Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahanrahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “Hukum Malpraktek Profesi Ahli Gizi” .

Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas untuk menyelesaikan tugas
mata kuliah Etika Profesi.

Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan
tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu,
dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesarbesarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Untuk itu tim penulis dengan
rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan,saran dan usul dari semua
pihak guna penyempurnaan makalah ini.

Akhirnya tim penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
seluruh

pembaca.

Kendari, 7 Oktober 2019

penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Malpraktek adalah kesalahan dalam menjalankan profesi sebagai dokter,
dokter gigi, dokter hewan. Malpraktek adalah akibat dari sikap tidak peduli,
kelalaian, atau kurang keterampilan, kurang hati-hati dalam melaksanakan tugas
profesi, berupa pelanggaran yang disengaja, pelanggaran hukum atau
pelanggaran etika.
Secara garis besar malprakltek dibagi dalam dua golongan besar yaitu
mal praktik medik (medical malpractice) yang biasanya juga meliputi
malpraktik etik (etichal malpractice) dan malpraktek yuridik (yuridical
malpractice). Sedangkan malpraktik yurudik dibagi menjadi tiga yaitu
malpraktik perdata (civil malpractice), malpraktik pidana (criminal malpractice)
dan malpraktek administrasi Negara (administrative malpractice).
Profesi Gizi adalah suatu pekerjaan di bidang gizi yang dilaksanakan
berdasarkan suatu keilmuan (body of knowledge), memiliki kompetensi yang
diperoleh melalui pendidikan yang berjenjang, memiliki kode etik dan bersifat
melayani masyarakat. Sedangkan Ahli Gizi dan Ahli Madya Gizi adalah seorang
yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan akademik dalam bidang
gizi sesuai aturan yang berlaku, mempunyai tugas, tanggung jawab dan
wewenang secara penuh untuk melakukan kegiatan fungsional dalam bidang
pelayanan gizi, makanan dan dietetik baik di masyarakat, individu atau rumah
sakit.

Profesi Gizi mengabdikan diri dalam upaya kesejahteraan dan


kecerdasan bangsa, upaya perbaikan gizi, memajukan dan mengembangkan ilmu
dan teknologi gizi serta ilmu-ilmu yang berkaitan dan meningkatkan
pengetahuan gizi masyarakat. Sebagai tenaga gizi profesional, seorang ahli gizi
dan ahli madya gizi harus melakukan tugas-tugasnya atas dasar :
1. Kesadaran dan rasa tanggung jawab penuh akan kewajiban terhadap
bangsa dan negara.
2. . Keyakinan penuh bahwa perbaikan gizi merupakan salah satu unsur
penting dalam upaya mencapai derajat kesehatan dan kesejahteraan
rakyat.
3. Tekad bulat untuk menyumbangkan tenaga dan pikirannya demi
tercapainya masyarakat adil, makmur dan sehat sentosa.

Untuk itu, seorang ahli gizi dan ahli madya gizi dalam melakukan
tugasnya perlu senantiasa bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
menunjukkan sikap dan perbuatan terpuji yang dilandasi oleh falsafah dan
nilai-nilai Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 serta Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga Persatuan Ahli Gizi Indonesia serta etik profesi,
baik dalam hubungan dengan pemerintah bangsa, negara, masyarakat, profesi
maupun dengan diri sendiri.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan malpraktek?
2. Apa saja jenis-jenis malpraktek?
3. Apakah yang dimaksud dengan profesi ahli gizi?
4. Apa saja prinsip kode etik profesi ahli gizi?
5. Apa saja peraturan yang diperbolehkan oleh profesi ahli gizi?
6. Apa sajakah upaya pencegahan dan penanganan malpraktek dalam profesi
ahli gizi?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui dan memahami definisi malpraktek.
2. Untuk mengetahui dan memahami jenis-jenis malpraktek.
3. Untuk mengetahui dan memahami definisi profesi ahli gizi.
4. Untuk mengetahui dan memahami prinsip kode etik profesi ahli gizi.
5. Untuk mengetahui dan memahami aturan dalam profesi ahli gizi.
6. Untuk mengetahui dan memahami upaya dan penanganan malpraktek dalam
profesi ahli gizi.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Malpraktek
Malpraktek adalah kesalahan dalam menjalankan profesi sebagai dokter,
dokter gigi, dokter hewan. Malpraktek adalah akibat dari sikap tidak peduli,
kelalaian, atau kurang keterampilan, kurang hati-hati dalam melaksanakan tugas
profesi, berupa pelanggaran yang disengaja, pelanggaran hukum atau
pelanggaran etika.

Sedangkan Veronica Komalawati menyebutkan malpraktek pada hakekatnya


adalah kesalahan dalam menjalankan profesi yang timbul akibat adanya
kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan dokter. Selanjutnya Herman Hediati
Koeswadji menjelaskan bahwa malpraktek secara hafiah diartikan sebagai bad
practice atau praktik buruk yang berkaitan dengan penerapan ilmu dan teknologi
medik dalam menjalankan profesi medik yang mengandunf ciri-ciri khusus.

Malpraktek merupakan istilah yang sangat umum sifatnya dan tidak selalu
berkonotasi yuridis. Secara harfiah “mal” mempunyai arti “salah” sedangkan
“praktek” mempunyai arti “pelaksanaan” atau “tindakan”, sehingga malpraktek
berarti “pelaksanaan atau tindakan yang salah”. Meskipun arti harfiahnya demikian
tetapi kebanyakan istilah tersebut dipergunakan untuk menyatakan adanya tindakan
yang salah dalam rangka pelaksanaan suatu profesi. Sedangkan difinisi malpraktek
profesi kesehatan adalah “kelalaian dari seseorang dokter atau tenaga keperawatan
(perawat dan bidan) untuk mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu
pengetahuan dalam mengobati dan merawat pasien, yang lazim dipergunakan
terhadap pasien atau orang yang terluka menurut ukuran dilingkungan yang sama”
(Valentin v. La Society de Bienfaisance Mutuelle de Los Angelos, California, 1956)
Malpraktik Kedokteran adalah dokter atau orang yang ada di bawah perintahnya
dengan sengaja atau kelalaian melakukan perbuatan (aktif atau pasif) dalam praktik
kedokteran pada pasiennya dalam segala tingkatan yang melanggar standar profesi,
standar prosedur, prinsip-prinsip profesional kedokteran, atau dengan melanggar
hukum (tanpa wewenang) karena tanpa informed consent, tanpa SIP (Surat Ijin
Praktik), atau tanpa STR (Surat Tanda Registrasi), tidak sesuai dengan kebutuhan
medis pasien, dengan menimbulkan (causal verband) kerugian bagi tubuh, kesehatan
fisik, mental, dan atau nyawa pasien sehingga membentuk pertanggungjawaban
hukum bagi dokter.
Pasal 11 UU 6 /1963 tentang kesehatan menyatakan: dengan tidak mengurangi
ketentuan dalam KUHP dan UU lain terhadap tenaga kesehatan dapat dilakukan
tindakan administrative dalam hal sebagai berikut:

a. Melalaikan kewajiban

b. Melakukan suatu hal yang tidak boleh diperbuat oleh seorang tenaga kerja
kesehatan mengingat sumpah jabatan maupun mengingat sumpah sebagai
tenaga kesehatan

c. Melanggar ketentuan menurut undang-undang ini.

Malpraktek secara umum, seperti disebutkan di atas, teori tentang kelalaian


melibatkan lima elemen : (1) tugas yang mestinya dikerjakan, (2) tugas yang
dilalaikan, (3) kerugian yang ditimbulkan, (4) Penyebabnya, dan (5) Antisipasi yang
dilakukan.
B. Jenis Malpraktek
Berpijak pada hakekat malpraktek adalan praktik yang buruk atau tidak sesuai
dengan standar profesi yang telah ditetepkan, maka ada bermacam-macam
malpraktek yang dapat dipiah dengan mendasarkan pada ketentuan hukum yang
dilanggar, walaupun kadang kala sebutan malpraktek secara langsung bisa
mencakup dua atau lebih jenis malpraktek. Secara garis besar malprakltek dibagi
dalam dua golongan besar yaitu mal praktik medik (medical malpractice) yang
biasanya juga meliputi malpraktik etik (etichal malpractice) dan malpraktek yuridik
(yuridical malpractice). Sedangkan malpraktik yurudik dibagi menjadi tiga yaitu
malpraktik perdata (civil malpractice), malpraktik pidana (criminal malpractice) dan
malpraktek administrasi Negara (administrative malpractice).
1) Malpraktik Medik (medical malpractice)
John.D.Blum merumuskan: Medical malpractice is a form of professional
negligence in whice miserable injury occurs to a plaintiff patient as the direct
result of an act or omission by defendant practitioner. (malpraktik medik
merupakan bentuk kelalaian professional yang menyebabkan terjadinya luka
berat pada pasien / penggugat sebagai akibat langsung dari perbuatan ataupun
pembiaran oleh dokter/terguguat).

Sedangkan rumusan yang berlaku di dunia kedokteran adalah Professional


misconduct or lack of ordinary skill in the performance of professional act, a
practitioner is liable for demage or injuries caused by malpractice. (Malpraktek
adalah perbuatan yang tidak benar dari suatu profesi atau kurangnya kemampuan
dasar dalam melaksanakan pekerjaan. Seorang dokter bertanggung jawab atas
terjadinya kerugian atau luka yang disebabkan karena malpraktik), sedangkan
junus hanafiah merumuskan malpraktik medik adalah kelalaian seorang dokter
untuk mempergunakan tingkat keterampilan dan ilmu pengetahuan yang lazim
dipergunakan dalam mengobati pasien atau orang yang terluka menurut
lingkungan yang sama.
2) Malpraktik Etik (ethical malpractice)
Malpraktik etik adalah tindakan dokter yang bertentangan dengan etika
kedokteran, sebagaimana yang diatur dalam kode etik kedokteran Indonesia
yang merupakan seperangkat standar etika, prinsip, aturan, norma yang berlaku
untuk dokter.
3) Malpraktik Yuridis (juridical malpractice)
Malpraktik yuridik adalah pelanggaran ataupun kelalaian dalam pelaksanaan
profesi kedokteran yang melanggar ketentuan hukum positif yang berlaku.

C. Standar Etika Profesi Ahli Gizi


Lampiran Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 374/MENKES/SK/III/2007
Tanggal : 27 Maret 2007

Standar Profesi Ahli Gizi dapat digunakan sebagai pedoman bagi tenaga
gizi dengan tujuan untuk mencegah tumpang tindih kewenangan berbagai
profesi yang terkait dengan gizi.Untuk itu Persatuan Ahli Gizi Indonesia
(PERSAGI) harus menyikapi dan mengantisipasi hal tersebut dengan
meningkatkan kualitas sumber daya yang ada melalui penetapan Standar Profesi
Gizi.
Tujuan :
1. Tujuan Umum
Penyusunan Standar Profesi Gizi sebagai landasan pengembangan profesi gizi di
Indonesia.
2. Tujuan Khusus
a. Sebagai acuan bagi penyelenggaraan pendidikan gizi di Indonesia dalam
rangka menjaga mutu gizi.
b. Sebagai acuan perilaku gizi dalam mendarmabaktikan dirinya di
masyarakat.
c. Menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan gizi yang profesional baik
untuk individu maupun kelompok.
d. Mencegah timbulnya malpraktek gizi.
Profesi Gizi adalah suatu pekerjaan di bidang gizi yang dilaksanakan
berdasarkan suatu keilmuan (body of knowledge), memiliki kompetensi yang
diperoleh melalui pendidikan yang berjenjang, memiliki kode etik dan bersifat
melayani masyarakat. Sedangkan Ahli Gizi dan Ahli Madya Gizi adalah seorang
yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan akademik dalam bidang
gizi sesuai aturan yang berlaku, mempunyai tugas, tanggung jawab dan
wewenang secara penuh untuk melakukan kegiatan fungsional dalam bidang
pelayanan gizi, makanan dan dietetik baik di masyarakat, individu atau rumah
sakit.
Di Indonesia masalah gizi utama masih didominasi oleh masalah gizi
Kurang Energi Protein (KEP), masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium
(GAKY), dan masalah Kekurangan Vitamin (KVA) dan mulai meningkatnya
masalah obesitas terutama di kota-kota besar. Disamping itu, diduga ada
masalah gizi mikro lainnya seperti defisiensi zinc yang sampai saat ini belum
terungkapkan karena adanya keterbatasan ilmu pengetahuan dan teknologi di
bidang gizi.Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di berbagai
bidang pembangunan dan makin berkembangnya paradigma pembangunan
nasional yang berwawasan sumber daya manusia (SDM), maka upaya untuk
meningkatkan status gizi masyarakat dan penanggulangan permasalahannya
(masalah gizi) makin mendapat prioritas dalam strategi pembangunan
nasional.Keadaan gizi masyarakat umum dan individu khususnya mempunyai
dampak terhadap pembangunan negara secara umum dan khusus berdampak
pada pertumbuhan fisik, mental dan kecerdasan serta produktivitas
manusia.Oleh karena itu, pemecahan masalah gizi ditempatkan sebagai ujung
tombak paradigma sehat untuk mencapai Indonesia sehat pada masa mendatang.
Ciri – ciri dari profesi gizi, yaitu:
1. Mengembangkan pelayanan yang unik kepada masyarakat.
2. Anggota-anggotanya dipersiapkan melalui suatu program pendidikan.
3. Memiliki serangkaian pengetahuan ilmiah.
4. Anggota-anggotanya menjalankan tugas profesinya sesuai kode etik
yang berlaku.
5. Anggota-anggotanya bebas mengambil keputusan dalam menjalankan
profesinya.
6. Anggota-anggotanya wajar menerima imbalan jasa atas pelayanan yang
diberikan.
7. Memiliki suatu organisasi profesi yang senantiasa meningkatkan
kualitas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat oleh anggotanya.
8. Pekerjaan/sumber utama seumur hidup.
9. Berorientasi pada pelayanan dan kebutuhan obyektif.
10. Otonomi dalam melakukan tindakan.
11. Melakukan ikatan profesi, lisensi jalur karir.
12. Mempunyai kekuatan dan status dalam pengetahuan spesifik.
13. Alturism.
Persyaratan ahli gizi sebagai tenaga kerja profesional :
1. Memberikan pelayanan kepada masyarakat yang bersifat khusus atau
spesialis.
2. Melalui jenjang pendidikan yang menyiapkan tenaga profesional.
3. Keberadaannya diakui dan diperlukan oleh masyarakat.
4. Mempunyai kewenangan yang disyahkan atau diberikan oleh
pemerintah.
5. Mempunyai peran dan fungsi yang jelas.
6. Mempunyai kompetensi yang jelas dan terukur.
7. Memiliki organisasi profesi sebagai wadah.
8. Memiliki etika Ahli Gizi.
9. Memiliki standar praktek.
10. Memiliki standar pendidikan yang mendasari dan mengembangkan
profesi sesuai dengan kebutuhan pelayanan.
11. Memiliki standar berkelanjutan sebagai wahana pengembangan
kompetensi.
D. Prinsip-Prinsip Kode Etik
Profesi Gizi mengabdikan diri dalam upaya kesejahteraan dan kecerdasan
bangsa, upaya perbaikan gizi, memajukan dan mengembangkan ilmu dan
teknologi gizi serta ilmu-ilmu yang berkaitan dan meningkatkan pengetahuan
gizi masyarakat. Sebagai tenaga gizi profesional, seorang ahli gizi dan ahli
madya gizi harus melakukan tugas-tugasnya atas dasar :
1. Kesadaran dan rasa tanggung jawab penuh akan kewajiban terhadap bangsa
dan negara.
2. Keyakinan penuh bahwa perbaikan gizi merupakan salah satu unsur penting
dalam upaya mencapai derajat kesehatan dan kesejahteraan rakyat.
3. Tekad bulat untuk menyumbangkan tenaga dan pikirannya demi tercapainya
masyarakat adil, makmur dan sehat sentosa.
Untuk itu, seorang ahli gizi dan ahli madya gizi dalam melakukan
tugasnya perlu senantiasa bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
menunjukkan sikap dan perbuatan terpuji yang dilandasi oleh falsafah dan nilai-
nilai Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 serta Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga Persatuan Ahli Gizi Indonesia serta etik profesi, baik
dalam hubungan dengan pemerintah bangsa, negara, masyarakat, profesi
maupun dengan diri sendiri.
Dengan melihat cakupan dan kode etik tersebut, disimpulkan bahwa
profesi gizi berperan dalam kebijakan sistem pelayanan kesehatan, mendidik dan
mengintervensi individu, kelompok, masyarakat serta meneliti dan
mengembangkan demi menjaga mutu pelayanan. Oleh karena itu, perlu disusun
standar kompetensi ahli gizi dan ahli madya gizi Indonesia yang dilandasi
dengan peran-peran ahli gizi dan ahli madya gizi sebagai pelaksana, pengelola,
pendidik, penyelia, pemasar, anggota tim dan pelaku praktek kegizian yang
bekerja secara profesional dan etis.
E. Peraturan yang Dibolehkan dalam Bidang Ahli Gizi
a. Kewajiban Umum
1. Ahli Gizi berperan meningkatkan keadaan gizi dan kesehatan serta
berperan dalammeningkatkan kecerdasan dan kesejahteraan rakyat
2. Ahli Gizi berkewajiban menjunjung tinggi nama baik profesi gizi
dengan menunjukkan sikap, perilaku, dan budi luhur serta tidak
mementingkan diri sendiri
3. Ahli Gizi berkewajiban senantiasa menjalankan profesinya menurut
standar profesi yang telah ditetapkan.
4. Ahli Gizi berkewajiban senantiasa menjalankan profesinya bersikap
jujur, tulus dan adil.
5. Ahli Gizi berkewajiban menjalankan profesinya berdasarkan prinsip
keilmuan, informasi terkini, dan dalam menginterpretasikan informasi
hendaknya objektif tanpa membedakan individu dan dapat menunjukkan
sumber rujukan yang benar.
6. Ahli Gizi berkewajiban senantiasa mengenal dan memahami
keterbatasannya sehingga dapat bekerjasama dengan fihak lain atau
membuat rujukan bila diperlukan.
7. Ahli Gizi dalam melakukan profesinya mengutamakan kepentingan
masyarakat dan berkewajiban senantiasa berusaha menjadi pendidik dan
pengabdi masyarakat yang sebenarnya.
8. Ahli Gizi dalam berkerjasama dengan para profesional lain di bidang
kesehatan maupun lainnya berkewajiban senantiasa memelihara
pengertian yang sebaik-baiknya.

b. Kewajiban Terhadap Klien


1. Ahli Gizi berkewajiban sepanjang waktu senantiasa berusaha
memelihara dan meningkatkan status gizi klien baik dalam lingkup
institusi pelayanan gizi atau di masyarakat umum.
2. Ahli Gizi berkewajiban senantiasa menjaga kerahasiaan klien atau
masyarakat yang dilayaninya baik pada saat klien masih atau sudah tidak
dalam pelayanannya, bahkan juga setelah klien meninggal dunia kecuali
bila diperlukan untuk keperluan kesaksian hukum.
3. Ahli Gizi dalam menjalankan profesinya senantiasa menghormati dan
menghargai kebutuhan unik setiap klien yang dilayani dan peka terhadap
perbedaan budaya, dan tidak melakukan diskriminasi dalam hal suku,
agama, ras, status sosial, jenis kelamin, usia dan tidak menunjukkan
pelecehan seksual.
4. Ahli Gizi berkewajiban senantiasa memberikan pelayanan gizi prima,
cepat, dan akurat.
5. Ahli Gizi berkewajiban memberikan informasi kepada klien dengan
tepat dan jelas, sehingga memungkinkan klien mengerti dan mau
memutuskan sendiri berdasarkan informasi tersebut.
6. Ahli Gizi dalam melakukan tugasnya, apabila mengalami keraguan
dalam memberikan pelayanan berkewajiban senantiasa berkonsultasi dan
merujuk kepada ahli gizi lain yang mempunyai keahlian.

c. Kewajiban terhadap Masyarakat


1. Ahli Gizi berkewajiban melindungi masyarakat umum khususnya
tentang penyalahgunaan pelayanan, informasi yang salah dan praktek
yang tidak etis berkaitan dengan gizi, pangan termasuk makanan dan
terapi gizi/diet.ahli gizi hendaknya senantiasa memberikan
pelayanannya sesuai dengan informasi faktual, akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
2. Ahli Gizi senantiasa melakukan kegiatan pengawasan pangan dan gizi
sehingga dapat mencegah masalah gizi di masyarakat.
3. Ahli Gizi berkewajiban senantiasa peka terhadap status gizi masyarakat
untuk mencegah terjadinya masalah gizi dan meningkatkan status gizi
masyarakat.
4. Ahli Gizi berkewajiban memberi contoh hidup sehat dengan pola makan
dan aktifitas fisik yang seimbang sesuai dengan nilai paktek gizi
individu yang baik.
5. Dalam bekerja sama dengan profesional lain di masyarakat, Ahli Gizi
berkewajiban hendaknya senantiasa berusaha memberikan dorongan,
dukungan, inisiatif, dan bantuan lain dengan sungguh-sungguh demi
tercapainya status gizi dan kesehatan optimal di masyarakat.
6. Ahli Gizi dalam mempromosikan atau mengesahkan produk makanan
tertentu berkewajiban senantiasa tidak dengan cara yang salah atau,
menyebabkan salah interpretasi atau menyesatkan masyarakat

d. Kewajiban terhadap Teman Seprofesi dan Mitra Kerja


1. Ahli Gizi dalam bekerja melakukan promosi gizi, memelihara dan
meningkatkan status gizi masyarakat secara optimal, berkewajiban
senantiasa bekerjasama dan menghargai berbagai disiplin ilmu sebagai
mitra kerja di masyarakat.
2. Ahli Gizi berkewajiban senantiasa memelihara hubungan persahabatan
yang harmonis dengan semua organisasi atau disiplin ilmu/profesional
yang terkait dalam upaya meningkatkan status gizi, kesehatan,
kecerdasan dan kesejahteraan rakyat.
3. Ahli Gizi berkewajiban selalu menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan
keterampilan terbaru kepada sesama profesi dan mitra kerja.

e. Kewajiban Terhadap Profesi dan Diri Sendiri


1. Ahli Gizi berkewajiban mentaati, melindungi dan menjunjung tinggi
ketentuan yang di canangkan oleh profesi
2. Ahli Gizi berkewajiban senantiasa memajukan dan memperkaya
pengetahuan dan keahlian yang diperlukan dalam menjalankan
profesinya sesuai perkembangan ilmu dan teknologi terkini serta peka
terhadap perubahan lingkungan.
3. Ahli Gizi harus menunjukan sikap percaya diri, berpengetahuan luas,
dan berani mengemukakan pendapat serta senantiasa menunjukan
kerendahan hati dan mau menerima pendapat orang lain yang benar.
4. Ahli Gizi dalam menjalankan profesinya berkewajiban untuk tidak boleh
dipengaruhi oleh kepentingan pribadi termasuk menerima uang selain
imbalan yang layak sesuai dengan jasanya, meskipun dengan
pengetahuan klien/masyarakat (tempat dimana ahli gizi diperkerjakan).
5. Ahli Gizi berkewajiban tidak melakukan perbuatan yang melawan
hukum, dan memaksa orang lain untuk melawan hukum.
6. Ahli Gizi berkewajiban memelihara kesehatan dan keadaan gizinya agar
dapat bekerja dengan baik.
7. Ahli Gizi berkewajiban melayani masyarakat umum tanpa memandang
keuntungan perseorangan atau kebesaran seseorang.
8. Ahli Gizi berkewajiban selalu menjaga nama baik profesi dan
mengharumkan organisasi profesi.

E. Upaya Pencegahan dan Penanganan Malpraktek dalam Profesi Ahli Gizi


1. Upaya Pencegahan Malpraktik dalam Profesi Ahli Gizi
Dengan adanya kecenderungan masyarakat untuk menggugat tenaga medis
karena adanya malpraktek diharapkan tenaga dalam menjalankan tugasnya
selalu bertindak hati-hati, yakni:

a. Tidak menjanjikan atau memberi garansi akan keberhasilan upayanya, karena


perjanjian berbentuk daya upaya (inspaning verbintenis) bukan perjanjian akan
berhasil (resultaat verbintenis).

b. Sebelum melakukan intervensi agar selalu dilakukan informed consent.

c. Mencatat semua tindakan yang dilakukan dalam rekam medis.

d. Apabila terjadi keragu-raguan, konsultasikan kepada senior atau dokter.

e. Memperlakukan pasien secara manusiawi dengan memperhatikan segala


kebutuhannya.
2. Penanganan Malpraktek dalam Profesi Ali Gizi
Sistem hukum di Indonesia yang salah satu komponennya adalah hukum
substantive, diantaranya hukum pidana, hukum perdata dan hukum administrasi
tidak mengenal bangunan hukum “malpraktek”.Sebagai profesi, sudah saatnya
para dokter mempunyai peraturan hukum yang dapat dijadikan pedoman bagi
mereka dalam menjalankan profesinya dan sedapat mungkin untuk menghindari
pelanggaran etika profesi ahli gizi.

Keterkaitan antara pelbagai kaidah yang mengatur perilaku dokter, merupakan


bidang hukum baru dalam ilmu hukum yang sampai saat ini belum diatur secara
khusus. Padahal hukum pidana atau hukum perdata yang merupakan hukum
positif yang berlaku di Indonesia saat ini tidak seluruhnya tepat bila diterapkan
pada dokter yang melakukan pelanggaran. Bidang hukum baru inilah yang
berkembang di Indonesia dengan sebutan Hukum Kedokteran, bahkan dalam arti
yang lebih luas dikenal dengan istilah Hukum Kesehatan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hukum malpraktek dalam bidang kesehatan khususnya di bidang profesi
ahli gizi adalah semua ketentuan hukum yang berhubungan langsung dengan
pemeliharaan atau pelayanan kesehatan dan penerapannya serta hak dan
kewajiban baik perorangan dan segenap lapisan masyarakat sebagai penerima
pelayanan kesehatan maupun dari pihak penyelenggara pelayanan kesehatan
dalam segala aspek organisasi; sarana pedoman medis nasional atau
internasional, yurisprudensi serta ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

Dalam pemberian layanan kesehatan menyangkut hubungan antara


tenaga kesehatan dan konsumen (pasien) telah lama mengemuka pentingnya
perlindungan hukum bagi kedua belah pihak tersebut. Menurut Undang –
Undang Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan , tenaga kesehatan
disini dikelompokan menjadi : tenaga medis, tenaga psikologi klinis, tenaga
keperawatan, tenaga kebidanan, tenaga kefarmasian, tenaga kesahatan
masyarakat, tenaga ahli gizi, tenaga keteknisan medis, tenaga teknik biomedika,
tenaga kesahatan tradsional, dan tenaga kesehatan lain.

Dengan semakin banyaknya kasus malpraktik, dapat dikatakan bahwa


kualitas dunia kesehatan masih belum cukup baik, bahkan perkembangan hukum
yang berkaitan dengan dunia kesehatanpun masih belum cukup untuk memenuhi
harapan. Namun, aturan-aturan yang ada dan fasilitas yang disediakan untuk
dunia kesehatan tidak dapat disalahkan hanya karena semakin banyaknya kasus
malpraktik. Kita sebagai orang yang menggunakan aturan dan fasilitaas itulah
yang harus lebih meningkatkan SDM.
B. Saran

Sesuai dengan kode etik profesi dan sumpah jabatan sebagai seorang tenaga
kesehatan harus dapat mempertanggungjawabkan kejadian yang telah terjadi.
Apa lagi bila masalah kesehatan itu memang memerlukan rujukan. Setiap etugas
kesehatan harus memperhatikan hal sederhana dalam melaksanakan tugas-
tugasnya. Tetapi juga, seorang pasien harus mau jujur secara terbuka saat
menyampaikan masalah kesehatannya kepada petugas kesehatan. Kita harus bias
membedakan malpraktik dan resiko medis serta kelalaian petugas kesehatan dan
harus lebih mengerti hukum kesehatan agar tidak hanya asal mengajukan tuntutan
kepada pengadilan mengenai masalah malpraktik.
DAFTAR PUSTAKA

https://wonkdermayu.wordpress.com/artikel/malpraktek-dan-pertanggungjawaban-
hukumnya/

https://deniaprianichan.wordpress.com/2013/05/17/henry-campell-b/

https://thexqnelson.wordpress.com/2012/11/30/pembuktian-malpraktik-medik/

http://www.jdih.tanahlautkab.go.id/berita/detail/malpraktek--kelalaian-medis-dalam-
aspek-hukum

Anda mungkin juga menyukai