Anda di halaman 1dari 41

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN COMBUSTIO DENGAN


MASALAH KEPERAWATAN GANGGUAN MOBILITAS FISIK DAN
FOKUS INTERVENSI MOBILISASI DINI

Disusun oleh :

Nama : DIOL PUTRI

Nim : 17.012

AKADEMI KEPERAWATAN ISLAMIC VILLAGE

TANGERANG

2020
PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN COMBUSTIO DENGAN


MASALAH KEPERAWATAN GANGGUAN MOBILITAS FISIK DAN
FOKUS INTERVENSI MOBILISASI DINI

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan Guna Melengkapi Sebagai Syarat dalam Mencapai Gelar Ahli Madya
Keperawatan(A.Md.Kep)

Disusun oleh :

Nama : DIOL PUTRI

Nim : 17.012

Pembimbing : 1. Ns. Leni Rosita.,M.Kep

2. Ns. Yuningsih, S.Kep.,M.Kep

AKADEMI KEPERAWATAN ISLAMIC VILLAGE

TANGERANG

2020

i
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI

KTI ini merupakan karya sendiri dan belum pernah dikumpulkan oleh orang lain
untuk memperoleh gelar akademik

Nama : Diol Putri

Tempat tanggal lahir : kuala jaya, 02 juni 1999

Nim : 17.012

Alamat rumah :Kp.Wanayasa rt/rw 002/001 Ds.wanayasa Kec.Pontang


Kab. Serang Banten

Nomor Hp : 081617165585

Tangerang, 8 oktober 2019

Yang membuat pernyataan

DIOL PUTRI

ii
PERNYATAAN ORISINILITAS

KTI ini saya buat sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan benar.

Nama : Diol Putri

Tempat tanggal lahir : kuala jaya, 02 juni 1999

Nim : 17.012

Alamat rumah : Kp.Wanayasa rt/rw 002/001 Ds.wanayasa Kec.Pontang Kab.


Serang

Nomor Hp : 081617165585

Tangerang, 8 oktober 2019

Yang membuat pernyataan

DIOL PUTRI

iii
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN COMBUSTIO DENGAN


MASALAH KEPERAWATAN GANGGUAN MOBILITAS FISIK DAN
FOKUS INTERVENSI MOBILISASI DINI

Karya tulis ilmiah ini telah dipertahankan pada uji siding KTI tanggal 8 oktober
2019

Pembimbing I Pembimbing II

(Ns. Leni Rosita.,M.Kep) (Ns. Yuningsih, S.Kep.,M.Kep)

Mengesahkan

Direktur Akper Islamic Village Tangerang

Ns. Sudrajat S.Kep.,M.Kep

iv
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Diol Putri

Tempat/Tanggal Lahir : kuala jaya, 02 juni 1999

Nomor Induk Mahasiswa : 17.012

Alamat Rumah : Kp.Wanayasa rt/rw 002/001 Ds.wanayasa


Kec.Pontang Kab. Serang

Nomor Tlp/hp : 081617165585

Alamat Email : Newdiolputri@gmail.com

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penelitian saya yang berjudul
“asuhan keperawatan pada pasien combustio dengan masalah keperawatan
gangguan mobilitas fisik dan fokus intervensi mobilisasi dini”.

Bebas dari plagiarisme dan bukan hasil karya orang lain.

Apabila dikemudian hari diketemukan seluruh atau sebagian dari proposal


penelitian dan karya ilmiah dari hasil penelitian tersebut terdapat indikasi
plagiarisme, saya akan bersedia menerima sanksi sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Demikian pernyataan ini dibuat dalam keadaan sadar dan tanpa unsur paksaan
siapapun.

Dibuat di Tangerang

Pada 8 oktober 2019

Pembimbing 1. Yang membuat pernyataan,

(Ns. Leni Rosita,M.Kep) ( Diol Putri)

v
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah

asuhan keperawatan pada pasien combustio dengan masalah keperawatan


gangguan mobilitas fisik dan fokus intervensi mobilisasi dini

Diajukan kepada Akademi Keperawatan Islamic Village Tangerang untuk


memenuhi persyaratan mencapai Gelar Ahli Madya Keperawatan

Oleh :

DIOL PUTRI

17.012

Dibawah bimbingan

Pembimbing I PembimbingII

(Ns. Leni Rosita.,M.Kep) (Ns.Yuningsih, S.Kep.,M.Kep)

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Karena dengan


pertolongan-Nya kami dapat menyelesaikan Proposal Penelitian yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Combustio Dengan Masalah Keperawatan
Gangguan Mobilitas Fisik Dan Fokus Intervensi Mobilisasi Dini ”. Meskipun
banyak rintangan dan hambatan serta waktu yang cukup padat, penulis dapat
menyelesaikan Proposal Penelitian ini dengan baik berkat bantuan dari berbagai
pihak, Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ns. Sudrajat, S.Kep.M.Kep Selaku Direktur Akper Islamic Village


Tangerang
2. Ns. Leni Rosita.,M.Kep Selaku dosen pembimbing pertama yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada
penulis
3. Ns. Yuningsih, S.Kep.,M.Kep Selaku dosen pembimbing kedua yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada
penulis
4. Seluruh staf pengajar Akademi keperawatan islamic village yang telah
memberikan ilmunya kepada penulis selama kuliah
5. Kedua orang tua tercinta (Ayahanda Sarwili dan Ibunda Hasanah ) yang
telah memberikan doa serta dukungan semangat dan berkorban dari segi
moril dan materi
6. Keluarga tercinta ( Nawiyah, Dahlia, Tuti, Tati, Risna) yang telah
memberikan doa serta dukungan semangat dan berkorban dari segi moril
dan materi
7. Kekasih tercinta (?) yang telah memberi semangat dan dukungan tiada
hentinya
8. Sahabat tercinta (Ayu, Dinda, Eva, Iis, Nia, Fiska, Suma, Ipeh, Mitha) (uul,
meroh, widy, medi) yang telah memberi semangat dan dukungan tiada
hentinya.

vii
9. Kepada seluruh keluarga besar akademi keperawatan islamic village dan
khususnya teman-teman seperjuangan angkatan ke-25 yang telah membantu
dan memotivasi dalam menggapai cita-cita

Penyusun menyadari masih banyak terdapat kesalahan dalam pembuatan proposal


penelitian ini. Untuk itu, penulis mohon saran dan kritik yang membangun agar
kedepannya menjadi lebih baik. Semoga proposal penelitian ini dapat bermanfaat
bagi pembaca

Tangerang, 8 oktober 2019

penyusun

viii
DAFTAR ISI

Contents
COVER LUAR

COVER DALAM ................................................................................................... i

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI .................................................... ii

PERNYATAAN ORISINILITAS ....................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iv

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ......................................................... v

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ vi

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar belakang ........................................................................................ 1

1.2 Rumusan masalah .................................................................................. 2

1.3 Tujuan penelitian ................................................................................... 2

1.3.1 Tujuan umum .................................................................................. 2

1.3.2 Tujuan khusus ................................................................................. 2

1.4 Manfaat penelitian ................................................................................. 3

1.4.1 Manfaat bagi praktek keperawatan .............................................. 3

1.4.2 Manfaat bagi Institut ...................................................................... 3

1.4.3 Manfaat Bagi penulis ...................................................................... 3

2.1 Konsep Dasar Combustio ...................................................................... 4

2.1.1 Definisi.............................................................................................. 4

2.2.1 Etiologi ............................................................................................. 4

2.3.1 Manifestasi klinis............................................................................. 6

2.4.1 Klasifikasi ........................................................................................ 7

ix
2.5.1 Patofisiologi.................................................................................... 10

2.6.1 Pathway .......................................................................................... 11

2.7.1 Komplikasi ..................................................................................... 11

2.8.1 Pemeriksaan penunjang ............................................................... 12

2.9.1 Penatalaksanaan............................................................................ 13

2.2 Konsep gangguan mobilitas fisik ........................................................ 14

2.2.1 Pengertian ...................................................................................... 14

2.2.2 Penyebab ........................................................................................ 14

2.2.3 Kondisi klinis terkait .................................................................... 14

2.3 konsep mobilisasi dini .......................................................................... 14

2.3.1 Definisi mobilisasi dini .................................................................. 14

2.3.2 Tujuan mobilisasi dini .................................................................. 15

2.4 Konsep asuhan keperawatan ............................................................... 15

2.4.1 Pengkajian ..................................................................................... 15

2.4.2 Diagnosa keperawatan .................................................................. 21

2.4.3 Intervensi keperawatan ................................................................ 21

2.4.4 Implementasi ................................................................................. 22

2.4.5 Evaluasi .......................................................................................... 22

2.4.6 kerangka konseptual ..................................................................... 23

3.1 Desain Penelitian .................................................................................. 24

3.2 Populasi dan Sample Penelitian .......................................................... 24

3.2.1 Populasi .......................................................................................... 24

3.2.2 Sample ............................................................................................ 25

3.3 waktu dan tempat penelitian ............................................................... 25

3.4 Etika penelitian ..................................................................................... 26

3.5 Pengumpulan data ................................................................................ 28

x
xi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan yang diriIis pada 2013
mencatat, luka bakar menempati urutan keenam penyebab cedera tidak
disengaja (unintentional injury) setelah jatuh, sepeda motor, benda
tajam/tumpul, transportasi darat Iain, dan kejatuhan dengan tingkat prevalensi
0,7 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Badan Kesehatan Dunia (WHO)
mencatat, luka bakar menyebabkan sekitar 195.000 jiwa meninggaI di
Indonesia setiap tahun. Riset Kementerian Kesehatan tersebut juga menekankan
anak-anak usia 1-4 tahun menjadi kelompok umur yang paling rentan terkena
luka bakar dengan tingkat prevalensi sampai 1,5 persen.

"Fakta ini diperkuat dari data riset epidemiologi sejumIah dokter di Rumah
Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta pada tahun 2013-2015 dimana
sebanyak 108 pasien (82,3 persen) luka bakar adalah kelompok anak-anak
(pediatric group) yang berusia 1-4 tahun," jelas Senior GM Marketing Women's
Health and Active Day Care Combiphar. Berangkat dari kondisi tersebut
Combiphar melalui produk Mebo yang teIah dipercaya oIeh dokter di Indonesia
sejak 2006 untuk penanganan luka bakar mempunyai misi untuk mengedukasi
masyarakat khususnya para ibu, guna meningkatkan kesadaran dan
pengetahuan mereka mengenai pertolongan pertama luka bakar di rumah.

” Lebih dari itu, kami ingin mendorong keluarga Indonesia untuk seIaIu
sedia produk obat luka bakar satu diantaranya adalah Mebo sebagai P3K di
rumah," Mebo telah menjadi pilihan utama dokter untuk penanganan luka bakar
di Rumah Sakit. Luka bakar dapat terjadi kapan saja, dimana saja, dan kepada
siapa saja.

"Bukan hanya akibat api, luka bakar juga sering ditimbulkan dari minyak
panas, air panas, maupun benda panas Iain yang berbahaya,"

Di Indonesia angka kejadian luka bakar cukup tinggi, lebih dari 250 jiwa
pertahun meninggal akibat luka bakar. Dikarenakan jumlah anak – anak cukup

1
tinggi di Indonesia serta ketidakberdayaan anak – anak untuk menghindari
terjadinya kebakaran, maka usia anak – anak menyumbang angka kematian
tertinggi akibat luka bakar di Indonesia. Di Indonesia angka kematian akibat
luka bakar masih tinggi sekitar 40%, terutama diakibatkan oleh luka bakar berat.
Menurut studi analisis deksriptif oleh Nungki Ratna Martina dan Aditya
Wardhana di Unit Luka Bakar RSCM dari Januari 2011- Desember 2012,
terdapat 275 pasien luka bakar dan 203 diantaranya adalah dewasa. Dari studi
tersebut jumlah kematian akibat luka bakar pada pasien dewasa yaitu 76 pasien
(27,6%). Diantara pasien yang meninggal, 78% disebabkan oleh api, luka bakar
listrik (14%), air panas (4%), kimia (3%) dan metal (1%).

Anak berisiko tinggi mengalami luka bakar, sebagian luka bakar terjadi
dirumah misalnya pada waktu memasak, memanaskan air atau menggunakan
alat listrik yang paling sering menyebabkan kejadian ini. Kecelakaan industri
juga dapat menyebabkan luka bakar. Anak yang sering bermain, harus
diperhatikan untuk mencegah kecelakaan seperti kebakaran. Luka bakar pada
anak sering disebabkan karena anak bermain korek api atau berdiri terlalu dekat
dengan api terbuka.

1.2 Rumusan masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis
merumuskan masalah yang tepat adalah ‘’bagaimana membuat asuhan
keperawatan pada pasien dengan masalah combustio? “

1.3 Tujuan penelitian


1.3.1 Tujuan umum
Terlaksana nya asuhan keperawatan pada pasien combustio

1.3.2 Tujuan khusus


 Penulis mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan
combustio
 Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada
pasien combustio
 Penulis mampu menyusun rencana keperawatan pada pasien
dengan combustio

2
 Penulis mampu melakukan implementasi keperawatan pada
pasien dengan combustio
 Penulis mampu melakukan evaluasi pada pasien dengan
combustio

1.4 Manfaat penelitian


1.4.1 Manfaat bagi praktek keperawatan
Untuk menambah pengetahuan untuk teman sejawat perawat
dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien luka bakar
(Combustio) di Rumah Sakit Umum kabupaten tangerang.

1.4.2 Manfaat bagi Institut


Untuk memberi bahan masukan dalam kegiatan belajar
mengajarkan terutama pada mobilisasi dini pasien luka bakar, juga
sebagai bahan bacaan dan menambah wawasan bagi mahasiswa
Akademi keperawatan islamic village Tangerang yang berkaitan
dengan cara mobilisasi dini pada pasien luka bakar.

1.4.3 Manfaat Bagi penulis


Untuk menambah pengetahuan dan pendalaman penulis
tentang luka bakar (Combustio) di Rumah Sakit Umum kabupaten
Tangerang.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Combustio


2.1.1 Definisi
Combustio adalah cedera yang terjadi akibat pajanan terhadap
panas, bahan kimia, radiasi, atau arus listrik. Pemindahan nenergi dari
sumber panas ke seluruh tubuh manusia menyebabkan urutan kejadian
fisiologis sehingga pada kasus yang paling berat menyebabkan
destruksi jaringan ireveersibel. Rentang keparahan luka bakar mulai
dari kehilangan minor segmen kecil lapisan terluar kulit sampai cedera
kompleks yang melibatkan semua sistem tubuh.
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan
jaringan disebabkan kontak dengan sumber yang memiliki suhu yang
sangat tinggi (misalnya api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi)
atau suhu yang sangat rendah.

2.2.1 Etiologi
A. Luka bakar termal
Luka bakar termal terjadi akibat pajanan terhadap panas kering ( nyala
api) atau panas lembab (uap air dan cairan panas). Luka bakar ini
merupakan cedera luka bakar yang paling umum dan paling sering
terjadi pada anak anak dan lansia. Pajanan langsung terhadap sumber
panas menyebabkan destruksi sel yang dapat menyebabkan hangusnyab
vaskular, tulang, otot, dan jaringan saraf.
B. Luka bakar kimia
Luka bakar kimia disebabkan oleh kontak kulit langsung dengan asam,
agens alkali (basa) atau senyawa organik. Bahan kimia merusak protein
jaringan sehingga menyebabkan nekrosis. Luka bakar yang disebabkan
oleh alkali (seperti cairan alkali) lebih sulit dinetralkan dibandingkan
luka bakar yang disebabkan oleh asam.

4
C. Luka bakar listrik
Luka bakar ini disebabkan oleh Arus bolak balik (alternating current
AC) seperti yang ditemukan dirumah tangga biasa, menghasilkan
gelombang listrik yang berulang yang menyebabkan kontraksi otot
tetanik. Kontraksi otot yang terus menerus tersebut menghambat upaya
pernafasan selama durasi kontak dan menyebabkan henti nafas kontraksi
juga menyebabkan individu mematikan sumber daya listrik (seperti
kabel listrik) sehingga meningkatkan durasi kontak dengan sumber.

Arus searah, seperti pada cedera akibat tersambar petir, memajankan


tubuh ke voltase yang sangat tinggi selama periode waktu seketika itu
juga. Cedera voltase tinggi (tersambar petih) biasanya menimbulkan
pintu masuk dan keluar luka. Efek aliran listrik, suatubfenomena yang
unik pada suatu cedera tersambar petir, sebenarnya menyelamatkan
pasien dari kematian. Hal ini tampak pada contoh ketika arus listrik
mengalir pada permukaaan kulit yang lembab, bukan melalui struktur
yang lebih dalam. Henti jantung –paru adalah penyebab kematian yang
paling umum akibat tersambar petir.

D. Luka bakar radiasi


Luka bakar radiasi biasanya dikaitkan dengan luka bakar sinar matahari
atau terapi radiasi untuk kanker. Jenis luka bakar ini cenderung
superfisial, hanya mencakup lapisan yang paling jauh dari epidermis,
semua fungsi kulit tetap utuh. Gejala terbatas pada reaksi sistemik
ringan : sakit kepala, menggigil, ketidaknyamanan lokal, mual,muntah.
Pajanan yang lebih luas terhadap radiasi atau bahan radioaktif, seperti
pada kecelakaan tenaga nuklir, menyebabkam derajar kerusakan
jaringan yang sama dan keterlibatan multisistem yang berkaitan dengan
jenis luka bakar lain.

5
2.3.1 Manifestasi klinis
Kedalaman dan Bagian kulit yang Gejala Penampilan luka Perjalana kesembuhan
penyebab luka bakar terkena

Derajat satu Epidermis Kesemutan, Memerah, Kesembuhan lengkap


(superfisial) : tersengat hiperestesia menjadi putih dalam waktu satu
matahari, terkena api (super ketika ditekan minggu, terjadi
dengan intensitas sensitifitas), minimal atau pengelupasan kulit
rendah rasa nyeri tanpa edema
mereda jika
didinginkan

Derajat dua (partial- Epidermis dan Nyeri, Melepuh, dasar Kesembuhan dalam
thickness) : tersiram air bagian dermis hiperestesia, luka berbintik waktu 2-3 minggu,
mendidih, terbakar oleh sensitif bintik merah, pembentukan parut dan
nyala api terhadap epidermis retak, depigmentasi, infeksi
udara yang permukaan luka dapat mengubahnya
dingin basah, terdapat menjadi derajat tiga
edema

Derajat tiga (full- Epidermis, Tidak terasa Kering, luka Pembentukan eskar,
thickness) : terbakar keseluruhan dermis nyeri, syok bakar berwarna diperlukan
nyala api, terkena cairan dan kadang kadang hematuria putih seperto pencangkokan,
mendidih dalam waktu jaringan subkutan (adanya bahan kulit atau pembentukan parut dan
yang lama, tersengat darah dalam gosong, kulit hilangnya kontur serta
arus listrik urin) dan retak dengan fungsi kulit, hilangnya
kemungkinan bagian lemak jari atau tangan atau
pula yang tampak, ekstremitas dapat terjadi
hemolisis terdapat edema
(destruksi sel
darah
merah),
kemungkinan

6
terdapat luka
masuk dan
keluar (pada
luka bakar
listrik)

2.4.1 Klasifikasi
1. Berdasarkan penyebabnya
Sebagaimana disampaikan sebelumnya luka bakar disampaikan oleh kontak
dengan sumber tremis, tidak hanya api. Untuk membedakan atau
menjelaskan nya, perlu diketahui klasifikasi luka bakar berdasarkan
penyebab, antara lain :
a. Luka bakar karena api dan atau benda panas lain nya ( pada
literatur disebut dengan istilah burn).
b. Luka bakar karena minyak panas
c. Luka bakar karena air panas (scald)
d. Luka bakar karena bahan kimia yang bersifat asam kuat atau basa
kuat (chemical burn)
e. Luka bakar karena listrik dan petir (electric burn atau electrocution
dan lighting)
f. Luka bakar karena radiasi
g. Luka bakar karena ledakan (perlu disebutkan penyebab ledakan :
misal, ledakan bom, ledakan tabung gas, dsb)
h. Trauma akibat suhu sangat rendah (frost bite)
2. Berdasarkan kedalaman kerusakan jaringan luka
a. Luka bakar derajat l
 kerap diberi simbol 1o
 kerusakan jaringan terbatas pada bagian permukaan
(superfisial) yaitu epidermis
 perlekatan epidermis dengan dermis (dermal-epidermal
junction) tetap terpelohara baik.

7
 Kulit kering, hiperemik memberikan eflerosensi berupa eritema
 Nyeri karena ujung ujung saraf sensorik teriritasi
 Penyembuhan (regenerasi epithel) terjadi secara spontan dalam
waktu 5-7 hari
 Contoh : luka bakar akibat sengatan mata hari
 Karena derajat kerusakan yang ditimbulkan tidak merupakan
masalah klinik yang berarti dalam kajian terpetik, luka bakar
derajat satu tidak dicantumkan dalam perhitungan luas luka
bakar
b. Luka bakar derajat ll (partian thickness burn)
 Kerap diberi simbol 2o
 Kerusakan meliputi seluruh ketebalan epidermis dan sebagian
superfisial dermis.
 Respon yang timbul berupa reaksi inflamasi akut disertai
proses eksudasi
 Nyeri karena ujung ujung saraf teriritasi
 Luka derajat ll ini dibedakan menjadi 2 yaitu derajat dua
dangkal dan derajat dua dalam :
a) Derajat dua dangkal (superficial partial thickness burn)
o Kerusakan mengenai epidermis dan sebagian
(sepertiga bagian superfisial) dermis.
o Dermal epidermal junction mengalami kerusakan
sehingga terjadi epidermolisis yang diikuti
terbentuk nya lepuh (bula,blister). Lepuh ini
merupakan karakteristik luka bakar derajat dua
dangkal. Bila epidermis terlepas (terkelupas) terlihat
dasar luka berwarna kemerahan-kadang pucat-
edematus-dan eksudatif
o Apendises kulit ( integumen, adneksa kulit) seperti
folikel rambut, kelenjar keringat dan kelenjar
sebasea utuh.

8
o Penyembuhan terjadi secara spontan umumnya
memerlukan waktu antara 10-14 hari hal ini
dimungkinkan membran basalis dan apendiseskulit
tetap utuh : diketahui keduanya merupakan sumber
proses epithelialisasi
b) Derajar ll dalam ( deep partial thickness burn)
- Kerusakan meliputi seluruh dermis, folikel rambut,
kelenjar sebasea, dan kelenjer keringat epidermis
tetap utuh (huether & McCnce,2008)
- Permukaan luka bakar tampak pucak seperti lilin
dan dapat lembab atau kering. lepuh yang besar dan
mudah robek mjngkin terjadi, atau lepuh dapat
dilihat seperti kertas tisu yang datar dan kering
- Pengisian kapiler menurun, dan ada sensasi
terhadap tekanan yang dalam
- Lika bakar ini sering kali memerlukan waktu 21 hari
untuk sembuh dan dapat berubah menjadi cedera
full thickness ketika nekrosis menambah kedalaman
luka.
- Kontraktur mungkin terjadi, demikian juga
pembentukan jaringan parut hipertrofik dan
gangguan fungsional
- Eksisi dan tandur mungkin diperlukan untuk
mengurangi jaringan parut dan kehilangan fungsi
3. Luka bakar derajat lll (full thickness burn)
 Kerap diberi simbol 3o
 Kerusakan meliputi seluruh ketebalan kulit (epidermis dan dermis)
serta lapisan yang lebih dalam
 Apendises kulit (adneksa, integumen) seperti folikel rambut,
kelenjar keringat, kelenjar sebasea mengalami kerusakan
 Kulit yang terbakar tampak berwarna pucat atau lebih putih karena
terbentuk eskar

9
 Secara teoritis tidak dijumpai rasa nyeri, bahkan hilang sensasi
karena ujung ujung serabut saraf sensorik mengalami kerusakan /
kematian.
 Penyembuhan terjadi lama. Proses epithealisasi spontan baik dari
tepi luka (membran basalis), maupun dari apendises kulit ( folikel
rambut, kelenjar keringat dan kelenjar sebasea yang memiliki
potensi epithelialisasi) tidak dimungkinkan terjadi karena struktur
jaringan tersebut mengalami kerusakan.

2.5.1 Patofisiologi
Luka bakar adalah cedera pada jaringan atau kulit yang disebabkan
oleh panas, listrik, bahan kimia, gesekan atau radiasi. Luka bakar yang
hanya mengenai kulit dangkal dikenal sebagai luka bakar superfisial atau
luka bakar tingkat pertama. Ketika kerusakan menembus ke beberapa
lapisan lebih jauh, maka disebut luka bakar dengan ketebalan parsial atau
luka bakar tingkat dua. Luka bakar dengan kerusakan ketebalan penuh atau
cedera meluas keseluruh lapisan kulit, maka disebut luka bakar derajat tiga.
Sedangkan luka bakar derajat empat melibatkan cedera pada jaringan yang
lebih dalam, seperti otot atau tulang.

Luka bakar yang dikarenakan suhu yang panas akan menyebabkan


kehilangan dan kerusakan protein sehingga menimbulkan kerusakan sel dan
jaringan kulit. Kerusakan sekunder kulit oleh panas dapat berupa gangguan
sensasi kulit penurunan kemampuan untuk mencegah kehilangan air melalui
penguapan dan mengendalikan suhu tubuh, gangguan membran sel yang
menyebabkan sel kehilangan elektrolit seperti kalium, natrium, dan ion
lainnya.

Pada luka bakar yang luas akan timbul respon inflamasi yang
signifikan dan menyebabkan peningkatan kebocoran cairan dari kapiler,
sehingga jaringan akan mengalami edema pada tahap berikut nya. Lambat
laun, kebocoran cairan ini dapat menyebabkan kehilangan volume darah
dan kehilangan plasma yang signifikan, membuat darah lebih pekat dan
memperburuk aliran darah keorgan seperti ginjal dan saluran pencernaan.

10
Jika tidak dapat menfdapatkan pertolongan segera, maka dapat
menyebabkan gagal ginjal.

Kebanyakan luka bakar superfisial akan sembuh tanpa masalah.


Liuka bakar sederhana dapat dikelola dalam perawatan primer namun luka
bakar yang kompleks harus ditangani secara komprehensif dan memerlukan
tenaga spesialis melalui pendekatan multidisiplin yang terampil demi hasil
klinis yang memuaskan.

2.6.1 Pathway
Terlampir

2.7.1 Komplikasi
1) Gagal jantung kongesti dan edema pulmonal
2) Sindrom kompartemen
Sindrom kompartemen merupakan proses terjadinya pemulihan
integritas kapiler, syok luka bakar akan menghilang dan cairan mengalir
kembali ke dalam kompartemen vaskuler, volume darah akan
meningkat. Karena edema akan bertambah berat pada luka bakar yang
melingkar. Tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan saraf pada
ekstremitas distal menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga terjadi
iskemia.
3) Adult respiratory distress syndrome
Akibat kegagalan respirasi terjadi jika derajat gangguan ventilasi dan
pertukaran gas sudah mengancam jiwa pasien.
4) Oleus paralitik dan ulkus curling
Berkurangnya peristalic usus dan bising usus merupakan tanda tanda
ileus paralitik akibat luka bakar. Distensi lambung dan nausea fisiologik
yang massif (hipersekresi asam lambung) dapat ditandai oleh darah
okulta dalam feses, regurgitasi muntahan atau vomitus yang berdarah,
ini merupakan tanda tanda ulkus curling.
5) Syok sirkulasi terjadi akibat kelebihan muatan cairan atau bahkan
hipovolemik yang terjadi sekunder akibat resusitasi cairan yang
adekuat. Tandanya biasanya pasien menunjukan mental berubah,

11
perubahan status respirasi, penurunan haluaran urine, perubahan pada
tekanan darah, curah jantung, tekanan vena sentral dan peningkatan
frekuensi denyut nadi.
6) Gagal ginjal akut
Haluaran urine yang tidak memadai dapat menunjukan resusitasi cairan
yang tidak adekuat khususnya hemoglobin atau miglobin terdeteksi
dalam urine.

2.8.1 Pemeriksaan penunjang


1) Hitung darah lengkap : Hb (hemoglobin) turun menunjukan adanya
pengeluaran darah yang banayak sedangkan peningkatan lebih dari 15%
mengindikasi adanya cedera, pada Ht (hematokrit) yang meningkat
menunjukan adanya kehilangan cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi
sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan oleh panas terhadap
pembuluh darah.
2) Leukosit : leukosit dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atau
inflamasi.
3) GDA (gas darah arteri) : untuk mengetahui adanya kecurigaan cedera
inhalasi. Penurunan terhadap oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan
karbondioksida (PaCO2) mungkin terlihat pada retensi karbon
monoksida.
4) Elektrolit serum : kalium dapat meningkat pada awal sehubungan
dengan cedera jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal
mungkin menurun karena kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi
saat konservasi ginjal dan hipokalemi dapat terjadi bila mulai diuresis
5) Natrium urin : lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasi kelebihan cairan
kurang dari 10 mEq/AL menduga ketidak adekuatan cairan.
6) Alkali fosfat : peningkatan alkali fosfat sehubungan dengan perpindahan
cairan interstisial atau gangguan pompa, natrium.
7) Glukosa serum : peningkatan glukosa serum menunjukan respon stress
8) Albumin serum : untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada
edema cairan.

12
9) BUN atau kreatinin : peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau
fungsi ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.
10) Loop aloran volume : memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek
atau luasnya cedera.
11) EKG : untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau
distritmia
12) Fotografi luka bakar : memberikan catatan untuk penyembuhan luka
bakar.

2.9.1 Penatalaksanaan
Pasien luka bakar (combustio) harus dievaluasi secara sistematik.
Prioritas utama adalah mempertahankan jalan nafas tetap paten, ventilasi
yang efektif dan mendukung sirkulasi sistemik. Intubasi endotrakea
dilakukan pada pasien yang menderita luka bakar berat atau kecurigaan
adanya jejas inhalasi atau luka bakar dijalan nafas atas. Intubasi dapat
tidak dilakukan bila telah terjadi edema luka bakar atau pemberian cairan
resusitasi yang terlampau banyak. Pada pasien luka bakar, intubasi
orotrakea dan nasotrakea lebih dipilih daripada trakeostomi.

Pasien dengan luka bakar saja biasanya hipertensi, adanya


hipotensi awal yang tidak dapat dijelaskan atau adanya tanda tanda
hipovolemia sistemik pada pasien luka bakar. Menimbulkan kecurigaan
adanya jejas “tersembunyi”. Oleh karena itu, setelah mempertahan kan
ABC, prioritas berikutnya adalah mendiagnosis dan menata laksana jejas
lain (trauma tumpul atau tajam) yang mengancam nyawa. Riwayat
terjadinya luka bermanfaat untuk mencari trauma terkait dan
kemungkinan adanya jejas inhalasi. Informasi riwayat penyakit dahulu,
penggunaan obat, dan alergi juga penting dalam evaluasi awal.

Pakaian pasien dibuka semua, semua permukaan tubuh dinilai,


pemeriksaan radiologik pada tulang belakang servikal, pelvis, dan torak
membantu mengevaluasi adanya kemungkinan trauma tumpul.

13
Setelah mengeksklusi jelas signifikan lainnya, luka bakar
dievaluasi. Terlepas dari luas area jejas, dua hal yang harus dilakukan
sebelum dilakukan trasnfer pasien adalah mempertahankan ventilasi
adekuat, dan jika diindikasikan, melepas dari eskar yang mengkonstriksi.

2.2 Konsep gangguan mobilitas fisik


2.2.1 Pengertian
Gangguan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam gerakan fisik
dari satu atau lebih ekstremitas secara mandiri

2.2.2 Penyebab
Kerusakan integritas struktur tulang, Perubahan
metabolisme, Ketidakbugaran fisik, Penurunan kendali otot,
Penurunan massa otot, Penurunan kekuatan otot, Keterlambatan
perkembangan, Kekakuan sendi, Kontraktur, Malnutrisi,
Gangguan muskuloskeletal, Gangguan neuromuskular, Indeks
masa tubuh diatas persentil ke-75 sesuai usia, Efek agen
farmakologis, Program pembatasan gerak, Nyeri, Kurang terpapar
informasi tentang aktivitas fisik, Kecemasan, Gangguan kognitif,
Keengganan melakukan pergerakan, Gangguan sensori persepsi

2.2.3 Kondisi klinis terkait


Stroke, Cedera medula spinalis, Trauma, Fraktur, Osteoarthritis ,
Osteomalasia, keganasan

2.3 konsep mobilisasi dini


2.3.1 Definisi mobilisasi dini
Mobilisasi dini adalah kebutuhan dasar manusia yang diperlukan
oleh individu untuk melakukan aktivitas sehari-hari berupa pergerakan
sendi, sikap dan gaya berjalan guna untuk memenuhi kebutuhan aktivitas
dan mempertahankan kesehatannya (potter & peery,2010).

Mobilisasi dini adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh tenaga


kesehatan untuk membantu pasien pindah dari tempat tidurnya dan
membimbingnya sedini mungkin untuk berjalan (Dewi,2010) .

14
2.3.2 Tujuan mobilisasi dini
Tujuan mobilisasi dini adalah menurunkan kejadian komplikasi
thrombosis vena,emboli paru,pneumonia dan retensi urin serta
meningkatkan kepuasan pasien dan mengurangi long of stay (LOS) lama
hari rawat pasien (Samuel,2011).

Tujuan mobilisasi dini adalah mempertahankan fungsi


tubuh,memperlancar peredaran darah, membantu pernafasan menjadi
lebih baik, mempertahankan tonus otot, memperlancar eliminasi buang
air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK), mengembalikan aktivitas
tertentu sehingga pasien dapat kembali normal memenuhi kebutuhan
gerak harian dan memberi kesempatan perawat dan pasien untuk
berinteraksi dan berkomunikasi (Garrison, 2014)

2.4 Konsep asuhan keperawatan


2.4.1 Pengkajian
1. Biodata
Terdiri atas nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat,
tanggal masuk rumah sakit, informan apabila dalam melakukan pengkajian
kita perlu informasi selain dari klien. Umur seseorang tidak hanya
mempengaruhi hebatnya luka bakar akan terapi anak dibawah umur 2 tahun
dan dewasa diatas 80 tahun memiliki penilaian tinggi terhadap jumlah
kematian ( lukman F dan sorensen K.C). data pekerjaan perlu karena jenis
pekerjaan memiliki resiko tinggi terhadap luka bakar, agama, dan
pendidikan menentukan intervensi yang tepat dalam pendidikan.
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan oleh klien luka bakar adalah nyeri, sesak
nafas. Nyeri dapat disebabkan karena iritasi terhadap saraf. Dalam
melakukan pengkajian nyeri harus diperhatikan paliatif, severe, time quality
(P,Q,R,S,T). Sesak nafas yang timbul beberapa jam perhari setelah klien
mengalami luka bakar dan disebabkan karena pelebaran pembuluh darah
sehingga timbul penyumbatan saluran nafas bagian atas, bila edema paru
berakibat sampai pada penurunan ekspansi paru.

15
3. Riwayat penyakit sekarang
Gambaran keadaan klien mulai terjadinya luka bakar, penyebab lama nya
kontak, pertolongan pertama yang dilakukan serta keluhan klien selama
menjalan perawatan ketika dilakukan pengkajian. Apabila dirawat meliputi
beberapa fase : fase emergency (48 jam pertama terjadi perubahan pola
bak), fase akut (48 jam pertama beberapa hari atau bulan), fase rehabilitatif
(menjelang klien pulang)
4. Riwayat penyakit masalalu
Merupakan riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh klien
sebelum mengalami luka bakar. Resiko kematian akan meningkat jika klien
mempunyai riwayat penyakit kardiovaskuler, paru, diabtes, neurologis, atau
penyalah gunaan obat dan alkohol
5. Riwayat penyakit keluarga
Merupakan gambaran keadaan kesehatan keluarga dan penyakit yang
berhubungan dengan kesehatan klien, meliputi : jumlah anggota keluarga,
kebiasaan keluarga mencari pertolongan, tanggapan keluarga mengenai
masalah kesehatan, serta kemungkinan penyakit turunan.
6. Pola ADL
Meliputi kebiasaan klien sehari hari dirumah dan di rumah sakit dan apabila
terjadi perubahan pola menimbulkan masalah bagi klien. Pada pemenuhan
kebutuhan nutrisi kemungkinan didapatkan anoreksia, mual dan muntah.
Pada pemeliharaan kebersihan badan mengalami penurunan karena klien
tidak dapat melakukan sendiri. Pola pemenuhan istirahat tidur juga
mengalami gangguan. Hal ini disebabkan karena adanya nyeri.
7. Riwayat psiko sosial
Pada klien dengan luka bakar sering muncul masalah konsep diri body
image yang disebabkan karena fungsi kulit sebagai kosmetik mengalami
gangguan perubahan. Selain itu juga luka bakar membutuhkan perawatan
yang lama sehingga mengganggu klien dalam melakukan aktifitas. Hal ini
menumbuhkan stress, rasa cemas dan takut.
8. Aktifitas atau istirahat :

16
Tanda : penurunan kekuatan, tahanan : keterbatasan rentang gerak pada area
yang sakit, gangguan massa otot, perubahan tonus
9. Sirkulasi
Tanda ( dengan cedera luka bkar lebih dari 20% APTT ): hipotensi (syok)
:penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera : vasokontriksi
perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik):
takikardia (syok/ansietas/nyeri): distritmia ( syok listrik) : pembentukan
oedema jaringan (semua luka bakar)
10. Integritas ego
Gejala : masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri,
marah.
11. Eliminasi :
Tanda : haluaran urine menurun atau tak ada selama fase darurat , warna
mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasi kerusakan
otot dalam, diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke
dalam sirkulasi), penurunan bising usus atau tidak ada, khususnya pada luka
bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stress penurunan motilitas atau
peristaltik gastrik.
12. Makanan atau cairan
Tanda : oedema jaringan umum, anoreksia, mual muntah
13. Neurosensori
Gejala : area batas kesemutan
Tanda : perubahan orientasi, afek, perilaku, penurunan refleks tendon dalam
(RTD) pada cedera ekstremitas, aktifitas kejang (syok listrik), laserasi
korneal, kerusakan retinal, penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik),
ruptur membran timpanik (syok listrik), paralisis (cedera listrik pada aliran
saraf).
14. Nyeri atau keamanan
Gejala : berbagai nyeri, contoh nyeri luka bakar derajat pertama secara
eksteren sensitif untuk disentuh, ditekan : gerakan udara dan perubahan
suhu, luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri, sementara

17
respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan
ujung saraf, luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
15. Pernafasan
Gejala : terkurung dalam ruang tertutup, terpajan lama (kemungkinan
cedera inhalasi). Tanda : serak, batuk mengi, partikel karbon dalam sputum,
ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis, indikasi cedera
inhalasi.
Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar
dada, jalan nafas atau stridor atau mengii (obstruksi sehubungan dengan
laringospasme, oedema laringeal), bunyi nafas : gemericik (oedema paru),
stridor (oedema laringeal), sekret jalan nafas (ronkhi).
16. Keamanan
Tanda :
 Kulit umum : destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5
hari sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka.
Area kulit tak terbakar mungkin dingin atau lembab, pucat, dengan
pengisian kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan
dengan kehilangan cairan atau status syok.
 Cedera api : terdapat area cedera campuran dalam sehubungan dengan
variase intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung
gosong, mukosa hidung dan mulut kering, merah, lepuh pada faring
posterior, oedema lingkar mulut dan atau lingkar nasal.
 Cedera kimia : tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab. Kulit mungkin
coklat kekuningan dengan tekstur seperti kulit samak halus, lepuh, ulkus,
nekrosis atau jaringan parut tebal. Cedera secara umum lebih dalam dari
tampak nya secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai
72 jam setelah cedera.
 Cedera listrik : cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit dibawah
nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk atau
keluar (eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh
tertutup dan luka bakar termal sehubungan dengan pakaian terbakar.

18
Adanya fraktur atau dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi
otot tetanik sehubungan dengan syok listrik)
17. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Umumnya penderita datang dengan keadaan kotor mengeluh panas sakit
dan gelisan sampai menimbulkan penurunan tingkat kesadaran bila luka
bakar mencapai derajat cukup berat
b. Tanda tanda vital
Tekanan darah menurun, nadi cepat, suhu dingin, pernafasan lemah
sehingga tanda tidak adekuat nya pengembalian darah pada 48 jam pertama
c. Pemeriksaan kepala dan leher
 Kepala dan rambut
Catat bentuk kepala, penyebaran rambtu, perubahan warna rambut setelah
terkena luka bakar, adanya lesi akibat luka bakar, grade dan luas luka bakar
 Mata
Catat dan kesimetrian dan kelengkapan, edema, kelopak mata, lesi adanya
benda asing yang menyebabkan gangguan penglihatan serta bulu mata yang
rontok kena air panas, bahan kimia akibat luka bakar.
 Hidung
Catat adanya perdarahan, mukosa kering, sekret, sumbatan dan bulu hidung
yang rontok
 Mulut
 Sianosis karena kurang nya suplai darah ke otak, bibir kering karena intake
cairan kurang
 Telinga
Catat bentuk telinga, gangguan pendengaran karena benda asing,
perdarahan dan serumen
 Leher
Catat posisi trakea, denyut nadi karotis mengalami peningkatan sebagai
Kompensasi untuk mengatasi kekurangan cairan
d. Pemeriksaaan thorak atau dada

19
Onspeksi bentuk thorak, irama pernafasan ireguler, ekspansi dada tidak
maksimal, vokal fremitus kurang bergetar karena cairan yang masuk ke
paru, auskultasi suara ucapan egoponi, suara nafas tambahan ronkhi
e. Abdomen
Inspeksi bentuk perut membuncit karena kembung, palpasi adanya nyeri
pada area epigastrium yang mengidentifikasi adanya gastritis.
f. Urogenital
Kaji kebersihan karena jika ada darah kotor atau terdapat lesi merupakan
tempat pertumbuhan kuman yang paling nyaman, sehingga potensi sebagai
sumber infeksi dan indikasi untuk pemasangan kateter.
g. Muskuloskeletal
Catat adanya atropi, amati kesimetrisan otot, bila terdapat luka baru pada
muskuloskeletal, kekuatan otot menurun karena nyeri
h. Pemeriksaan neurologi
Tingkat kesadaran secara kuantifikasi dinilai dengan GCS nilai bisa
menurun bila suplai darah ke otak kurang (syok hipovolemik) dan nyeri
yang hebat (syok neurologik)
i. Pemeriksaan kulit
Merupakan pemeriksaan pada darah yang mengalami luka bakar (luas dan
kedalaman luka). Prinsip pengukuran presentase luas luka bakar menurut
kaidah 9 ( Rule Of Nine lund and browder) sebagai berikut :

Bagian tubuh 1 tahun 2 tahun Dewasa

Kepala leher 18% 14% 9%

Ekstremitas atas (kanan dan kiri) 18% 18% 18%

Badan depan 18% 18% 18%

Badan belakang 18% 18% 18%

Ekstremitas bawah (kanan dan kiri) 27% 31% 30%

20
Genetalia 1% 1% 1%

Pengkajian kedalaman luka bakar dibagi menjadi 3 derajat (grade). Grade tersebut
ditentukan berdasarkan pada keadaan luka, rasa nyeri yang dirasakan dan lama nya
kesembuhan luka

2.4.2 Diagnosa keperawatan


Diagnosa keperawatan dibuat setelah dilakukan pengkajian. Beberapa
diagnosis dapat ditetapkan untuk semua pasien, tetapi diagnosis tertentu
ditetapkan sesuai hasil pengkajian yang ditemukan (bervariasi sesuai
dengan kondisi pasien) (Dona L Wong. 2010) dibawah ini diagnosa
dengan gangguan mobilitas fisik yaitu :
a. Gangguan mobilitas fisik berbuhungan dengan gangguan
neuromuskuler, nyeri atau tidak nyaman dan penurunan
kekuatan
2.4.3 Intervensi keperawatan

Merupakan suatu proses informasi, menerima mengirim dan


evaluasi terencana yang dilaksanakan oleh perawat pada pasien masalah
kerusakan integritas kulit. penyusunan berbagai intervensi yang
dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan, atau mengurangi masalah-
masalah klien. Perencanaan ini merupakan langkah ketiga dalam
membuat suatu proses keperawatan

a. Gangguan mobilitas fisik berbuhungan dengan gangguan


neuromuskuler, nyeri atau tidak nyaman dan penurunan
kekuatan

NOC NIC

Setelah dilakukan tindakan 1) Lakukan latihan ROM aktif dan


keperawatan selama 3 x 24 jam pasif pada semua sendi setiap 2
jam. Ambulasi jika stabil

21
diharapkan gangguan mobilitas fisik 2) Gunakan bidai sesuai program,
dapat teratasi dengan kriteria hasil : pertahankan posisi anti
deformitas, dan ubah posisi
1. Pasien menunjukkan pencapaian
pasien setiap jam
mobilitas fisik yang optimal
3) Pertahankan ekstremitas pada
kesejajaran fungsional
4) Antisipasi kebutuhan untuk
analgesia

2.4.4 Implementasi

Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh


perawat klien. Hal ini yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi
adalah intervensi dilaksanakan sesuai rencana. Implementasi merupakan kegiatan
atau tindakan yang diberikan kepada pasien. Pada tahap ini perawat menerapkan
pengetahuan dan keterampilan berdasarkan ilmu keperawatan dan ilmu lain yang
terkait secara terintegrasi, beberapa faktor dapat mempengaruhi pelaksanaan
perencanaan keperawatan, diantaranya sumber-sumber yang ada, pengorganisasian
pekerjaan perawat serta lingkungan fisik untuk pelayanan keperawatan dilakukan.

Setelah semua rencana tindakan keperawatan disusun, maka langkah


selanjutnya melaksanakan dalam tindakan yang nyata yang bertujuan untuk
mengatasi masalah klien. Melaksanakan secara langsung, bekerja sama dengan
profesi lain, tenaga keperawatan lain nya untuk kelanjutan keperawatan secara
berkesinambungan (Dona L Wong. 2010)

2.4.5 Evaluasi
Fase akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap
keperawatan yang diberikan. Hal-hal yang dievaluasi adalah keakuratan,
kelengkapan, dan kualoitas data atau proses keperawatan menyangkut
pengumpulan data objektif dan subjektif yang akan menunjukan tujuan
pelayanan keperawatan teratasi atau tidak nya pasien masalah apa yang

22
akan dipecahkan dan yang perlu dikaji, direncanakan, dilaksanakan dan
dinilai kembali serta pencapaian tujuan dan ketepatan intervensi
keperawatan ( Dona L Wong. 2010)
2.4.6 kerangka konseptual
Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi tentang
hubungan atau kaitan antara konsep - konsep atau variabel variabel yang
akan diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan.
(Notoatmodjo, 2012)

23
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun
sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap
pertanyaan penelitian Rancangan atau desain penelitian adalah suatu yang
sangat penting dalam penelitian, yang memungkinkan pemaksimalan
kontrol beberapa yang bisa mempengaruhi akurasi atau suatu hasil
pemilihan dan penepatan rancangan yang dipakai untuk penelitian perlu
dilakukan setelah perumusan hipotesis penelitian. Hal ini penting karena
rancangan penelitian pada dasar nya merupakan staregi untuk mendapatkan
data yang dibutuhkan untuk keperluan pengujian hipotesis atau untuk
menjawab pertanyaan penelitia dan sebagai alat untuk mengontrol atau
mengendalikan berbagai variable yang berpengaruh dalam penelitian
(setiadi, 2013).
Dalam karya tulis ilmiah ini menggunakan desain penelitian yang
menggunakan metode deskriptif melalui pendekatan studi kasus.
Study kasus dilaksanakan dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui
suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal. Unit tunggal ini dapat berarti satu
orang, kelompok penduduk masyarakat disuatu daerah (setiadu,2013)

3.2 Populasi dan Sample Penelitian


3.2.1 Populasi
Populasi merupakan wilayah generalis yang terdiri atas objek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan nya. Populasi adalah
keseluruhan subyek penelitian yang akan diteliti. (setiadi,2013)

24
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian atau wilayah
generalis yang terdiri subyek maupun obyek yang mempunyai kuantitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan
ditarik kesimpulan. Populasi bukan hanya satu orang, tetapi semua benda
yang memiliki sifat atau ciri yang bisa diteliti. Dengan kata lain.

pupolasi adalah semua elemen yang memenuhi kriteria tertentu


(martinus,2018).

3.2.2 Sample
Sample adalah sebagian dari populasi yang nilai karakteristik nya kita ukir
yang nanti nya kita pakai untuk menduga karakteristik dari populasi (setiadi,
2013).

Sample adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Sederhana nya, sample adalah bagian dari populasi yang
dipilih untuk studi tertentu dan anggota sample disebut subjek
(martinus,2018) jumlah sample yang diambil adalah 2 orang.

Sample yang akan diambil oleh peneliti ini sesuai dengan kriteria inklusi
yaitu :

1. Pasien yang mengalami combustio

2. Pasien yang bersedia untuk menjadi responden

3. Pasien yang kooperatif

3.3 waktu dan tempat penelitian


penelitian dilakukan dirumah sakit umum kabupaten tangerang yang
beralamat di jl. Jend. Ahmad yani no.9 suka asih kec. Tangerang. Kota
tangerang. Banten. 15111. Proses pengambilan data berlangsung disalah
satu ruangan rawat inap rumah sakit umum kabupaten tangerang. Waktu
penelitian dilakukan 5 hari,mulai hari senin tanggal 7 oktober 2019 sampai
hari jumat 12 oktober 2019. Proses pengambilan data dimulai pada pukul
07.00 sampai 14.00 WIB.

25
3.4 Etika penelitian
Penelitian ini telah memperhatikan penggunaan etika penelitian. Peneliti
mendapatkan izin dari kepala perawat dirumah sakit umum kabupaten
tangerang. Setelah mendapat persetujuan peneliti melakukan penelitian
dengan etika penelitian yaitu :

1. Menjaga privasi klien

2. Persetujuan dari pihak rumah sakit untuk dapat melakukan penelitian

a. Informed concent
Peneliti melakukan informed consent kepada partisipan, awal
pertemuan peneliti menjelaskan tujuan, manfaat dan kerugian penelitian
kepada responden. Penelitian menjelaskan tujuan penelitian yaitu
melakukan pengkajian pada pasien dengan masalah combustio,
merumuskan diagnosa, menyusun rencana tindakan yang dilakukan untuk
mengatasi masalah combustio, Mengimplementasikan apa saja yang
dilakukan untuk mobilisasi dini combustio, mengevaluasi hasil dari
tindakan yang sudah dikerjakan.
Peneliti melaksanakan tata cara penelitiannya yaitu responden akan
di lakukan pengambilan data (identitas dan riwayat penyakit) agar dapat
ditemukan tanda dan gejala combustio pada pasien dan peneliti
merencanakan tindakan mobilisasi dini dan peneliti akan fokus memberikan
asuhan untuk kepada responden. Peneliti juga berkewajiban untuk
memperhatikan hak-hak responden, seperti: diskusi mengenai penelitian
dan hak untuk memilih untuk berpartisipasi atau tidak dalam penelitian.
Responden mengerti tujuan, manfaat dan kerugian dan bersedia
untuk berpartisipasi dalam penelitian. Responden diberikan lembar
persetujuan dan kewajiban untuk menandatangani lembar persetujuan
sebagai tanda bahwa responden bersedia berpartisipasi dalam penelitian.
b. Anonimity (Tanpa Nama)

Penelitian mendapatkan persetujuan dari partisipan dan tanda tangan


pada lembar persetujuan. Kemudian peneliti menjelaskan tentang etik
anonimity yaitu peneliti akan menjamin kerahasiaan identitas responden

26
dengan tidak mencantumkan nama asli tetapi dengan menggunakan nama
inisial saja seperti An. A

c. Confidentiality (Kerahasiaan)

Peneliti menjelaskan tentang etik confidentiality. Etik ini yaitu


peneliti menjamin kerahasiaan responden dengan tidak mempublikasikan
nama asli di penyajian data tapi cukup dengan nama inisial saja. Informasi
yang diperoleh dari responden tidak akan di publikasikan lengkap kecuali
untuk kepentingan hukum

d. Beneficience (Berbuat Baik)

Pada dasarnya adalah di atas segalanya tidak boleh membahayakan


prinsip ini mengandung 4 dimensi:

1. Bebas dari bahaya


Yaitu peneliti harus berusaha melindungi subjek yang diteliti,
terhindar dari bahaya atau ketidaknyamanan fisik atau mental.
2. Bebas dari ekspoitasi
3. Keterlibatan peserta dalam penelitian tidak seharusnya merugikan
mereka atau memaparkan mereka pada situasi yang mereka tidak
disiapkan.
4. Manfaat dari penelitian
5. Rasio antara risiko dan manfaat
Peneliti dan penilai (reviewer) harus menelaah keseimbangan anatara
manfaat dan risiko dalam penelitian
e. Mendapat Keadilan

Prinsip ini mengandung hakk subjek untuk mendapatkan


perlakukan yang adil dan hak mereka untuk mendapatkan keleluasaan
pribadi. Hak mendapatkan perlakuan yang adil berarti subjek
mempunyai hak yang sama, sebelum, selama, dan setelah partisipan
mereka dalam penelitian. Perlakuan yang adil mencakup aspek-aspek
sebagai berikut:

27
1. Seleksi subjek yang adil dan tidak diskriminatif
2. Perlakuan yang tidak menghukum bagi mereka yang menolak
atau mengundurkan diri dari kesertaannya dalam penelitian,
walaupun dia pernah menyetujui untuk berpartisipasi.
3. Penghargaan terhadap semua persetujuan yang telah dibuat
antara peneliti atau subjek, termasuk prosedur dan pembayaran
atau tunjangan yang telah dijanjikan.
4. Subjek dapat mengakses penelitian setiap saat diperlukan untuk
mengklarifikasi informasi.
5. Subjek dapat mengakses bantuan profesional yang sesuai
apabila terjadi gangguan fisik atau psikologis.
6. Mendapatkan penjelaskan, jika diperlukan yang tidak diberikan
sebelum penelitian dilakukan atau mengklarifikasi isu yang
timbul selama penelitian

3.5 Pengumpulan data


Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data
primer adalah data yang diperoleh dari responden, sedangkan data sekunder
adalah data yang diperoleh dari ruangan perawatan anak di Rumah Ssakit
Umum Kabupaten Tangerang. Adapun proses data primer yang dilakukan
peneliti yaitu dengan meminta kesediaan responden untuk ikut dalam
melakukan pengkajian yang dilakukan oleh peneliti. Sebelumnya peneliti
memberikan penjelasan bagaimana melakukan pengkajian terhadap
responden dan wali respondennya (keluarga). Bila dala hal-hal yang tidak
jelas, responden dapat bertanya kepada peneliti.

Metode pengumpulan data dilakukan dengan 2 cara pengumpulan data yaitu


diantaranya:

1. Data Primer
Data primer dilakukan untuk mendapatkan hasil pengkajian dalam
pemberian asuhan keperawatan pada pasien combustio dengan masalah
keperawatan gangguan mobilitas fisik dan fokus intervensi mobilisasi
dini, sedangkan untuk mengetahui data dalam mengkaji lainnya dapat

28
dilakukan dengan wawancara atau dengan melihat catatan
perkembangan.
2. Data sekunder
Data sekunder yang dikumpulkan meliputi catatan pasien yang terdaftar
di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang.

29

Anda mungkin juga menyukai