Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH PORNOGRAFI TERHADAP FUNGSI OTAK

(ANAK - REMAJA)

Perkembangan teknologi informasi di Indonesia saat ini sangatlah pesat,


sehingga memudahkan kita untuk mendapatkan akses informasi dengan cepat.
Sekarang semua informasi dapat diakses dalam hitungan detik dengan
menggunakan media internet. Pengguna internet bukan hanya orang dewasa, namun
anak-anak dan remaja sekarang dapat dengan mudah mengakses internet. Seiring
dengan perkembangan teknologi dan informasi, saat ini tidak dapat dipungkiri
bahwa pornografi menjadi suatu permasalahan yang telah menyentuh kehidupan
setiap orang tidak terkecuali anak yang masih berusia Sekolah Dasar.

Media komunikasi membentuk perilaku manusia itu sendiri dikarenakan


setiap media komunikasi masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda dan
unik McLuhan (dalam Griffin, 2012). Perkembangan teknologi dari masa ke masa
tidak dapat dipungkiri terjadi dan mempengaruhi kehidupan manusia.
Perkembangan pornografi yang semakin marak tidak lepas kaitannya dengan
perkembangan teknologi komunikasi saat ini. Pornografi yang pada awalnya hanya
didistribusikan melalui video kemudian keping Digital Versatile Disk (DVD)
maupun Versatile Compact Disk (VCD), saat ini dapat diakses dengan mudah
melalui laptop, tablet, smartphone, serta perangkat digital lainnya dengan didukung
oleh koneksi internet.

Kehadiran media komunikasi serta perkembangan teknologi komunikasi


informasi yang kian pesat mempermudah penyebaran materi pornografi. Di
Indonesia materi pornografi sangat mudah diakses masyarakat Indonesia di
berbagai kalangan utamanya kalangan remaja (Nurhayanti, 2016 : 218-228). Pada
zaman yang semakin maju dengan adanya teknologi yang semakin canggih dan
ilmu pengetahuan yang semakin berkembang rupanya tidak sejalan dengan pola
pikir manusia. Semakin maraknya berita tentang seks di tengah-tengah masyarakat,
terutama pada anak menjadi permasalahan yang cenderung dirundung banyak
orang. Anak yang terpapar pornografi dapat dikarenakan kesengajaan maupun
tidak sengaja. Paparan tersebut dapat menyebabkan kecanduan bagi anak. Sebagai
pihak yang memiliki tugas penting bagi tumbuh kembang anak, keluarga memiliki
peran dan fungsi yang tidak bisa dihilangkan atau lepas dari kehidupan anak bahkan
sampai mereka berusia dewasa.

Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi menjabarkan


pengertian pornografi sebagai gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi,
gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan
lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka
umum, yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma
kesusilaan dalam masyarakat (Kementerian Hukum dan Hak Azasi Manusia,
2008).

Kata Pornografi terbentuk dari pornos yang berarti melanggar kesusilaan


atau cabul dan grafi yang berarti tulisan, gambar, atau patung, atau barang pada
umumnya yang berisi atau menggambarkan sesuatu yang menyinggung rasa susila
dari orang yang membaca atau melihatnya (Prodjodikoro, 1989 : 113). Berdasarkan
definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa hal-hal pornografi adalah segala sesuatu
yang dapat membangkitkan nafsu dan dirancang dengan sengaja. Adapun
bentuknya dapat berupa gambar, lukisan, foto, video, tulisan ataupun percakapan
(suara) yang secara sengaja dilakukan untuk menimbulkan rangsangan seksual.

Otak merupakan organ yang bertanggung jawab terhadap pengalaman-


pengalaman berbagai macam sensasi atau rangsangan terhadap kemampuan
manusia untuk melakukan gerakan-gerakan yang menuruti kemauan (disadari).
Otak juga memiliki kemampuan untuk melaksanakan berbagai macam proses
mental, seperti ingatan atau memori, perasaan emosional, intelegensia,
berkomunikasi, sifat dan kepribadian (Untari, 2012).

Menurut Undang Undang no 32 tahun 2002 “Anak adalah seseorang yang


belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.” Menurut
studi "Keamanan Penggunaan Media Digital pada Anak dan Remaja di Indonesia"
dari Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama UNICEF, lebih dari
separuh responden (52%) menemukan konten pornografi via iklan vulgar maupun
situs yang tidak mencurigakan. Penelitian ini berlangsung pada 2011 dan 2012 dan
melibatkan 400 anak dan remaja usia 10-19 tahun di daerah perkotaan dan pedesaan
di 11 provinsi (Yuniar, 2014).

Masa remaja adalah suatu fase tumbuh kembang yang dinamis dalam
kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari masa kanak-
kanak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental,
emosional dan sosial. Dalam perkembangan sosial remaja maka remaja mulai
memisahkan diri dari orang tua dan mulai memperluas hubungan dengan teman sebaya
(Irianto,2014). Remaja dikenal sebagai sosok dengan rasa ingin tahu yang sangat besar.
Remaja selalu mempunyai rasa ingin tahu yang besar, karena tidak memiliki
pengetahuan yang cukup. Mereka akan berusaha mencoba mencari informasi-
informasi itu sendiri melalui berbagai macam media informasi, yang tentunya
informasi tersebut belum tentu kebenarannya. Dengan rasa ingin tahu yang besar dan
disertai pengetahuan yang minim membuat remaja tidak bisa memilah mana yang
baik dan mana yang buruk.

Terdapat sebanyak 67 persen dari 2.818 siswa sekolah dasar (SD) kelas 4,
5, dan 6 di wilayah Jabodetabek mengaku pernah mengakses konten pornografi.
Sekitar 24 persen mengaku melihat pornografi melalui media komik. Selain itu,
sekitar 22 persen melihat pornografi dari situs internet, 17 persen dari games, 12
persen melalui film di televisi, dan enam persen lewat telepon genggam (Manai,
2001). Paparan pornografi yang diterima oleh anak sangat berbahaya, anak bisa
menjadi penasaran kemudian yang akan terjadi adalah anak sampai pada tahap
meniru. Anak-anak mudah sekali meniru. Mereka akan bertingkah laku sesuai
dengan apa yang mereka lihat dan mencontoh dari orang dewasa.

Pornografi akan menyebabkan anak dan remaja menerima sensasi


seksualitas sebelum waktunya, sehingga dapat menyebabkan kesan mendalam di
bawah otak sadar yang bisa membuat mereka sulit konsentrasi, tidak fokus, malas
belajar, tidak bergairah melakukan aktivitas yang semestinya, hingga mengalami
shock dan kehilangan pandangan terhadap jati diri mereka sendiri bahwa
sebenarnya mereka masih anak-anad maupun remaja.

Kecanduan pornografi sama prosesnya dengan kecanduan kokain dan zat


adiktif lain. Paparan pornografi menyebabkan perubahan konstan pada
neurotransmitter Kerusakan otak akibat kecanduan ini lebih berat dibandingkan
dengan jenis kecanduan pornografi. Kecanduan ini tidak hanya mempengaruhi
fungsi luhur otak, tetapi juga merangsang tubuh, fisik dan emosi diikuti perilaku
seksual. Kondisi ini, secara ilmu syaraf bila tidak segera diatasi akan merusak
fungsi otak bagian depan, yaitu pre frontal cortex Dr. Donald Hilton (dalam
Soebagijo, dkk. 2009).

Film porno dapat mempengaruhi sikap dan perilaku anak dan remaja
dimana sikap dan perilaku tersebut dapat terjadi apabila terdapat dorongan dalam
diri untuk menyaksikan tayangan dan mempraktekkan hal-hal yang terdapat dalam
film porno. Dengan semakin banyaknya film porno, seperti kecenderungan
menonton film porno akan mengakibatkan anak maupun remaja sulit berkonsetrasi
dalam belajar, sehingga hasil belajarnya rendah (Borrong, 2007).

Pada pecandu pornografi, otak akan merangsang produksi dopamin dan


endorfin, yaitu suatu bahan kimia otak yang membuat rasa senang dan merasa lebih
baik. Dalam kondisi normal, zat-zat ini akan sangat bermanfaat untuk membuat
orang sehat dan menjalankan hidup dengan lebih baik. Tetapi dengan pornografi,
otak akan mengalami hyper stimulating (rangsangan yang berlebihan), sehingga
otak akan bekerja dengan sangat ekstrem kemudian mengecil dan rusak, sehingga
akan mengalami penurunan fungsi (Kastleman, 2015).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dampak pornografi berada


pada kategori tinggi. Perkembangan pornografi yang semakin marak tidak lepas
kaitannya dengan perkembangan teknologi komunikasi saat ini. Paparan konten
pornografi itu terutama muncul ketika anak maupun remaja secara tidak sengaja
membuka video porno atau dalam bentuk iklan yang bernuansa vulgar ketika
mereka membuka internet. Pornografi sangat berdampak negatif terhadap perilaku
seksual anak maupun remaja, seperti berdampak terhadap perkembangan dan cara
berfikirnya. Anak dan remaja harus mengisi waktu luangnya dengan kegiatan yang
positif seperti mengikuti kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah.

Peranan orang tua sangat lah penting dalam pengawasan anak agar tidak
terpapar pornografi, karena rata-rata anak usia belia mengakses lewat media yang
ada di sekitarnya seperti komik, internet, game, tv, film, majalah, koran dan
handphone. Banyak orang tua yang memberi anak fasilitas handphone tanpa tahu
dampak negatifnya, tanpa penjelasan, dan tanpa persyaratan untuk anak. Dalam hal
ini, orang tua harus mengarahkan kepada anak tentang teknologi sebelum
membebaskan anak dalam menggunakan handphone. Anak harus diberi tahu
manfaat dan keburukan dahulu, sehingga anak dapat memilih kontent yang lebih
baik dan bermanfaat bagi pembelajaran di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA

Borrong. 2007. Pornografi. Diakses pada 25 November 2019, dari


http://www.suara pembaruan daily.com. Pada pukul 19.30

Griffin, E. (2012). A First Look At Communication Theory. New York : McGraw-


Hill.

Irianto, Koes. (2014). Seksologi Kesehatan. Bandung : ALFABETA.

Kastleman, Mark B. 2015. The Drug of the new millenium (Narkoba Millenium
Baru). Jakarta : Yayasan Kita & Buah Hati.

Kementerian Hukum dan Hak Azasi Manusia. 2008. Undang-Undang Republik


Indonesia Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi. Diakses pada 24
November 2019, dari https://kemenag.go.id/file/dokumen/442008.pdf.
Pada pukul 21.00.

Manai, Evi. 2001. Kak Seto Sahabat anak anak, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Nurhayanti, A. dkk. 2016. “Analisis Pengaruh Frekuensi Menonton Blue Film

Terhadap Hasil Belajar Mahasiswa”. Jurnal Prosinding Seminar Nasional


Vol-2(1), halm. 218-225.

Prodjodikoro, Wirjono. 1969. Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, Jakarta:


Fasco

Soebagijo, A. dkk. 2009. Ayo Ajak Teman- Teman Kita Sadari Bahaya Pornografi,

Jakarta : kementrian Negara Pemudadan Olahraga.

Untari, I. 2012. “Kesehatan Otak Modal Dasar Hasilkan SDM Handal”. Jurnal
Profesi Vol-8, halm 26

Yuniar, Nanien. 2014. Mayoritas anak tak sengaja buka situs porno. Diakses pada
17 Desember 2019, dari
http://www.antaranews.com/berita/419716/mayoritas-anak-tak-sengaja
buka-situsporno. Pada pukul 21.00

Anda mungkin juga menyukai