Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan masalah :

1. Bagaimana kasus korupsi yang terjadi pada era gusdur hingga saat ini?
2. Apa saja tindakan yang dilakukan untuk memberantas korupsi pada masa itu?
3. Bagaimana aplikasi dari regulasi tentang korupsi itu sendiri
4. Pada era presiden siapa korupsi mengalami peningkatan dan penurunan?
1.2 Tujuan :
1. Untuk mengetahui kondisi korupsi pada era presiden Gusdur hingga saat ini
2. Untuk mengetahui tindakan yang dilakukan untuk memberantas korupsi pada era presiden
Gusdur hingga saat ini
3. Untuk mengetahui aplikasi regulasi tentang pemberantasan korupsi
4. Untuk mengetahui presentase kenaikan dan penurunan kasus korupsi pasca era reformasi
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kasus Korupsi yang Terjadi Pada Era Gusdur Hingga Saat Ini

2.2 Tindakan Pemberantasan Korupsi Pada Era Gusdur Hingga Saat Ini

Di masa pemerintahan Abdurrahman Wahid Muncul Tap MPR Nomor XI/MPR/1998 tentang Pengelolaan
Negara yang Bersih dan Bebas KKN. Pemerintahan Gus Dur kemudian membentuk badan-badan negara
untuk mendukung upaya pemberantasan korupsi, antara lain: Tim Gabungan Penanggulangan Tindak
Pidana Korupsi, Komisi Ombudsman Nasional, Komisi Pemeriksa Kekayaan Pejabat Negara dan beberapa
lainnya.

Pada masa itu, ada beberapa catatan langkah radikal yang dilakukan oleh pemerintahan Gus Dur. Salah
satunya, mengangkat Baharudin Lopa sebagai Menteri Kehakiman yang kemudian menjadi Jaksa Agung.
Kejaksaan Agung RI sempat melakukan langkah-langkah kongkret penegakan hukum korupsi. Banyak
koruptor kelas kakap yang diperiksa dan dijadikan tersangka pada saat itu.

2.3 Aplikasi Regulasi Pemberantasan Korupsi

Upaya pemberantasan korupsi tidak dapat hanya dilakukan melalui upaya-upaya penindakan pelaku,
tetapi juga upaya-upaya pencegahan melalui perbaikan sistem serta pembangunan perilaku dan budaya
antikorupsi. Hal ini sejalan dengan amanat Undang-Undang No.30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 6 (d): “melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak
pidana korupsi”; dan Pasal 13 (c)“ menyelenggarakan program pendidikan antikorupsi pada setiap
jenjang pendidikan” dan pasal 13 (e) “melakukan kampanye antikorupsi kepada masyarakat”.

Upaya-upaya pencegahan korupsi tersebut dilakukan dengan melibatkan seluruh elemen bangsa sesuai
dengan kedudukan dan kapasitasnya masing-masing. Peran serta elemen bangsa dapat dilakukan dalam
berbagai bentuk, misalnya melaporkan dugaan tindak pidana korupsi, memantau layanan publik,
melaporkan penerimaan gratifikasi (aparatur sipil negara), membangun sistem dan manajemen
antikorupsi, atau melakukan kampanye dan pendidikan antikorupsi.

Pencegahan korupsi perlu dilakukan secara lebih optimal sehingga dibutuhkan upaya yang dilaksanakan
bersama dan bersinergi oleh kementerian, lembaga, pemerintah daerah, pemangku kepentingan
lainnya, dan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil, makmur
dan sejahtera. Dan dalam rangka mewujudkan upaya pencegahan korupsi sebagaimana dimaksud, maka
diperlukan strategi nasional yang lebih terfokus, terukur, dan berorientasi pada hasil dan dampak.
Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan
Korupsi Jangka Panjang Tahun 2012-2025 dan Jangka Menengah Tahun 2012-2014 sudah tidak sesuai
lagi dengan perkembangan kebutuhan pencegahan korupsi sehingga perlu diganti.

Mengacu pada pertimbangan tersebut di atas, Presiden Republik Indonesia menetapkan Peraturan
Presiden Nomor 54 tahun 2018 tentang Strategi Nasional Pencegahan Korupsi pada tanggal 20 Juli 2018.
Selanjutnya, Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi, Menteri perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Badan perencanaan Pembangunan Nasional, Menteri Dalam Negeri, Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, dan Kepala Staf Kepresidenan menyusun dan
menetapkan Keputusan Bersama tentang Aksi Pencegahan Korupsi Tahun 2019 - 2020.

2.4
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

Anda mungkin juga menyukai