Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST PARTUM SEKSION


SAESAREA DENGAN MASALAH KEPERAWATAN NYERI AKUT DAN
FOKUS INTERVENSI SPIRITUAL ZIKIR

Disusun oleh :

FISKA NURMALA

Nim : 17.015

AKADEMI KEPERAWATAN ISLAMIC VILLAGE

TANGERANG

2020
LAPORAN KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST PARTUM SECTION CAESAREA


DENGAN MASALAH KEPERAWATAN NYERI AKUT DAN FOKUS INTERVENSI
SPIRITUAL ZIKIR

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan Guna Melengkapi Sebagai Syarat dalam Mencapai Gelar Ahli Mulya
Keperawatan(A.Md.Kep)

Disusun oleh :

Nama : FISKA NURMALA

Nim : 17.015

Pembimbing : 1. Ns.Yuningsih.,S.Kep.,M.Kep

2. Ns.Leni Rosita.,M.Kep

AKADEMI KEPERAWATAN ISLAMIC VILLAGE

TANGERANG

2020

i
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI

KTI ini merupakan karya sendiri dan belum pernah dikumpulkan oleh orang lain untuk
memperoleh gelar akademik

Nama : Fiska Nurmala

Tempat tanggal lahir : Pringsewu, 19 Oktober 1999

Nim : 17.015

Alamat rumah : Tanjung Senang Kel. Tanjung sari Kec. Bulok Kab.
Tanggamus

Nomor Hp : 085664600929

Tangerang, 10 Februari 2020

Yang membuat pernyataan

FISKA NURMALA

ii
PERNYATAAN ORISINILITAS

KTI ini saya buat sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya
nyatakan benar.

Nama : Fiska Nurmala

Tempat tanggal lahir : Pringsewu, 19 Oktober 1999

Nim : 17.015

Alamat rumah : Tanjung Senang Kel. Tanjung sari Kec. Bulok Kab.
Tanggamus

Nomor Hp : 085664600929

Tangerang, 10 Februari 2020

Yang membuat pernyataan

FISKA NURMALA

iii
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST PARTUM SECTION CAESAREA


DENGAN MASALAH KEPERAWATAN NYERI AKUT DAN FOKUS INTERVENSI
SPIRITUAL ZIKIR

Karya tulis ilmiah ini telah dipertahankan pada uji siding KTI tanggal

Pembimbing I Pembimbing II

(Ns.Yuningsih.,S.Kep.,M.Kep) (Ns.Leni Rosita.,M.Kep)

Mengesahkan

Direktur Akper Islamic Village Tangerang

Ns. Sudrajat S.Kep.,M.Kep

iv
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAARISME

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Fiska Nurmala

Tempat/Tanggal Lahir : Pringsewu, 19 Oktober 1999

Nomor Induk Mahasiswa : 17.015

Alamat Rumah : Jln. Qodr VII

Nomor Tlp/hp : 085664600929

Alamat Email : Fiskanurmala10@gmail.com

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penelitian saya yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Post Partum Section Caesarea Dengan Masalah Keperawatan Nyeri
Akut Dan Fokus Intervensi Spiritual Zikir”.

Bebas dari plagiarisme dan bukan hasil karya orang lain.

Apabila dikemudian hari diketemukan seluruh atau sebagian dari proposal penelitian dan
karya ilmiah dari hasil penelitian tersebut terdapat indikasi plagiarisme, saya akan bersedia
menerima sanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Demikian pernyataan ini dibuat dalam keadaan sadar dan tanpa unsur paksaan siapapun.

Dibuat di Tangerang

Pada 10 Februari 2020

Pembimbing 1. Yang membuat pernyataan,

(Ns.Yuningsih.,S.Kep.,M.Kep) (Fiska Nurmala)

v
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Partum Section Caesarea Dengan Masalah
Keperawatan Nyeri Akut Dan Fokus Intervensi Spiritual Zikir

Diajukan kepada Akademi Keperawatan Islamic Village Tangerang untuk memenuhi


persyaratan mencapai Gelar Ahli Madya Keperawatan

Oleh :

Fiska Nurmala

17.015

Dibawah bimbingan,

Pembimbing I Pembimbing II

(Ns.Yuningsih.,S.Kep.,M.Kep) (Ns.Leni Rosita.,M.Kep)

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Karena dengan pertolongan-Nya penulis
dapat menyelesaikan Proposan Penelitian yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN POST PARTUM SECTION CAESAREA DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN NYERI AKUT DAN FOKUS INTERVENSI SPIRITUAL ZIKIR”.
Meskipun banyak rintangan dan hambatan serta waktu yang cukup padat, penulis dapat
menyelesaikan Proposal Penelitian ini dengan baik berkat bantuan dari berbagai pihak, Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ns. Sudrajat, S.Kep.M.Kep Selaku Direktur Akper Islamic Village Tangerang


2. Ns.Yuningsih.,S.Kep.,M.Kep Selaku dosen pembimbing pertama yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis
3. Ns.Leni Rosita.,M.Kep Selaku dosen pembimbing kedua yang telah meluangkan
waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis
4. Kedua orang tua tercinta (Ayahanda Syamsuri dan Ibunda Asmawati ) yang telah
memberikan doa serta dukungan semangat dan berkorban dari segi moril dan materi

Penulis menyadari masih banyak terdapat kesalahan dalam pembuatan proposal penelitian
ini. Untuk itu, penulis mohon saran dan kritik yang membangun agar kedepannya menjadi
lebih baik. Semoga proposal penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca

Tangerang, 10 Februari 2020

Penyusun

vii
viii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................................... iv

PERNYATAAN BEBAS PLAGIAARISME ............................................................................ v

LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR .............................................................................................................vii

DAFTAR ISI............................................................................................................................vii

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................................... viii

vii
DAFTAR LAMPIRAN

viii
ix
BAB I

PENDAHULUAN

3.1 Latar Belakang


Sectio caesarea adalah suatu tindakan pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding uterus. Pada masa sekarang sectio ceasarea jauh
lebih aman dari pada dulu dengan adanya antibiotika, transfusi darah, teknik operasi yang
lebih sempurna dan anastesi yang lebih baik, karena itu terjadi kecenderungan untuk
melakukan Sectio caesarea tanpa dasar yang cukup kuat, bahwa hubungan ini perlu
diingat bahwa seorang ibu telah mengalami pembedahan Sectio caesarea pasti akan
mendapat parut uterus dan tiap kehamilan sera persalinan berikutnya memerlukan
pengawasan yang cermat berhubungan dengan bahayanya ruptur uteri, (Wiknjosastro,
2005).
Pembedahan yang paling banyak di lakukan adalah Sectio caesarea transperntonealis
profunda dengan insisi di segmen di bawah uterus, keuntungannya adalah perdarahan
luka insisi tidak seberapa banyak, bahaya peritonitis tidak besar dan parut pada uterus
yang umumnya kuat sehingga bahaya ruptur uteri di kemudian hari tidak besar karena
dalam masa nifas segmen bawah uterus tidak seberapa banyak mengalami kontraksi
seperti korpus uteri, sehingga luka dapat sembuh lebih sempurna, (Wiknjosastro, 2005).
Pembedahan yang paling banyak dilakukan ialah sectio caesamt tnmspcrntoncalis
prol'unda dcngan insisi di segmen di bawah uterus, keuntungannya adalah perdarahan
luka insisi tidak seberapa banyak, bahaya peritonitis tidak besar dan parut pada uterus
yang umumnya kuat sehingga bahaya ruptur uteri dikemudian hari tidak besar karena
dalam masa nifas segmen bawah uterus tidak seberapa banyak mengalami kontraksi
seperti korpus uteri, sehingga luka dapat sembuh lebih sempurna, (Wiknjosastro, 2005).
Sectio ccsarca adalah suatu cara yang dilakukan untuk melahirkan janin dengan
membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina, dengan
kata lain sectio, caesarea adalah suatu histerotomia untuk melahirkan janin dalam rahim,
(Mochtar, 1998). Menurut Wiknjosastro (2002) sectio cacsarca adalah suatu tindakan
untuk melahirkan bayi dengan berat diatas 500 gr melalui sayatan pada dinding uterus
yang utuh. Berdasarkan teori di atas penulis menyimpulkan bahwa sectio cacsarca adalah
suatu proses pembedahan dinding perut dan uterus untuk melahirkan janin, yang
dilakukan bila terdapat komplikasi atau kasus patologi yang menyertai kehamilan yang
bertujuan untuk mengurangi mobiditas dan mortalitas.

1
Dampak dilakukannya operasi sectio caesarea dan persalinan pervaginam seperti
nyeri pada insisi, kembung karena tertahannya gas saat fungsi usus dalam pemulihan,
nyeri pinggang peregangan otot-otot abdomen selama pembedahan, nyeri otot akibat
imobilisasi, afterpains dan kadang kala merasakan ketidaknyaman akibat distensi
kandung kemih.
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan, bersifat sangat
subyektif karena perasaan nyeri berada pada setiap orang tersebutlah yang dapat
menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya, (Uliyah, 2006).
Masalah nyeri pada sectio cesarea tidak hanya pada nyeri itu sendiri, tetapi juga
mengenai efeknya pada hubungan wanita dengan orang yang dekat dengannya. Awalnya
ini dikaitkan dengan kemampuan wanita agar cukup berelaksasi untuk menyusui dan
kemudian pemulihan aktifitas seksualnya, (Mander, 2007).
Teknik farmakologi yang dapat meringankan nyeri adalah pemberian cairan, karena
selama 6 jam pertama penderita puasa operasi, maka pemberi cairan intravena harus
cukup dan mengandung elektrolit yang diperlukan agar tidak tetjadi hipertemia, dehidrasi
dan komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang diberikan biasanya dextrose 5-
10%, garam fisiologis dan ringer laktat secara bergantian. J umlah tetesan tergantung
pada keadaan dan kebutuhan. Bila kadar hemoglobin darah rendah berikan tranfuse darah
sesuai kebutuhan. Jumlah cairan yang keluar ditampung dan diukur sebagai pedoman
pemberian cairan.
Teknik nonfarmakologis yang dapat digunakan untuk meringankan nyeri adalah
dengan teknik relaksasi nafas dalam. Relaksasi nafas dalam merupakan metode yang
efektif untuk mengurangi nyeri, cara relaksasi membantu mengurangi tegangan otot
sehingga menurunkan intensitas nyeri atau meningkatkan toleransi nyeri dengan
mengajarkan pasien untuk menggunakan pernafasan abdomen berirama dan lambat
sebanyak enam sampai sembilan kali permenit dan dapat mempertahankan irama yang
lambat dan konstan, (Mander= 2003).
Keadaan yang kaya akan oksigen yang bersih dlharapkan metabolisme didalam tubuh
akan berjalan dengan baik dan otak akan relaksasi sehingga impuls nyeri yang diterima
akan diolah dengan persepsi nyeri yang berkurang. Belakangan ini relaksasi bukan hanya
berhubungan dengan peradaan rasa nyeri tetapi juga berhubungan dengan istirahat dan
tidur serta dapat juga menurunkan ketegangan atau stress, (Mandcr, 2003).
Mengatakan bahwa nyeri persalinan sebagai kontraksi miometrium, yaitu proses
fisiologis dengan intensitas yang berbeda pada masing-masing individu. Dengan kata lain
2
setiap persalinan pasti mengalami nyeri baik persalinan pervaginam maupun persalinan
secara operasi seperti Secllo Caesarea (SC). Persalinan SC memberikan nyeri yang bukan
lagi nycri fisiologis dari persalinannya tetapi dari luka sayatan pada area yang di bedah,
sedangkan pada persalinan pervaginam memberikan nyeri yang berasal dari luka
episiotomi, (Sudarti & Fauziah, 2012).
3.2 Rumusan Masalah
Masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh terapi zikir terhadap
penurunan nyeri pada pasien post partum dengan seksio saesarea”
3.3 Tujuan Masalah
1.3.1 Tujuan umum
Tujuan umum penelitian adalah mengidentifikasi pengaruh terapi zikir
terhadap penurunan nyeri pada pasien post partum dengan seksio sesarea
1.3.2 Tujuan khusus
Tujuan khusus adalah untuk mengidentifikasi:
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada keluarga ibu post partum seksio
saesarea
b. Melakukan analisa data keperawatan pada keluarga ibu post partum seksio
saesarea
c. Merumuskan diagnosa keperawatan pada ibu post partum seksio saesarea
d. Merencanakan intervensi keperawatan pada keluarga ibu post partum seksio
saesarea
e. Melakukan implementasi keperawatan pada ibu post partum dalam melakukan
teknik terapi zikir
f. Melakukan evaluasi keperawatan dalam seksio saesarea
g. Melakukan dokumendatasi
3.4 Manfaat Penelitian
1.4. 1 Manfaat pada Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat bagi rumah sakit ataupun
puskusmas sebagai masukan dan pertimbangan dalam menyikapi masalah nyeri
pada ibu post partum seksio saesarea.
1.4. 2 Manfaat pada masyarakat
Penelitian ini dapat membari masukan pengetahuan dalam mengatasi nyeri
post partum seksio saesarea di mana responden dapat mandiri melatih teknik
terapi murotal terapi penurunan nyeri post partum
3
1.4. 3 Manfaat pada ilmu keperawatan
Manfaat ini bagi institusi pendidikan di harapkan dapat menjadi bahan
pembelajaran dan referensi bagi kalangan yang akan melakukan penelitian lebih
lanjut dengan topik yang berhubungan dengan judul penelitian diatas

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep dasar seksio saesarea


2.1.1 Pengertian seksio saesarea
Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan
pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vaginam atau suatu
histerotomi untuk melahirkan janin dari dalam rahim (Mochtar, 2002).
Seksio saesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan
melaului suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim
dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Wiknyosastro, 2005).
Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding depan Perut dan dinding rahim dengan syarat
rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 1991).
2.1.2 Indikasi seksio saesarea
Adapun indikasi untuk melakukan Seksio saesarea menurut (Mochtar R, 2002)
adalah sebagai berikut:
1) Indikasi lbu:
a) Plasenta previa sentralis dan lateralis (posterior) dan totalis.
b) Panggul sempit.
c) Disproporsi sefalo-pelvik: Ketidakseimbangan antara ukuran kepala
dengan panggul.
d) Partus lama (prolonged labor).
e) Ruptur uteri mengancam.
f) Partus tak maju (obstructed labor).
g) Distosia serviks.
h) Pre-eklamsia dan hipertensi.
i) Disfungsi uterus.
j) Distosia jaringan lunak.
2) lndikasi janin dengan Seksio saesarea :
a) Letak lintang.
b) Letak bokong.
c) Presentasi rangkap bila reposisi tidak berhasil.

5
d) Presentasi dahi dan muka (letak defleksi) bila reposisi dengan cara-cara
lain tidak berhasil.
e) Gemelli menurut eastman, sectio caesarea di anjurkan :
(1) Bila janin pertama letak lintang atau presentasi bahu (shoulder
presentation)
(2) Bila terjadi interlok (locking of the twins)
(3) Distosia oleh karena tumor
(4) Gawat janin
f) Kelainan uterus:
(1) Kelainan uterus
(2) Uterus septus
(3) Uterus duplekus
(4) Terdapat tumor di pelvis minor yang mengganggu masuk kepala
janin ke pintu atas panggul
2.1.3 Klasifikasi
Secara umum tindakan Seksio saesarea dapat di bagi menjadi 3 (tiga) jenis
(mochtar R, 2002), yaitu :
1) Sectio Transperitonealis Profunda
Seksio saesarea transperitonealis propunda dengan insisi di segmen
bawah uterus. insisi pada bawah rahim, bisa dengan teknik melintang atau
memanjang.
Keunggulan/kelebihan cara ini antara Iain sebagai berikut:
a) Perdarahan luka insisi tidak banyak.
b) Penjahitan luka lebih mudah.
c) Penutupan luka dengan reperitonial yang baik.
d) Bahaya peritonitis tidak besar.
e) Tumpang tindih dari peritonial Flap baik sekali untuk menahan
penyebaran isi uterus ke rongga peritonium.
f) Perut pada uterus umumnya kuat, sehingga bahaya ruptur uteri tidak besar
di kemudian hari.
Kelemahan/kerugian adalah sebagai berikut:
a) Luka dapat menyebar ke kiri, kanan dan bawah, yang dapat menyebabkan
putusnya arteri uterina.
b) Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi.
6
2) Seksio Korporal atau Klasik
Insisi di buat pada korpus uteri, pembedahan ini yang lebih mudah
dilakukan, hanya diselenggarakan apabila ada halangan untuk melakukan
sectio caesaria transperitonialis profunda misalnya, melekat erat uterus pada
dinding perut karena sectio yang sudah atau insisi segmen bawah uterus
megandung bahaya perdarahan yang banyak.
Kelebihan:
a) Mengeluarkan janin lebih cepat.
b) Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik.
c) Sayatan bisa diperpanjang paroksimal atau distal.
Kekurangan:
a) Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada
reperitonealisasi yang baik.
b) Untuk persalinan berikutnya sering terjadi ruptur uteri spontan.
3) Seksio Saesarea Peritoneal
Dilakukan tanpa membuka peritonium parietalis, dengan demikian
tidak membuka kavum abdominal. Dulu dilakukan untuk mengurangi bahaya
infeksi, akan tetapi dengan kemajuan pengobatan terhadap infeksi,
pembedahan ini jarang di lakukan. Rongga peritoneum tak dibuka, dilakukan
pada pasien infeksi uterin berat.
Menurut arah sayatan pada rahim sectio dapat dilakukan sebagai berikut:
a) Sayatan memanjang (longitudinal) menurut Kroning.
b) Sayatan melintang (transversal) menurut Kerr.
Berdasarkan saat dilakukan Seksio saesarea dapat dibagi atas:
a) Sectio primer: Direncanakan pada waktu antenatal care.
b) Sectio sekunder: Tidak direncakan terlebih déhulu sewaktu sulit.
4) Seksio Saesarea Hysterectomi
Setelah Seksio saesarea, dilakukan hysteroktomy dengan indikasi :
a) Atonia uteri.
b) Plasenta accrete.
c) Myoma uteri.
d) lnfeksi intra uteri bera.

7
2.1.4 Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada ibu dengan Seksio saesarea menurut
(Mochtar R, 2002) adalah sebagai berikut;
1) Infeksi puerperal (nifas)
a) Ringan, dengan kenaikan suhu beberapa hari saja.
b) Sedang, dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi dan
perut sedikit kembung.
c) Berat, dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik.
Hal ini sering kita jumpai pada partus terlantar, dimana sebelumnya telah
terjadi infeksi intra partal karena ketuban yang telah pecah terlalu lama.
Penanganannya adalah dengan pemberian cairan, elektrolit dan antibiotika
yang adekuat dan tepat.
2) Perdarahan disebabkan karena:
a) Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka.
b) Atonia uteri.
c) Perdarahan pada placental bed.
3) Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
reperitonealisasi terlalu tinggi.
4) Kemungkinan ruptura uteri spontan pada kehamilan mendatang
2.2 Konsep nyeri
2.2.1 Pengertian Nyeri
Adalah pengalaman emosional yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual dimana jaringan tersebut rasanya seperti ditusuk-tusuk,
panas terbakar, seperti emosi, perasaan takut dan mual (Judha, 2012).
2.2.2 Fisiologi Nyeri
Nyeri merupakan gabungan dari semua reaksi fisik, emosi, dan perilaku ( Potter
dan Perry, 2005). Reseptor dan rangsangan adalah pemicu timbulnya nyeri.
Reseptor nyeri dapat memberi respon akibat stimulus (Musrifatul dan Hidayat,
2011). Stimulus nyeri dikirim melalui serabut saraf perifer.
2.2.3 Proses terjadinya nyeri menurut Long (1989) yaitu sebagai berikut:
1) Teori Pemisahan
Rangsangan sakit diterima oleh medula spinalis (Spinal cord) melalui
kornu dorsalis yang kemudian naik ke tractus lissur dan berakhir di korteks
sensoris tempat sinyal- sinyal rangsangan nyeri akan di teruskan.
8
2) Teori Pola
Stimulus nyeri masuk mellalui akar ganglion dorsal menuju medula
spinalis dan kemudian membuat aktivitas sel T menjadi terangsang, kemudian
hal tersebut diteruskan menuju korteks serebri. Didalam korteks serebri terjadi
kontraksi sehingga menimbulkan otot berkontraksi dan otak berpresepsi nyeri.
3) Teori pengendalian
Menurut Melzack dan Wall dan dikutip oleh Qittum (2008)
mengatakan bahwa impuls nyeri dapat dikendalikan oleh mekanisme
pertahanan di sistem saraf pusat. pada saat sistem pertahanan terbuka maka
impuls nyeri dapat dihantarkan sebaliknya jika pertahanan tertutup maka
impuls nyeri akan terhambat. Kesimpulannya nyeri bergantung pada bagian
persarafan yang berada di dalam akar dorsalis kemudian rangsangan yang
ditimbulkan akan meningkatkan aktivitas substansia gelatinosa yang
mengakibatkan tertutupnya mekanisme sehingga aktivitas dari sel T
terhambat.
Menurut Smelzer & Bare (2002), faktor yang akan menurunkan reaksi
nyeri adalah teknik relaksasi. Pada saat terjadi pelepasan mediator kimia
prostaglandin, brakidinin, dan substansi p, akan merangsang saraf simpatis
sehingga akan terjadi fase yang disebut vasokontriksi yang kemudian
meningkatkan tonus otot dan mengingkatkan metabolisme otot dan
mengirimkan impuls nyeri ke medula spinalis dan mempersepsikan nyeri.
2.2.4 Respon Tubuh Terhadap Nyeri
Ketika otak sudah menerima impuls dan pempersepsikan bahwa itu nyeri
maka tubuh akan melakukan respon-respon tertentu baik respon psikologis, respon
fisiologis, dan perilaku.
1) Respon Psikologis Respon psikologis yaitu respon sesuai persepsi seseorang
ketika nyeri. Arti nyeri pada setiap orang berbeda – beda diantaranya:
Kompikasi infeksi, Bahaya atau merusak, hilangnya mobilitas, sesuatu yang
harus di toleransi (Qittum, 2008). Biasanya seseorang mempersepsikan
keaadan ini sesuai pengalaman di masalalunya ataupun budaya disekitar
lingkungan.
2) Respon Perilaku Respon verbal (aduh, menangis, mendengkur) sedangkan
respon vokal berupa ekspresi wajah (meringis, mengigit bibir) atau bisa saja

9
seseorang mengekspresikan nyeri dengan gerakan tubuh seperti gelisah,
ketegangan otot, mobilisasi( Brunner & Suddarth, 2002).
2.2.5 Klasifikasi Nyeri
Nyeri dibagi menjadi dua yaitu :
1) Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi secara mendadak, dan rasa nyeri tidak
melebihi dari enam bulan (Hidayat, 2011).
2) Nyeri kronik merupakan nyeri yang timbulnya perlahan dan masa nyeri
mencapai lebih dari enam bulan (Hidayat, 2011).
3) Menurut Mohammad, Sudarti & Fauziah, 2012) komponen – komponen nyeri
yang penting dinilai adalah PAIN yaitu :
PQRST
a) P : Provokasi (apa yang menyebabkan nyeri)
Faktor apa saja yang meningkatkan nyeri dan menurunkan nyeri.
b) Q : Quality
Kualitas nyeri yang terasa pakah seperti ditusuk, tersayat-sayat,
seperti tertindih benda berat, terbakar.
c) R : Region
Lokasi nyeri yang dirasakan klien tujuannya untuk melokalisir lokasi
yang nyeri.
d) S :Skala/severe Tingkat nyeri dan tingkat penyebaran nyeri yang
dirasakan klien menetap atau menjalar ke bagian tubuh lain dan nyeri
diukur menggunakan skala nyeri.
e) T : Time Durasi nyeri, seberapa lama nyeri tersebut berlangsung dan
kapan saat nyeri tersebut dirasakan.
2.2.6 Tanda dan gejala nyeri
1) Skala 0 : tidak nyeri.
2) Skala 1-3: nyeri ringan, TTV normal, dilatasi pupil tidak ada, keadaan tubuh
rileks, secara objektif klien dapat berkomunikasi dengan baik,
tindakan manual dapat dirasakan sangat membantu. Menurut
Kozier, intensitas nyeri yang dirasakan pada skala ini kaku, dan
merasa nyut-nyutan.
3) skala 4-6 : Nyeri sedang. terdapat peningkatan tekanan darah, peningkatan
nadi, takipnea, dilatasi pupil kecil, tubuh gemetar,merasa mual dan
wajah pucat. Secara objektif klien mendesis, menyeringai, dapat
10
menunjukkan lokasi nyeri dengan tepat dan dapat
mendeskripsikannya, klien dapat menikuti perintah dengan baik
dan responsif terhadap tindakan manual. Menurut Kozier, pada
skala ini nyeri terasa seperti terbakar, tertusuk-tusuk, tertekan,
tergesek, dan kram.
4) Skala 7-9 : nyeri berat terkontrol. Tekanan darah dan nadi mengalami
penurunan, RR irreguler, dilatasi pupil besar (++), merasa mual
dan muntah,wajah pucat dan keluar keringat dingin. Menurut pada
skala ini pasien merasa sangat nyeri tetapi masih dapat dikontrol
oleh pasien dengan melakukan aktifitas yang biasa dilakukan.
5) Skala 10 : nyeri berat tak tertahankan. kaku/kejang sampai syok. Secara
objektif pasien sudah tidak mampu berkomunikasi dengan baik,
berteriak, histeris, tidak dapat mengikuti perintah, selalu mengejan
tanpa dapat dikendalikan, menarik-narik apa saja yang tergapai,
memukulmukul benda disekitarnya, tidak responsif terhadap
tindakan, tidak dapat menunjukkan lokasi nyeri. Menurut Kozier,
pada skala ini klien merasa sangat nyeri dan tidak terkontrol.
2.2.7 Intensitas Nyeri
Intensitas nyeri merupakan cara seseorang menginterpretasikan tingkat nyeri
yang dirasakan oleh seseorang. Dalam pengukuran tingkat nyeri terdapat beberapa
skala yaitu :
1) Menurut Brunner & Suddarth (2002) terdiri dari tiga bentuk yaitu skala nyeri
deskriptif, skala nyeri numerik, skala analog visual :
a) Skala nyeri deskriptif
Merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata
pendeskripsian yang tersususn dengan jarak yang sama di sepanjang garis
dan merupakan alat pengukuran intensitas nyeri yang lebih
b) Skala nyeri numerik
Skala penilaian numerik digunakan sebagai pengganti alat deskripsi kata.
c) Skala nyeri analog visual
Visual Analog Scale (VAS) merupakan suatu garis lurus, yang mewakili
intensitas nyeri yang terusmenerus dan memiliki alat deskripsi verbal pada
setiap ujungnya. Skala ini memberi klien kebebasan penuh untuk
mengidenstifikasi keparahan nyeri.
11
2.2.8 Penatalaksanaan nyeri
Dalam penatalaksanaan nyeri ada dua yaitu dengan farmakologi dan non
farmakologi.
1) Penatalaksanaan nyeri farmakologi
Penatalaksanaan dengan farmakologi dengan penggunaan obat – obatan anti
inflamasi nonsteroid (NSIDS), dan disertai analgesik atau koanalgesik
(Kozier, ERB Betman, & Snyder, 2010).
2) Penatalaksanaan nyeri non farmakologi
Managemen nyeri menurut Swandari, 2014 yaitu nafas ritmik, biofeedback,
membina hubungan terapeutik, distraksi, relaksasi nafas dalam, hipnosis,
accupresure, aromaterapi.
2.3 Konsep distraksi
2.3.1 Pengertian
Spiritualitas adalah kesadamn tentang diri dan kesadaran individu tentang asal,
tujuan dan nasib (hasan,2006).
3.8.2 Aspek-aspek spiritual
Menurut Burkhardt (1993) spiritualitas meliputi aspek aspek :
1) Berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau ketidakpastian dalam
kehidupan
2) Menemukan arti dan tujuan hidup
3) Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri
sendiri
4) Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan dengan yang maha
tinggi.
Menurut schreuls (2002) spiritualitas terdiri dari tiga aspek yaitu:
1) Aspek eksistensial, dimana seseorang belajar untuk “mematikan” bagian dari
dirinya yang bersifat egosentrik dan defensif.
2) Aspek kognitif, yaitu saat seseorang mencoba untuk menjadi lebih reseptif
terhadap realitas transenden.
3) Aspek relasional, merupakan tahap kesatuan dimana seseorang merasa bersatu
dengan tuhan (dan atau bersatu dengan cintanya)

2.3.3 Metode spiritual


12
Metode spiritual adalah metode untuk meningkaxkan kerohanian atau
keagamaan untuk mendekatkan diri kepada tuhan dengan cara berzikir dan
ben'badah sesuai dengan agama yang dianutnya (hasan,2006).
2.3.4 Jenis jenis dari metode terapi spiritual
1) Latihan spiritual
Ketika seseorang melakukan latihan spin'tua] yang sesuai dengan keenam
prinsip-prinsip dasar dari latihan spiritual, maka ia akan membangun
kemampuannya sendiri untuk melindungi dirinya dari unsur unsur berbahaya
di dalam dimensi spiritual contoh : zikir dan beribadah
2) Solusi spiritual (spiritual remedies) : hal ini dilakukan dimana orang lain atau
orang yang terpengaruh tersebut melakukan tindakan spesifik untuk mengatasi
suatu permasalahan tertentu pada tingkat spiritual.
2.3.5 Prinsip Prinsip dasar spiritual
1) Ada banyak jalan menuju tuhan sebanyak jumlah manusia yang ada
2) Berangkat dari banyak menuju satu
3) Meningkat dari kasar (nyata ) menuju ke halus (maya)
4) Melakukan latihan spiritual sesuai dengan tingkat spiritual atau kapasitas
spiritual masing-masing
5) Melakukan latihan spiritual sesuai dengan jaman
6) Mempersembahkan kepada tuhan sesuai bakat atau kemampuan
2.3.6 Komponen spiritualitas
Menurut Elkins (2005) terdapat delapan komponen spirinJalitas, yaim dimensi
transenden, makna dan tujuan dalam hidup, misi hidup, kasakralan hidup,
nilainilai material, altruisme, idealisme, serta kmadaran akan peristiwa tragis.
Komponen komponen spiritualitas menumt Elkins mencakup huhungan seorang
individu dengan daya yang melebihi dirinya dan juga dengan orang-orang di
sekitarnya. S&worang dengan spiritualitas yang berkembang akan memjliki
komponen-komponen diatas.

1) Dimensi transenden
Individu spiritual percaya akan adanya dimensi uansenden dari kehidupan. Imj
yang mendasar dari komponen ini bisa berupa kepercayaan terhadap tuhan
13
atau apapun yang dipersepsikan oleh individu sebagai sosok transenden.
Individu bisa jadi menggambarkannya dengan menggmakan iinlah yang
berbeda.
2) Makna dan tujuan dalam hidup
Individu yang spiritual memahami proses pencarian akan makna dan tujuan
hidup. Dari prom pencarian ini, individu mengembangkan pandangan bahwa
hidup memiliki malma dan bahwa setiap eksistensi memiliki tujuannya
masing-masing.
3) Misi hidup
Individu merasakan adanya panggilan yang hams dipenuhi, rasa tanggung
jawab pada kehidupan secara umum. Pada beberapa orang bahkan mungkin
merasa akan adanya takdir yang harus dipenuhi. Pada komponen makna dan
tujuan hidup.
4) Kesakralan hidup
Individu yang spiritual mempunyai kemampuan untuk melihat kasakralan
dalam semua hal hidup. Pandangan akan hidup mereka tidak lagi dikotomi
scpeni pemisahan antara yang sakral dan yang sekuler, atau yang suci dan
yang duniawi.
5) Nilai-nilai material
Individu yang spiritual menyadari akan banyaknya sumber kebahagiaan
manusia, termasuk pula kebahagiaan yang bersumber dari kepemilikan
material.
6) Altruisme
Individu yang spiritual menyadari akan adanya tanggung jawab bersama dari
masing-masing orang untuk saling menjaga sesamanya (our brother’s
keepers). mereka meyakini bahwa tidak ada manusia yang dapat berdiri
sendiri, bahwa umat manusia terikat satu sama lain sehingga bertanggung
jawab atas sesamanya.
7) ldealisme
Individu yang spiritual memiliki kepercayaan kuat pada potensi baik manusia
yang dapat diaktualisasikan dalam berbagai aspek kehidupan. Memiliki
keyakinan bukan saja pada ape yang terlihat sekarang namun juga pada hal
baik yang dimungkinkan dari hal itu, pada kondisi ideal yang mungkin
dicapai.
14
8) Kesadaran akan peristiwa tragis
Individu yang spiritual menyadari akan perlu terjadinya tragedi dalam hidup
seperti rasa sakit, penderitaan atau kematian. Tragedi dirasa perlu terjadi agar
mereka dapat lebih menghargai hidup itu sendiri dan juga dalam rangka
meninjau kembali arah hidup yang ingin dituju.
2.3.7 Faktor yang berhubungan dengan spiritualitas
Menurut Dyson dalam young (2007) menjelaskan tiga faktor yang
berhubungan dengan spiritualitas , yaitu :
1) Diri sendiri
Jiwa seseorang dan daya jiwa merupakan ha] yang fundamental dalam
eksplorasi atau penyelidikan spiritualitas.
2) Sesama Hubungan seseorang dengan sesama sama pentingnya dengan diri
sendiri. Kebutuhan untuk menjadi anggota masyarakat dan saling
keterhubungan telah lama diakui sebagai bagian pokok pengalaman
manusiawi.
3) Tuhan
Pemahaman tentang tuhan dan hubungan manusia dengan tuhan secara
tradisional dipahami dalam kemngka hidup keagamaan
2.3.8 Standar Operasional Prosedur Spritual (zikir)
Definisi
Spiritual (zikir) adalah memfokuskan pikiran dengan bacaan doa dan dzikir
dengan menyerahkan segara permasalahan kepada Allah, sehingga beban stres
mengalami penurunan (fanada,2012).
Tujuan
1) Dapat mengusir, menundukkan dan membakar setan
2) Dzikir dapat menghjlangkan kesedihan, depresi dan mendatangkan ketenangan
dan kebahagiaan
3) Dzikir dapat menghidupkan hati
4) Dzikir dapat menghapus dosa dan menyelamatkannya

Prosedur Penatalaksanaan
A. Persiapan alat dan lingkungan
1) Persiapan perlengkapan ibadah (seperti tasbih, sajadah dsb)

15
2) Lingkungan yang hening sehingga dapat berkonsentrasi secara penuh
B. Langkah-langkah
Langkah langkah respon rileksasi menurut Dr. Samsuridijal Djauzi,
SpPD,KAI (2008) antara lain :
1) Pilihlah kalimat spiritual yang akan digunakan ( istighfar)
2) Duduklah dengan santai
3) Tutup mata
4) Kendurkan otot-otot
5) Bemapaslah secara alami dan mulai mengucapkan kalimat spiritual yang
dibaca secara berulang-ulang
6) Bila ada pikiran yang menggangu, kembalilah fokuskan pikiran
7) Lakukan selama 4-5 menit
C. Ktiteria Evaluasi
1) Mengkaji proses dan hasil dari terapi spiritual
2) Menganalisis hasil nya dari terapi zikir.
2.4 Konsep asuhan keperawatan
1. Pengkajian
1) Identitas
Pada penderita dengan indikasi Seksio saesarea dapat terjadi pada setiap umur
kehamilan yang dapat dilihat pada kehamilan muda.
2) Keluhan Utama
Pada klien dengan post operasi keluhan utamanya yaitu klien mengeluh nyeri pada
luka bekas operasi. badannya lemah, tidak berani bergerak. dan rasa haus yang
berlebihan.
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Pada riwayat penyakit sekarang yang perlu dikaji yaitu jam selesai operasi,
kesadaran klien, keadaan umum, letak dan ukuran dan“ luka operasi.
4) Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah klien pernah mengalami riwayat tindakan operasi sebelumnya.
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Peranan keluarga atau keturunan merupakan faktor penyebab penting yang perlu
dikaji yaitu penyakit berat yang pernah diderita salah satu anggota yang ada
hubungannya dengan operasi misalnya: TBC, DM dan Hypertensi.
6) Riwayat Obstetri

16
Untuk mengetahui riwayat obstetri pada klien dengan letak lintang yang perlu
diketahui adalah:
a) Keadaan haid
Perlu ditanyakan kapan datangnya menarche siklus haid. hari pertama haid
terakhir untuk dapat diketahui yang keluar darah muda atau darah tua, encer
atau menggumpal. lamanya nyeri atau tidak, pada sebelum atau sesudah haid,
berbau atau tidak, dimana untuk mengetahui gambaran tentang keadaan alat
kandungan.
b) Perkawinan
Berapa kali kawin dan berapa lama dengan suami yang sekarang
c) Kehamilan
Riwayat kehamilan pada klien dengan partus bisa terdapat pada primi/
multigravida.
d) Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu
Ditanyakan kelangsungan dari kehamilan dan persalinan serta nifas yang lalu,
bagaimana keadaan bayi yang dilahirkan, apakah cukup bulan atau tidak,
kelahirannya normal atau tidak, siapa yang menolong persalinan dan dimana
melahirkannya, sehingga mendapat gambaran yang jelas tentang riwayat
kehamilan, persalinan yang lalu.
7) Pola Kebiasaan Sehari-Hari menurut Virginia Henderson
a) Respirasi
Pada kasus post Seksio saesarea penyulit yang sering ditemukan adalah
obstruksi jalan nafas, respirasi yang tidak adekuat dan respirasi arrest.
b) Nutrisi
Klien setelah selesai operasi pemenuhan nutrisinya selama puasa melalui infus
dan setelah 6 jam baru diberikan minum secara bertahap dan setelah 8 jam
baru diberikan makanan lunak, tapi bila klien dengan lumbal fungsi langsung
diberi makan, minum seperti biasanya, bahkan dianjurkan banyak minum.
c) Eliminasi
Meliputi berapa kali BAB, konsistensi, warna, bau, dan klien dengan post
seksio caesaria, untuk BAK melalui dawer cateter yang sebelumnya telah
terpasang.
d) lstirahat/tidur

17
Pada klien dengan post Seksio saesarea mengalami gangguan istirahat tidur
karena adanya rasa nyeri pada daerah operasi dan ada rasa yang tidak enak
pada uretra akibat terpasangnya dower cateter.
e) Mempertahankan temperatur tubuh dan sirkulasi
Pada klien dengan post op Seksio saesarea mengalami gangguan dalarn hal
temperatur tubuh, suhu tubuh >37,5° C.
f) Kebutuhan personal hygiene
Klien dengan post seksio saesarea pada hari pertama dan kedua sebelum
kateter dibuka klien membutuhkan orang lain untuk membersihkan diri dalam
hal ini klien harus dimandikan.
g) Aktivitas
Pola aktivitas dapat terganggu dengan adanya rasa nyeri pada daerah Operasi
sehingga klien membatasi gerakan
h) Gerak dan keseimbangan tubuh
Aktivitas berkurang, tidak bisa berjalan karena nyeri dan ketidaknyamanan
i) Kebutuhan berpakaian
Klien dengan post op seksio saesarea mengalami gangguan dalam memenuhi
kebutuhan berpakaian tersebut.
j) Kebutuhan keamanan
Kebutuhan keamanan ini perlu dipertanyakan apakah klien tetap merasa aman
dan terlindungi oleh keluarganya. Klien mampu menghindari bahaya dari
lingkungan.
k) Sosialisasi
Pada data sosial ini dapat dilihat apakah klien merasa terisolasi atau terpisah
karena terganggunya komunikasi, adanya perubahan pada kebiasaan atau
perubahan dalam kapasitas fisik untuk menentukan keputusan untuk
beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Klien mungkin tampak sangat
cemas dan ketakutan.
l) Kebutuhan spiritual
Klien yang menganut agama Islam selama keluar darah nifas/masa nifas tidak
diperbolehkan melaksanakan ibadah. Sedangkan darah nifas adalah darah
yang keluar dari rahim ibu sesudah ia melahirkan anak, ini berlangsung selama
40 hari dan selama-lamanya 60 hari sesudah melahirkan.
m) Kebutuhan bermain dan rekreasi
18
Klien dengan post op seksio saesarea biasanya tidak dapat memenuhi
kebutuhan bermain dan rekreasi karena dalam kondisi yang lemah.
n) Kebutuhan belajar
Bagaimana klien berusaha belajar, menemukan atau memuaskan rasa ingin
tahu yang mengarah pada perkembangan yang normal, kesehatan dan
penggunaan fasilitas kesehatan yang tersedia.
8) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum
Keadaan umum biasanya lemah.
b) Kesadaran
Apatis.
c) Tanda-tanda vital
Tekanan darah : Normal atau menurun <120/ 90 mmHg.
Nadi : Nadi meningkat >80x/menit.
Suhu : Suhu meningkat >37,5° c.
Respirasi : Respirasi meningkat.
d) pemeriksaan head to toe
(1) Kepala
Meliputi bentuk wajah apakah simetris atau tidak, keadaan rambut dan
keadaan kulit kepala.
(2) Wajah Apakah ada cloasma gravidarum, konjungtiva pucat atau merah,
adanya oedema.
(3) Mata telinga hidung
Pada daerah wajah dikaji bentuk wajah, keadaan mata, hidung, telinga,
mulut dan gigi.
(4) Leher
Perlu dikaji apakah terdapat benjolan pada leher, pembesaran vena
jugularis dan adanya pembesaran kelenjar tiroid.
(5) Dada dan punggung
Perlu dikaji kesimetrisan dada, ada tidaknya retraksi intercostae,
pernafasan tertinggal, suara wheezing, ronchi , bagaimana irama dan
frekuensi pernafasan. Pada jantung dikaji bunyi jantung (interval) adakah
bunyi gallop, mur-mur.
(6) Payudara/mammae

19
Apakah puting menonjol atau tidak, areola menghitam, kolostrum.
(7) Abdomen
Ada tidaknya distensi abdomen, bagaimana dengan luka operasi adakah
perdarahan, berapa tinggi fundus uterinya, bagaimana dengan bising usus,
adakah nyeri tekan.
(8) Ektermitas atas dan bawah
(a) Ekstremitas atas
Kesimetrisannya, ujung-ujung jari sianosis atau tidak, ada tidaknya
oedem klien dengan post operasi biasanya terpasang infus.
(b) Ekstremitas bawah
Kesimetrisannya, ada tidaknya oedema, bagaimana dengan
pergerakannya biasanya klien dengan post operasi sering takut
menggerakkan kakinya, apakah tanda-tanda hormon, refleks patella,
adakah tanda-tanda trombosis vena.
(9) Genetalia
Adakah pengeluaran lochea, bagaimana warnanya, banyaknya; bau serta
adakah oedema vulva, bagaimana posisi cateter terpasang dengan baik atau
tidak, apakah lancar dan bagaimana kebersihan klien pada post operasi
yang biasanya akan tampak kotor karena banyak usia darah yang belum
dibersihkan.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Pada Klien Persalinan Post Seksio saesarea Indikasi
Letak Sungsang
Pre Operasi
1) Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, prosedur pembedahan.
2) Kurang pengetahuan tentang prosedur pembedahan berhubungan dengan kurang
informasi.
Intra Operasi
3) Risiko Syok hipovolemia berhubungan dengan perdarahan.
Post Operasi
4) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret aktibat
penurunan reflek batuk.
5) Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan.

20
6) Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif yang ditandai dengan klien
mengeluh sakit bila bergerak, keadaan umum lemah.
7) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri Iuka bekas' operasi, di tandai
dengan klien mengeluh sakit bila bergerak, keadaan umum lemah, kebutuhan
aktivitas klien tampak dibantu.
8) Kurang perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik.

21
3. Rencana keperawatan

No Dx. Kep Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)

PRE OPERASI

1 Cemas berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Menurunkan Cemas (Anxietas Reduction):
kritis situasi selama ....x 24 jam klien mampu - Bina hubungan saling percaya dengan klien.
mengontrol cemas (Anxiety Control), - Kaji tingkat kecemasan klien.
dengan kriteria: - Dengarkan klien dengan penuh perhatian.
- Klien dapat memonitor intensitas cemas. - Berusaha memahami keadaan klien.
- Klien dapat menurunkan stimulus - Jelaskan seluruh prosedur tindakan kepada klien
lingkungan ketika cemas. dan perasaan yang mungkin muncul pada saat
- Klien mencari informasi yang melakukan tindakan.
menurunkan cemas. - Berikan informasi tentang diagnosa. prognosis dan
- Klien menggunakan teknik relaksasi tindakan.
untuk menurunkan cemas. - Dampingi klien untuk mengurangi kecemasan dan
- Klien dapat mempertahankan hubungan meningkatkan kenyamanan.
sosial. - Motivasi klien untuk menyampaikan tentang isi
- Klien dapat mempertahankan perasaannya.
konsentrasi. - Bantu klien menjelaska keadaan yang bisa

12
- Klien melaporkan tidur adekuat menimbulkan kecemasan.
- Ekspresiwajah klien tenang. - Bantu klien untuk mengungkapkan hal-hal yang
membuat cemas.
- Ajarkan klien teknik relaksasi.
- Berikan obat-obat yang mengurang cemas.

2. Kurang pengetahuan tentang Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pendidikan kesehatan: Tindakan pemedahan
pembedahan sectio caesarea diharapkan pengetahuan klien tentang - Kaji tingkat pengetahuan klien berhubungan
berhubungan dengan kurang prosedur pembedahan meningkat dengan dengan tindakan pembedahan yang akan dilakukan.
informasi kriteria: - Berikan pengajaran sesuai dengan tingkat
- Klien dapat menjelaskan pengertian pemahaman klien, mengulang informasi bila
Sectio Caesaria. diperlukan.
- Klien dapat menjelaskan indikasi - Berikan informasi kepada klien tentang tindakan
dilakukan tindakan pembedahan Sectio pembedahan meliputi: Pengertian, indikasi,
Caesaria. klasifikasi, persiapan pembedahan dan perawatan
- Klien menjelaskan klasifikasi setelah pembedahan.
pembedahan Sectio Caesaria. - Berikan pengajaran sesuai dengan tingkat
- Klien menjelaskan persiapan pemahaman klien, mengulang informasi bila
pembedahan Sectio Caesaria. diperlukan.
- Klien menjelaskan perawatan setelah - Sediakan lingkungan yang kondusif untuk belajar.
pembedahan Sectio Caesaria - Berikan informasi kepada klien tentang kondisinya.
- Berikan informasi tentang tindakan diagnostik

13
yang dilakukan.
- Diskusikan perubahan perilaku yang dapat
mencegah komplikasi.
- Sediakan waktu bagi klien untuk menanyakan
beberapa pertanyaan dan mendiskusikan
permasalahannya.
- Ikutsertakan keluarga atau anggota keluarga lain
bila memungkinkan

INTRA OPERATIF

3. Resiko syok hipovolemik Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen syok hipovolemik (Hypovolemia
berhubungan dengan selama …x 24 jam diharapkan tidak terjadi Management):
perdarahan intraauteri syok hipovolemik dengan kriteria: - Kaji adanya perdarahan intrauterin.
- Tanda-tanda vital dalam batas normal. - Kaji warna kulit, suhu, adanya sianosis, nadi
- Turgor kuIit baik. perifer dan diaporesis secara teratur.
- Tidak ada sianosis. - Pantau frekuensi dan irama jantung.
- Suhu kulit hangat. - Pantau status cairan, turgor kulit, membran
- Tidak ada diaporesis. mukosa, urine output.
- Membran mukosa kemerahan. - Monitor status cairan, termasuk intake dan output
sesuai kebutuhan.

14
- Monitor kadar hemoglobin dan hematokrit.
- Monitor kehilangan cairan (seperti: Perdarahan,
muntah, diare, penguapan dan takipneu).
- Monitor tanda-tanda vital sesuai kebutuhan.
- Monitor respon klien terhadap perubahan cairan.
- Kelola pemberian cairan hipotonik seperti
(Dekstrose 5%) untuk rehidrasi sesuai kebutuhan.
- Kelola pemberian cairan isotonik seperti: NaCl,
Ringer Laktat untuk rehidrasi cairan ekstraseluler.
- Kombinasikan cairan kristaloid (seperti: NaCl dan
Ringer Laktat) dan cairan koloid (seperti: Plasma)
untuk pengganti volume intravaskuler.
- Pertahankan pemberian cairan secara vena.
- Kelola pemberian transfusi, Monitor reaksi
transfusi sesuai kebutuhan.
- Atur posisi klien trendelenburg jika klien hipotensi
sesuai kebutuhan.
- Monitor tanda dan gejala overhidrasi.

15
POST OPERASI

4. Bersihan jalan tidak efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajamen Jalan Nafas (Airway Management):
berhubungan dengan selama ….x 24 jam, klien menunjukkan - Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi.
akumulasi sekret, efek bersihan jalan nafas efektif dengan status - Auskultasi bunyi nafas, area penurunan ventilasi
anastesi pernafasan adekuat dengan kriteria: atau tidak adanya ventilasi dan adanya bunyi nafas
- Klien mudah untuk bernafas. tambahan.
- Tidak ada sianosis, tidak ada dispneu. - Keluarkan sekret dengan batuk efektif atau suksion
- Saturasi O2 dalam batas normal. sesuai kebutuhan.
- Jalan nafas paten. - Anjurkan klien untuk bernafas pelan, nafas dalam
- Mengeluarkan sekresi secara efektif. dan batuk. Atur posisi klien untuk mengurangi
- Klien mempunyai irama dan frekuensi dyspneu.
pernafasan dalam rentang normal. - Monitor statur respirasi dan oksigenasi sesuai
- Klien mempunyai fungsi paru dalam kebutuhan.
batas normal. - Atur intake cairan untuk mengoptimalkan
keseimbangan cairan.
Suksion jalan nafas (Airway Suctioning):
- Tentukan kebutuhan untuk suksion oral atau
trakheal.
- Auskultasi bunyi nafas sebelum dan setelah
suksion.

16
- Informasikan pada klien dan keluarga tentang
suksion.
- Aspirasi nasofaring dengan suction sesuai
kebutuhan.
- Berikan sedative sesuai kebutuhan
- Gunakan universal precautio :
Sarung tangan dan masker sesuai kebutuhan.
- Gunakan tambahan oksigen sesua kebutuhan.
Terapi Oksigen (Oxygen Therapy):
- Bersihkan muiut, hidung dan trakhea dari sekresi
sesuai kebutuhan.
- Pertahankan kepatenan jalan Flafa Stapkan
perlengakapan oksigen dan atur sistem
humidifikasi.
- Berikan tambahan oksigen sesuai Permintaan.
- Monitor aliran oksigen.
- Monitor posisi pemberian oksigen.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
- Monitor keefektifan terapi oksigen.
- Monitor kemampuan pasien dalam mentoleransi
perpindahan oksigen ketika makan.

17
5. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri (Pain Management):
dengan terputusnya jaringan diharapkan klien dapat: - Kaji secara komprehensif tentang nyeri, meliputi:
saraf pada daerah luka bekas 1. Mengontrol nyeri (Pain Control), Lokasi, karakteristik dan onset, durasi, frekuensi,
operasi yang di tandai dengan dengan kriteria: kualitas, intensitas/beratnya nyeri dan faktor-faktor
klien menyatakan nyeri perut - Klien dapat mengetahui penyebab presipitasi.
bekas operasi, ekspresi wajah nyeri, onset nyeri. - Observasi isyarat non verbal dari
meringis menahan sakit - Klien mampu menggunakan teknik ketidaknyamanan, khususnya ketidak mampuan
non farmakologi untuk mengurangi komunikasi secara efektif.
nyeri, dan tindakan pencegahan
nyeri). - Gunakan komunkiasi terapeutik agar klien dapat
- Klien melaporkan nyeri berkurang mengekspresikan nyeri.
dengan menggunakan manajemen - Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi
nyeri. (misalnya: Nafas dalam, teknik distraksi atau
2. Menunjukan tingkat nyeri (Pain massage).
Level): - Evaluasi tentang keefektifan dari tindakan
- Klien melaporkan nyeri dan mengontrol nyeri yang telah digunakan.
pengaruhnya pada tubuh). - Berikan dukungan terhadap klien dan keluarga.
- Klien mampu mengenal skala, - Berikan informasi tentang nyeri, seperti: Penyebab,
intensitas, frekuensi dan lamanya berapa lama terjadi dan tindakan pencegahan.
episode nyeri. - Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat
- Klien mengatakan rasa nyaman mempengaruhi respon klien terhadap

18
setelah nyeri berkurang. ketidaknyamanan (misalnya: Temperatur ruangan,
- Tanda-tanda vital dalam batas penyinaran dan Iain-Iain).
normal. - Tingkatkan istirahat yang cukup.
- Ekspresi wajah tenang. - Modifikasi tindakan mengontrol nyeri berdasarkan
respon klien.
- Monitor kenyamanan klien terhadap manajemen
nyeri.
- Libatkan keluarga untuk mengurangi nyeri.
- lnformasikan kepada tim kesehatan
Iainnya/anggota keluarga saat tindakan
nonfarmakologi dilakukan untuk pendekatan
preventif.
Pemberian Analgetik (Analgetic Adminnistra tion):
- Tentukan lokasi nyeri, karakteristik, kualitas, dan
keparahan sebelum pengobatan.
- Berikan obat dengan prinsip 5 benar.
- Cek riwayat alergi obat.
- Libatkan klien dalam pemilhan analgetik yang
akan digunakan.
- Pilih analgetik secara tepat/ kombinasi Iebih dari
satu analgetik jika telah diresepkan.

19
- Monitor vital sign sebelum sesudah pemberian
analgetik pertama kali.
- Berikan analgetik yang tepat waktu terutama saat
nyeri hebat.
- Evaluasi efektivitas analgetik, tanda dan gejala
(efek samping).

6. Resiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pengendalian infeksi (Infection Control) dan
dengan prosedur invasif yang selama …x 24 jam diharapkan klien dapat Perlindungan terhadap infeksi (Infection
di tandai dengan klien meningkatkan pertahanan tubuh (lmmnune protection):
mengeluh sakit bila bergerak, Status) dengan kriteria: - Pantau tanda/gejala infeksi (misalnya: Suhu tubuh,
keadaan umum lemah. - Klien tidak menunjukkan tanda-tanda kedaan luka post operasi, kondisi vulva, kelelahan
infeksi. dan malaise).
- Suhu tubuh normal (36,5-37° C). - Kaji faktor yang meningkatkan serangan infeksi
- Nadi normal (70-80x/menit). . (misalnya: Usia lanjut, status imun menurun dan
- Frekuensi Nafas normal (20 x / menit). malnutrisi).
- Tekanan darah normal: 120/70 mmHg. - Pantau hygiene personal untuk perlindungan
- Cairan ketuban tidak berbau busuk. terhadap infeksi.
- Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik.
- Monitor Sel darah putih (White Blood Cell).
- Anjurkan klien atau keluarga untuk menjaga
personal hygiene dan melindungi tubuh terhadap

20
infeksi.
- Anjurkan pada pengunjung untuk mencuci tangan
sewaktu masuk dan meninggalkan ruangan klien.
- Ajarkan klien dan keluarga tentang tanda-tanda dan
gejala dari infeksi.
- Ajarkan klien dan anggota keluarga bagaimana
mencegah infeksi.
- Ajarkan klien dan keluarga tanda/ gejala infeksi
dan kapan harus melaporkan ke petugas kesehatan.
- Bersikan lingkungan secara tepat setelah
digunakan oleh klien.
- Ganti peralatan klien setiap selesai tindakan.
- Batasi jumlah pengunjung.
- Gunakan sabun untuk cuci tangan.
- Gunakan sarung tangan steril.
- Lakukan perawatan vulva dan perineum.
- Tingkatkan asupan nutrisi dan cairan.
- Pertahankan teknik aseptik.
- Pertahankan teknik isolasi sesuai kebutuhan.

7. Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan perawatan Excercise Therapy: Ambulation (Terapi latihan:
berhubungan dengan nyeri mobilitas klien meningkat (mobility level) Ambulasi):

21
luka bekas operasi, di tandai dengan kriteria: - Kaji kemampuan klien dalam melakukan mobilitas.
dengan klien mengeluh sakit - Aktivitas fisik meningkat. - Observasi penyebab gangguan mobilitas yang
bila bergerak, keadaan umum - Melaporkan perasaan peningkatan dialami klien.
lemah, kebutuhan aktivitas kekuatan dan kemampuan alam - Monitor dan catat kemampuan klien dalam
klien tampak dibantu. bergerak mentoleransi aktivitas dan penggunaan keempat
ekstremitasnya.

- Jika memungkinkan observasi tindakan yang


dilakukan untuk nyerinya dan gangguan
muskuloskeletal sebelum beraktivitas.
- Ajarkan latihan ROM secara pasif/ aktif sesuai
kondisi klien.
Possitioning:
- Mobilisasi suppért area yang 'terpengaruh jika
diperlukan.
- Ubah posisi tiap 2 jam.
- Monitor integritas kulit pada area yang tertekan.
Excercise Therapy:
- Pastikan keterbatasan gerak sendi yang dialami.
- Pastikan keterbatasan gerak sendi yang dialami.
- Motivasi klien untuk mempertahankan pergerakan

22
sendi.
- Pastikan klien bebas dari nyeri sebelum diberikan
Iatihan.
- Pastikan baju klien Ionggar.
- Lindungi klien dari trauma selama latihan.
- Beri reinforcement positif.
- Kolaborasi dengan fusioterapi.
- Kolaborasi dengan dalam pemberian terapi
analgetik.

8. Defisit perawatan diri : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Bantu Perawatan Diri (Self Care Assistance):
mandi/kebersihan selama ....x 24 jam klien dapat - Kaji kemampuan klien untuk menggunakan alat
berhubungan dengan menunjukkan perawatan diri: bantu.
kelemahan fisik Aktivitas Kehidupan - Pantau adanya perubahan kemampua fungsi.
Sehari-hari: Mandi dengan kriteria: - Pantau kemampuan klien dalam melakukan
- Klien menerima bantuan atau perawatan diri secara mandiri.
perawatan total dari pemberi perawatan - Pantau kebutuhan klien terhadap perlengkapan
jika diperlukan. alat-alat untuk kebersihan diri, berpakaian dan
- Klien mengungkapkan secara verbal makan.
kepuasan tentang kebersihan tubuh dan - Berikan bantuan sampai klien mampu untuk
hygiene mulut. melakukan perawatan diri.
- Klien mempertahankan mobilitas yang - Bantu klien dalam menerima ketergantungan

23
diperlukan untuk ke kamar mandi dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
menyediakan perlengkapan mandi. - Dukung kemandirian dalam melakukan mandi dan
- Klien mampu membersihkan dan hygiene mulut, bantu klien hanya jika diperlukan.
mengeringkan tubuh. Bantu Perawatan Diri: Mandi (Self Care
- Klien mampu melakukan perawatan Assistance: Bathing)
mulut. - Kaji membran mukosa oral dan kebersihan tubuh
setiap hari.
- Kaji kondisi kulit saat mandi. Pantau kebersihan
kuku, berdasarkan kemampuan perawatan diri
klien.
- Berikan bantuan sampaLklien mampu secara
penuh untuk melakukan perawatan diri.
- Letakkan sabun, handuk, deodoran, alat cukur dan
peralatan lain yang dibutuhkan disamping tempat
tidur/ kamar mandi.
- Pantau kebersihan kuku, berdasarkan kemampuan
perawatan diri klien.

24
BAB III

METODE STUDI KASUS

3.1 Desain Studi Kasus


Dalam penelitian ini mengunakan desain penelitian yang bersifat kuantatif dengan
menggunkan metode deskriptif melalui pendekatan studi kasus. Studi kasus sendiri di
laksanakan dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri
dari unit tunggal. Unit tunggal ini berarti suatu orang, kelompok penduduk masyarakat di
suatu daerah (Setiadi, 2013). Studi kasus ini adalah studi untuk mengeplorasi masalah
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Partum Seksio Saesarea Dengan Masalah
Keperawatan Nyeri Akut Dan Fokus Intervensi Spiritual Zikir di rumah sakit umum
kabupaten tangerang di ruangan Aster.
3.2 Batasan Masalah
Batasan masalah atau dalam versi kuantitatif di sebut sebagai definisi operasional
adalah pemyataan yang menjelaskan istilah-istilah kunci yang menjadi fokus studi kasus.
Batasan istilah pada penerapan intervensi keperawatan Nyeri pada ibu post partum
Seksio saesarea dalam upaya mengatasi masalah nyeri di rumah sakit umum kabupaten
tangerang.
3.3 Partisipan
Partisipan dalam studi kasus adalah dengan jumlah 3-5 pasien pada usia 20-40 dengan
melahirkan anak pertama sampai anak ketiga dengan asuhan keperawatan pada pasien
post partum seksio saesarea dengan masalah keperawatan nyeri akut dan fokus intervensi
spiritual zikir dan diagnosis medis yang sama pada ibu post partum seksio saesarea.
Kriteria dalam pengambilan partisipan sebagai berikut :
3.4 Subyek Studi Kasus
Dalam penulisan studi kasus ini merupakan orang yang di jadikan sebagai responden
untuk mengambil kasus (Notoatmodjo, 2012). Subjek laporan pada pasien masalah
mengatasi Nyeri pada ibu post partum Seksio saesarea.
3.5 Fokus Studi Kasus
Fokus penelitian dalarn studi kasus ini di fokuskan pada penerapan asuhan keperawatan
pada pasien masalah mengatasi Nyeri pada ibu post partum Seksio saesarea, sebagai
objek penelitian yang di lakukan di rumah sakit kabupaten tangerang sebagai tempat
penelitian.

12
3.6 Defmisi Studi Kasus
3.6.1 ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST PARTUM SECTION
CAESAREA DENGAN MASALAH KEPERAWATAN NYERI AKUT DAN
FOKUS INTERVENSI SPIRITUAL ZIKIR
Peran yang di lakukan perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan
dengan memperhatikan keadaan dan kebutuhan dasar manusia yang di butuhkan
dengan menggunakan proses keperawatan mulai dari pengkajian, menentukan
diagnosa, melakukan perencanaa, implementasi dan evaluasi.
3.6.2 Pengkajian
Pengkajian merupakan data yang di kumpulkan oleh perawat melalui
wawancara pengumpulan riwayat kesehatan, pengkajian fxsik, penmriksaan
laboratorium dan diagnostik, serta review catatan sebelumnya pada klien masalah
Nyeri akut diagnosa keperawatan merupakan panelitian klinik oleh perawat
tentang rcspon individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah
kesehatan/proses kehidupan yang actual atau potensial pada pasien masalah Nyeri
akut.
3.6.3 Rencana Keperawatan
Rencana asuhan keperawatan merupakan proses informasi, penerima,
pengirim dan evaluasi terencana yang di laksanakan oleh perawat pada pasien
masalah Nyeri akut.
3.6.4 Implementasi
Implementasi merupakan tahap ketika perawat mangaplikasikan rencana asuhan
keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu pasien
masalah Nyeri akut untuk mencapai tujuan yang telah di terapkan.
3.6.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir pada proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan rencana antara hasil akhir yang teramati dan
tujuan untuk kriterian basil yang di buat pada tahap perencanaan pada pasien
masalah Nyeri akut.
3.7 Instrumen Studi Kasus
Instrumen adalah alat yang di gunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data
(Notoatmodjo, 2012). Instrumen yang akan di pakai dalam pengambilan data pasien
masalah Nyeri menggunakan format asuhan keperawatan. Setelah itu mempelajari data
yang di dapat oleh penulis baik dari catatan medis maupun tim kesehatan lain yang
13
berhubungan dengan kasus, sebagai bahan untuk menunjang tindakan keperawatan dan
perkembangan pasien.
3.8 Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data klien adalah dengan cara mengambil data primer dan data
sekunder
3.8.1 Data Primer
Data primer adalah data yang di ambil secara langsung di ambil dari objek
penelitian oleh peneliti perorangan maupun organisasi (Nursalam, 2013).
Data primer di peroleh dengan cara Wawancara
3.8.2 Wawancara
Wawancara yaitu suatu metode yang di gunakan untuk mengumpulkan data,
dimana peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari
seseorang sasaran peneliti atau responden, atau bercakap-cakap berhadapan muka
dengan orang tersebut (Notoatmodjo, 2012). Pada studi kasus ini wawancara
akan di lakukan pada pasien, keluarga, dan petugas kesehatan lainnya.
Pada saat pengkajian, wawancara yang di lakukan untuk menggali informasi
pasien mengenai identitas pasien, alasan masuk rumah sakit, keluhan yang di
alami saat ini, riwayat penyakit, yang pernah di alami dan pola aktivitas sehari-
hari
3.8.3 Observasi
Menurut Notoatmodjo (2012), observasi adalah teknik pengumpulan data yang
berencana, antara lain meliputi : melihat, mencatat jumlah antar aktivitas tertentu
yang ada hubungannya dengan masalah yang di teliti. Observasi di rencanakan
setiap hari dan pada waktu tertentu, di mulai dari pasien datang. Pada pasien
yang bermasalah Nyeri yang di observasikan adalah tanda-tanda vital dan prilaku
pasien dengan rasional untuk mengetahui status kesehatan pasien.
3.8.4 Data Sekunder
Data sekunder adalah dokumentasi catatan medis merupakan sumber informasi
yang panting bagi tenaga keschatan mengidentiflkasikun masalah untuk
menegakan diagnosa, merencanakan tindakan dan memonitor respon pasien
terhadap tindakan (Notoatmodjo, 2012).

14
3.9 Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi adalah setiap bahan tertulis yang di pcrsiapkan karena adanya
permintaan seseorang yang menyelidiki (Nursalam, 2013). Dalam kasus ini studi
dokumentasi akan di lakukan dengan mengumpulkan data yang di ambil dari catatan
rekam medik pasien.
3.10 Studi Perpustakaan
Studi perpustakaan adalah bahan-bahan pustaka yang sangat penting dalam
menunjang latar belakang teoritis dalam suatu penclitian (Notoatmodjo, 2012). Studi
perpustakaan masalah nyeri akut.
3.11 Lokasi dan Waktu Study Kasus
3.11.1 Lokasi Study Kasus
Penelitian di lakukan di rumah sakit kabupaten tangerang
3.11.2 Waktu Study Kasus
Penelitian ini di lakukan pada tanggal ………..
3.12 Analisa Data
Analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang di
peroleh oleh hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain,sehingga dapat di
pahami, dan temuannya dapat di infonnasikan kepada orang lain, analisa data di
lakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit,
melakukan
3.5
3.6 MMM
3.7 NNMMM
3.8 NMNM

15
12

Anda mungkin juga menyukai