80
Draft_12 December 2018
The Guidelines of Spatial Plan Based on Disaster Risk Reduction
1
Semua tata guna lahan dan penggunaan bangunan harus mematuhi Peraturan Zonasi Tata guna Lahan yang ditentukan oleh RTRW dan RDTR. Peraturan tambahan
tata guna lahan dan penggunaan bangunan sesuai tingkat bahaya akan dijelaskan disini untuk masing-masing tipe bencana.
2
Semua bangunan harus mengikuti peraturan Building code Indonesia dan SNI terkait. Bangunan non-engineered harus mengikuti persyaratan utama atau prototip
desain yang dijelaskan dalam Regulasi PUPR No. 5/PRT/M/2016. Persyaratan tambahan untuk struktur bangunan dijelaskan disini untuk masing-masing tipe bencana.
3
Untuk ZRB 2, nilai maksimum KDB (Koefisien Dasar Bangunan) dan KLB (Koefisien Lantai Bangunan) ditetapkan 5-10% lebih rendah dari pada ZRB1.
4
Bangunan Penting termasuk: sekolah, kantor pemadam kebakaran & kantor polisi, bangunan keagamaan, rumah sakit dan fasilitas lain yang diperlukan saat keadaan
darurat termasuk tempat perlindungan terhadap Bencana
6
Untuk ZRB 3, nilai maksimum KDB (Koefisien Dasar Bangunan) dan KLB (Koefisien Lantai Bangunan) ditetapkan 5-10% lebih rendah dari ZRB 2.
81
Versi revisi (20190923)
Pedoman Tata Ruang pada Pengurangan Risiko Bencana
5
Fasilitas berisiko tinggi termasuk tangki pengisian bahan bakar, bangunan dan non-bangunan material yang mudah meledak yang mengandung racun dan limbah
berbahaya
82
Draft_12 December 2018
The Guidelines of Spatial Plan Based on Disaster Risk Reduction
Jika setiap bangunan baru dilarang, tidak akan ada permintaan penjualan tanah di ZRB 3
Artinya, orang-orang tidak akan keluar dari ZRB 3 karena orang-orang tidak bisa menjual tanah mereka untuk mendapatkan uang.
Oleh karena itu, pembangunan baru untuk fungsi bangunan lain seperti kantor, fungsi komersial, gudang dan lainnya harus diperbolehkan untuk mempercepat
pengurangan populasi.
83
Versi revisi (20190923)
Pedoman Tata Ruang pada Pengurangan Risiko Bencana
84
Draft_12 December 2018
The Guidelines of Spatial Plan Based on Disaster Risk Reduction
85
Versi revisi (20190923)
Pedoman Tata Ruang pada Pengurangan Risiko Bencana
(2) Upaya Penanggulangan Publik dalam Pengurangan Risiko Bencana (PRB) untuk Bencana Patahan Seismik
≪Tindakan Mitigasi ≫
Struktur bangunan harus didesain dengan Building code Indonesia dan SNI terkait, serta berdasarkan faktor nilai PGA.
86
Draft_12 December 2018
The Guidelines of Spatial Plan Based on Disaster Risk Reduction
87
Versi revisi (20190923)
Pedoman Tata Ruang pada Pengurangan Risiko Bencana
≪Tindakan Mitigasi≫
Upaya mitigasi struktural untuk mengurangi energi Tsunami seperti dibawah ini:
Pengembangan vegetasi pantai (baik bakau maupun tanaman pesisir yang bisa hidup di sekitar pantai)
Pembangunan jalan yang ditinggikan atau tanggul sepanjang garis pantai yang terkait.
88
Draft_12 December 2018
The Guidelines of Spatial Plan Based on Disaster Risk Reduction
Kombinasi terbaik upaya penanggulangan diatas pada setiap wilayah harus diperiksa dari berbagai sudut pandang, seperti efek kuantitatif untuk mengurangi
energi Tsunami, ketersediaan lahan, waktu, dana, dampak lingkungan dan lainnya.
Prioritas diberikan untuk tanaman lokal yang sudah teruji ketahanan dan kesesuaiannya dengan kondisi daerah pantai setempat.
7
“Kedalaman lebih dari 15 m”. Untuk daerah lain, angka ini harus disesuaikan dengan kondisi daerah tersebut. Angka ini didapat hanya dari kasus Palu dan Sigi, di
mana lapisan rawan likuifaksi dan akuifer bertekanan ada di kedalaman sekitar 10 m.
89
Versi revisi (20190923)
Pedoman Tata Ruang pada Pengurangan Risiko Bencana
8
Sebagai contoh, Kategori Risiko untuk Rumah dan Mall sesuai dengan SNI 1726 adalah Kategori II dan Faktor Keutamaan Gempa normalnya adalah 1.0. Untuk Nalodo
ZRB 3, Kategori Risiko III dan Faktor Keutamaan Gempa 1.25 harus digunakan untuk Rumah dan Mall
90
Draft_12 December 2018
The Guidelines of Spatial Plan Based on Disaster Risk Reduction
9
Tingkat (level) tinggi muka air tanah masih belum bisa ditentukan secara pasti mengingat Nalodo yang terjadi di Palu dan Sigi adalah pengalaman pertama di dunia
yang menyebabkan kematian lebih dari 1000 jiwa, dan kondisi tanah sebelum bencana sudah rusak dan tidak bisa diketahui. Butuh penelitian beberapa tahun untuk
mendapatkan kriteria pasti terhadap bencana Nalodo ini. Apabila sudah didapat, kritera tersebut harus digunakan.
91
Versi revisi (20190923)
Pedoman Tata Ruang pada Pengurangan Risiko Bencana
(2) Upaya Penanggulangan Publik dalam Pengurangan Risiko Bencana (PRB) untuk Bencana Nalodo
≪ Pengawasan Tinggi Muka Air Tanah ≫
Perlu adanya instansi pemerintah yang bertanggung jawab untuk memantau tingkat air tanah di ZRB 3 dan ZRB 4.
Pihak/orang yg akan meminta izin pengembangan baru dan rekonstruksi lahan pertanian dan perkebunan atau kolam ikan tawar dan sejenisnya, yang
menggunakan air dari saluran irigasi harus membuat perjanjian akan setuju terhadap tindakan pengurangan air tanah apabila tinggi muka air tanah sudah
melewati batas tertentu di area ZRB 3 dan ZRB 4.
92
Draft_12 December 2018
The Guidelines of Spatial Plan Based on Disaster Risk Reduction
(2) Upaya Penanggulangan Publik dalam Pengurangan Risiko Bencana (PRB) untuk Bencana Banjir
≪Sistem Peringatan Dini Banjir≫
Perlu membangun sistem peringatan dini Banjir.
≪Upaya Mitigasi≫
Salah satu upaya mitigasi banjir adalah sebagai berikut:
Pengerukan dasar sungai dan pelebaran sungai untuk meningkatkan kapasitas aliran sungai.
Pemanfaatan tanah datar di sepanjang sungai, di mana tidak ada kehidupan manusia atau kegiatan ekonomi, sebagai tempat penampungan banjir sementara
atau waduk untuk meningkatkan kapasitas sungai ketika puncak banjir terjadi.
Pengembangan bendungan konsolidasi di sepanjang saluran sungai untuk menstabilkan dasar sungai dalam rangka menjaga kapasitas aliran sungai.
Penanaman vegetasi di bagian hulu sungai
93
Versi revisi (20190923)
Pedoman Tata Ruang pada Pengurangan Risiko Bencana
94
Draft_12 December 2018
The Guidelines of Spatial Plan Based on Disaster Risk Reduction
(2) Upaya Penanggulangan Publik dalam Pengurangan Risiko Bencana (PRB) untuk Bencana Sedimen
≪Sistem Peringatan Dini Bencana Sedimen≫
Perlu membangun sistem peringatan dini bencana sedimen.
≪Upaya Mitigasi≫
Upaya mitigasi struktural adalah sebagai berikut:
Pembangunan Sabo Dam di lokasi hulu yang sesuai.
Penanaman vegetasi (penghijauan) di bagian hulu DAS
Perbaikan dasar sungai dan saluran sungai untuk penguatan tanah di sekitar aliran sungai.
95
Versi revisi (20190923)
Pedoman Tata Ruang pada Pengurangan Risiko Bencana
10
Bangunan Penting termasuk: sekolah, kantor pemadam kebakaran & kantor polisi, bangunan keagamaan, rumah sakit dan fasilitas lain yang diperlukan saat keadaan
darurat termasuk tempat perlindungan terhadap Bencana
11
Fasilitas berisiko tinggi termasuk tangki pengisian bahan bakar, bangunan dan non-bangunan material yang mudah meledak yang mengandung racun dan limbah
berbahaya
96
Draft_12 December 2018
The Guidelines of Spatial Plan Based on Disaster Risk Reduction
Level maksimum
Tingkat Peraturan Tambahan tentang Penggunaan
(KDB) dan (KLB) Peraturan Tambahan tentang Struktur Bangunan
Bahaya Lahan
yang diizinkan
tanah, sesuai dengan tinggi muka Untuk bangunan non-engineered, persyaratan minimum untuk
air tanah spesifikasi
< Banjir>
Semua bangunan harus memiliki ≥ 2 lantai
97
Versi revisi (20190923)
Pedoman Tata Ruang pada Pengurangan Risiko Bencana
98
Draft_12 December 2018
The Guidelines of Spatial Plan Based on Disaster Risk Reduction
99
Versi revisi (20190923)
Pedoman Tata Ruang pada Pengurangan Risiko Bencana
Tinggi dinding: H
dinding
minimum 12cm
or H/30
100
Draft_12 December 2018
The Guidelines of Spatial Plan Based on Disaster Risk Reduction
OK
Tiang
Fondasi Fondasi
Fondasi lepas tidak rakit dengan
(Independent menggunakan beton
footing)/Tidak fondasi rakit bertulang
terdapat tiang
101
Versi revisi (20190923)
Pedoman Tata Ruang pada Pengurangan Risiko Bencana
1.0 1.25
102
Draft_12 December 2018
The Guidelines of Spatial Plan Based on Disaster Risk Reduction
OK
6 6
OK
4
3 1 1 1
103