Anda di halaman 1dari 17

PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA (PELUANG)

Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah

MATEMATIKA SD 3
DOSEN PENGAMPU :

DISUSUN OLEH
KELAS 4F PGSD
KELOMPOK 5

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI S1 PGSD
BANJARMASIN
2018
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik, hidayah dan inayah-Nya, sehingga kami diberi
kemampuan untuk dapat membuat makalah ini dengan baik dan untuk memenuhi
tugas.
Kami menyadari bahwa sepenuhnya makalah ini belum sepenuhnya
sempurna dan masih jauh dari apa yang diharapkan baik dalam bentuk penyajian
maupun dalam bentuk penulisan oleh karena itu kritik dan saran penulis harapkan
dari dosen dan pembaca demi perbaikan makalah ini selanjutnya, saya ucapkan
terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah “Pendidikan Multikultural”
yakni Bapak ZAIN AHMAD FAUZI, M. Pd yang telah membimbing kami dalam
pembuatan makalah ini.
Harapan kami terhadap makalah ini bermanfaat bagi para pembaca
umumnya, khususnya lagi kami sebagai pelajar dan dapat menambah wawasan
dan ilmu pengetahuan lebih tinggi lagi.
Salah khilaf dalam pembuatan makalah ini mohon dimaafkan. Akhir kata
mudah-mudahan makalah bermanfaat sebagaimana yang kita semua harapkan.
Demikian kata pengantar kami sampaikan atas perhatian bapak dan pembaca
sekalian penulis ucapkan terimakasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Banjarmasin, 14 Februari 2019

Kelompok 10

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
C. Tujuan Pembuatan Makalah ..................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
A. Permutasi .................................................................................................. 3
B. Kombinasi ................................................................................................ 5
C. Peluang ..................................................................................................... 6
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 13
A. Kesimpulan ............................................................................................. 13
B. Saran ....................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut,
1. Bagaimana memahami dan dapat menggunakan permutasi dalam
menyelesaikan persoalan matematika?
2. Bagaimana memahami dan menggunakan kombinasi dalam
menyelesaikan pemecahan masalah dalam matematika?
3. Bagaimana memahami dan dapat menggunakan peluang dalam
pemecahan masalah matematika?
C. Tujuan Pembuatan Makalah
1. Untuk memahami dan dapat menggunakan permutasi dalam
menyelesaikan persoalan matematika.
2. Untuk memahami dan menggunakan kombinasi dalam menyelesaikan
pemecahan masalah dalam matematika.
3. Untuk memahami dan dapat menggunakan peluang dalam pemecahan
masalah matematika.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Permutasi
Sebelum mempelajari kaidah pencacahan permutasi dan
kombinasi, terlebih dahulu kita harus memahami definisi dan notasi
faktorial. Faktorial adalah hasil kali bilangan asli secara berurutan dari 1
sampai dengan n atau sebaliknya. Notasi faktorial menggunakan lambang
n!. Contoh :

1) 3!=1.2.3=6
2) 5!= 1.2.3.4.5 = 120
Berikut ini diberikan salah satu sifat faktorial yang sangat berguna dalam
mempermudah perhitungan terkait dengan faktorial.
n!= n.(n −1)!

= n.(n −1)(.n − 2)!


Contoh :
10! 10.9.8.6!
= =10.9.8.7 = 5040
6! 6!

Permutasi adalah pengaturan atau penyusunan beberapa unsur


dengan memperhatikan urutan. Contoh masalah dalam kehidupan sehari-
hari adalah pengaturan atau penyusunan kepanitiaan yang terdiri dari
ketua, bendahara dan sekretaris. Jelas bahwa pada masalah tersebut urutan
akan sangat mempengaruhi, sehingga urutan menjadi pertimbangan
khusus. Definisi permutasi disajikan sebagai sekumpulan obyek/unsur
yang merupakan suatu pengaturan dengan memperhatikan urutan dari
semua obyek atau sebagian. Dengan kata lain, permutasi r unsur yang
diambil dari n unsur yang tersedia (dengan tiap unsur berbeda dan r ≤ n)
adalah susunan dari r unsur itu dalam suatu urutan.

3
Banyaknya permutasi biasanya dilambangkan dengan n P r . Rumus
umum banyaknya permutasi r unsur yang diambil dari n unsur tersedia
adalah sebagai berikut,

(n!)
n Pr = 𝑛−𝑟 !

Pada definisi permutai di ata dikatakan behwa n unsur yang


tersedia berbeda. Jika unsur-unsur yang tersedia memuat unsur yang sama,
bagaimanakah cara menentukan banyaknya permutasi yang memuat unsur
sama? Untuk menjelaskan hal ini, perhatikan contoh berikut ini.

1. Menghitung P1 , 4 P4 , dan 7 P3 sebagai berikut.


6! 5!.6
6P1 = = =6
(6−1)! 5!
4! 4!
4P4 = (4−4)! = 0! = 1.2.3.4 =24
7! 7! 4!5.6.7
7P3 = (7−3)! = 4! = = 210
4!

2. Permutasi 6 unsur yang diambil dari 7 unsur yag tersedia adalah


7! 7!
7P6 = (7−6)! = 1! = 1.2.3.4.5.6.7 = 5040

3. Banyak susunan huruf yang tediri dari 2 huruf yang diambildari


huruf-huruf H, U, T, A, N dan G adalah
6! 4!.5.6
6P2 = = = 5.6 = 30
(6−2)! 4!

4. Masalah pada pengaturan atau penyusunan panitia yang terdiri dari


ketua, wakil ketua, dan bendahara, tentu saja memperhatikan saja
memperhatikan urutan. Maka masalah ini dapat diselesaikan dengan
menggunakan konsep permutasi berikut ini. Banyaknya siswa 30
orang dan banyak panitia yang akan dibentuk ada 3, maka n = 30 dan
r = 3. Jadi banyak susunan panitia yang mungkin terjadi adalah :
30! 27!28.29.30
30P3 = = = 28.29.30 = 24.360
(30−3)! 27!!

4
B. Kombinasi

Kombinasi merupakan pengaturan atau penyusunan beberapa


unsur tanpa memperhatikan urutan. Misalnya kita akan mengirimkan tim
lomba cerdas cermat yang terdiri dari 3 orang. Masalah tersebut jelas tidak
memperhatikan atau mempertimbangkan urutan. Jadi, definisi kombinasi
adalah suatu penngaturan dari semua atu sebagian unsur dengan tidak
memperhatikan urutan. Dengan kata lain, kombinasi r unsur yang diambil
dan n unsur yang tersedia (dengan tiap unsur berbeda dan r ≤ n) adalah
susunan dari r unsur itu tanpa memperhatikan urutan.

Banyaknya kombinasi r unsur yang diambil dari n unsur yang


tersedia dinyatakan dengan nCr dan ditentukan dengan rumus berikut ini.

𝑛!
n Cr =
𝑟!(𝑛−𝑟)!

Berikut adalah contoh dari kombinasi

1. Berikut adalah perhitungan 10C4 dan 20C3


10! 10! 6!.7.8.9.10 5040
10C4 = = = = =210
4!(10−4)! 6!.4! 6!.1.2.3.4 24
20! 20! 17!.18.19.20 6840
20C3 = = = = = 1140
3!(20−3)! 17!.13! 17!1.2.3 6

2. Banyaknya kombinasi dari 5 unsur yang diambil dari 9 unsur yang


tersedia berarti kita akan menghitung 9 C5 sebagai berikut.
9! 5!6.7..8.9 3024
9 C5 =
(9−5)5!
= = = 126
1.2.3.4.5! 24
3. Dari 4 orang bersaudara taiyu Ali (A), Budi (B), Cahya (C) dan Doni
(D), 3 orang bersaudara tersebut dapat memenuhi undangan?
Kita harus mencari kombinasi 3 unsur dari 4 unsur

5
4! 3!4
4C3 =
(4−3)3!
= =4
1!3!

C. Peluang
Menurut pandangan intuitif, peluang suatu peristiwa adalah
angka yang menunjukkan seberapa besar kemungkinan peristiwa itu
akan terjadi. Peluang yang kecil menunjukkan kemungkinan terjadi
peristiwa itu sangat kecil. Misalnya seorang peramal cuaca
meramalkan bahwa kemungkinan akan terjadi hujan kurang dari 10%
maka kita akan merasa tidak perlu membawa payung jika akan ke luar
rumah karena kita menganggap bahwa kemungkinan akan hujan
sangat kecil. Jadi salah satu manfaat mengetahui peluang suatu
peristiwa adalah untuk membantu pengambilan keputusan yang tepat.

Konsep peluang berkaitan dengan percobaan atau eksperimen.


Percobaan di sini didefinisikan sebagai pengamatan terhadap beberapa
aktivitas atau proses yang memungkinkan timbulnya paling sedikit
dua peristiwa tanpa memperhatikan peristiwa mana yang akan terjadi.
Jadi di dalam suatu percobaan akan menghasilkan sesuatu yang tidak
pasti. Artinya bahwa percobaan dapat dilakukan berkali-kali dalam
kondisi yang sama dan memungkinkan hasil yang berbeda-beda.

Contoh:

1. Percobaan pengukuran tinggi badan seseorang yang


tingginya antara 165 cm dan 170 cm. Dari percobaan
tersebut tentukan:
a. Ruang sampel dan jenid ruang sampel
b. Himpunan A jika A merupakan kejadian tinggi
seseorang 167 cm dan 169 cm.

6
c. Himpunan B jika B merupakan kejadian tinggi
seseorang yang sama dengan 190 cm
2. Percobaan melempar dadu satu kali. Dari percobaan
tersebut tentukan:
a. Ruang sampel dan jenis ruang sampel.
b. Himpunan X jika Y merupakan kejadian munculnya
mata dadu kurang atau sama dengan 6.
c. Himpunan Z jika Z merupakan kejadian munculnya
mata dadu 7.
Pembahasan contoh soal diatas:
1. Dari percobaan pengukuran tinggi badan seseorang yang tingginya
antara 165 cm dan 170 cm diperoleh.
a. Ruang sampel percobaan S = {x ; 165 < x < 170} di mana jenis
ruang sampel adalah ruang sampel kontinu karena banyak anggota
ruang sampel tak berhingga yaitu semua bilangan real antara 165
sampai dengan 170.
b. Kejadian A jika disajikan dalam bentuk himpunan yaitu A =
{167,169}.
2. Dari percobaan melempar dadu satu kali diperoleh
a. Ruang sampel S = {1,2,3,4,5,6} dan jenis ruang sampelnya
adalah ruang sampel diskrit. Hal ini jelas karena banyak anggota
ruang sampel berhingga.
b. Kejadian X dapat disajikan dalam bentuk himpunan yaitu X =
{2,4,6}.
c. Kejadian Y dapat disajikan dalam bentuk himpunan yaitu Y =
{1,2,3,4,5,6}.

Kejadian Y merupakan kejadian yang pasti terjadi sedangkan


kejadian B dan Z merupakan kejadian yang tidak mungkin terjadi

7
jika percobaan-percobaan tersebut dilakukan. Dua jenis kejadian
tersebut dinamakan kejadian yang tidak sejati. Dengan kata lain
kejadian disebut kejadian sejati jika kejadian tersebut merupakan
himpunan bagian sejati dari ruang sampel. Apakah Anda masih ingat
dengan definisi himpunan bagian sejati? Dengan melihat definisi
kejadian sejati, coba Anda definisikan apa itu himpunan sejati.

Kejadian dalam suatu percobaan dinyatakan dengan


himpunan. Pada teori himpunan, dua himpunan atau lebih dapat
dikenai operasi komplemen, gabungan atau irisan. Operasi-operasi
tersebut juga dapat dikenakan pada kejadian. Berikut ini diberikan
contoh untuk menjelaskan hal tersebut. Contoh :

Diketahui percobaan melempar sebuah dadu satu kali. Dari


percobaan tersebut, akan dilihat kejadian munculnya mata dadu

a. selain ganjil
b. genap atau prima
Ruang sampel dari percobaan tersebut adalah S = {1,2,3,4,5,6}.

a. Misalnya A adalah kejadian munculnya mata dadu ganjil yaitu A =


{1,3,5},
maka kejadian munculnya mata dadu selain ganjil merupakan
himpunan Ac = {2,4,6}.
b. Misal B adalah kejadian munculnya mata dadu genap yaitu B =
{2,4,6} dan C kejadian munculnya mata dadu prima yaitu C =
{2,3,5}. Kejadian munculnya mata dadu genap atau prima berarti
B ∪ C = {2,3,4,5,6}.
1. Peluang Kejadian

8
Jika suatu percobaan dilakukan, biasanya perhatian kita pada kejadian-
kejadian sejati dimana kejadian-kejadian tersebut bukanlah kejadian yang
pasti terjadi atau kejadian yang tidak mungkin terjadi. Persoalannya,
apakah kita dapat menghitung kecenderungan terjadinya kejadian-kejadian
tersebut. Untuk itu kita memerlukan alat untuk mengukurnya. Alat
tersebut adalah peluang kejadian. Berikut ini adalah definisi peluang
menurut definisi klasik. Misalkan suatu percobaan menghasilkan n titik
sampel yang mempunyai kesempatan muncul sama dan tidak mungkin
terjadi bersama-sama.
𝑛 (𝐴) 𝑘
P(A) = =𝑛
𝑛(𝑆)

Dengan n(A) adalah banyaknya anggota ruang sampel.

Jika kita akan menghitung peluang kejadian dengan menggunakan


definisi ini, maka ada tiga hal yang harus diperhatikan.

a. Jika suatu percobaan dilakukan tanpa suatu keterangan tertentu,


maka dianggap bahwa setiap hasil percobaan yang mungkin
mempunyai peluang yang sama.

b. Jika suatu percobaan dengan hasil yang mungkin cukup banyak


maka akan lebih mudah jika banyaknya hasil yang mungkin dari
percobaan tersebut dihitung terlebih dahulu. Hal ini dapat
dilakukan dengan menggunakan kaidah pencacahan baik dengan
teknik membilang, permutasi atau kombinasi.
c. 0 ≤ n(A) ≤ n dan 0 ≤ P(A) ≤ 1
Latihan Peluang Kejadian

Berikutnya silahkan Anda mengerjakan soal-soal di bawah ini.

1. Pada percobaan melempar sebuah dadu satu kali, berapa peluang


kejadian munculnya mata dadu ganjil?

9
2. Diketahui dalam suatu kotak terdapat 5 bola putih dan 3 bola
merah. Dari kotak tersebut diambil sebuah bola secara acak.
Berapa peluang kejadian terambilnya bola putih?
3. Jika pada kotak dalam soal nomor 2, diambil dua bola sekaligus
secara acak, berapa peluang kejadian terambil bola semuanya putih
Pedoman latihan
1. Pada soal pertama diketahui ruang sampel S = {1,2,3,4,5,6} dan A
= {1,3,5} maka n(S) = 6 dan n( A) = 3. Jadi peluang kejadian A
𝑛 (𝐴) 3 1
adalah P(A) = = =6=2
𝑛(𝑆)

2. Anda perhatikan kata acak pada soal ini. Kata tersebut


menyatakan bahwa setiap hasil percobaan mempunyai
kesempatan muncul yang sama sehingga kita dapat menggunakan
rumus peluang definisi klasik. Dari soal diketahui banyaknya
anggota ruang sampel adalah n(S) = 8 dan banyaknya anggota
kejadian adalah n(B) = 5 maka peluang kejadian B adalah
𝑛 (𝐵) 5
P(B) = =8
𝑛(𝑆)

3. Untuk soal ketiga memerlukan sedikit pemikiran lain. Coba


Anda perhatikan bahwa dari kotak diambil dua bola sekaligus. Berapa
banyak pasangan bola yang terjadi? Masih ingatkah Anda dengan
materi permutasi dan kombinasi? Untuk menghitung banyaknya
pasangan bola yang dapat terjadi, kita harus menggunakan rumus
kombinasi 2 diambil dari 8 bola yang tersedia yaitu
8! 6!.7.8
8C2 = = (8−2)!.2!= 6!.2.1= 7.4 =28

Jadi banyaknya anggota ruang sampel adalah n(S) = 28 .


Selanjutnya kita akan menentukan banyaknya anggota kejadian
terambil bola keduanya putih. Bola putih yang tersedia ada 5 akan
diambil 2 maka banyaknya pasangan bola putih yang terjadi

10
adalah merupakan kombinasi 2 diambil dari 5 bola yang tersedia
yaitu
5! 3!.4.5
5C2 = = (5−2)!.2!= 3!.2.1= 2.5 =10

Jadi, peluang kejadian terambil keduanya bola putih adalah

10 5
P= =
28 14

2. Peluang Kejadian Majemuk


Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa dua
kejadian dapat dikenakan operasi komplemen, gabungan, dan irisan
seperti pada himpunan. Jadi dua kejadian tersebut dapat dirangkai
menjadi satu kejadian dengan menggunakan kata perangkai gabungan
atau irisan. Berikut ini kita akan membahas peluang gabungan dua
kejadian.
Secara umum untuk menghitung peluang kejadian majemuk seperti
tersebut dapat dijelaskan dengan memanfaatkan teori himpunan.
Rumus menghitung peluang gabungan dua kejadian adalah sebagai
berikut. Misal A dan B adalah dua kejadian yang terdapat dalam ruang
sampel, maka peluang kejadian A ᵕ B adalah
P (A ᵕ B) = P (A) + P (B)- P(A∩B)
Contoh : Dari hasil penelitian yang dilakukan pada suatu wilayah
terhadap kepemilikan TV dan radio, diperoleh data sebagai berikut.
20% penduduk memiliki TV
40% penduduk memiliki radio
15% penduduk memiliki TV dan radio
Jika di wilayah tersebut dipilih satu orang secara acak, beberapa
peluang ia memiliki TV atau radio?
Penyelesaian:

11
Misalkan A kejadian penduduk yang terpilih memiliki TV maka P (A)
20
= , B kejadian penduduk yang terpilih memiliki radio maka P(B)=
100
40
dan C kejadian penduduk yang terpilih memiliki TV dan radio
100
15
maka P(A∩B) = . Peluang penduduk yang terpilih memiliki TV
100

atau radio dapat ditentukan sebagai berikut.


P (A ᵕ B) = P (A) + P (B)- P(A∩B)
20 40 15 45
= 100 + 100 − 100= 100

Jadi, peluang penduduk yang terpilih memiliki TV atau radio 45%

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

13
DAFTAR PUSTAKA

Budhayanti, C. I., & dkk. (2008). PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA.


Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Winarni, E. S., & Harmini, S. (2011). Matematika Untuk PGSD. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya Offet.

14

Anda mungkin juga menyukai