(ANAK - REMAJA)
Masa remaja adalah suatu fase tumbuh kembang yang dinamis dalam
kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari masa kanak-
kanak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental,
emosional dan sosial. Dalam perkembangan sosial remaja maka remaja mulai
memisahkan diri dari orang tua dan mulai memperluas hubungan dengan teman sebaya
(Irianto,2014). Remaja dikenal sebagai sosok dengan rasa ingin tahu yang sangat besar.
Remaja selalu mempunyai rasa ingin tahu yang besar, karena tidak memiliki
pengetahuan yang cukup. Mereka akan berusaha mencoba mencari informasi-
informasi itu sendiri melalui berbagai macam media informasi, yang tentunya
informasi tersebut belum tentu kebenarannya. Dengan rasa ingin tahu yang besar dan
disertai pengetahuan yang minim membuat remaja tidak bisa memilah mana yang
baik dan mana yang buruk.
Terdapat sebanyak 67 persen dari 2.818 siswa sekolah dasar (SD) kelas 4,
5, dan 6 di wilayah Jabodetabek mengaku pernah mengakses konten pornografi.
Sekitar 24 persen mengaku melihat pornografi melalui media komik. Selain itu,
sekitar 22 persen melihat pornografi dari situs internet, 17 persen dari games, 12
persen melalui film di televisi, dan enam persen lewat telepon genggam (Manai,
2001). Paparan pornografi yang diterima oleh anak sangat berbahaya, anak bisa
menjadi penasaran kemudian yang akan terjadi adalah anak sampai pada tahap
meniru. Anak-anak mudah sekali meniru. Mereka akan bertingkah laku sesuai
dengan apa yang mereka lihat dan mencontoh dari orang dewasa.
Film porno dapat mempengaruhi sikap dan perilaku anak dan remaja
dimana sikap dan perilaku tersebut dapat terjadi apabila terdapat dorongan dalam
diri untuk menyaksikan tayangan dan mempraktekkan hal-hal yang terdapat dalam
film porno. Dengan semakin banyaknya film porno, seperti kecenderungan
menonton film porno akan mengakibatkan anak maupun remaja sulit berkonsetrasi
dalam belajar, sehingga hasil belajarnya rendah (Borrong, 2007).
Peranan orang tua sangat lah penting dalam pengawasan anak agar tidak
terpapar pornografi, karena rata-rata anak usia belia mengakses lewat media yang
ada di sekitarnya seperti komik, internet, game, tv, film, majalah, koran dan
handphone. Banyak orang tua yang memberi anak fasilitas handphone tanpa tahu
dampak negatifnya, tanpa penjelasan, dan tanpa persyaratan untuk anak. Dalam hal
ini, orang tua harus mengarahkan kepada anak tentang teknologi sebelum
membebaskan anak dalam menggunakan handphone. Anak harus diberi tahu
manfaat dan keburukan dahulu, sehingga anak dapat memilih kontent yang lebih
baik dan bermanfaat bagi pembelajaran di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Kastleman, Mark B. 2015. The Drug of the new millenium (Narkoba Millenium
Baru). Jakarta : Yayasan Kita & Buah Hati.
Manai, Evi. 2001. Kak Seto Sahabat anak anak, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Soebagijo, A. dkk. 2009. Ayo Ajak Teman- Teman Kita Sadari Bahaya Pornografi,
Untari, I. 2012. “Kesehatan Otak Modal Dasar Hasilkan SDM Handal”. Jurnal
Profesi Vol-8, halm 26
Yuniar, Nanien. 2014. Mayoritas anak tak sengaja buka situs porno. Diakses pada
17 Desember 2019, dari
http://www.antaranews.com/berita/419716/mayoritas-anak-tak-sengaja
buka-situsporno. Pada pukul 21.00