Anda di halaman 1dari 8

PEMBAHASAN

A. Profesi Akuntan Publik


Akuntan Publik adalah akuntan yang memperoleh izin dari Menteri Keuangan untuk
memberikan jasa akuntan publik di Indonesia. Untuk dapat menjalankan profesinya sebagai
akuntan publik di Indonesia, seorang akuntan harus lulus dalam ujian profesi yang dinamakan
Ujian Sertifikasi Akuntan Publik (USAP) dan kepada lulusannya berhak memperoleh Certified
Public Accountant of Indonesia (CPA Indonesia) dan sertifikat tersebut akan dikeluarkan
oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI).

B. Etika Profesi Akuntan Publik


Kode Etik Profesi
Kode etik profesi merupakan sarana untuk membantu para pelaksana sebagai seseorang
yang profesional supaya tidak dapat merusak etika profesi dan sarana kontrol sosial bagi
masyarakat atas profesi yang bersangkutan. Kode etik profesi merupakan lanjutan dari norma-
norma yang lebih umum yang telah dibahas dan dirumuskan dalam etika profesi. Kode etik ini
lebih memperjelas dan merinci kembali norma-norma ke bentuk yang lebih sempurna walaupun
sebenarnya norma-norma terebut sudah tersirat dalam etika profesi. Dengan demikian kode etik
profesi adalah sistem norma atau aturan yang ditulis secara jelas dan tegas serta terperinci
tentang apa yang baik dan tidak baik, apa yang benar dan apa yang salah dan perbuatan apa yang
harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh seorang profesional. Tujuan utama dari kode etik
adalah memberi pelayanan khusus dalam masyarakat tanpa mementingkan kepentingan pribadi
atau kelompok.

Kode Etik Profesi Akuntan Publik


Mengingat profesi akuntan publik sangat penting perannya dalam dunia bisnis di
Indonesia, maka akuntan publik harus selalu menjaga integritas dan profesionalisme melalui
pelaksanaan standar dan kode etik profesi secara konsekuen dan konsisten. Dalam setiap
penugasan yang diberikan, akuntan publik harus selalu bersikap independen dan menggunakan
kemahiran jabatannya secara profesional. Akuntan publik dan KAP agar menghindarkan diri dari
tindakan tercela, seperti kolusi dengan klien atau menutupi terjadinya tindak kecurangan yang
sangat merugikan berbagai pihak. Setiap bidang profesi tentunya memiliki aturan-aturan khusus
atau lebih dikenal dengan istilah “Kode Etik Profesi”. Dalam bidang akuntansi sendiri, salah satu
profesi yang ada yaitu Akuntan Publik. Prinsip etika akuntan atau kode etik akuntan itu sendiri
meliputi tujuh butir pernyataan (IAI, 1998, dalam Ludigdo, 2007). Ketujuh butir pernyataan
tersebut merupakan hal-hal yang seharusnya dimiliki oleh seorang akuntan. Tujuh butir tersebut
terdeskripsikan sebagai berikut :
1. Tanggung jawab profesi
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus
senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang
dilakukannya. Sejalan dengan peran tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab kepada semua
pemakai jasa profesional mereka. Anggota juga harus selalu bertanggung jawab untuk bekerja
sama dengan sesama anggota untuk mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan
masyarakat dan menjalankan tanggung jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri.

2. Kepentingan publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan
kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan komitmen atas
profesionalisme. Satu ciri utama dari suatu profesi adalah penerimaan tanggung jawab kepada
publik. Profesi akuntan memegang peran yang penting di masyarakat, dimana publik dari profesi
akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja, pegawai, investor,
dunia bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung kepada obyektivitas dan integritas
akuntan dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib. Ketergantungan ini
menimbulkan tanggung jawab akuntan terhadap kepentingan publik. Kepentingan publik
didefinisikan sebagai kepentingan masyarakat dan institusi yang dilayani anggota secara
keseluruhan. Kepentingan utama profesi akuntan adalah untuk membuat pemakai jasa akuntan
paham bahwa jasa akuntan dilakukan dengan tingkat prestasi tertinggi sesuai dengan persyaratan
etika yang diperlukan untuk mencapai tingkat profesionalitas yang tinggi.

3. Integritas
Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan
profesional. Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan
patokan bagi anggota dalam menguji keputusan yang diambilnya. Integritas mengharuskan
seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan
rahasia penerima jasa. Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh
keuntungan pribadi. Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan
pendapat yang jujur, tetapi tidak menerima kecurangan atau peniadaan prinsip.

4. Objektivitas
Objektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan
anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara
intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau dibawah
pengaruh pihak lain. Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan harus
menunjukkan obyektivitas mereka dalam berbagai situasi.

5. Kompetensi dan Kehati-hatian


Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-hati, kompetensi
dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan
ketrampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau
pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional dan teknik yang paling mutakhir.
Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Kompetensi menunjukkan
terdapatnya pencapaian dan pemeliharaan suatu tingkat pemahaman dan pengetahuan yang
memungkinkan seorang anggota untuk memberikan jasa dengan kemudahan dan kecerdikan.
Dalam hal penugasan profesional melebihi kompetensi anggota atau perusahaan, anggota wajib
melakukan konsultasi atau menyerahkan klien kepada pihak lain yang lebih kompeten.

6. Kerahasiaan
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama
melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut
tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk
mengungkapkannya. Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antar anggota
dan klien atau pemberi jasa berakhir.
7. Perilaku profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan
menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku
yang dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung
jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan
masyarakat umum.

C. Pengertian Etika Bisnis

Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup
keseluruhan aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga masyarakat. Etika bisnis
dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma, dan perilaku karyawan serta pimpinan
dalam membangun hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang
saham, masyarakat. Perusahaan meyakini prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang beretika,
yakni bisnis dengan kinerja unggul dan berkesinambungan yang dijalankan dengan mentaati
kaidah-kaidah etika sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku.

Etika bisnis dapat menjadi standar dan pedoman bagi seluruh karyawan termasuk
manajemen dan menjadikannya sebagai pedoman untuk melaksanakan pekerjaan sehari-hari
dengan dilandasi moral yang luhur, jujur, transparan dan sikap professional.

Pendekatan Dasar Tingkah Laku Etika Bisnis

Von der Embse dan R.A. Wagley dalam artikelnya di Advance Managemen Journal
(1988), memberikan tiga pendekatan dasar dalam merumuskan tingkah laku etika bisnis, yaitu :

 Utilitarian Approach

Setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensinya. Oleh karena itu, dalam
bertindak seseorang seharusnya mengikuti cara-cara yang dapat memberi manfaat
sebesar-besarnya kepada masyarakat, dengan cara yang tidak membahayakan dan dengan
biaya serendah-rendahnya.

 Individual Rights Approach


Setiap orang dalam tindakan dan kelakuannya memiliki hak dasar yang harus
dihormati. Namun tindakan ataupun tingkah laku tersebut harus dihindari apabila
diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan dengan hak orang lain.

 Justice Approach

Para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang sama, dan bertindak adil dalam
memberikan pelayanan kepada pelanggan baik secara perseorangan ataupun secara
kelompok.

D. Manfaat Etika Berbisnis

Adapun manfaat perusahaan berperilaku etis adalah:

1. Perusahaan yang etis dan memiliki tanggung jawab sosial mendapatkan rasa hormat
dari stakeholder.
2. Kerangka kerja yang kokoh memandu manager dan karyawan perusahaan sewaktu
berhadapan dengan rumitnya pekerjaan dan tantangan jaringan kerja yang semakin
komplek.
3. Suatu perusahaan akan terhindar dari seluruh pengaruh yang merusak berkaitan
dengan reputasi.
4. Banyak perusahaan yang menerapkan perilaku etis dan tanggung jawab sosial dapat
menambah uang dalam bisnis mereka
Biasanya dimulai dari perencanaan strategis , organisasi yang baik, sistem prosedur
yang transparan didukung oleh budaya perusahaan yang andal serta etika perusahaan
yang dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen.

Haruslah diyakini bahwa pada dasarnya praktek etika bisnis akan selalu
menguntungkan perusahaan baik untuk jangka menengah maupun jangka panjang,
karena:

 Mampu mengurangi biaya akibat dicegahnya kemungkinan terjadinya friksi, baik


intern perusahaan maupun dengan eksternal.
 Mampu meningkatkan motivasi pekerja.
 Melindungi prinsip kebebasan berniaga.
 Mampu meningkatkan keunggulan bersaing.

E. Peranan Etika Bisnis di Dalam Perusahaan

Peranan etika bisnis di era globalisasi pada masa kini dalam perusahaan sangatlah
penting untuk dijunjung, karena etika bisnis ini berpengaruh sangat besar terhadap
kelangsungan hidup perusahaan. Jika perusahaan berani melanggar etika bisnis yang sudah
seharusnya diterapkan, maka dapat dipastikan bahwa kelangsungan hidup perusahaan akan
dipertaruhkan.

Contoh nyata perusahaan yang melanggar etika bisnis ialah seperti kasus kecurangan
yang terjadi antara Kantor Akuntan Publik Arthur Andersen dengan perusahaan energi gas
dan listrik Enron yang ada di Amerika Serikat. Kecurangan ini terjadi karena setiap dari
pelaku tersebut tidak menjunjung tinggi etika bisnis di dalam perusahaannya. Mereka hanya
berfikir bagaimana caranya untuk memperkaya diri sendiri. Karena ingin memperkaya diri,
maka aturan-aturan yang seharusnya di patuhinya pun berani mereka langgar.

Hal ini dikatakan dalam teori tentang etika, yaitu Etika teleologis yang membahas
tentang apa yang menjadi ukuran baik buruknya suatu tindakan. Dengan kata lain suatu
tindakan dinilai baik kalau bertujuan untuk mencapai sesuatu yang baik atau kalau akibat
yang ditimbulkan baik. Didalam etika teleologis disebutkan ada dua aliran, yaitu aliran
egoism etis (mengenai tentang inti pandangan dari egoism adalah tindakan dari setiap orang
pada dasarnya untuk mengejar kepentingan pribadi dan memajukan diri sendiri) dan aliran
utilitarianisme (yang memiliki arti baik jika bisa membawa manfaat baik bagi seluruh
masyarakat.)

Kasus yang menimpa Enron dan KAP publik Arthur Andersen ini, dapat dimasukan
atau digolongkan kedalam aliran egoism etis (mengenai tentang inti pandangan dari egoism
adalah tindakan dari setiap orang pada dasarnya untuk mengejar kepentingan pribadi dan
memajukan diri sendiri) karena masing-masing individu baik dari pihak perusahaan maupun
auditor eksternal, memiliki kepentingan tersendiri yang tidak sesuai dengan kepentingan
perusahaan.
Jadi, inilah alasannya mengapa etika bisnis di dalam perusahaan sangatlah penting,
tujuannya ialah untuk menjaga hubungan para individu-individu yang ada di dalam
perusahaan, maupun diluar perusahaan agar mereka bisa mendahulukan apa yang menjadi
tujuan utama dari suatu organisasi atau perusahaan, bukan tujuan utama masing-masing
individu yang tidak ada kaitannya dengan tujuan utama perusahaan seperti memperkaya diri
sendiri, tanpa memikirkan dampak yang ditimbulkan dari tindakannya tersebut.

F. Hubungan Etika Bisnis Terhadap Transparansi dan Akuntanbilitas Dalam


Penyajian Laporan Keuangan Perusahaan

Dalam hubungan etika bisnis dengan transparansi dan akuntanbilitas dalam penyajian
laporan keuangan perusahaan sangatlah erat kaitannya, karena transparansi dan
akuntanbilitas dalam laporan keuangan perusahaaan dapat dipengaruhi oleh etika bisnis yang
diterapkan didalam perusahaannya. Jika penerapan etika bisnis yang ada didalam perusahaan
lemah atau kurang memadai, maka akan dapat dipastikan trasnparansi dan akuntanbilitas
dalam penyajian laporan keuangan perusahaan tidak akan dilakukan dengan baik.

Hal yang perlu dilakukan agar perusahaan dipandang oleh masyarakat luas baik
pemegang saham, kreditur maupun investor, seharusnya ialah perusahaan menerapkan
berbudaya etika bisnis yang baik didalam perusahaan. Apabila perusahaan sudah bisa
menerapkan budaya etika di dalamnya dengan sangat baik, maka kepercayaan publik
terhadap perusahaan akan sangat baik.

DAFTAR PUSTAKA

http://proyekaly.wordpress.com/2010/06/16/pengertian-etika-jenis-jenis-etika/
http://dahlia-lya.blogspot.com/2011/11/pengertian-bisnis.html

https://www.scribd.com/doc/218579347/ETIKA-PROFESI-AKUNTANSI

Anda mungkin juga menyukai