
apakah seseorang menderita Kurang Energi Kronis (KEK), sedangkan pengukuran kadar Hb untuk
mengetahui kondisi ibu apakah menderita anemai gizi.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami hambatan, dan
selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik, system
reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat
hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang
sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas
yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia

D. Zat Gizi Yang Harus Dipenuhi


Ibu hamil disebut memiliki gizi sempurna apabila setiap hari ia mengonsumsi makanan yang
mengandung seluruh zat gizi dalam jumlah yang sesuai kebutuhan.
Berikut zat gizi yang dibutuhkan :
1. Air
Tubuh yang kekurangan air atau dehidrasi dapat berakibat fatal, karena bisa menyebabkan ibu hamil
dirawat di rumah sakit. Oleh karena itu sebaiknya Anda minum minimal 10 gelas air putih setiap hari.
Sebagai variasi, Anda dapat mengganti air putih dengan jus buah atau yogurt.
2. Asam folat dan seng
Apabila kekurangan kedua jenis zat gizi ini dapat menyebabkan gagalnya pembentukan otak yang
sempurna, sehingga menimbulkan cacat bawaan pada susunan saraf pusat dan otak calon bayi.
3. Kalori
Kalori yang tidak cukup dapat mengganggu proses tumbuh kembang janin dan berbagai perubahan
dalam tubuh ibu. Selain itu, konsumsi kalori (karbohidrat dan lemak) yang rendah akan menyebabkan
banyak protein terbuang sebagai sumber energi.
4. Protein
Zat protein diperlukan untuk pembangunan sel-sel baru janin dan untuk pembentukan semua bahan
pengatur, seperti hormon ibu dan janin. Protein juga menjadi struktur dasar bagi pembentukan organ-
organ dalam tubuh. Maka dari itu, ibu hamil dianjurkan mengonsumsi extra protein sebanyak 12 gram
sehari atau setara dengan dua butir telur ukuran besar setiap hari.
5. Kalsium
Bila ibu hamil kurang mengonsumsi makanan yang mengandung kalsium, janin akan mengambil
persediaan kalsium yang ada dalam tulang ibu. Akibatnya ibu akan menderita kerapuhan tulang
(osteoporosis).
6. Zat besi
Persediaan zat besi yang cukup sangat diperlukan, karena volume darah Ibu selama hamil akan
meningkat sampai 30 persen. Jadi, jika kekurangan zat besi, maka ibu hamil dapat menderita anemia.
Bukan hanya itu, proses melahirkan pun akan terganggu.
7. Serat
Kekurangan serat akan menyebabkan Ibu hamil mengalami sembelit atau sukar buang air besar.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gizi makanan ibu berpengaruh pada pertumbuhan janin. Pengaturan gizi yang baik akan berpengaruh
positif, sedangkan bila kurang baik maka pengaruhnya negatif. Pengaruh ini tampak jelas pada bayi yang
baru lahir dalam hal panjang dan besarnya. Panjang dan besarnya bayi dalam keadaan normal bila gizi
juga baik. Gizi yang berlebihan mengakibatkan bayi terlalu panjang dan terlalu besar. Bayi yang terlalu
panjang dan terlalu besar bisa menyulitkan proses kelahiran. Sedangkan ibu yang kekurangan gizi,
bayinya pendek, kecil, dan kondisi kesehatannya kurang baik.
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat
menimbulkan kegururan , abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi,
asfiksia intra partum (mati dalam kandungan), lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
B. Saran
Selama kehamilan ibu memerlukan makanan yang bergizi. Kecukupan gizi selama kehamilan digunakan
untuk pertumbuhan dan perkembangan janinnya maupun aktivitas ibu. Makanan ibu hamil harus sesuai
dengan kebutuhan yaitu makanan yang seimbang dengan perkembangan masa kehamilan.

DAFTAR PUSTAKA

Francin,P.2005. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. EGC : Jakarta


Gizikuseimbang.blogspot.com/2009.03/gizi-seimbang-bagi-wanita-hamil
Lenteraimpian.wordpress.com/2010/03/17/gizi-seimbang-ibu-hamil/
Scribd.com/doc/6223587/kebutuhan-zat-gizi-sepanjang-daur-kehidupan-manusia
Sophia,E.2009.Kebutuhan Gizi Ibu Hamil.medicastore.com/artikel/kebutuhan_gizi_ibu_hamil
Arisman. 2008. Gizi dalam Daur Kehidupan. Palembang : Jakarta
http://modulkesehatan.blogspot.com/

Anda mungkin juga menyukai