Disusun oleh :
Nim : 17.012
TANGERANG
2020
PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH
PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan Guna Melengkapi Sebagai Syarat dalam Mencapai Gelar Ahli Madya
Keperawatan(A.Md.Kep)
Disusun oleh :
Nim : 17.012
TANGERANG
2020
i
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI
KTI ini merupakan karya sendiri dan belum pernah dikumpulkan oleh orang lain
untuk memperoleh gelar akademik
Nim : 17.012
Nomor Hp : 081617165585
DIOL PUTRI
ii
PERNYATAAN ORISINILITAS
KTI ini saya buat sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan benar.
Nim : 17.012
Nomor Hp : 081617165585
DIOL PUTRI
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Karya tulis ilmiah ini telah dipertahankan pada uji siding KTI tanggal 8 oktober
2019
Pembimbing I Pembimbing II
Mengesahkan
iv
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penelitian saya yang berjudul
“asuhan keperawatan pada pasien combustio dengan masalah keperawatan
gangguan mobilitas fisik dan fokus intervensi mobilisasi dini”.
Demikian pernyataan ini dibuat dalam keadaan sadar dan tanpa unsur paksaan
siapapun.
Dibuat di Tangerang
v
LEMBAR PERSETUJUAN
Oleh :
DIOL PUTRI
17.012
Dibawah bimbingan
Pembimbing I PembimbingII
vi
KATA PENGANTAR
vii
9. Kepada seluruh keluarga besar akademi keperawatan islamic village dan
khususnya teman-teman seperjuangan angkatan ke-25 yang telah membantu
dan memotivasi dalam menggapai cita-cita
penyusun
viii
DAFTAR ISI
Contents
COVER LUAR
2.1.1 Definisi.............................................................................................. 4
ix
2.5.1 Patofisiologi.................................................................................... 10
2.9.1 Penatalaksanaan............................................................................ 13
x
xi
BAB I
PENDAHULUAN
"Fakta ini diperkuat dari data riset epidemiologi sejumIah dokter di Rumah
Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta pada tahun 2013-2015 dimana
sebanyak 108 pasien (82,3 persen) luka bakar adalah kelompok anak-anak
(pediatric group) yang berusia 1-4 tahun," jelas Senior GM Marketing Women's
Health and Active Day Care Combiphar. Berangkat dari kondisi tersebut
Combiphar melalui produk Mebo yang teIah dipercaya oIeh dokter di Indonesia
sejak 2006 untuk penanganan luka bakar mempunyai misi untuk mengedukasi
masyarakat khususnya para ibu, guna meningkatkan kesadaran dan
pengetahuan mereka mengenai pertolongan pertama luka bakar di rumah.
” Lebih dari itu, kami ingin mendorong keluarga Indonesia untuk seIaIu
sedia produk obat luka bakar satu diantaranya adalah Mebo sebagai P3K di
rumah," Mebo telah menjadi pilihan utama dokter untuk penanganan luka bakar
di Rumah Sakit. Luka bakar dapat terjadi kapan saja, dimana saja, dan kepada
siapa saja.
"Bukan hanya akibat api, luka bakar juga sering ditimbulkan dari minyak
panas, air panas, maupun benda panas Iain yang berbahaya,"
Di Indonesia angka kejadian luka bakar cukup tinggi, lebih dari 250 jiwa
pertahun meninggal akibat luka bakar. Dikarenakan jumlah anak – anak cukup
1
tinggi di Indonesia serta ketidakberdayaan anak – anak untuk menghindari
terjadinya kebakaran, maka usia anak – anak menyumbang angka kematian
tertinggi akibat luka bakar di Indonesia. Di Indonesia angka kematian akibat
luka bakar masih tinggi sekitar 40%, terutama diakibatkan oleh luka bakar berat.
Menurut studi analisis deksriptif oleh Nungki Ratna Martina dan Aditya
Wardhana di Unit Luka Bakar RSCM dari Januari 2011- Desember 2012,
terdapat 275 pasien luka bakar dan 203 diantaranya adalah dewasa. Dari studi
tersebut jumlah kematian akibat luka bakar pada pasien dewasa yaitu 76 pasien
(27,6%). Diantara pasien yang meninggal, 78% disebabkan oleh api, luka bakar
listrik (14%), air panas (4%), kimia (3%) dan metal (1%).
Anak berisiko tinggi mengalami luka bakar, sebagian luka bakar terjadi
dirumah misalnya pada waktu memasak, memanaskan air atau menggunakan
alat listrik yang paling sering menyebabkan kejadian ini. Kecelakaan industri
juga dapat menyebabkan luka bakar. Anak yang sering bermain, harus
diperhatikan untuk mencegah kecelakaan seperti kebakaran. Luka bakar pada
anak sering disebabkan karena anak bermain korek api atau berdiri terlalu dekat
dengan api terbuka.
2
Penulis mampu melakukan implementasi keperawatan pada
pasien dengan combustio
Penulis mampu melakukan evaluasi pada pasien dengan
combustio
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2.1 Etiologi
A. Luka bakar termal
Luka bakar termal terjadi akibat pajanan terhadap panas kering ( nyala
api) atau panas lembab (uap air dan cairan panas). Luka bakar ini
merupakan cedera luka bakar yang paling umum dan paling sering
terjadi pada anak anak dan lansia. Pajanan langsung terhadap sumber
panas menyebabkan destruksi sel yang dapat menyebabkan hangusnyab
vaskular, tulang, otot, dan jaringan saraf.
B. Luka bakar kimia
Luka bakar kimia disebabkan oleh kontak kulit langsung dengan asam,
agens alkali (basa) atau senyawa organik. Bahan kimia merusak protein
jaringan sehingga menyebabkan nekrosis. Luka bakar yang disebabkan
oleh alkali (seperti cairan alkali) lebih sulit dinetralkan dibandingkan
luka bakar yang disebabkan oleh asam.
4
C. Luka bakar listrik
Luka bakar ini disebabkan oleh Arus bolak balik (alternating current
AC) seperti yang ditemukan dirumah tangga biasa, menghasilkan
gelombang listrik yang berulang yang menyebabkan kontraksi otot
tetanik. Kontraksi otot yang terus menerus tersebut menghambat upaya
pernafasan selama durasi kontak dan menyebabkan henti nafas kontraksi
juga menyebabkan individu mematikan sumber daya listrik (seperti
kabel listrik) sehingga meningkatkan durasi kontak dengan sumber.
5
2.3.1 Manifestasi klinis
Kedalaman dan Bagian kulit yang Gejala Penampilan luka Perjalana kesembuhan
penyebab luka bakar terkena
Derajat dua (partial- Epidermis dan Nyeri, Melepuh, dasar Kesembuhan dalam
thickness) : tersiram air bagian dermis hiperestesia, luka berbintik waktu 2-3 minggu,
mendidih, terbakar oleh sensitif bintik merah, pembentukan parut dan
nyala api terhadap epidermis retak, depigmentasi, infeksi
udara yang permukaan luka dapat mengubahnya
dingin basah, terdapat menjadi derajat tiga
edema
Derajat tiga (full- Epidermis, Tidak terasa Kering, luka Pembentukan eskar,
thickness) : terbakar keseluruhan dermis nyeri, syok bakar berwarna diperlukan
nyala api, terkena cairan dan kadang kadang hematuria putih seperto pencangkokan,
mendidih dalam waktu jaringan subkutan (adanya bahan kulit atau pembentukan parut dan
yang lama, tersengat darah dalam gosong, kulit hilangnya kontur serta
arus listrik urin) dan retak dengan fungsi kulit, hilangnya
kemungkinan bagian lemak jari atau tangan atau
pula yang tampak, ekstremitas dapat terjadi
hemolisis terdapat edema
(destruksi sel
darah
merah),
kemungkinan
6
terdapat luka
masuk dan
keluar (pada
luka bakar
listrik)
2.4.1 Klasifikasi
1. Berdasarkan penyebabnya
Sebagaimana disampaikan sebelumnya luka bakar disampaikan oleh kontak
dengan sumber tremis, tidak hanya api. Untuk membedakan atau
menjelaskan nya, perlu diketahui klasifikasi luka bakar berdasarkan
penyebab, antara lain :
a. Luka bakar karena api dan atau benda panas lain nya ( pada
literatur disebut dengan istilah burn).
b. Luka bakar karena minyak panas
c. Luka bakar karena air panas (scald)
d. Luka bakar karena bahan kimia yang bersifat asam kuat atau basa
kuat (chemical burn)
e. Luka bakar karena listrik dan petir (electric burn atau electrocution
dan lighting)
f. Luka bakar karena radiasi
g. Luka bakar karena ledakan (perlu disebutkan penyebab ledakan :
misal, ledakan bom, ledakan tabung gas, dsb)
h. Trauma akibat suhu sangat rendah (frost bite)
2. Berdasarkan kedalaman kerusakan jaringan luka
a. Luka bakar derajat l
kerap diberi simbol 1o
kerusakan jaringan terbatas pada bagian permukaan
(superfisial) yaitu epidermis
perlekatan epidermis dengan dermis (dermal-epidermal
junction) tetap terpelohara baik.
7
Kulit kering, hiperemik memberikan eflerosensi berupa eritema
Nyeri karena ujung ujung saraf sensorik teriritasi
Penyembuhan (regenerasi epithel) terjadi secara spontan dalam
waktu 5-7 hari
Contoh : luka bakar akibat sengatan mata hari
Karena derajat kerusakan yang ditimbulkan tidak merupakan
masalah klinik yang berarti dalam kajian terpetik, luka bakar
derajat satu tidak dicantumkan dalam perhitungan luas luka
bakar
b. Luka bakar derajat ll (partian thickness burn)
Kerap diberi simbol 2o
Kerusakan meliputi seluruh ketebalan epidermis dan sebagian
superfisial dermis.
Respon yang timbul berupa reaksi inflamasi akut disertai
proses eksudasi
Nyeri karena ujung ujung saraf teriritasi
Luka derajat ll ini dibedakan menjadi 2 yaitu derajat dua
dangkal dan derajat dua dalam :
a) Derajat dua dangkal (superficial partial thickness burn)
o Kerusakan mengenai epidermis dan sebagian
(sepertiga bagian superfisial) dermis.
o Dermal epidermal junction mengalami kerusakan
sehingga terjadi epidermolisis yang diikuti
terbentuk nya lepuh (bula,blister). Lepuh ini
merupakan karakteristik luka bakar derajat dua
dangkal. Bila epidermis terlepas (terkelupas) terlihat
dasar luka berwarna kemerahan-kadang pucat-
edematus-dan eksudatif
o Apendises kulit ( integumen, adneksa kulit) seperti
folikel rambut, kelenjar keringat dan kelenjar
sebasea utuh.
8
o Penyembuhan terjadi secara spontan umumnya
memerlukan waktu antara 10-14 hari hal ini
dimungkinkan membran basalis dan apendiseskulit
tetap utuh : diketahui keduanya merupakan sumber
proses epithelialisasi
b) Derajar ll dalam ( deep partial thickness burn)
- Kerusakan meliputi seluruh dermis, folikel rambut,
kelenjar sebasea, dan kelenjer keringat epidermis
tetap utuh (huether & McCnce,2008)
- Permukaan luka bakar tampak pucak seperti lilin
dan dapat lembab atau kering. lepuh yang besar dan
mudah robek mjngkin terjadi, atau lepuh dapat
dilihat seperti kertas tisu yang datar dan kering
- Pengisian kapiler menurun, dan ada sensasi
terhadap tekanan yang dalam
- Lika bakar ini sering kali memerlukan waktu 21 hari
untuk sembuh dan dapat berubah menjadi cedera
full thickness ketika nekrosis menambah kedalaman
luka.
- Kontraktur mungkin terjadi, demikian juga
pembentukan jaringan parut hipertrofik dan
gangguan fungsional
- Eksisi dan tandur mungkin diperlukan untuk
mengurangi jaringan parut dan kehilangan fungsi
3. Luka bakar derajat lll (full thickness burn)
Kerap diberi simbol 3o
Kerusakan meliputi seluruh ketebalan kulit (epidermis dan dermis)
serta lapisan yang lebih dalam
Apendises kulit (adneksa, integumen) seperti folikel rambut,
kelenjar keringat, kelenjar sebasea mengalami kerusakan
Kulit yang terbakar tampak berwarna pucat atau lebih putih karena
terbentuk eskar
9
Secara teoritis tidak dijumpai rasa nyeri, bahkan hilang sensasi
karena ujung ujung serabut saraf sensorik mengalami kerusakan /
kematian.
Penyembuhan terjadi lama. Proses epithealisasi spontan baik dari
tepi luka (membran basalis), maupun dari apendises kulit ( folikel
rambut, kelenjar keringat dan kelenjar sebasea yang memiliki
potensi epithelialisasi) tidak dimungkinkan terjadi karena struktur
jaringan tersebut mengalami kerusakan.
2.5.1 Patofisiologi
Luka bakar adalah cedera pada jaringan atau kulit yang disebabkan
oleh panas, listrik, bahan kimia, gesekan atau radiasi. Luka bakar yang
hanya mengenai kulit dangkal dikenal sebagai luka bakar superfisial atau
luka bakar tingkat pertama. Ketika kerusakan menembus ke beberapa
lapisan lebih jauh, maka disebut luka bakar dengan ketebalan parsial atau
luka bakar tingkat dua. Luka bakar dengan kerusakan ketebalan penuh atau
cedera meluas keseluruh lapisan kulit, maka disebut luka bakar derajat tiga.
Sedangkan luka bakar derajat empat melibatkan cedera pada jaringan yang
lebih dalam, seperti otot atau tulang.
Pada luka bakar yang luas akan timbul respon inflamasi yang
signifikan dan menyebabkan peningkatan kebocoran cairan dari kapiler,
sehingga jaringan akan mengalami edema pada tahap berikut nya. Lambat
laun, kebocoran cairan ini dapat menyebabkan kehilangan volume darah
dan kehilangan plasma yang signifikan, membuat darah lebih pekat dan
memperburuk aliran darah keorgan seperti ginjal dan saluran pencernaan.
10
Jika tidak dapat menfdapatkan pertolongan segera, maka dapat
menyebabkan gagal ginjal.
2.6.1 Pathway
Terlampir
2.7.1 Komplikasi
1) Gagal jantung kongesti dan edema pulmonal
2) Sindrom kompartemen
Sindrom kompartemen merupakan proses terjadinya pemulihan
integritas kapiler, syok luka bakar akan menghilang dan cairan mengalir
kembali ke dalam kompartemen vaskuler, volume darah akan
meningkat. Karena edema akan bertambah berat pada luka bakar yang
melingkar. Tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan saraf pada
ekstremitas distal menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga terjadi
iskemia.
3) Adult respiratory distress syndrome
Akibat kegagalan respirasi terjadi jika derajat gangguan ventilasi dan
pertukaran gas sudah mengancam jiwa pasien.
4) Oleus paralitik dan ulkus curling
Berkurangnya peristalic usus dan bising usus merupakan tanda tanda
ileus paralitik akibat luka bakar. Distensi lambung dan nausea fisiologik
yang massif (hipersekresi asam lambung) dapat ditandai oleh darah
okulta dalam feses, regurgitasi muntahan atau vomitus yang berdarah,
ini merupakan tanda tanda ulkus curling.
5) Syok sirkulasi terjadi akibat kelebihan muatan cairan atau bahkan
hipovolemik yang terjadi sekunder akibat resusitasi cairan yang
adekuat. Tandanya biasanya pasien menunjukan mental berubah,
11
perubahan status respirasi, penurunan haluaran urine, perubahan pada
tekanan darah, curah jantung, tekanan vena sentral dan peningkatan
frekuensi denyut nadi.
6) Gagal ginjal akut
Haluaran urine yang tidak memadai dapat menunjukan resusitasi cairan
yang tidak adekuat khususnya hemoglobin atau miglobin terdeteksi
dalam urine.
12
9) BUN atau kreatinin : peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau
fungsi ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.
10) Loop aloran volume : memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek
atau luasnya cedera.
11) EKG : untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau
distritmia
12) Fotografi luka bakar : memberikan catatan untuk penyembuhan luka
bakar.
2.9.1 Penatalaksanaan
Pasien luka bakar (combustio) harus dievaluasi secara sistematik.
Prioritas utama adalah mempertahankan jalan nafas tetap paten, ventilasi
yang efektif dan mendukung sirkulasi sistemik. Intubasi endotrakea
dilakukan pada pasien yang menderita luka bakar berat atau kecurigaan
adanya jejas inhalasi atau luka bakar dijalan nafas atas. Intubasi dapat
tidak dilakukan bila telah terjadi edema luka bakar atau pemberian cairan
resusitasi yang terlampau banyak. Pada pasien luka bakar, intubasi
orotrakea dan nasotrakea lebih dipilih daripada trakeostomi.
13
Setelah mengeksklusi jelas signifikan lainnya, luka bakar
dievaluasi. Terlepas dari luas area jejas, dua hal yang harus dilakukan
sebelum dilakukan trasnfer pasien adalah mempertahankan ventilasi
adekuat, dan jika diindikasikan, melepas dari eskar yang mengkonstriksi.
2.2.2 Penyebab
Kerusakan integritas struktur tulang, Perubahan
metabolisme, Ketidakbugaran fisik, Penurunan kendali otot,
Penurunan massa otot, Penurunan kekuatan otot, Keterlambatan
perkembangan, Kekakuan sendi, Kontraktur, Malnutrisi,
Gangguan muskuloskeletal, Gangguan neuromuskular, Indeks
masa tubuh diatas persentil ke-75 sesuai usia, Efek agen
farmakologis, Program pembatasan gerak, Nyeri, Kurang terpapar
informasi tentang aktivitas fisik, Kecemasan, Gangguan kognitif,
Keengganan melakukan pergerakan, Gangguan sensori persepsi
14
2.3.2 Tujuan mobilisasi dini
Tujuan mobilisasi dini adalah menurunkan kejadian komplikasi
thrombosis vena,emboli paru,pneumonia dan retensi urin serta
meningkatkan kepuasan pasien dan mengurangi long of stay (LOS) lama
hari rawat pasien (Samuel,2011).
15
3. Riwayat penyakit sekarang
Gambaran keadaan klien mulai terjadinya luka bakar, penyebab lama nya
kontak, pertolongan pertama yang dilakukan serta keluhan klien selama
menjalan perawatan ketika dilakukan pengkajian. Apabila dirawat meliputi
beberapa fase : fase emergency (48 jam pertama terjadi perubahan pola
bak), fase akut (48 jam pertama beberapa hari atau bulan), fase rehabilitatif
(menjelang klien pulang)
4. Riwayat penyakit masalalu
Merupakan riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh klien
sebelum mengalami luka bakar. Resiko kematian akan meningkat jika klien
mempunyai riwayat penyakit kardiovaskuler, paru, diabtes, neurologis, atau
penyalah gunaan obat dan alkohol
5. Riwayat penyakit keluarga
Merupakan gambaran keadaan kesehatan keluarga dan penyakit yang
berhubungan dengan kesehatan klien, meliputi : jumlah anggota keluarga,
kebiasaan keluarga mencari pertolongan, tanggapan keluarga mengenai
masalah kesehatan, serta kemungkinan penyakit turunan.
6. Pola ADL
Meliputi kebiasaan klien sehari hari dirumah dan di rumah sakit dan apabila
terjadi perubahan pola menimbulkan masalah bagi klien. Pada pemenuhan
kebutuhan nutrisi kemungkinan didapatkan anoreksia, mual dan muntah.
Pada pemeliharaan kebersihan badan mengalami penurunan karena klien
tidak dapat melakukan sendiri. Pola pemenuhan istirahat tidur juga
mengalami gangguan. Hal ini disebabkan karena adanya nyeri.
7. Riwayat psiko sosial
Pada klien dengan luka bakar sering muncul masalah konsep diri body
image yang disebabkan karena fungsi kulit sebagai kosmetik mengalami
gangguan perubahan. Selain itu juga luka bakar membutuhkan perawatan
yang lama sehingga mengganggu klien dalam melakukan aktifitas. Hal ini
menumbuhkan stress, rasa cemas dan takut.
8. Aktifitas atau istirahat :
16
Tanda : penurunan kekuatan, tahanan : keterbatasan rentang gerak pada area
yang sakit, gangguan massa otot, perubahan tonus
9. Sirkulasi
Tanda ( dengan cedera luka bkar lebih dari 20% APTT ): hipotensi (syok)
:penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera : vasokontriksi
perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik):
takikardia (syok/ansietas/nyeri): distritmia ( syok listrik) : pembentukan
oedema jaringan (semua luka bakar)
10. Integritas ego
Gejala : masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri,
marah.
11. Eliminasi :
Tanda : haluaran urine menurun atau tak ada selama fase darurat , warna
mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasi kerusakan
otot dalam, diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke
dalam sirkulasi), penurunan bising usus atau tidak ada, khususnya pada luka
bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stress penurunan motilitas atau
peristaltik gastrik.
12. Makanan atau cairan
Tanda : oedema jaringan umum, anoreksia, mual muntah
13. Neurosensori
Gejala : area batas kesemutan
Tanda : perubahan orientasi, afek, perilaku, penurunan refleks tendon dalam
(RTD) pada cedera ekstremitas, aktifitas kejang (syok listrik), laserasi
korneal, kerusakan retinal, penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik),
ruptur membran timpanik (syok listrik), paralisis (cedera listrik pada aliran
saraf).
14. Nyeri atau keamanan
Gejala : berbagai nyeri, contoh nyeri luka bakar derajat pertama secara
eksteren sensitif untuk disentuh, ditekan : gerakan udara dan perubahan
suhu, luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri, sementara
17
respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan
ujung saraf, luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
15. Pernafasan
Gejala : terkurung dalam ruang tertutup, terpajan lama (kemungkinan
cedera inhalasi). Tanda : serak, batuk mengi, partikel karbon dalam sputum,
ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis, indikasi cedera
inhalasi.
Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar
dada, jalan nafas atau stridor atau mengii (obstruksi sehubungan dengan
laringospasme, oedema laringeal), bunyi nafas : gemericik (oedema paru),
stridor (oedema laringeal), sekret jalan nafas (ronkhi).
16. Keamanan
Tanda :
Kulit umum : destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5
hari sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka.
Area kulit tak terbakar mungkin dingin atau lembab, pucat, dengan
pengisian kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan
dengan kehilangan cairan atau status syok.
Cedera api : terdapat area cedera campuran dalam sehubungan dengan
variase intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung
gosong, mukosa hidung dan mulut kering, merah, lepuh pada faring
posterior, oedema lingkar mulut dan atau lingkar nasal.
Cedera kimia : tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab. Kulit mungkin
coklat kekuningan dengan tekstur seperti kulit samak halus, lepuh, ulkus,
nekrosis atau jaringan parut tebal. Cedera secara umum lebih dalam dari
tampak nya secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai
72 jam setelah cedera.
Cedera listrik : cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit dibawah
nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk atau
keluar (eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh
tertutup dan luka bakar termal sehubungan dengan pakaian terbakar.
18
Adanya fraktur atau dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi
otot tetanik sehubungan dengan syok listrik)
17. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Umumnya penderita datang dengan keadaan kotor mengeluh panas sakit
dan gelisan sampai menimbulkan penurunan tingkat kesadaran bila luka
bakar mencapai derajat cukup berat
b. Tanda tanda vital
Tekanan darah menurun, nadi cepat, suhu dingin, pernafasan lemah
sehingga tanda tidak adekuat nya pengembalian darah pada 48 jam pertama
c. Pemeriksaan kepala dan leher
Kepala dan rambut
Catat bentuk kepala, penyebaran rambtu, perubahan warna rambut setelah
terkena luka bakar, adanya lesi akibat luka bakar, grade dan luas luka bakar
Mata
Catat dan kesimetrian dan kelengkapan, edema, kelopak mata, lesi adanya
benda asing yang menyebabkan gangguan penglihatan serta bulu mata yang
rontok kena air panas, bahan kimia akibat luka bakar.
Hidung
Catat adanya perdarahan, mukosa kering, sekret, sumbatan dan bulu hidung
yang rontok
Mulut
Sianosis karena kurang nya suplai darah ke otak, bibir kering karena intake
cairan kurang
Telinga
Catat bentuk telinga, gangguan pendengaran karena benda asing,
perdarahan dan serumen
Leher
Catat posisi trakea, denyut nadi karotis mengalami peningkatan sebagai
Kompensasi untuk mengatasi kekurangan cairan
d. Pemeriksaaan thorak atau dada
19
Onspeksi bentuk thorak, irama pernafasan ireguler, ekspansi dada tidak
maksimal, vokal fremitus kurang bergetar karena cairan yang masuk ke
paru, auskultasi suara ucapan egoponi, suara nafas tambahan ronkhi
e. Abdomen
Inspeksi bentuk perut membuncit karena kembung, palpasi adanya nyeri
pada area epigastrium yang mengidentifikasi adanya gastritis.
f. Urogenital
Kaji kebersihan karena jika ada darah kotor atau terdapat lesi merupakan
tempat pertumbuhan kuman yang paling nyaman, sehingga potensi sebagai
sumber infeksi dan indikasi untuk pemasangan kateter.
g. Muskuloskeletal
Catat adanya atropi, amati kesimetrisan otot, bila terdapat luka baru pada
muskuloskeletal, kekuatan otot menurun karena nyeri
h. Pemeriksaan neurologi
Tingkat kesadaran secara kuantifikasi dinilai dengan GCS nilai bisa
menurun bila suplai darah ke otak kurang (syok hipovolemik) dan nyeri
yang hebat (syok neurologik)
i. Pemeriksaan kulit
Merupakan pemeriksaan pada darah yang mengalami luka bakar (luas dan
kedalaman luka). Prinsip pengukuran presentase luas luka bakar menurut
kaidah 9 ( Rule Of Nine lund and browder) sebagai berikut :
20
Genetalia 1% 1% 1%
Pengkajian kedalaman luka bakar dibagi menjadi 3 derajat (grade). Grade tersebut
ditentukan berdasarkan pada keadaan luka, rasa nyeri yang dirasakan dan lama nya
kesembuhan luka
NOC NIC
21
diharapkan gangguan mobilitas fisik 2) Gunakan bidai sesuai program,
dapat teratasi dengan kriteria hasil : pertahankan posisi anti
deformitas, dan ubah posisi
1. Pasien menunjukkan pencapaian
pasien setiap jam
mobilitas fisik yang optimal
3) Pertahankan ekstremitas pada
kesejajaran fungsional
4) Antisipasi kebutuhan untuk
analgesia
2.4.4 Implementasi
2.4.5 Evaluasi
Fase akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap
keperawatan yang diberikan. Hal-hal yang dievaluasi adalah keakuratan,
kelengkapan, dan kualoitas data atau proses keperawatan menyangkut
pengumpulan data objektif dan subjektif yang akan menunjukan tujuan
pelayanan keperawatan teratasi atau tidak nya pasien masalah apa yang
22
akan dipecahkan dan yang perlu dikaji, direncanakan, dilaksanakan dan
dinilai kembali serta pencapaian tujuan dan ketepatan intervensi
keperawatan ( Dona L Wong. 2010)
2.4.6 kerangka konseptual
Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi tentang
hubungan atau kaitan antara konsep - konsep atau variabel variabel yang
akan diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan.
(Notoatmodjo, 2012)
23
BAB III
METODE PENELITIAN
24
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian atau wilayah
generalis yang terdiri subyek maupun obyek yang mempunyai kuantitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan
ditarik kesimpulan. Populasi bukan hanya satu orang, tetapi semua benda
yang memiliki sifat atau ciri yang bisa diteliti. Dengan kata lain.
3.2.2 Sample
Sample adalah sebagian dari populasi yang nilai karakteristik nya kita ukir
yang nanti nya kita pakai untuk menduga karakteristik dari populasi (setiadi,
2013).
Sample adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Sederhana nya, sample adalah bagian dari populasi yang
dipilih untuk studi tertentu dan anggota sample disebut subjek
(martinus,2018) jumlah sample yang diambil adalah 2 orang.
Sample yang akan diambil oleh peneliti ini sesuai dengan kriteria inklusi
yaitu :
25
3.4 Etika penelitian
Penelitian ini telah memperhatikan penggunaan etika penelitian. Peneliti
mendapatkan izin dari kepala perawat dirumah sakit umum kabupaten
tangerang. Setelah mendapat persetujuan peneliti melakukan penelitian
dengan etika penelitian yaitu :
a. Informed concent
Peneliti melakukan informed consent kepada partisipan, awal
pertemuan peneliti menjelaskan tujuan, manfaat dan kerugian penelitian
kepada responden. Penelitian menjelaskan tujuan penelitian yaitu
melakukan pengkajian pada pasien dengan masalah combustio,
merumuskan diagnosa, menyusun rencana tindakan yang dilakukan untuk
mengatasi masalah combustio, Mengimplementasikan apa saja yang
dilakukan untuk mobilisasi dini combustio, mengevaluasi hasil dari
tindakan yang sudah dikerjakan.
Peneliti melaksanakan tata cara penelitiannya yaitu responden akan
di lakukan pengambilan data (identitas dan riwayat penyakit) agar dapat
ditemukan tanda dan gejala combustio pada pasien dan peneliti
merencanakan tindakan mobilisasi dini dan peneliti akan fokus memberikan
asuhan untuk kepada responden. Peneliti juga berkewajiban untuk
memperhatikan hak-hak responden, seperti: diskusi mengenai penelitian
dan hak untuk memilih untuk berpartisipasi atau tidak dalam penelitian.
Responden mengerti tujuan, manfaat dan kerugian dan bersedia
untuk berpartisipasi dalam penelitian. Responden diberikan lembar
persetujuan dan kewajiban untuk menandatangani lembar persetujuan
sebagai tanda bahwa responden bersedia berpartisipasi dalam penelitian.
b. Anonimity (Tanpa Nama)
26
dengan tidak mencantumkan nama asli tetapi dengan menggunakan nama
inisial saja seperti An. A
c. Confidentiality (Kerahasiaan)
27
1. Seleksi subjek yang adil dan tidak diskriminatif
2. Perlakuan yang tidak menghukum bagi mereka yang menolak
atau mengundurkan diri dari kesertaannya dalam penelitian,
walaupun dia pernah menyetujui untuk berpartisipasi.
3. Penghargaan terhadap semua persetujuan yang telah dibuat
antara peneliti atau subjek, termasuk prosedur dan pembayaran
atau tunjangan yang telah dijanjikan.
4. Subjek dapat mengakses penelitian setiap saat diperlukan untuk
mengklarifikasi informasi.
5. Subjek dapat mengakses bantuan profesional yang sesuai
apabila terjadi gangguan fisik atau psikologis.
6. Mendapatkan penjelaskan, jika diperlukan yang tidak diberikan
sebelum penelitian dilakukan atau mengklarifikasi isu yang
timbul selama penelitian
1. Data Primer
Data primer dilakukan untuk mendapatkan hasil pengkajian dalam
pemberian asuhan keperawatan pada pasien combustio dengan masalah
keperawatan gangguan mobilitas fisik dan fokus intervensi mobilisasi
dini, sedangkan untuk mengetahui data dalam mengkaji lainnya dapat
28
dilakukan dengan wawancara atau dengan melihat catatan
perkembangan.
2. Data sekunder
Data sekunder yang dikumpulkan meliputi catatan pasien yang terdaftar
di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang.
29