Anda di halaman 1dari 146

SKRIPSI

HUBUNGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH DENGAN


PERNIKAHAN USIA DINI PADA REMAJA DI WILAYAH
KECAMATAN KEREK KABUPATEN TUBAN

Oleh :
AFINA HILMI APRODHITA

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN NAHDLATUL ULAMA TUBAN
2023

1
SKRIPSI

HUBUNGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH DENGAN


PERNIKAHAN USIA DINI PADA REMAJA DI WILAYAH
KECAMATAN KEREK KABUPATEN TUBAN

Oleh :
AFINA HILMI APRODHITA
19.12.2.149.045

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN NAHDLATUL ULAMA TUBAN
2023

1
2

HUBUNGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH DENGAN


PERNIKAHAN USIA DINI PADA REMAJA DI WILAYAH
KECAMATAN KEREK KABUPATEN TUBAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada Program Studi


Sarjana Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan
Institut Ilmu Kesehatan Nahdlatul Ulama Tuban

Oleh:
AFINA HILMI APRODHITA
19.12.2.149.945

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN NAHDLATUL ULAMA TUBAN
2023
3

PERNYATAAN ORIGINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Afina Hilmi Aprodhita

NIM : 19.12.2.149.045
Judul Skripsi : Hubungan Perilaku seksual Pranikah dengan Pernikahan Usia Dini
pada Remaja di WilayahKecamatan Kerek Kabupaten Tuban

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi ini


adalah hasil karya saya sendiri, didalamnya tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan
lembaga pendidikan lainya. Semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.

Tuban, Juli 2023

Afina Hilmi Aprodhita


NIM. 19.12.2.149.045
4

LEMBAR PERSETUJUAN

HUBUNGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH DENGAN


PERNIKAHAN USIA DINI PADA REMAJA DI WILAYAH
KECAMATAN KEREK KABUPATEN TUBAN

Afina Hilmi Aprodhita


19.12.2.149.045

Skripsi penelitian ini telah disetujui untuk diujikan dihadapan


Dewan Penguji Proposal pada tanggal Juli 2023

Oleh:
Pembimbing

Dr. H. Miftahul Munir, SKM., M.Kes., DIE


NIP. 19710412 199703 1 004
5

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

Proposal ini diajukan oleh :


Nama : Afina Hilmi Aprodhita
NIM : 19.12.2.149.045
Program studi : Sarjana Keperawatan
Judul : Hubungan Perilaku seksual Pranikah dengan Pernikahan
Usia Dini pada Remaja di Wilayah Kecamatan Kerek
Kabupaten Tuban

Skripsi ini telah diuji dan dinilai oleh panitia penguji skripsi
Program Studi Sarjana Ilmu Keperawatan
Fakultas Keperawatan dan Kebidanan
Institut Ilmu Kesehatan Nahdlatul Ulama Tuban
Pada tanggal :

Panitia Penguji, Tanda Tangan

Ketua : Suhartono, S.Kep., Ns., M.Kep


NIDN. 072312750

Penguji I : Dr. H. Miftahul Munir, SKM., M.Kes., DIE.


NIP. 19710412 199703 1 004

Penguji II : Hyan Oktodia Basuki, S.Kep., Ns., M.Kep


NIDN. 0708108904

Mengetahui,
Ketua Program Studi Sarjana Ilmu Keperawatan

Lukman Hakim, S.Kep., Ns., M.Kep


NIDN. 0718098201
6

RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Afina Hilmi Aprodhita


Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Tanggal Lahir : Tuban, 27 November 2000
Alamat : Perumahan Tasikmadu Jl. Jati 2 No.13, Kecamatan.
Palang, Kabupaten. Tuban

Riwayat Pendidikan :
1. Lulus TK Kemala Bhayangkari 68 Tuban tahun 2007
2. Lulus SDN Kutorejo 1 Tuban tahun 2013
3. Lulus MTsN 1 Tuban tahun 2016
4. Lulus MAN 1 Tuban tahun 2019
5. Mahasiswa IIKNU Tuban tahun 2019 – sekarang
7

PERSYARATAN PERSETUJUAN PUBLIKASI


TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademika Institut Ilmu Kesehatan Nahdlatul Ulama Tuban, saya
bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Afina Hilmi Aprodhita


NIM : 19.12.2.149.045
Program Studi : Sarjana Ilmu Keperawatan
Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Institut Ilmu Kesehatan Nahdlatul Ulama Tuban Hak Bebas Royalti Noneksklusif
atas karya ilmiah saya yang berjudul :
“Hubungan Perilaku seksual Pranikah dengan Pernikahan Usia Dini pada Remaja
di Wilayah Kecamatan Kerek Kabupaten Tuban”.
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Nonekslusif ini Institut Ilmu Kesehatan Nahdlatul Ulama berhak menyimpan,
mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat/mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Tuban
Tanggal : Juli 2023
Yang menyatakan

(Afina Hilmi Aprodhita)


8

KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kesempatan dan
kesehatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan
Perilaku seksual Pranikah dengan Pernikahan Usia Dini pada Remaja di Wilayah
Kecamatan Kerek KabupatenTuban”.
Karya ini dapat terselesaikan karena bantuan berbagai pihak, oleh karena
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Miftahul Munir, SKM., M.Kes., DIE. Selaku Rektor IIKNU
Tuban, Pembimbing, dan Penguji 1 yang telah berkenan memberikan waktu,
tenaga, pikiran dan masukan kepada penulis dalam penyelesaian proposal
skripsi ini.
2. Bapak Kusno Ferianto, S.Kep., Ns., M.Kep., MM. selaku Dekan Fakultas
Keperawatan dan Kebidanan IIKNU Tuban
3. Bapak Lukman Hakim, S.Kep., Ns., M.Kep., MM selaku Ketua Program
Studi Sarjana Ilmu Keperawatan IIKNU Tuban.
4. Bapak Suhartono, S.Kep., Ns., M.Kep Selaku Ketua penguji, yang telah
memberikan masukan guna kesempurnaan proposal penelitian ini.
5. Bapak Hyan Oktodia Basuki, S.Kep., Ns., M.Kep Selaku penguji 2, yang
telah memberikan masukan guna kesempurnaan proposal penelitian ini.
6. Seluruh Dosen Program Studi Sarjana Ilmu Keperawatan, Fakultas
Keperawatan dan Kebidanan, IIKNU Tuban, yang turut memberikan kritik
dan saran.
7. Terimakasih kepada Bapak Nurul Yaqin Anas, S.Ag. M.Pd.I. selaku Kepala
KUA Kecamatan Kerek dan seluruh Kepala Desa Kecamatan Kerek yang
telah mengizinkan dan bersedia menjadi partisipan dalam penelitian ini.
8. Terimakasih kepada kedua orang tua tercinta dan saudara yang selalu
mendoakan dan memberikan semangat serta dukungan baik materi maupun
spiritual kepada penulis dalam penyelesaian proposal ini.
9. Seluruh teman-teman Angkatan XII Program Studi Sarjana Ilmu
Keperawatan, Fakultas Keperawatan dan Kebidanan, Institut Ilmu Kesehatan
Nahdlatul Ulama Tuban, khususnya M. Zaky Akbar, Widya Raina, Kumala
Putri, Arkhama Dinda Ariana dan semua teman satu bimbingan Bapak Dr. H.
Miftahul Munir, SKM., M.Kes., DIE. lainnya yang telah memberikan saran
dan kritik dalam pembuatan proposal ini.
10. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu- persatu yang telah
membantu dalam penyelesaian proposal skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa penulis harapkan guna
kesempurnaan tulisan ini dikemudian hari. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Tuban, Juli 2023

Afina Hilmi Aprodhita


9

DAFTAR ISI
Halaman Judul ..........................................................................................................i
Lembar Persyaratan Gelar........................................................................................ii
Lembar Persetujuan................................................................................................iii
Lembar Pengesahan Penguji...................................................................................iv
Riwayat Hidup.........................................................................................................v
Kata Pengantar........................................................................................................vi
Daftar Isi................................................................................................................vii
Daftar Tabel............................................................................................................ix
Daftar Gambar..........................................................................................................x
Daftar Singkatan Dan Lambang..............................................................................xi
Daftar Lampiran....................................................................................................xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah.....................................................................................9
1.3 Rumusan Masalah......................................................................................10
1.4 Tujuan Penelitian........................................................................................10
1.4.1 Tujuan Umum.............................................................................................10
1.4.2 Tujuan Khusus............................................................................................10
1.5 Manfaat Penelitian......................................................................................10
1.6 Ruang Lingkup Penelitian..........................................................................11
1.7 Keaslian Penelitian.....................................................................................11
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Model Konsep Teori Perilaku Lawrence Green.........................................15
2.2 Pernikahan..................................................................................................18
2.2.1 Definisi Pernikahan....................................................................................18
2.2.2 Asas-Asas Pernikahan................................................................................20
2.3 Pernikahan Usia Dini..................................................................................21
2.3.1 Definisi Pernikahan Usia Dini....................................................................21
2.3.2 Faktor Penyebab Pernikahan Usia Dini......................................................23
2.3.3 Dampak Pernikahan Usia Dini...................................................................25
2.3.4 Usia Ideal Menikah....................................................................................31
2.3.5 Pencegahan Pernikahan Usia Dini.............................................................34
2.4 Perilaku Seksual Pranikah..........................................................................35
2.4.1 Definisi Perilaku Seksual Pranikah............................................................35
2.4.2 Bentuk Perilaku Seksual Pranikah.............................................................37
2.4.3 Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Pranikah...........................41
2.4.4 Dampak Perilaku Seksual Pranikah...........................................................47
2.5 Remaja........................................................................................................48
2.5.1 Definisi Remaja..........................................................................................48
2.5.2 Ciri-Ciri Masa Remaja...............................................................................50
2.5.3 Tahap Perkembangan Remaja....................................................................52
2.5.4 Karakteristik Remaja..................................................................................56
2.5.5 Tugas Perkembangan Remaja....................................................................57

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN


10

3.1 Kerangka Konseptual.................................................................................59


3.1.1 Penjelasan Kerangka Konseptual...............................................................60
3.2 Hipotesis Penelitian....................................................................................61
BAB 4 METODE PENELITIAN...........................................................................62
4.1 Desain Penelitian........................................................................................62
4.2 Populasi Dan Sampel..................................................................................62
4.2.1 Populasi Penelitian.....................................................................................62
4.2.2 Sampel Penelitian.......................................................................................63
4.2.3 Besar Sampel..............................................................................................63
4.2.4 Tehnik Sampling........................................................................................66
4.3 Kerangka Operasional................................................................................67
4.4 Variabel Penelitian.....................................................................................68
4.4.1 Variabel Independen...................................................................................68
4.4.2 Variabel Dependen.....................................................................................68
4.5 Definisi Oprasional.....................................................................................68
4.6 Instrumen Penelitian...................................................................................70
4.7 Lokasi Dan Waktu Penelitian.....................................................................71
4.7.1 Lokasi Penelitian........................................................................................71
4.7.2 Waktu Penelitian........................................................................................71
4.8 Prosedur Pengambilan Dan Pengumpulan Data.........................................72
4.9 Analisa Data...............................................................................................73
4.10 Etika Penelitian...........................................................................................78
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................77
LAMPIRAN
11

DAFTAR TABEL

Judul Halaman

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian “Hubungan Perilaku Seksual dengan


Usia Pernikahan Dini pada Remaja di Wilayah
Kecamatan Kerek Kabupaten Tuban” 11
Tabel 2.1 Urutan Perubahan Fisik pada Remaja 53
Tabel 4.1 Definisi Oprasional “Hubungan Perilaku Seksual
dengan Usia Pernikahan Dini pada Remaja di Wilayah
Kecamatan Kerek Kabupaten Tuban” 68
12

DAFTAR GAMBAR

Judul Halaman
Gambar 2.1 Teori Perilaku Green Procede-proceed model (Green
& Kauter, 1991) 15
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual “Hubungan Perilaku Seksual
dengan Usia Pernikahan Dini pada Remaja di
Wilayah Kecamatan Kerek Kabupaten Tuban” 59
Gambar 4.1 Kerangka Konseptual “Hubungan Perilaku Seksual
dengan Usia Pernikahan Dini pada Remaja di
Wilayah Kecamatan Kerek Kabupaten Tuban” 67
13

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

Daftar Singkatan :
AIDS : Acquired Immunodeficiency Deficiency Syndrome
BBLR : Bayi Berat Lahir Rendah
BKKBN : Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
BPS : Badan Pusat Statistik
DIE : Doktor Ilmu Ekonomi
Dkk : Dan kawan-kawan
Dll : Dan lain-lain
DP3AK : Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan
Kependudukan
ESQ : Emotional Spiritual Quotient
et al : et alia atau et alii
HIV : Human Immunodeficiency Virus
IAC : Inter African Committe
IIK : Institut Ilmu Kesehatan
KTD : Kehamilan Tidak Diinginkan
KUA : Kantor Urusan Agama
M.Kep : Magister Ilmu Keperawatan
M.Kes : Magister Kesehatan
M.Pd.I : Magister Pendidikan Agama Islam
MAN : Madrasah Aliyah Negeri
MEDSOS : Media Sosial
MM : Magister Manajemen
MTsN : Madrasah Tsanawiyah Negeri
NAPZA : Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat Adiktif
NIDN : Nomor Induk Dosen Nasional
NIM : Nomor Induk Mahasiswa
NIP : Nomor Identitas Pegawai Negeri Sipil
Ns : Ners
NU : Nahdlatul Ulama
PA : Pengadilan Agama
PMS : Penyakit Menular Seksual
PUP : Pendewasaan Usia Perkawinan
S.Ag : Sarjana Agama
S.Kep : Sarjana Keperawatan
SDN : Sekolah Dasar Negeri
SKM : Sarjana Kesehatan Masyarakat
SPSS : Statistical Program for Social Science
SUPAS : Survei Penduduk Antar sensus
TFR : Total Fertility Rate
TK : Taman Kanak-Kanak
UNICEF : United Nations Children's Fund
UU : Undang-Undang
WHO : World Health Organization
14

Daftar Lambang :
. : Titik
, : Koma
? : Tanda Tanya
- : Tanda hubung
) : Kurung Tutup
( : Kurung Buka
: : Titik Dua
; : Titik koma
→ : Arah Panah
& : Dan
> : Lebih dari
≤ : Kurang dari sama dengan
% : Prosentase
“..” : Tanda petik
/ : Garis miring
= : Sama dengan
n : Jumlah sampel
N : Jumlah Populasi
d, α, p : Tingkat signifikan
I : Interval
R : Range
K : Kategori
H1 : Hipotesis diterima
+ : Penjumlahan
- : Pengurangan
x : Perkalian
(..)2 : Tanda kuadrat
15

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Penelitian


Lampiran 2 : Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 3 : Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 4 : Permohonan Survei Awal
Lampiran 5 : Lembar Pengisian Data Demografi
Lampiran 6 : Kuesioner Pernikahan Usia Dini
Lampiran 7 : Kuesioner Perilaku Seksual Pranikah
Lampiran 8 : Dokumentasi Survei Awal
Lampiran 9 : Lembar Konsultasi Proposal
Lampiran 10 : Lembar Revisi Proposal
Lampiran 11 : Berita Acara Perbaikan Proposal
16

ABSTRAK

HUBUNGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH DENGAN


PERNIKAHAN USIA DINI PADA REMAJA DI WILAYAH
KECAMATAN KEREK KABUPATEN TUBAN

Afina Hilmi Aprodhita1, Miftahul Munir2


Institut Ilmu Kesehatan Nahdlatul Ulama Tuban
Email : afinahilmiaprodhita@gmail.com

Pernikahan usia dini adalah pernikahan yang dilakukan oleh seorang laki-
laki dan seorang wanita, yang umur keduanya masih dibawah umur minimum
yang diatur oleh undang-undang. Faktor yang mempengaruhi Pernikahan Usia
Dini adalah Perilaku Seksual Pranikah. Tujuan penelitian mengetahui Hubungan
Perilaku Seksual Pranikah dengan Pernikahan Usia Dini pada Remaja di Wilayah
Kecamatan Kerek Kabupaten Tuban.
Metode penelitian analitik korelasional, pendekatan waktu cross sectional.
Populasi 312 remaja yang menikah usia dini di Kecamatan Kerek Kabupaten
Tuban, sampel 172 remaja, menggunakan teknik proporsional random sampling.
Variabel independen Perilaku Seksual Pranikah, variabel dependen Pernikahan
Usia Dini. Analisis penelitian menggunakan uji statistik korelasi spearmans.
Hasil penelitian menunjukan sebagian besar memiliki perilaku seksual
pranikah kategori sedang, sebagian besar melakukan pernikahan usia dini kategori
kurang. Hasil uji statistik dengan tingkat signifikan α = < 0,05 diperoleh nilai Sig
(2-tailed) = 0,000 dimana nilai 0,000 < 0,05 dan nilai koefisien korelasi
didapatkan hasil 0,736 yang berarti nilai koefisien korelasi kuat. Disimpulkan
bahwa terdapat hubungan antara Perilaku Seksual Pranikah dengan Pernikahan
Usia Dini pada Remaja di Wilayah Kecamatan Kerek Kabupaten Tuban.
Diharapkan remaja dapat saling menjaga lingkungan sosial dengan baik
dan menjaga kesehatan keluarga dalam hal fisik maupun psikis. Sehingga
meskipun usia ideal menikah belum tercapai, namun jika dapat menjaga kesehatan
fisik dan psikis dalam kondisi stabil dan lebih baik, maka kesehatan fisik dan
psikis akan kian membaik dan terjadinya perceraian diusia mudia dapat dihindari.
Diharapkan juga bagi masyarakat atau lingkungan sosial lain bisa lebih peduli
dengan remaja dan tugas perkembangan remaja.

Kata kunci : Perilaku Seksual Pranikah, Pernikahan Usia Dini


17

ABSTRACT

RELATIONSHIP WITH PREMARITAL SEXUAL BEHAVIOR


EARLY ADOLESCENT MARRIAGE IN THE REGION
KEREK DISTRICT, TUBAN DISTRICT

Afina Hilmi Aprodhita1, Miftahul Munir2


Nahdlatul Ulama Institute of Health Sciences, Tuban
Email : afinahilmiaprodhita@gmail.com

Early marriage is a marriage carried out by a man and a woman, both of


whom are under the minimum age regulated by law. Factors that influence Early
Marriage is Premarital Sexual Behavior. The aim of this study was to determine
the relationship between premarital sexual behavior and early marriage in
adolescents in the Kerek subdistrict, Tuban regency.
Correlational analytic research method, cross sectional time approach.
The population of 312 adolescents who married at an early age in Kerek District,
Tuban Regency, sampled 172 adolescents, used a proportional random sampling
technique. Independent variable Premarital Sexual Behavior, dependent variable
Early Marriage. The research analysis used the Spearmans correlation statistical
test.
The results showed that most of them had moderate category of premarital
sexual behavior, most of them had low category of early marriage. Statistical test
results with a significant level of α = <0.05 obtained a value of Sig (2-tailed) =
0.000 where a value of 0.000 <0.05 and a correlation coefficient value obtained a
result of 0.736 which means a strong correlation coefficient value. It was
concluded that there is a relationship between Premarital Sexual Behavior and
Early Marriage in Adolescents in the Kerek District, Tuban Regency.
It is hoped that adolescents can take good care of each other's social
environment and maintain family health both physically and psychologically. So
even though the ideal age for marriage has not been reached, if you can maintain
physical and psychological health in a stable and better condition, then physical
and psychological health will improve and divorce at a young age can be
avoided. It is also hoped that the community or other social circles can care more
about adolescents and adolescent developmental tasks.

Keywords: Premarital Sexual Behavior, Early Marriage


18

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa remaja merupakan suatu periode transisi antara masa kanak-kanak

menuju dewasa yang ditandai dengan kematangan fisik, kognitif, sosial, dan

emosional pada masa remaja dapat berpengaruh pada perilaku seksualnya

(Papalia, Olds & Feldman, 2008 dalam (Dewi & Susilawati, 2018).

Pernikahan adalah momentum yang sangat berarti untuk setiap hidup

manusia yang berupa jalinan lahir batin antara seseorang laki-laki dan perempuan

sebagai suami dan istri dengan tujuan membentuk keluarga yang harmonis dan

kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Selain mempersatukan dua orang

yang berbeda, pernikahan akan secara otomatis mengubah status keduanya.

(Sekarayu & Nurwati, 2021)

Pernikahan dini merupakan perkawinan di bawah umur yang target

persiapannya belum dikatakan maksimal baik dari segi persiapan fisik, persiapan

mental juga persiapan materi. Terdapat berbagai fakor yang melatar belakangi

terjadinya pernikahan dini yang dilakukan, dan menjadi permasalahan yang besar

ketika tidak ada pencarian analisa masalah yang tepat yang didasari oleh data

yang akurat dan terpercaya serta solusi yang alternatif untuk memecahkan

masalah ini.

Idealnya usia pernikahan untuk perempuan adalah minimal 20 tahun.

Secara psikologis, sudah stabil dalam menyikapi banyak hal, dan ini berpengaruh

dalam perkawinan. Wanita yang masih berumur kurang dari 20 tahun cenderung
19

belum siap karena kebanyakan diantara mereka lebih memikirkan bagaimana

mendapatkan pendidikan yang baik dan bersenang-senang.

Idealnya usia pernikahan untuk laki-laki adalah minimal 25 tahun, karena

laki-laki pada usia tersebut kondisi psikis dan fisiknya sangat kuat, sehingga

mampu menopang kehidupan keluarga untuk melindungi baik secara psikis

emosional, ekonomi dan sosial (BKKBN, 2018).

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) juga

memberikan arahan perihal umur minimum seseorang untuk melakukan

pernikahan. Hal ini disebabkan memperhitungkan dari berbagai aspek seperti,

kesiapan reproduksi, biologis, dan psikis (BKKBN, 2017).

Perkawinan anak masih marak terjadi hingga sekarang. Komnas

Perempuan mencatat, sepanjang tahun 2021, ada 59.709 kasus pernikahan dini

yang diberikan dispensasi oleh pengadilan. Walaupun ada sedikit penurunan

dibanding tahun 2020, yakni 64.211 kasus, namun angka ini masih sangat tinggi

dibandingkan tahun 2019 yang berjumlah 23.126 pernikahan anak

Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik) Tahun 2019-2021 jumlah

pernikahan dini atau pernikahan anak di Kabupaten Tuban Jawa Timur pada tahun

2019 sebanyak 10,82%, di tahun 2020 sebanyak 10,35% dan di tahun 2021

sebanyak 9,23%

Perkawinan anak masih marak terjadi hingga sekarang. Komnas

Perempuan mencatat, sepanjang tahun 2021, ada 59.709 kasus pernikahan dini

yang diberikan dispensasi oleh pengadilan. Walaupun ada sedikit penurunan


20

dibanding tahun 2020, yakni 64.211 kasus, namun angka ini masih sangat tinggi

dibandingkan tahun 2019 yang berjumlah 23.126 pernikahan anak

Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik) Tahun 2019-2021 jumlah

pernikahan dini atau pernikahan anak di Kabupaten Tuban Jawa Timur pada tahun

2019 sebanyak 10,82%, di tahun 2020 sebanyak 10,35% dan di tahun 2021

sebanyak 9,23%

Sementara untuk tahun ini, tepatnya sejak bulan Januari hingga Mei 2022,

DP3AK Jatim mencatat ada 5.285 perkara perkawinan anak yang diputuskan oleh

Pengadilan Agama. Kemudian dampak yang ditimbulkan akibat perkawinan anak

juga sangat beresiko, 40% dari mereka yang menjalani perkawinan anak di bawah

umur, berpotensi melahirkan bayi stunting.

Nikah muda bisa dibilang masih menjadi trend di Kabupaten Tuban.

Angka pernikahan dini di bumi wali ini bahkan menempati urutan nomer 6 di

Jawa Timur pada tahun 2017 kemarin. Data yang diperoleh dari Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Kabupaten Tuban,

angka nikah muda dengan usia kurang dari 20 tahun mencapai 2.298, atau sekitar

26,63% dari jumlah pernikahan yang ada. Sementara di tahun 2018, sampai bulan

November ini angka nikah muda berjumlah 1.941 atau 24,79% dari pernikahan

yang digelar di Tuban.

Pernikahan anak usia dini (di bawah 18 tahun) di Kabupaten Tuban pada

tahun 2019-2020 ada sekitar 808 anak. Rinciannya laki-laki 101 anak dan

perempuan 707 anak. Data yang dihimpun dari Pengadilan Agama Kabupaten
21

Tuban, sepanjang tahun 2021 kemarin jumlah perkara dispensasi kawin yang

diputus oleh pengadilan agama sebanyak 554 perkara.

Tabel 1.1 Jumlah Data Remaja Menikah Usia Dini di Kecamatan Kerek
Kabupaten Tuban
No. Desa 2019 2020 2021 2022 Total
1. Margomulyo 9 1 3 1 14
2. Jarorejo 6 - - 2 8
3. Hargoretno 7 1 1 - 9
4. Tengger Wetan 7 4 2 7 20
5. Sidonganti 5 6 5 7 23
6. Trantang 3 3 3 3 12
7. Gemulung 5 6 4 9 24
8. Wolutengah 18 8 7 12 45
9. Gaji 42 17 15 21 95
10. Kedungrejo 6 3 4 6 19
11. Margorejo 4 2 4 5 15
12. Temayang 2 - - - 2
13. Padasan 3 1 - 4 8
14. Karanglo - 3 3 - 6
15. Sumberarum 1 - 4 - 5
16. Kasiman 1 - 2 1 4
17. Mliwang 1 1 1 - 3
Jumlah 120 56 58 78 312

Hasil survei data yang diperoleh dari Kantor Urusan Agama (KUA)

Kecamatan Kerek, angka nikah muda usia kurang dari 20 tahun mulai dari tahun

2019-2022 mencapai 312 anak dari jumlah pernikahan yang ada.

Remaja di Kecamatan Kerek baik pria maupun wanita masing-masing

71% dan 70% mengaku pernah mempunyai pacar. Umur pertama kali mulai

pacaran rata-rata diusia 12 tahun. Bagi anak yang berusia dibawah umur atau

kurang dari 20 tahun tidak diperbolehkan untuk menikah. Namun, ada acara untuk

mengurus nikah, yakni dengan mengajukan dispensasi atau mengurus dispensasi


22

di Pengadilan Agama (PA) setempat agar dilakukan pernikahan dapat diproses

dan tercatat oleh negara.

Pernikahan dini di Indonesia disebabkan karena faktor pendidikan rendah

berdampak bagi anak perempuan menjadi putus sekolah dan terisolasi, hilangnya

kesempatan meraih pendidikan formal menghambat perkembangan kualitas

perempuan yang mendorong ketidaksetaraan dan terhambatnya proses

pemberdayaan perempuan. Secara nasional pernikahan dari kelompok umur 10-14

tahun yang tidak sekolah 9,5% serta tidak tamat SD 9,1% (BKKBN, 2018).

Pernikahan dini Indonesia pada beberapa wilayah provinsi diambil

kesimpulan penyebab dari pernikahan dini disebabkan karena faktor ekonomi

lebih banyak dilakukan dari keluarga miskin dengan alasan dapat mengurangi

beban tanggungan dari orang tua dan menyejahterakan remaja yang dinikahkan

dan biasanya adanya keterpaksaan untuk melakukan pernikahan dini.

Dampak menikahkan anaknya yang belum cukup umur, dampaknya bagi

keluarga muda dari segi kebutuhan ekonomi akan mengakibatkan stress, akibat

belum siap secara ekonomi disatu sisi dorongan konsumsi dan kebutuhan baru

akibat perubahan jaman yang cepat (BKKBN, 2018).

Dispensasi pernikahan banyak diajukan oleh orang tua yang anaknya

mengalami kehamilan diluar nikah (BKKBN, 2017). Dari faktor agama orang tua

yang memahami bahwa jika anak menjalin hubungan dengan lawan jenis akan

terjadi pelanggaran agama dan sebagai orang tua wajib melindungi dan

mencegahnya dengan segera menikahkan anak-anak tersebut. Sebagai orang tua

anak, menyatakan bahwa jika anak menjalin hubungan dengan lawan jenis
23

merupakan suatu perzinahan, oleh karena itu sebagai orang tua harus mencegah

hal tersebut dengan segera menikahkan.

Faktor hamil diluar nikah yaitu disebabkan oleh kurangnya edukasi soal

seks, kurang pendidikan seks biasanya disebabkan tabunya hal tersebut.

Selanjutnya yaitu kontrol keluarga yang kurang maksimal, justru membuat

mereka mudah terjerumus dalam pergaulan yang tak sehat. Selanjutnya

permasalahan yang dimiliki anak, permasalahan yang ada pada anak bisa

berdampak pada pergaulannya. Tingkat pendidikan rendah, biasanya tingkat

pendidikan rendah membuat seseorang kesulitan dalam menentukan sikapnya di

lingkungan sosial.

Faktor media massa, faktor ini terjadi karena mudahnya mengakses

informasi dari segala bentuk dan macam sumber di era saat ini. Anak-anak mudah

sekali melihat situs-situs pornografi yang kemudian tidak dibekali bekal emosinal

dan pengetahuan yang cukup sehingga menimbulkan banyaknya hamil diluar

nikah menjadi pemicu pernikahan usia dini.

Disamping itu adat/budaya di beberapa belahan daerah di Indonesia, masih

terdapat beberapa pemahaman tentang perjodohan, dimana anak gadisnya sejak

kecil telah dijodohkan orang tuanya dan akan segera dinikahkan sesaat setelah

anak tersebut mengalami masa menstruasi. Padahal umumnya anak-anak

perempuan mulai menstruasi di usia 12 tahun. Maka dapat dipastikan anak

tersebut akan dinikahkan pada usia 12 tahun, jauh di bawah batas usia minimum

sebuah pernikahan yang diamanatkan Undang-Undang (BKKBN, 2019).


24

Pada remaja putri yang melakukan pernikahan dini, alat reproduksi masih

belum siap untuk menerima kehamilan sehingga dapat menimbulkan berbagai

macam komplikasi diantaranya yaitu perdarahan, infeksi dan proses persalinan

yang memakan waktu yang lama dan sulit. Kematian maternal pada wanita hamil

dan melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi

daripada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun (Romauli dan

Vindari, 2018).

Dalam persoalan pernikahan dini orang tua mempunyai peran penting

yaitu jangan sampai terjebak pada situasi disorientasi pada individu dikarenakan

perubahan yang terlalu banyak dalam waktu singkat, sedangkan peran orang tua

terutama wilayah perdesaan yang mempunyai anak remaja belum menikah jangan

terjebak untuk mengulang kebiasaan yang sudah pernah sukses dilakukan

sebelumnya menikah dini tetapi sebenarnya tidak relevan dan tidak cocok

dilakukan pada keadaan saat ini, dalam hal ini menikahkan anaknya pada usia

dibawah 20 tahun (BKKBN, 2021).

Pemerintah mempunyai peran penting dalam mengurangi angka

pernikahan dini. Misalnya dengan cara meningkatkan pendidikan dengan

memberikan ketersediaan atau akses secara luas melalui penambahan gedung

sekolah, Sumber Daya Manusia yaitu tenaga pendidik (guru dan administrasi)

terdidik dan mumpuni, sarana dan prasarana lengkap dan disesuaikan dengan

kondisi sekarang, terpenting lagi biaya sekolah yang terjangkau oleh masyarakat

(BKKBN, 2021).
25

Perhatian pemerintah dalam meningkatkan ekonomi keluarga memberikan

dampak pengurangan pernikahan dini, dalam sisi hukum melakukan regulasi

terhadap undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan dengan

memberikan ketegasan terhadap batas umur minimal menikah, jajaran kesehatan,

Badan Kependudukan dan KB, Departemen Agama, Sosial memberikan

sosialisasi kepada masyarakat tentang peningkatan usia kawin dalam mewujudkan

keluarga sejahtera dan berkualitas

Adapun Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

(BKKBN) mempunyai program yang bertujuan mengendalikan jumlah penduduk

yaitu program Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP). Implikasi dari tujuan

Pendewasaan Usia Perkawinan adalah meningkatkan usia perkawinan pertama

yang lebih dewasa sehingga berdampak pada penurunan Total Fertility Rate

(TFR) atau rata-rata jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang wanita sampai

dengan akhir masa reproduksinya.

Penanganan adanya dampak buruk pernikahan dini, yaitu dengan

Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP), keluarga sejahtera dan pemerintah peduli

remaja berupa solusi baru yang lebih objektif yang dapat dijadikan sebagai

langkah awal untuk mengatasi maraknya pernikahan usia dini (Sasmita, 2018).

Upaya konkrit lain yaitu meningkatakan pendidikan dengan kebijakan

wajib belajar 12 tahun karena tingkat pernikahan dini bisa ditekan lantaran anak

fokus menyelesaikan studinya di jenjang SMA/SMK, serta mensosialisasikan

kesehatan reproduksi pada remaja, melalui pembelajaran kespro remaja dapat


26

mengerti akan hak-hak reproduksinya (BKKBN, 2010 dalam Hafida Oktavia et

al., 2018)

Berdasarkan Precede-Proceed Model yang dikembangkan oleh Lawrence

Green dan Kreuter perilaku seseorang atau masyarakat ditentukan atau terbentuk

dari tiga faktor, yaitu faktor predisposisi (predisposing factor), faktor pendorong

(reinforcing factors) dan faktor pendukung (enabling factor).

Faktor prediposisi yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan,

keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya. Faktor pendorong yang terwujud dalam

sikap dan perilaku kesehatan, orang tua, teman sebaya, guru, yang merupakan

kelompok refensi dari perilaku masyarakat. Faktor pendukung yang terwujud

dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidaknya tersedianya fasilitas dan sarana

kesehatan.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang Hubungan Perilaku Seksual Pranikah dengan

Pernikahan Usia Dini pada Remaja di Wilayah Kecamatan Kerek Kabupaten

Tuban.

1.2 Identifikasi Masalah

Nikah muda bisa dibilang masih menjadi tren di Kabupaten Tuban. Angka

pernikahan dini di bumi wali ini bahkan menempati urutan nomer 6 di Jawa

Timur pada tahun 2017 kemarin. Berdasarkan survei awal yang dilaksanakan oleh

peneliti dengan cara wawancara secara langsung pada 10 orang remaja di Desa

Gaji Kecamatan Kerek Kabupaten Tuban, didapatkan hasil bahwa sebanyak 6

(60%) remaja telah sampai pada tahap berpelukan dan berciuman dan 4 (40%)
27

telah berhubungan seksual. Dengan adanya fenomena seks pranikah pada remaja

yang mengakibatkan pernikahan usia dini yang disebabkan oleh beberapa faktor

diantaranya pergaulan dari teman sebaya, hamil diluar nikah, putus sekolah,

perjodohan antar orangtua, adat istiadat, sudah saling mencintai, media massa dan

faktor ekonomi. Berdasarkan fenomena di atas maka dalam penelitian ini penelit

ingin mengetahui tentang hubungan antara perilaku seksual pranikah dengan

pernikahan usia dini pada remaja di wilayah Kecamatan Kerek Kabupaten Tuban.

1.3 Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara perilaku seksual pranikah dengan pernikahan

usia dini pada remaja di wilayah Kabupaten Tuban ?

1.4 Tujuan Penelitian

1.41 Tujuan Umum

Menjelaskan hubungan perilaku seksual pranikah dengan pernikahan usia

dini pada remaja di Kabupaten Tuban

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi perilaku seksual pranikah pada remaja di Kecamatan

Kerek.

2. Mengidentifikasi pernikahan usia dini pada remaja di Kecamatan

Kerek.

3. Menganalisis hubungan perilaku seksual pranikah dengan pernikahan

usia dini pada remaja di Kecamatan Kerek.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis


28

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pengembangan ilmu keperawatan

dengan mengetahui bahaya dari perilaku seksual pranikah yang akan

mengakibatkan pernikahan usia dini pada remaja.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah ilmu

pengetahuan, pengalaman dan keterampilan dalam menganalisa

permasalahan tingkat perilaku seksual dan pernikahan usia dini pada

remaja.

2. Bagi Institusi

Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan aplikatif bagi perawat untuk

dapat meningkatkan pengetahuan serta perhatian dan memberikan

informasi atau penyuluhan tentang Kesehatan reproduksi remaja.

3. Bagi Responden

Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan bahaya perilaku

seksual pranikah yang mengakibatkan pernikahan usia dini.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah bidang keilmuan keperawatan

komunitas yang mencakup tentang hubungan perilaku seksual pranikah dengan

pernikahan usia dini.

1.7 Keaslian Penelitian


29

Tabel 1.2 Keaslian Penelitian hubungan antara perilaku seksual pranikah dengan
pernikahan usia dini pada remaja di wilayah Kabupaten Tuban

Metode (Desain, Sampel,


Judul Karya Ilmiah dan
No. Variabel, Instrumen, Hasil
Penulis
Analisis)
1. Life style remaja dengan Desain : Penelitian tentang
perilaku seksual pranikah Studi Fenomenologi life style remaja
Sampel : dengan perilaku
(Sri puji Lestari, Tut Wuri Purposive Sampling seksual pranikahpada
Prihatin, Elsa Ayu Giartika, Variabel : komunitas Anti
2019) Independen : Life style Sosial Club kota
remaja Semarang
Dependen : Perilaku dilaksanakan pada
seksual pranikah remaja yang berusia
Instrument : 17 – 22 tahun di
Wawancara Kota Semarang.
Peneliti memutuskan
jumlah informan
dalam penelitian ini
sebanyak 3 orang.
Karakteristik dari
ketiga informan
tersebut
2. Hubungan antara faktor Desain : Ada hubungan antara
internal dan faktor eksternal Cross Sectional faktor internal
dengan perilaku seksual Sampel : (tingkat Pendidikan
pranikah remaja di Sampling bertahap, dan pengetahuan) dan
Indonesia. sebanyak 19.882 faktor eksternal
responden. Terdiri dari (media informasi,
(Ayuk Khoirotul Umaroh, 10.980 laki-laki (6.154 di peran dan tempat
Yuli Kusumawati, Heru daerah urban dan 4.826 tinggal) terhadap
Subaris Karjono, 2018) daerah rural) dan 8.902 perilaku seks
perempuan (5.304 di pranikah remaja di
daerah urban dan 3.598 di Indonesia.
daerah rural)
Variabel :
Independen : Pendidikan,
pengetahuan, sikap, gaya
hidup, pertemanan,
orangtua, saudara, kerabat,
guru, petugas Kesehatan,
tokoh agama, semuanya)
Dependen : Perilaku seks
pranikah
Instrument :
Kuisioner
3. Pengaruh Kontrol Diri Desain : Kesimpulan dalam
Terhadap Perilaku Seks Cross Sectional penelitian ini adalah
30

Metode (Desain, Sampel,


Judul Karya Ilmiah dan
No. Variabel, Instrumen, Hasil
Penulis
Analisis)
Bebas Pranikah Pada Sampel : variable pengetahuan,
Remaja SMK “KTT” di Random Sampling, 83 pengaruh teman
Surabaya. Responden sebaya, peluang
Variabel : waktu, paparan media
(Istiqomah, 2021). Independen : Pengetahuan pornografi, control
remaja, pengaruh teman diri memperbaruhi
sebaya, peluang waktu, perilaku seks bebas
paparan media pornografi pranikah.
dan control diri
Dependen : Perilaku seks
bebas pranikah
Instrument :
Wawancara dan
Kuisioner
4. One of the impact of early Desain : Hasilnya menunjukan
marriage on schooling Case study bahwa menunda
outcomes in sub-Saharan Sampel : pernikahan dini
Africa and South west asia Simple Random Sampling selama satu tahun
Variabel : dikaitkan setengah
(Marcos Delprato. Kwame, Independen : Pernikahan tahun Pendidikan di
2019) dini SubSaharan.
Dependen : Perilaku seks
pranikah
Instrument :
Kuisioner
5. Pernikahan dini berbasis Desain : Ada hubungan yang
Transcultural Nursing di Cross Sectional era tantara
Desa Kara Kecamatan Sampel : pernikahan dini
Torjun Sampang-Madura. Purposive sampling, 253 dengan kebudayaan
Responden di Kecamatan Torjun
(Esty Yunitasari, Ratna Ayu Variabel : Sampang Madura.
Pradani, Ayu Susilawati, Independen : Budaya,
2017) faktor ekonomu,
dukungan keluarga,
teknologi
Dependen : Pernikahan
Dini
Instrument :
Kuisioner
6. Building social capital to Desain : Remaja dalam
promote adolescent True Eksperiment komunitas pertanian
wellbeing: a qualitative Sampel : ini mengidentifikasi
study with teens in a Latino Random sampling sumber kuat ikatan
agricultural community. Variabel : modal social dalam
Pengetahuan Kesehatan keluarga mereka.
(Marissa Raymond, 2018) seksual/reproduksi seksual Namun mereka
Instrument : mengidentifikasi
31

Metode (Desain, Sampel,


Judul Karya Ilmiah dan
No. Variabel, Instrumen, Hasil
Penulis
Analisis)
MRI (Magnetic keterbatasan dalam
Resonance Imaging) kapasitas keluarga
mereka untuk
menghubungkan
mereka dengan
sumber daya
struktual dalam
Pendidikan,
pekerjaan dan
perawatan kesehatan
yang dapat
mendukung perilaku
sehat dan mobilitas
sosial ke atas.

7. Hubungan Antara Sikap Desain : Disimpulkan bahwa


Terhadap Religiusitas Kuantitatif (Eksplanatori) terdapat hubungan
Dengan Sikap Terhadap Sampel : yang signifikan
Kecenderungan Perilaku Incidental Sampling, 130 antara sikap terhadap
Seks Pranikah Pada Remaja Responden religiusitas dengan
Akhir Yang Sedang Variabel : sikap terhadap
Berpacaran di Universitas Independen : Sikap kecenderungan
Airlangga Surabaya. terhadap religiusitas perilaku seks
Dependen : Sikap pranikah pada remaja
(Nuandri: Widayat, 2020) terhadap kecenderungan akhir yang sedang
erilaku seks pranikah berpacaran di
Instrument : Universitas Airlangga
Kuisioner Surabaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Model Konsep Teori Perilaku Lawrence Green

Lawrence Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat

kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor

pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor luar lingkungan

(nonbehavior causes). Untuk mewujudkan suatu perilaku kesehatan, diperlukan

pengelolaan manajemen program melalui tahap pengkajian, perencanaan,

intervensi sampai dengan penilaian dan evaluasi (Nursalam, 2015). Proses

pelaksanaannya Lawrence W. Green menggambarkan dalam bagan berikut ini.

Phase 5 Phase 4 Phase 3 Phase 2 Phase 1


administrativ Educational Behavioral Epidemiologica Social
e and policy and and l diagnosis diagnosis
diagnosis organizationa environmenta
l diagnosis l diagnosis

HEALTH
Predisposing
PROMOTION factors
Health Behavior
Education and
Reinforcing livestyle
factors Quality of
Health life
Policy
Regulation
Environment
Organizatio Enabling
factors

Phase 6 Phase 7 Phase 8 Phase 9


Implementation Process Impact evaluation Outcome
evaluation evaluation
Gambar 2.1 Teori Perilaku Green Procede-proceed model (Green&Ksuter, 1991)

15
16

Selanjutnya dalam program promosi Kesehatan dikenal adanya model

pengkajian dan penindaklanjutan (Precede-Proceed model) yang diadaptasikan

dari konsep Lawrence Green. Model ini mengkaji masalah perilaku manusia dan

faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta cara menindaklanjutinya dengan

berusaha mengubah, memelihara atau meningkatkan perilaku tersebut ke arah

yang lebih positif.

Proses pengkajian atau pada tahap precede dan proses penindaklanjutan

pada tahap proceed. Dengan demikian suatu program untuk memperbaiki perilaku

kesehatan adalah penerapan ke empat proses pada umumnya ke dalam model

pengkajian dan penindaklanjutan yang diuraikan sebagai berikut: (Green, 1991)

1. Kualitas hidup adalah sasaran umum yang ingin dicapai dibidang

pembangunan sehingga kualitas hidup ini sejalan dengan tingkat

kesejahteraan. Diharapkan semakin sejahtera maka kualitas hidup semakin

tinggi. Kualitas hidup ini salah satunya dipengaruhi oleh derajat

Kesehatan. Semakin tinggi derajat Kesehatan maka kualitas hidup juga

semakin tinggi.

2. Derajat kesehatan adalah sesuatu yang ingin dicapai dalam bidang

kesehatan, dengan adanya derajat kesehatan akan tergambarkan masalah

kesehatan yang sedang dihadapi. Pengaruh yang paling besar terhadap

derajat kesehatan seseorang adalah faktor perilaku dan lingkungan.

3. Faktor lingkungan adalah faktor fisik, biologis dan sosial budaya yang

langsung atau tidak mempengaruhi derajat Kesehatan.


17

4. Faktor perilaku dan gaya hidup adalah suatu faktor yang timbul karena

adanya akal dan reaksi seseorang atau organisme terhadap lingkungannya.

Faktor perilaku akan terjadi apabila ada rangsangan, sedangkan gaya hidup

merupakan pola kebiasaan seseorang atau sekelompok orang yang

dilakukan karena jenis pekerjaannya mengikuti tren yang berlaku dalam

kelompok sebayanya, ataupun hanya untuk meniru dari tokoh idolanya.

Selanjutnya perilaku dari Lawrence Green sendiri terbentuk dari tiga

faktor dalam bagan ini:

Predisposing Factors: Enabling Factors: Reintorcing Factors:

1. Knowledge 1. Avallibillty of health resources 1. Family


2. Belliefs 2. Accesibillty of health resources 2. Peers
3. Values 3. Community/government lawa, 3. Teachers
4. Attitudes priority and commitment to 4. Employers
5. Confidance health 5. Health provider
4. Health-related skill 6. Community leaders
7. Decision makers

Specific behavior by
Environment
individuals or by
organizations (conditions of living)

Health

1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor)

Merupakan faktor internal yang ada pada diri individu, keluarga,

kelompok atau masyarakat yang mempermudah individu untuk berperilaku

yang terwujud dalam penngetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-

nilai dan sebagainya.

2. Faktor-faktor pendukung (enabling factors)


18

Yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya

fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan.

3. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factor)

Merupakan faktor yang mmenguatkan perilaku, yang terwujud dalam

sikap dan perilaku petugas kesehatan, teman sebaya, orangtua, yang

merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

Ketiga faktor penyebab tersebut diatas dipengaruhi oleh faktor penyuluhan

dan faktor kebijakan, peraturan serta organisasi. Semua faktor-faktor tersebut

merupakan ruang lingkup promosi kesehatan (Green, 1991 dalam Titah Nurul

2020)

Faktor lingkungan adalah segala faktor baik fisik, biologis maupun sosial

budaya yang langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi derajat

Kesehatan. Dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang

kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dan

sebagainya dari orang ataupun masyarakat yang bersangkutan. Di samping itu,

ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku para petugas Kesehatan terhadap

Kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku

2.2 Pernikahan

2.2.1 Definisi Pernikahan

Pernikahan adalah upacara pengikatan janji nikah yang dirayakan atau

dilaksanakan oleh dua orang dengan maksud meresmikan ikatan perkawinan

secara norma agama, norma hukum, dan norma sosial. Upacara pernikahan
19

memiliki banyak ragam dan variasi menurut tradisi suku bangsa, agama, budaya,

maupun kelas sosial. Penggunaan adat atau aturan tertentu kadang-kadang

berkaitan dengan aturan atau hukum agama tertentu pula. Adapun Pengertian

pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan oleh salah satu pasangan yang

memiliki usia di bawah umur yang biasanya di bawah 17 tahun. Baik pria atau

wanita jika belum cukup umur (17 Tahun) jika melangsungkan pernikahan dapat

dikatakan sebagai pernikahan usia dini. Di Indonesia sendiri pernikahan belum

cukup umur ini marak terjadi, tidak hanya di desa melainkan juga di kota

(Mubasyaroh, 2017)

Dalam undang-undang pernikahan disebutkan bahwa pernikahan yang

ideal adalah laki-laki berusia 21 tahun dan perempuan berusia 19 tahun, pada usia

tersebut seseorang yang melakukan pernikahan sudah memasuki usia dewasa,

sehingga sudah mampu memikul tanggung jawab dan perannya masing-masing,

baik sebagai suami maupun sebagai istri. Namun, dalam realitasnya banyak terjadi

pernikahan dini, yaitu pernikahan yang terjadi antara laki-laki dan perempuan

yang belum dewasa dan matang berdasarkan undang-undang maupun dalam

perpektif psikologis. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor penyebab. UU

No 1 tahun 1974 mendefinisikan perkawinan sebagai ikatan lahir dan batin antara

seorang pria dan wanita dalam hubungan suami istri yang bertujuan membentuk

rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Menurut Rahmawati 2010 dalam Hafida et al., 2018) perkawinan adalah

ikatan antara pria dan wanita sebagai hubungan suami istri yang diakui secara

hukum undang-undang, hukum adat, dan hukum agama. Pernikahan adalah


20

pertalian yang sah dalam jangka waktu yang lama antara laki-laki dan perempuan.

Pernikahan adalah ikatan suami istri yang didalamnya terdapat keintiman,

pertemuan, persahabatan, kasih sayang dan pemenuhan kebutuhan seksual

menjadi lebih matang (BKKBN, 2015 dalam Hafida et al., 2018)

Pernikahan adalah permulaan sebuah kehidupan baru bagi seseorang,

karena, sejak dua individu sepakat untuk memutuskan kawin (menikah), berarti

telah terjadi perubahan peran serta tanggung jawab terhadap diri sendiri, pasangan

dan lingkungannya. Perkawinan adalah pemersatu dua pribadi yang berbeda dan

melalui perkawinan individu terikat secara lahir dan batin. Ikatan lahir disebut

sebagai ikatan formal atau tampak sementara ikatan batin tidak terlihat jelas

(nampak) seperti ikatan lahir, dan disebut sebagai ikatan psikologis.

2.2.2 Asas-Asas Pernikahan

Dalam UU perkawinan (UU No.1/1974) tercantum asas-asas atau prinsip-

prinsip sebagai berikut:

1. Tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga bahagia dan kekal, untuk

itu suami istri perlu saling membantu dan melengkapi agar masing-masing

dapat mengembangkan kepribadiannya membantu dan mencapai

kesejahteraan spiritual dan materiil.

2. Dalam undang-undang perkawinan dinyatakan bahwa suatu perkawinan

adalah sah bilamana dilakukan menurut hukum masing masing agamanya

dan kepercayaan serta harus tercatat menurut peraturan perundang-

undangan yang berlaku.


21

3. Undang-undang perkawinan menganut asas manogami. Hanya apabila

dikehendaki oleh pihak yang bersangkutan karena hukum dan agama yang

bersangkutan mengizinkan, seseorang suami dapat beristri lebih dari

seorang dengan memenuhi persyaratan tertentu yang diputuskan oleh

pengadilan.

4. Undang-Undang perkawinan menganut prinsip, bahwa calon suami istri

harus telah matang jiwanya dan raganya untuk dapat melangsungkan

perkawinan agar supaya dapat mewujudkan perkawinan secara baik tanpa

berakhir pada perceraian dan mendapat keturunan yang baik dan sehat.

Untuk itu harus dicegah adanya perkawinan antara calon suami istri yang

masih dibawah umur.

5. Tujuan perkawinan adalah untuk membentuk keluarga yang bahagia kekal

dan sejahtera, maka undang-undang ini menganut prinsip untuk

mempersukar terjadinya perceraian, harus ada alasan-alasan tertentu serta

harus dilakukan di depan sidang pengadilan.

6. Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan

suami baik dalam kehidupan berumah tangga maupun dalam pergaulan

masyarakat sehingga dengan demikian segala sesuatu dalam keluarga

dapat dirundingkan dan di putuskan bersama oleh suami-istri.

2.3 Pernikahan Usia Dini

2.3.1 Definisi Pernikahan Usia Dini

Pernikahan usia dini (early mariage) merupakan suatu pernikahan formal

atau tidak formal yang dilakukan dibawah usia 18 tahun (UNICEF, 2014 dalam
22

Setiyawan, 2017). Pernikahan usia dini adalah pernikahan yang dilakukan oleh

seorang laki-laki dan seorang wanita, yang umur keduanya masih dibawah umur

minimum yang diatur oleh undang-undang (Rohmah, 2009).

Pernikahan bagi manusia merupakan hal yang penting, karena dengan

pernikahan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara biologis,

psikologis maupun secara sosial. Seseorang dengan melangsungkan sebuah

perkawinan maka semua kebutuhan biologisnya akan terpenuhi. Kematangan

emosi dan kedewasaan merupakan aspek sangat penting untuk menjaga

kelangsungan perkawinannya. (Setiyawan, 2017)

Usia dini pada usia remaja menurut WHO yaitu dengan memakai batasan

umur 10-20 tahun sebagai usia dini. Sedangkan menurut Undang-Undang

Perlindungan Anak bab 1 pasal 1 ayat (1) bahwa yang dimaksud dengan usia dini

adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, batasan tersebut diatas

menegaskan bahwa anak usia dini adalah bagian dari usia remaja. Sementara itu

menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

batasan usia remaja adalah 10 - 21 tahun.

Inter African Committee (IAC) dalam BKKBN 2012 dalam Rahmadini &

Sudaryo, 2021) mengatakan pernikahan dini adalah pernikahan yang terjadi

sebelum usia 18 tahun dimana salah satu atau dua pihak sedang menempuh

pendidikan sekolah dan tergolong usia remaja, belum matang secara fisiologis dan

psikologis untuk bertanggung jawab terhadap pernikahan dan anak yang

dihasilkan dari pernikahan tersebut. Pernikahan dini didefinisikan sebagai


23

perkawinan individu di bawah usia 18 tahun berhubungan dengan berbagai

dampak kesehatan dan sosial yang buruk bagi perempuan.

Pada dasarnya pernikahan dini merupakan ikatan janji suci yang dilakukan

oleh wanita dan pria yang berusia kurang dari ketentuan dengan tujuan membina

rumah tangga. Menurut Ramulyo (dalam Shufiyah 2018) pernikahan dini adalah

pernikahan yang berlangsung saat memasuki usia remaja, belum usia remaja, atau

baru berakhir usia remaja. (Fadilah, 2021)

2.3.2 Faktor Penyebab Pernikahan Usia Dini

Gage, 2013 dalam Hafida et al., 2018) faktor yang mendasari praktek

pernikahan dini diantaranya norma-norma budaya, kemiskinan, keterbatasan

ekonomi, dan pendidikan yang terbatas dan kekhawatiran orangtua dalam

menjaga keperawanan putri mereka. Adapun faktor-faktor yang memicu

terjadinya pernikahan usia dini, meliputi:

1. Faktor Ekonomi

Motif ekonomi melatar belakangi orang tua memutuskan untuk

menikahkan anaknya dengan harapan akan mengurangi beban finansial

dalam keluarga karena, ketika anaknya menikah maka kehidupan sang

anak ditanggung oleh sang suami. Hal ini banyak ditemukan di Pedesaaan

dengan tidak memperhatikan usia yang masih dini.

2. Faktor Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi

seseorang dengan pendidikan tinggi seseorang akan lebih mudah

menerima atau memilih suatu perubahan yang lebih baik. Tingkat


24

pendidikan berhubungan erat dengan pemahaman keluarga tentang

kehidupan berkeluarga (Noorkasiani, 2007 dalam Kurnia n.d. 2017)

3. Faktor Adat dan Budaya

Adat dan budaya dapat disalahartikan di suatu komunitas yang kemudian

membentuk semacam stigma, nilai, dan kepercayaan dan pelabelan sosial

bagi anak yang belum menikah. Sehingga, ada tekanan kepada anak

perempuan dengan berbagai label seperti "perawan tua" atau "perempuan

tidak laku" yang mendorong keluarga besar untuk segera mengawinkan

anak meraka di usia dini (anak). Selain itu, adanya berbagai perspektif

salah satunya seperti "lebih baik menikah muda kemudian bercerai

daripada tidak laku" ini juga mendorong orang tua segera menikahkan

anak mereka yang masih dini.

4. Faktor Agama

Mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam dimana memiliki nilai,

keyakinan, dan panduan mengenai tata cara perkawinan. Perkawinan

dapat dilakukan apabila seorang muslim (laki-laki maupun perempuan)

telah memasuki usia remaja yang ditandai dengan perubahan fisik yang

disebut dengan istilah “akhil baliq”. Oleh karena itu, praktik perkawinan

anak dianggap bukanlah tindakan yang melanggar norma atau syariat

agama Islam sepanjang persyaratan dan tatacaranya telah sesuai ajaran

agama. Praktik perkawinan anak dinilai sebagai upaya untuk


25

menghindarkan anak dari perzinahan yang merupakan salah satu perbuatan

dosa besar dalam keyakinan umat muslim.

5. Faktor Teknologi

Faktor lainnya adalah peningkatan penggunaan internet dan media sosial

(medsos) yang semakin pesat, terutama di kalangan anak dan remaja, telah

menyebabkan perubahan gaya komunikasi dan interaksi sosial di antara

anak dan remaja. Paparan konten pada anak dapat termasuk konten negatif

yang beresiko terhadap hidupnya, seperti pornografi, promosi perilaku

pacaran beresiko pada remaja, informasi yang salah tentang seksualitas

dan reproduksi, promosi perkawinan anak, dan sebagainya.

2.3.3 Dampak Pernikahan Usia Dini

1. Dampak Positif

Menurut Setiyaningrum 2015 dalam Yanti et al., 2018), kelebihan

pernikahan dini adalah Terhindar dari perilaku seks bebas dan Menginjak

usia tua tidak lagi mempunyai anak yang masih kecil.Hal ini sesuai dengan

yang disampaikan oleh informan 3 yaitu dampak positif dari pernikahan

dini baik jika ditinjau dari segi agama adalah menghindari terjadinya zina

atau terhindar dari perilaku seks bebas karena kebutuhan seksual

terpenuhi, serta adanya anggapan jika menikah muda menginjak usia tua

tidak lagi mempunyai anak yang masih kecil. Selain hal tersebut, dampak

positif yang ditimbulkan dari pernikahan usia muda adalah dapat


26

mengurangi beban orang tua karena dengan menikahkan anaknya maka

semua kebutuhan anaknya akan dipenuhi oleh suami.

2. Dampak Negatif

Menurut Setiyaningrum, 2015 Yanti et al., 2018), dampak negatif dari

perkawinan usia muda adalah sebagai berikut:

1) Segi Psikologis

Kematangan psikologis belum tercapai sehingga berpengaruh terhadap

pola asuh anak. Hal ini sesuai dengan informan yang menyatakan

bahwa anaknya nanti tidak mendapatkan kasih sayang yang maksimal

karena anaknya diurus oleh orang tua dari pasangan usia muda.

2) Segi Sosial

Ditinjau dari segi sosial, dengan perkawinan mengurangi kebebasan

pengembangan diri, mengurangi kesempatan melanjutkan pendidikan

ke jenjang yang lebih tinggi, serta menjadi sebuah aib bagi keluarga di

lingkungan masyarakat setempat. Hal ini disampaikan oleh informan

bahwa ada anak yang berhenti sekolah karena alasan menikah

sehingga menjadi aib bagi keluarga.

3) Segi Kesehatan

Ditinjau dari segi kesehatan, perkawinan usia muda meningkatkan

angka kematian bayi dan ibu, risiko komplikasi kehamilan, persalinan

dan nifas. Bagi bayi risiko terjadinya kesakitan dan kematian


27

meningkat. Hal ini dialami oleh informan bahwa remaja tersebut

mengalami kehamilan postterm serta kesulitan persalinan sehingga

menjalani operasi caesar dan bayi yang mengalami hipoksia akibat

tertelan air ketuban

Berbagai dampak pernikahan dini dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Dampak biologis

Anak secara biologis alat-alat reproduksinya masih dalam prose menuju

kematangan sehingga belum siap untuk melakukan hubungan seks dengan

lawan jenisnya, apalagi jika sampai hamil kemudian melahirkan. Jika

dipaksakan justru akan terjadi trauma, perobekan yang luas dan infeksi

yang akan membahayakan organ reproduksinya sampai membahayakan

jiwa anak. Patut dipertanyakan apakah hubungan seks yang demikian atas

dasar kesetaraan dalam hak reproduksi antara istri dan suami atau adanya

kekerasan seksual dan pemaksaan (penggagahan) terhadap seorang anak.

1) Dampak perilaku seksual menyimpang

Adanya prilaku seksual yang menyimpang yaitu prilaku yang gemar

berhubungan seks dengan anak-anak yang dikenal dengan istilah

pedofilia. Perbuatan ini jelas merupakan tindakan ilegal

(menggunakan seks anak), namun dikemas dengan perkawinan

seakan-akan menjadi legal. Hal ini bertentangan dengan Undang-

Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak khususnya

pasal 81, ancamannya pidana penjara maksimum 15 tahun, minimum


28

3 tahun dan pidana denda maksimum 300 juta dan minimum 60 juta

rupiah.

2) Dampak terhadap kesehatan reproduksi

Pernikahan dini melanggar hak anak, terutama anak perempuan. Anak

perempuan, sebagai pihak yang paling rentan menjadi korban dalam

kasus pernikahan dini, juga mengalami sejumlah dampak buruk. Plan

Indonesia, organisasi kemanusiaan yang fokus pada perlindungan dan

pemberdayaan anak, menyampaikan hasil temuannya mengenai

pernikahan dini. Plan mencatat, 33,5 persen anak usia 13-18 tahun

pernah menikah, dan rata-rata mereka menikah pada usia 15-16 tahun.

perkawinan dini berdampak pada kesehatan reproduksi anak

perempuan. Dari segi fisik, remaja itu belum kuat, tulang panggulnya

masih terlalu kecil sehingga bisa membahayakan proses persalinan.

Anak perempuan berusia 10-14 tahun memiliki kemungkinan

meninggal lima kali lebih besar, selama kehamilan atau melahirkan,

dibandingkan dengan perempuan berusia 20-25 tahun.

Sementara itu, anak yang menikah pada usia 15-19 tahun memiliki

kemungkinan dua kali lebih besar. Perkawinan dalam usia muda

merupakan salah satu faktor yang menyebabkan keganasan mulut

rahim. Kanker serviks adalah yang menyerang bagian ujung bawah

rahim yang menonjol di vagina. Kanker serviks merupakan kanker

yang berasal dari leher rahim ataupun mulut rahim yang tumbuh dan
29

berkembang dari serviks, dapat menembus keluar serviks sehingga

tumbuh di luar serviks bahkan terus tumbuh sampai dinding panggul.

Remaja tahap awal berisiko paling besar untuk menghadapi

masalah dalam masa hamil dan melahirkan anak, BBLR, kematian

bayi, dan abortus. Pada masa remaja ini alat reproduksi belum matang

melakukan fungsinya. Rahim atau uterus baru siap melakukan

fungsinya setelah umur 20 tahun, karena masa ini fungsi hormonal

melewati masa maksimal. Pada usia 14-18 tahun, perkembangan otot-

otot rahim belum cukup baik kekuatan dan kontraksinya, sehingga jika

terjadi kehamilan rahim dapat rupture atau robek. Pada usia 14-19

tahun sistem hormonal belum stabil, kehamilan menjadi tidak stabil

mudah terjadi pendarahan dan terjadilah abortus atau kematian janin.

Usia kehamilan terlalu dini dari persalinan memperpanjang rentang

usia reproduktif aktif. Hal ini dapat mengakibatkan resiko kanker

leher rahim di kemudian hari.

2. Segi Ekonomi

Anak remaja yang usianya dibawah 18 (delapan belas) tahun sering kali

belum mapan atau tidak memiliki pekerjaan yang layak dikarenakan

tingkat pendidikan mereka yang rendah. Hal tersebut menyebabkan anak

yang sudah menikah masih menjadi tanggung jawab keluarga khususnya

orang tua dari pihak laki-laki (suami). Akibatnya orang tua memiliki beban

ganda, selain menghidupi keluarga, mereka juga harus menghidupi

anggota keluarga baru. Kondisi ini akan berlangsung secara turun temurun
30

dari satu generasi ke generasi selanjutnya sehingga kemiskinan struktural

akan terbentuk. Jadi pernikahan yang dilangsungkan di usia dini memiliki

dampak dari segi ekonomi yaitu bahwa suami belum mampu menghidupi

istrinya dikarenakan kemungkinan suami belum mendapatkan pekerjaan,

dan faktor pendidikan yang kurang sehingga menghambat ia mendapatkan

pekerjaan, sehingga mereka masih membutuhkan banyak dukungan

keuangan dan bantuan dari orang tua dan mereka belum bisa sepenuhnya

hidup mandiri.

Setiap keputusan pasti mempunyai akibat baik itu positif maupun negatif

diantara dampak dari pernikahan dini adalah:

1) Dampak positif

Pernikahan dini tidak melulu dipandang jelek, pernikahan dini juga

mempunyai sisi positif diantaranya, yaitu:

(1) Dukungan emosional dengan dukungan emosional maka dapat

melatih kecerdasan emosional dan spiritual dalam diri setiap

pasangan (ESQ).

(2) Dukungan keuangan dengan menikah di usia dini dapat

meringankan beban ekonomi menjadi lebih menghemat.

(3) Kebebasan yang lebih dengan berada jauh dari rumah maka

menjadikan mereka bebas melakukan hal sesuai keputusannya

untuk menjalani hidup mereka secara finansial dan emosional.

(4) Belajar memikul tanggung jawab di usia dini banyak pemuda

yang waktu masa sebelum nikah tanggung jawabnya masih kecil


31

dikarenakan ada orang tua mereka, disini mereka harus dapat

mengatur urusan mereka tanpa bergantung pada orang tua.

(5) Terbebas dari perbuatan maksiat seperti zina dan lain-lain.

2) Dampak Negatif

Sebagaimana telah kita ketahui bersama, bahwa seseorang yang

melakukan pernikahan terutama pada usia yang masih muda, tentu

akan membawa berbagai dampak, terutama dalam dunia pendidikan.

Dapat diambil contoh, jika sesorang yang melangsungkan pernikahan

ketika baru lulus SMP atau SMA, tentu keinginannya untuk

melanjutkan sekolah lagi atau menempuh pendidikan yang lebih tinggi

tidak akan tercapai.

Hal tersebut dapat terjadi karena motivasi belajar yang dimiliki

seseorang tersebut akan mulai mengendur karena banyaknya tugas

yang harus mereka lakukan setelah menikah. Dengan kata lain,

pernikahan dini dapat menghambat terjadinya proses pendidikan dan

pembelajaran. Selain itu belum lagi masalah ketenagakerjaan, seperti

realita yang ada di dalam masyarakat, seseorang yang mempunyai

pendidikan rendah hanya dapat bekerja sebagai buruh saja, dengan

demikian dia tidak dapat mengeksplor kemampuan yang dimilikinya.

2.3.4 Usia Ideal Menikah

Undang-undang perkawinan Nomor 1 Tahun 1974, menetapkan bahwa

usia minimum wanita untuk menikah adalah 16 tahun dan 19 tahun bagi pria.
32

Walaupun menurut undang-undang sudah diperkenankan menikah, namun usia

tersebut belum matang untuk berkeluarga.

Walaupun menurut undang-undang sudah diperkenankan menikah, namun

usia minimal 20 tahun bagi wanita karena pada usia tersebut seseorang telah

dianggap siap dan sudah matang untuk hamil dan melahirkan. Menurut (Manuaba

2008 dalam Hafida Oktavia et al., 2018) kurun waktu reproduksi sehat pada umur

20-30 tahun diusia tersebut organ reproduksi perempuan secara fisiologis sudah

berkembang secara baik.

Kategori usia kawin menurut (Bogue dalam Hafida Oktavia et al., 2018)

dibagi menjadi 4 kelompok yaitu :

1. Child Marriage : Usia perkawinan pertama kurang dari 16 tahun.

2. Early Marriage : Usia perkawinan pertama antara dari 16-19 tahun.

3. Marriage at Maturity : Usia kawin pertama antara 20-30 tahun.

4. Late Marriage : Usia perkawinan pertama diatas 30 tahun.

Perkawinan ideal menurut psikolog berada pada fase dewasa awal, yaitu

usia 21-35 tahun baik wanita ataupun laki-laki. Karena dalam ilmu psikologi usia

tersebut dikenal dengan fase membangun rumah tangga. Perkawinan yang

dilakukan dibawah usia 20 tahun rentan terhadap perceraian karena emosinya

yang labil dan belum matang

Tidak ada ukuran yang pasti untuk menentukan usia yang paling baik

dalam melangsungkan pernikahan, namun untuk menentukan usia yang ideal

dalam pernikahan dapat dikemukakan beberapa hal sebagai bahan pertimbangan

yaitu:
33

1. Kematangan Fisiologis atau Kejasmanian

Keadaan kejasmanian yang cukup matang dan sehat diperlukan dalam

melakukan tugas sebagai akibat pernikahan.

2. Kematangan Psikologis

Banyak hal yang timbul dalam pernikahan yang membutuhkan pemecahan

masalahnya dari segi kematangan psikologisya. Adanya kebijaksanaan

dalam keluarga menuntut kematangan psikologis dan segi-segi atau

masalah-masalah yang lain. Dalam pernikahan dituntut adanya

kematangan emosi agar seseorang dapat menjalankan pernikahan dengan

baik. Beberapa tanda kematangan emosi adalah mempunyai tanggung

jawab, memiliki toleransi yang baik, dan dapat menerima keadaan dirinya

maupun keadaan orang lain seperti apa adanya kematangan ini pada

umumnya dapat dicapai setelah umur 21 tahun.

3. Kematangan Sosial, Khususnya Sosial Ekonomi

Kematangan sosial, khususnya social ekonomi diperlukan dalam

pernikahan karena hal ini merupakan penyangga dalam memutar roda

keluarga akibat pernikahan. Umur yang masih muda, pada umumnya

belum mempunyai pegangan dalam hal social psikologi, padahal kalau

seseorang telah memasuki pernikahan, maka keluarga tersebut harus dapat

berdiri sendiri untuk kelangsungan keluarga bergantung itu, tidak

bergantung kepada pihak lain termasuk orang lain.

4. Tinjauan Masa Depan atau Jangka ke Depan


34

Umumnya keluarga menghendaki adanya keturunan, yang dapat

melangsungkan keturunan keluarga, disamping itu umur manusia terbatas,

pada suatu waktu akan mengalami kematian. Sejauh mungkin diusahakan

bila orang tua telah lanjut usia, anak-anaknya telah dapat berdiri sendiri,

tidak lagi menjadi beban orang tuanya, oleh karena itu pandangan kedepan

perlu dipertimbangkan dalam pernikahan.

5. Perbedaan Antara Perkembangan Pria dan Wanita

Perkembangan antara pria dan wanita tidak sama, artinya kematangan pada

wanita tidak akan sama jatuhnya dengan pria, seorang wanita yang

umumnya sama dengan seorang pria, tidak berarti kematangan segi

psikologisnya juga sama. Sesuai dengan segi perkembangan, pada

umumnya wanita lebih dahulu mencapai kematangan dari pada pria.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut dan mengingat bahwa

peranan suami dalam memberikan pengarahan lebih menonjol pada umur

yang sebaiknya untuk melangsungkan pernikahan pada wanita umur 23-24

tahun, sedangkan untuk pria umur 26-27 tahun, pada rentan umur tersebut

pada umumnya telah mencapai kematangan kejasmanian, psikologis, dan

dalam keadaaan normal pria umur sekitar 26-27 tahun telah mempunyai

sumber penghasilan untuk menghidupi keluarga sebagai akibat pernikahan

tersebut (Walgito, 2002 dalam Fabiana Meijon Fadul, 2019)

2.3.5 Pencegahan Pernikahan Usia Dini

Cara menghindari pernikahan usia dini menurut (Teguh Firmansyah 2016

dalam Fabiana Meijon Fadul, 2019) memiliki 3 cara, yaitu:


35

1. Pendidikan Agama

Pendidikan agama adalah cara awal dalam pencegahan pernikahan usia

dini. Hal tersebut dengan memperbanyak beribadah dan mengetahui batas

umur menikah dalam agama Islam.

2. Didikan Orang Tua

Didikan orangtua mengutamakan persoalan pribadi anak. Misal anak putri,

selain sekolah juga mengisi waktu dengan cara mengajarkannya memasak.

Sementara untuk anak laki-laki, tambahannya orangtua mengarahkannya

dengan cara membantu orangtuanya, semisal pergi ke sawah.

3. Menjauhi Pergaulan Negatif

Menjauhi pergaulan negatif, ini sangat perlu dijauhi oleh seorang anak,

sebab pergaulan seperti itu sangat menyesatkan bagi seorang anak di

bawah umur.

Sedangkan menurut (Dokter Internsip Puskesmas Aikmel dalam Duta

SMART 2016 Fabiana Meijon Fadul, 2019) solusi dalam pencegahan pernikahan

usia dini adalah:

1. Pendidikan, supaya dapat menata dan merencanakan masa depan yang

lebih cerah.

2. Bekerja, jika orangtua tidak mampu menyekolahkan anak-anaknya karena

faktor ekonomi, lebih baik anak diarahkan ke kegiatan positif seperti

bekerja.
36

2.4 Perilaku Seksual Pranikah

2.4.1 Definisi Perilaku Seksual Pranikah

Seks bebas merupakan perilaku seks yang dilakukan antara laki-laki

dan perempuan tanpa ikatan pernikahan yang sah. Seks bebas dianggap

sebagai perilaku yang kurang baik dan menyimpang serta bertentangan

dengan aturan normatif maupun harapan lingkungan sosial yang

bersangkutan. Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong

oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenis (heteroseksual) maupun dengan

sesama jenis (homoseksual), dimana objek seksualnya bisa berupa orang lain,

orang dalam khayalan, atau diri sendiri (Kristanti & Atanus, 2020)

Menurut (Sarwono 2011 dalam Pada et al., 2020) perilaku seksual adalah

segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan

jenisnya maupun dengan sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini bisa

bermacam macam mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan,

bercumbu dan bersenggama. Objek seksualnya bisa berupa orang lain, orang

dalam khayalan atau diri sendiri. Menurut Nevid dalam Teruna, 2009 dalam

Astuti et al., 2021) perilaku seksual adalah semua jenis aktifitas fisik yang

menggunakan tubuh untuk mengekspresikan perasaan erotis atau afeksi sebelum

adanya ikatan secara resmi. Notoatmodjo dalam Firza, 2011 Sciences, 2019)

menyatakan bahwa perilaku seksual remaja adalah tindakan yang dilakukan oleh

remaja berhubungan dengan dorongan seksual yang datang baik dalam diri

maupun dari luar dirinya. Menurut Imran dalam Prihatin, 2007 Sciences, 2019)

perilaku seksual adalah perilaku yang didasar oleh dorongan seksual atau kegiatan
37

mendapatkan kesenangan seksual melalui berbagai perilaku, termasuk hubungan

intim (intercourse).

Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk tingkah laku ini

dapat bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku

berkencan, bercumbu, dan bersenggama. Kondisi tersebut cukup

mengkhawatirkan mengingat perilaku tersebut dapat menyebabkan kasus

KehamiÂlan Tidak Diinginkan (KTD) selanjutnya memicu praktik aborsi yang

tidak aman, penuÂlaran Penyakit Menular Seksual (PMS) dan Human

Immunodeficiency Virus/Acquired Immunodeficiency Deficiency

Syndrome HIV/AIDS. (Pada et al., 2017)

Perilaku seksual adalah suatu bentuk aktifitas fisik antara laki-laki dan

perempuan atau lawan jenis yang dilakukan karena adanya dorongan-dorongan

seksual untuk mengekspresikan perasaan atau emosi dan kesenangan seksual

melalui berbagai perilaku. (Notoatmodjo, 2018)

Menurut (Simanjuntak 2005 dalam Chalimah & Mubarok, 2020) perilaku

seksual pranikah adalah segala macam tindakan, seperti bergandengan tangan,

berciuman, bercumbu sampai dengan bersenggama yang dilakukan dengan adanya

dorongan hasrat seksual, yang dilakukan sebelum ada ikatan pernikahan.

Sementara itu, (Soetjiningsih 2004 dalam Notoatmodjo, 2018) mendefenisikan

perilaku seksual pranikah adalah segala tingkah laku seksual yang didorong oleh

hasrat seksual dengan lawan jenisnya yang dilakukan sebelum menikah.


38

Berdasarkan penjelasan di atas, perilaku seksual pranikah adalah tingkah

laku yang berhubungan dengan dorongan seksual yang dilakukan dengan lawan

jenis maupun sesama jenis dengan segala macam tindakan seksual sampai dengan

berhubungan badan yang dilakukan sebelum adanya ikatan perkawinan yang sah

secara hukum maupun agama.

2.4.2 Bentuk Perilaku Seksual Pranikah

Menurut (Sarwono 2015 dalam Indah Rachmawati & Resdasari Prasetyo,

2020) ada empat jenis-jenis perilaku seksual, yaitu:

1. Perasaan tertarik, yaitu minat dan keinginan remaja untuk melakukan perilaku

seksual berupa perasaan suka, perasaan sayang, dan perasaan cinta.

2. Berkencan, yaitu aktivitas remaja ketika berpacaran berupa berkunjung ke

rumah pacar, saling mengunjungi dan berduaan.

3. Bercumbu, yaitu aktivitas seksual di saat pacaran, yang dilakukan remaja

berupa berpegangan tangan, mencium pipi, mencium bibir, meraba payudara,

meraba alat kelamin di atas baju dan meraba alat kelamin di balik baju.

4. Bersenggama, yaitu kesediaan remaja untuk melakukan hubungan seksual

dengan pacarnnya atau lawan jenis.

Menurut (Crooks & Baur 2016 dalam Hafida et al., 2018) perilaku seksual

remaja meliputi:

1. Masturbasi, masturbasi yang dimaksud yaitu stimulasi alat kelamin sendiri

untuk memperoleh kesenangan seksual.


39

2. Ekspresi seksual noncoital, seks noncoital mengacu pada kontak fisik erotis

yang bisa meliputi ciuman (kissing), pegangan tangan (holding), sentuhan

(touching), stimulasi manual atau stimulasi oral-genital, tapi bukan koitus.

1) Ciuman (kissing) dengan mulut tertutup cenderung lebih lembut dan penuh

kasih sayang, sedangkan berciuman dengan mulut terbuka (deep atau

french kissing) lebih memiliki intensi seksual.

2) Sentuhan (touching) sebagai landasan seksualitas manusia yang dibagikan

dengan yang lain. Sentuhan itu sendiri adalah bentuk komunikasi utama,

sebuah suara sunyi yang menghindari perangkap kata-kata sambil

mengekspresikan perasaan saat itu.

3) Stimulasi oral-genital ini dapat dilakukan secara bersamaan (dari pasangan

ke pasangannya). Selain itu, stimulasi oral-genital ini terdiri dari dua jenis,

yaitu cunnilingus dan felatio. Cunnilingus adalah stimulasi oral yang

dilakukan laki-laki terhadap vagina pasangannya, sedangkan felatio adalah

stimulasi oral yang dilakukan oleh perempuan terhadap penis

pasangannya.

4) Hubungan seksual (sexual intercourse), hubungan antara laki-laki dan

perempuan terhadap tahap-tahap yang berlangsung dalam kedekatan fisik

sebagai berikut :

(1) Bersentuhan (touching)

Perilaku yang terjadi di tahap ini secara umum dikatakan pantas terjadi

di kencan pertama. Berpegangan tangan dan berpelukan termasuk

dalam tahap ini.


40

(2) Berciuman (kissing)

Perilaku seksual yang terjadi di tahap ini berkisar dari ciuman singkat,

ciuman sebentar, ciuman lama, sampai ciuman intim atau disebut juga

deep kissing.

(3) Bercumbu (petting)

Tahap ini terdiri dari sentuhan dan stimulasi terhadap area-area sensitif

dari pasangan. Bercumbu biasanya meningkat dari cumbuan yang

ringan hingga cumbuan di daerah genital (heavy genital petting)

(4) Hubungan seksual (sexual intercourse)

Perilaku seksual dengan memasukan penis ke dalam vagina.

Penyebab perilaku seks pranikah remaja (Sarwono, 2008 dalam Tiara et

al., 2018):

1. Meningkatnya libido seksual

Menurut Sigmund Freud meningkatnya libido seksual berkembang

bersamaan dengan kematangan fisik. Anna freud berpendapat bahwa fokus

utama dari energi seksual adalah perasaan-perasaan disekitar alat kelamin,

obyek-obyek seksual dan tujuan-tujuan seksual. Dalam kaitan dengan

kematangan fisik tersebut memiliki dampak menurunnya usia kematangan

seksual perorangan.

2. Penundaan usia perkawinan


41

Indonesia terutama daerah-daerah pedesaan masih terjadi pernikahan

dibawah umur karena ukuran pernikahan seperti itu hanyalah kematangan

fisik semata. Tetapi dengan meningkatnya taraf pendidikan masyarakat

dengan banyaknya anak-anak perempuan yang bersekolah maka semakin

tertunda kebutuhan untuk mengawinkan anaknya. Kecenderungan ini

terutama terjadi pada masyarakat dikota-kota besar atau dikalangan

masyarakat kelas sosial-ekonomi menengah keatas.

3. Tabu-larangan

Hubungan seks diluar perkawinan tidak hanya dianggap tidak baik, tetapi

juga tidak boleh ada. Anggapan ini menyebabkan orang tua dan pendidik

jadi tidak mau mengajarkan atau tidak mau terbuka atau berterus terang

kepada anaknya tentang pendidikan seks, dikhawatirkan jika nanti anak-

anak mereka ikut-ikutan melakukan hubungan seks sebelum waktunya

(sebelum menikah). Pendidikan seks kemudian menjadi tabu untuk

dibicarakan walaupun antara anak dengan orang tua, yang pada akhirnya

akan menyebabkan perilaku seks yang tidak diharapkan.

4. Kurangnya informasi tentang seks

Kurang terpaparnya informasi-informasi tentang seks dikalangan remaja.

Remaja cenderung mendapatkan informasi-informasi yang salah karena

hubungan orang tua dan anaknya yang sudah terlanjur jauh sehingga anak-

anak memilih mencari informasi kepada sumber yang tidak akurat,

khususnya teman sebaya.

5. Pergaulan yang makin bebas


42

Kecendrungan pergaulan yang makin bebas antara laki-laki dan

perempuan dalam masyarakat sebagai akibat berkembangnya peran dan

pendidikan perempuan sehingga kedudukan perempuan makin sejajar

dengan laki-laki.

2.4.3 Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Pranikah

Menurut (Soetjiningsih 2004 dalam Hasibuan et al., 2017) faktor-faktor

yang mempengaruhi perilaku seksual pranikah yang paling tinggi ialah hubungan

antara orang tua dengan individu tersebut, diikuti karena tekanan teman sebaya,

religiusitas, dan eksposur media pornografi.

Menurut (Sarwono 2011 dalam Tiara et al., 2018) faktor penyebab

masalah seksualitas pada remaja:

1. Meningkatnya libido seksualitas yang disebabkan perubahan hormon

remaja.

2. Penundaan usia perkawinan. Penundaan tersebut karena adanya undang-

undang yang mengatur tentang batas usia menikah.

3. Adanya larangan dan memandang bahwa seks adalah adalah hal yang tabu

sehingga remaja cenderung melanggar larangan tersebut.

4. Kurangnya informasi mengenai seks karena hubungan yang tidak terbuka

antara orang tua dan anak.

5. Pergaulan remaja yang sekarang semakin bebas.

Ada juga beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja

seperti yang di sebutkan oleh (Pangkahila Soetjiningsih 2004 dalam Tiara et al.,

2018) antara lain perkembangan psikis, fisik, proses belajar dan sosiokultural.
43

Berbeda dengan pendapat Sarwono 2016 dalam Moll, 2021), ia

berpendapat bahwa faktor-faktor yang memperngaruhi perilaku seksual ialah

meningkatnya libido sekusalitas, penundaan usia perkawinan, tabu-larangan,

kurangnya informasi tentang seks, pergaulan yang makin bebas. Sarwono pun

menguraikan faktorfaktor tersebut dengan lebih rinci, yaitu:

1. Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual (libido

seksualitas) individu. Peningkatan hasrat seksual ini membutuhkan

penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual tertentu.

2. Penyaluran itu tidak dapat segara dilakukan karena adanya penundaan usia

perkawinan, baik secara hukum karena adanya undang-undang tentang

perkawinan yang menetapkan batas usia menikah (sedikitnya 16 tahun

untuk wanita dan 19 tahun untuk pria), maupun karena norma sosial yang

makin lama makin menuntut persyaratan yang makin tinggi untuk

perkawinan (pendidikan, pekerjaan, persiapan mental, dan lain-lain).

3. Sementara usia kawin ditunda, norma-norma agama tetap berlaku di mana

seseorang dilarang untuk melakukan seks sebelum menikah. Bahkan,

larangannya berkembang lebih jauh kepada tingkah laku yang lain seperti

berciuman dan masturbasi. Untuk individu yang tidak dapat menahan diri

akan terdapat kecendrungan untuk melanggar saja laranganlarangan

tersebut.

4. Kecendrungan pelanggaran makin meningkat oleh karena adanya

penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media massa yang

adanya teknologi canggih (video cassette, fotocopy, satelit, VCD, telepon


44

genggam, internet, dan lain-lain) menjadi tidak terbendung lagi. Individu

yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru

apa yang dilihat atau didengarnya dari media massa, khususnya karena

mereka pada umumnya belum pernah mengetahui seksual secara lengkap

dari orang tuanya.

5. Orang tua sendiri, baik karena ketidaktahuannya maupun karena sikapnya

yang masih mentabukan pembicaraan mengenai seks dengan anak tidak

terbuka terhadap anak, malah cenderung membuat jarak dengan anak

dalam hal tersebut.

6. Di pihak lain, tidak dapat diingkari adanya kecenderungan pergaulan yang

makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat sebagai akibat

berkembangnya peran dan pendidikan wanita sehinggan kedudukan wanita

makin sejajar dengan pria.

Adapun faktor pemicu perilaku seksual menurut (Didi Junaedi 2016:8

dalam Raden Fatah, 2021) secara umum adalah multifaktoral, mencakup

gejalagejala di dalam dan di luar pribadi (gejala intristik dan ekstrinsik) yang

saling berkaitan. Faktor intrisik adalah faktor herediter atau ketururnan, sedangkan

faktor ekstrinsik adalah pengaruh-pengaruh luar atau lingkungan.

Sedangkan menurut (Syarifuddin dan Yudhia 2009 dalam Raden Fatah,

2021) faktor yang mempengaruhi perilaku seksual manusia adalah faktor genetik

(keturunan) dan lingkungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual

antara lain:

1. Genetik
45

Faktor genetik/hereditas merupakan konsepsi dasar atau modal untuk

perkembangan perilaku makhluk hidup itu untuk selanjutnya. Lingkungan

merupakan kondisi/lahan untuk perkembangan perilaku tersebut.

2. Lingkungan

Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap perilaku reproduksi

individu diantaranya adalah faktor keluarga. Individu yang melakukan

hubungan seksual sebelum menikah banyak diantaranya berasal dari

keluarga yang bercerai atau pernah cerai, keluarga dengan banyak konflik

dan perpecahan.

(Willis 1993 dalam Raden Fatah, 2021) membagi faktor-faktor perilaku

seksual menjadi 4 bagian yaitu:

1. Faktor dari dalam diri anak itu sendiri

1) Presponding factor, faktor kelainan yang dibawa sejak lahir.

2) Lemahnya kemampuan pengawasan diri terhadap pengaruh

lingkungan.

3) Kurangnya kemampuan menyesuaikan diri terhadap lingkungan.

4) Kurang sekali dasar-dasar keagamaan di dalam diri, sehingga sukar

mengukur norma luar atau memilih norma yang baik di lingkungan

masyarakat.

2. Faktor dari rumah tangga

1) Anak kurang mendapatkan kasih saying dan perhatian orang tua.

Sehingga hal yang amat dibuthkannya itu terpaksa ia cari di ;uar

rumah, seperti di dalam kelompok teman-temannya.


46

2) Lemahnya keadaan ekonomi orang tua, telah menyebabkan tidak

mampu mencukupi kebutuhan anak-anaknya.

3) Kehidupan keluarga yang tidak harmonis

3. Faktor dari masyarakat

1) Kurangnya pelaksanaan ajaran-ajaran agama secara konsekwen.

2) Masyarakat yang kurang memperoleh pendidikan.

3) Kurangnya pengawasan terhadap individu.

4) Pengaruh norma-norma baru dari luar. Kebanyakan anggota

masyarakat beranggapan bahwa setiap norma yang baru datang dari

luar, itulah yang benar.

4. Faktor dari sekolah

1) Dedikasi seorang guru merupakan pokok terpenting dalam tugas

mengajar.

2) Kurangnya fasilitas pendidikan menyebabkan penyaluran bakat dan

keinginan terhalang.

3) Persamaan dan pemahaman norma-norma pendidikan, serta

kekompakan anatar guru dan peserta didik.

4) Minimnya jumlah guru.

Jufri 2005 dalam (Moll, 2021) berpendapat faktor yang mempengaruhi

perilaku seksual pranikah yaitu, seseorang yang melakukan aktivitas mengunduh

situs porno, chating yang berbau porno, akan cenderung merasa terangsang secara
47

seksual hingga cenderung memiliki keinginan untuk melakukan aktivitas seksual

seperti berciuman, petting atau berhubungan seks.

Bandura (Walgito, 1999 dalam Alfaiz, 2020), dengan teori belajar sosial

menjelaskan bahwa suatu perilaku dapat dipelajari dengan melihat dan meniru

model tertentu. Seseorang yang sering melihat adegan porno melalui situs-situs

porno di internet akan termotivasi untuk melakukan modeling, dengan cara

mencoba meniru adegan-adegan tersebut. Selain itu, adanya reward berupa

perasaan nikmat atau kesenangan setelah melakukan perilaku seksual akan

membuat seseorang cenderung mengulangi lagi perilaku seksual tersebut.

Semakin sering mengakses situs porno, maka perilaku seksual remaja cenderung

semakin meningkat.

2.4.4 Dampak Perilaku Seksual Pranikah

Sebagian dari perilaku seksual memang tidak berdampak apa-apa,

terutama jika tidak ada akibat fisik atau sosial yang ditimbulkan. Tetapi pada

sebagian perilaku seksual yang lain berpeluang besar memungkinkan masuknya

sperma ke dalam vagina, perilaku seksual tersebut dampaknya bisa cukup serius.

(Sarwono, 2015 dalam (Petting, 37%, 2021)

Perilaku seksual pranikah dapat menimbulkan berbagai dampak negatif

pada remaja, diantaranya sebagai berikut: (Ririn, 2009 dalam Moll, 2021)

1. Dampak Psikologis
48

Dampak psikologis dari perilaku seksual pranikah pada kalangan

mahasiswa diantaranya perasaan marah, takut, cemas, depresi, rendah diri,

bersalah, dan berdosa.

2. Dampak Fisiologis

Dampak fisiologis dari perilaku seksual pranikah tersebut diantaranya

dapat menimbulkan kehamilan yang tidak diinginkan dan akan

mengakibatkan adanya tindakan aborsi.

Adapun dampak perilaku seksual menurut (Sarwono 2016 dalam Apsari &

Purnamasari, 2018) yaitu;

1. Dampak Sosial

Akibat psikososial adalah ketegangan mental, dan kebingungan akan peran

social yang tiba-tiba berubah jika seorang gadis tiba-tiba hamil. Juga akan

terjadi cemoohan dan penolakan dari masyarakat sekitarnya. Selain itu,

juga ada akibat-akibat putus sekolah dan akibat ekonomis karena

diperlukan ongkos perawatan dan lain-lain.

2. Dampak Fisik

Akibat lainnya adalah terganggunya kesehatan dan risiko kehamilan serta

kematian bayi yang tinggi. Infeksi penyakit menular seksual dapat

menyebabkan kemandulan dan rasa sakit kronis serta meningkatkan risiko

terkena PMS dan HIV/AIDS.


49

2.5 Remaja

2.5.1 Definisi Remaja

Chaplin 1981 dalam (Tiara et al., 2018) menjelaskan definisi remaja

adalah periode antara pubertas dan kedewasaan. Usia yang diperkirakan : 12-21

tahun untuk anak gadis, yang lebih cepat menjadi matang daripada anak laki-laki,

dan antara 13 hingga 22 tahun bagi anak laki-laki.

Remaja menurut WHO dalam (Tiara et al., 2018) membagi kurun usia

menjadi 2 bagian yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun.

Sedangkan menurut pandangan dari masyarakat Indonesia sendiri dalam

menentukan definisi remaja secara umum agak sulit karena Indonesia terdiri dari

banyak suku , adat, dan tingkatan sosial-ekonomi maupun pendidikan.

Remaja merupakan masa dimana peralihan dari masa anak-anak ke masa

dewasa, yang telah meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan

memasuki masa dewasa. Perubahan perkembangan tersebut meliputi aspek fisik,

psikis dan psikososial. Masa remaja merupakan salah satu periode dari

perkembangan manusia. Remaja ialah masa perubahan atau peralihan dari anak-

anak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologis, perubahan psikologis,

dan perubahan sosial (Sofia & Adiyanti, 2013 dalam Hasibuan et al., 2017)

Menurut King 2012 dalam (Firdaus & Hidayati, 2019) remaja merupakan

perkembangan yang merupakan masa transisisi dari anak-anak menuju dewasa.

Masa ini dimulai sekitar pada usia 12 tahun dan berakhir pada usia 18 - 21 tahun.

Menurut Monks 2008 dalam (Firdaus & Hidayati, 2019) remaja merupakan masa

transisi dari anak-anak hingga dewasa, Fase remaja tersebut mencerminkan cara
50

berfikir remaja masih dalam koridor berpikir konkret, kondisi ini disebabkan pada

masa ini terjadi suatu proses pendewasaan pada diri remaja.

Hurlock (1997) mengungkapkan bahwa masa remaja merupakan masa

perpindahan atau peralihan , yaitu pada kondisi ini remaja beralih dari masak

kanak-kanak ke masa dewasa yang ditandani dengan perubahan fisik dan

psikologis Jannah, 2016 dalam (Arinandya, 2021)

Remaja adalah seseorang yang baru menginjakkan dan mengenal mana

yang baik dan buruk, mengenal lawan jenis dan memahami tugas dan peranan

dalam lingkungan sosial Jannah, 2016 dalam (Sartika et al., 2022)

Berdasarkan uraian yang diatas, dapat dijabarkan bahwa masa remaja

merupakan masa tansisi dimana remaja mengalami perubahan secara fisik dan

mental sehingga dapat merubah kondisi emosionalnya.

Masa tersebut berlangsung dari usia 12 - 21 tahun, dengan pembagian

sebagai berikut:

1. Masa remaja awal (early adolescent) umur 12-15 tahun.

2. Masa remaja pertengahan (middle adolescent) umur 15-18 tahun

3. Remaja terakhir umur (late adolescent) umur 18-21 tahun.

2.5.2 Ciri-Ciri Masa Remaja

Ciri remaja menurut Putro, 2017 dalam (Izzaty et al., 2021), yaitu:

1. Masa remaja sebagai period yang penting

Pada periode remaja, baik akibat langsung maupun akibat jangka panjang

tetaplah penting. Perkembangan fisik yang begitu cepat disertai dengan

cepatnya perkembangan mental, terutama pada masa awal remaja. Semua


51

perkembangan ini menimbulkan perlunya penyesuaian mental serta

perlunya membentuk sikap, nilai, dan minat baru.

2. Masa remaja sebagai period peralihan

Pada fase ini, remaja bukan lagi seorang anak dan bukan juga orang

dewasa. Kalau remaja berperilaku seperti anak-anak, ia akan diajari untuk

bertindak sesuai dengan umurnya. Kalau remaja berusaha berperilaku

sebagaimana orang dewasa, remaja seringkali dituduh terlalu besar

ukurannya dan dimarahi karena mencoba bertindak seperti orang dewasa.

Di lain pihak, status remaja yang tidak jelas ini juga menguntungkan

karena status memberi waktu kepadanya untuk mencoba gaya hidup yang

berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai, dan sifat yang paling sesuai

bagi dirinya.

3. Masa remaja sebagai period perubahan

Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar

dengan tingkat perubahan fisik. Selama awalmasa remaja, ketika

perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga

berlangsung pesat. Kalau perubahan fisik menurun, maka perubahan sikap

dan perilaku juga menurun.

4. Masa remaja sebagai usia bermasalah

Setiap periode perkembangan mempunyai masalahnya sendiri-sendiri,

namun masalah masa remaja sering menjadi persoalan yang sulit diatasi

baik oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. Ketidakmampuan

mereka untuk mengatasi sendiri masalahnya menurut cara yang mereka


52

yakini, banyak remaja akhirnya menemukan bahwa penyelesaiannya tidak

selalu sesuai dengan harapan mereka

5. Masa remaja sebagai masa mencari identitas

Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri terhadap kelompok

masih tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan. Lambat laun

mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan

menjadi sama dengan teman-teman dalam segala hal, seperti sebelumnya.

Status remaja yang mendua ini menimbulkan suatu dilema yang

menyebabkan remaja mengalami “krisis identitas” atau masalah-masalah

identitas ego pada remaja.

6. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan

Anggapan stereotip budaya bahwa remaja suka berbuat semaunya sendiri,

yang tidak dapat dipercaya dan cenderung berperilaku merusak,

menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi

kehidupan remaja yang takut bertanggung jawab dan bersikap tidak

simpatik terhadap perilaku remaja yang normal.

7. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik

Masa remaja cenderung memandang kehidupan melalui kacamata

berwarna merah jambu. Ia melihat dirinya sendiri dan orang lain

sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih

dalam hal harapan dan cita-cita. Harapan dan cita-cita yang tidak realistik

ini, tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi keluarga dan teman-

temannya, menyebabkan meningginya emosi yang merupakan ciri dari


53

awal masa remaja. Remaja akan sakit hati dan kecewa apabila orang lain

mengecewakannya atau kalau ia tidak berhasil mencapai tujuan yang telah

ditetapkannya sendiri.

8. Masa remaja sebagai ambang ambang dewasa

Semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja menjadi

gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk

memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. Berpakaian dan

bertindak seperti orang dewasa ternyata belumlah cukup. Oleh karena itu,

remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan

status dewasa, yaitu merokok, minum minuman keras, menggunakan

obatobatan, dan terlibat dalam perbuatan seks bebas yang cukup

meresahkan. Mereka menganggap bahwa perilaku yang seperti ini akan

memberikan citra yang sesuai dengan yang diharapkan mereka.

2.5.3 Tahap Perkembangan Remaja

Perkembangan remaja adalah sekumpulan proses yang memberikan

perubahan dalamdiri remaja dan terinteraksi sehingga timbul respons terhadap

stimulus yang berasal dari luar tubuhnya. Perubahan yang terjadi dalam diri

remaja yang paling meninjol dan dapat diamati yaitu perubahan fisik, kognitif dan

psikososial.

Menurut Sarwono 2015 dalam (Sirupa et al., 2017) perkembangan remaja

meliputi:

1. Perubahan Fisik
54

Perubahan fisik merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja,

sedangkan perubahan-perubahan psikologis muncul antara lain karena

perubahan-perubahan fisik. Di antara perubahan-perubahan fisik itu, yang

pengaruhnya paling besar pada perkembangan jiwa remaja adalah

pertumbuhan tubuh (badan menjadi semakin panjang dan tinggi), mulai

berfungsinya alat-alat reproduksi(ditandai dengan haid pada perempuan

dan mimpi basah pada laki-laki) dan tanda-tanda seksual sekunder yang

tumbuh.

Tabel 2.1 Urutan Perubahan-perubahan Fisik pada Remaja (Muss 1968


Sarwono 2015 dalam Hafida et al., 2018)
No. Laki-Laki Perempuan
1. Pertumbuhan tulang-tulang Pertumbuhan tulang-tulang (badan
menjadi tinggi, anggota-anggota badan
menjadi Panjang)
2. Testis membesar Pertumbuhan payudara
3. Tumbuh rambut di wajah, Tumbuh rambut di kemaluan dan
kemaluan, dada dan ketiak ketiak
4. Awal perubahan suara Mencapai pertumbuhan ketinggian
badan yang maksimal setiap tahunnya.
5. Rambut kemaluan menjadi Rambut kemaluan menjadi keriting
keriting
6. Ejakulasi Haid

2. Perkembangan Kognitif

Pada tahap ini individu bergerak melebihi dunia yang aktual dan konkrit,

dan berpikir lebih abstrak dan logis. Kemampuan untuk berpikir lebih

abstrak menjadikan remaja mengembangkan citra tentang hal-hal yang

ideal. Dalam memecahkan masalah, pemikiran oprasional formal lebih

sitematis, mengembangkan hipotesis mengapa sesuatu terjadi seperti itu,

kemudian menguji hipotesis secara deduktif.

3. Perkembangan Psikososial
55

Pada tahap ini individu mengeksplorasi siapa mereka, apa keadaan mereka

dan ke mana mereka pergi menuju kehidupannya. Ini adalah tahap

perkembangan identitas versus kebingungan identitas. Jika remaja

mengeksplorasi peran dengan cara yang sehat dan sampai pada jalur positif

dalam kehidupan, mereka mendapat identitas positif. Jika identitas remaja

dipaksakan oleh orang tua, remaja kurang mengeksplorasi peran-peran

yang berbeda dan jalan positif ke masa depan tidak ditemukan,

kebingungan identitas akan terjadi.

Dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan ada 3 tahap

perkembangan remaja menurut Sarwono, 2015 dalam (Putri, 2017) yaitu :

1. Masa remaja awal 12 - 15 tahun (early adolescence) dengan ciri khas,

antara lain:

1) Lebih dekat dengan teman sebaya

2) Ingin bebas

3) Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir

abstrak

2. Masa remaja tengah 15 - 18 tahun (middle adolescence) dengan ciri khas,

antara lain:

1) Mencari identitas diri

2) Timbulnya keinginan untuk kencan

3) Mempunyai rasa cinta yang mendalam

4) Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak

5) Berkhayal tentas aktivitas seks


56

3. Masa remaja akhir 18 - 21 tahun (late adolescence) dengan ciri khas,

antara lain:

1) Pengungkapan identitas diri

2) Lebih selektif dalam mencari teman sebaya

3) Mempunyai citra jasmani dirinya

4) Dapat mewujudkan rasa cinta

5) Mampu berpikir abstrak

Menurut Gunarsa, 2009 dalam (Fabiana Meijon Fadul, 2019), ada dua

faktor yang mempengaruhi perkembangan remaja, yakni faktor endogen (internal)

dan faktor eksogen (eksternal).

1. Faktor endogen merupakan faktor yang ada dalam diri sendiri baik secara

fisik maupun psikis. Perkembangan ini berasal dari gen (keturunan) orang

tuanya. Jika perkembangan remaj normal maka individu tersebut berasal

dari keturunan yang normal, begitupun faktor psikis dan psikososialnya.

Faktor endogen yang normal menjadi dasar yang kuat remaja dalam

melakukan penyesuaian diri dengan lingkungannya.

2. Faktor eksogen merupakan faktor yang berasal dari luar dirinya, meliputi

faktor lingkungan, baik fisik maupun sosial. Lingkungan fisik berupa letak

geografis, musim, iklim, fasilitas, dan sebagainya. Faktor lingkungan

sosial berupa: keluarga, teman sebaya, tetangga, sekolahan dan lain-lain.

2.5.4 Karakteristik Remaja

Menurut Titisari dan Utami, 2013 dalam (Astuti et al., 2020) karakteristik

perilaku dan pribadi pada masa remaja meliputi aspek :


57

1. Perkembangan Fisik-Seksual

Laju perkembangan secara umum berlangsung pesat, dan munculnya ciri-

ciri seks sekunder dan seks primer

2. Psikososial

Dalam perkembangan sosial remaja mulai memisahkan diri dari orangtua

memperluas hubungan dengan teman sebayanya.

3. Perkembangan Kognitif

Ditinjau dari perkembangan kognitif, remaja secara mental telah berpikir

logis tentang berbagai gagasan yang abstrak

4. Perkembangan Emosional

Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosi

yang tinggi. Pertumbuhan fisik, terutama organ-organ seksual

mempengaruhi berkembangnya emosi atau perasaan-perasaan dan

dorongan-dorongan baru yang dialami sebelumnya seperti perasaan cinta,

rindu, dan keinginan untuk berkenalan lebih intim dengan lawan jenis

5. Perkembangan Moral

Remaja berada dalam tahap berperilaku sesuai dengan tuntutan dan

harapan kelompok dan loyalitas terhadap norma atau peraturan yang

berlaku yang diyakininya maka tidak heranlah jika diantara remaja masih

banyak yang melakukan pelecehan terhadap nilai-nilai seperti tawuran,

minum minuman keras dan hubungan seksual diluar nikah.

6. Perkembangan Kepribadian
58

Fase remaja merupakan saat yang paling penting bagi perkembangan dan

integrase kepribadian

2.5.5 Tugas Perkembangan Remaja

Tugas perkembangan pada masa remaja adalah mulai mencari jati diri di

luar bagian dari suatu keluarga Schubert, 2006 dalam (adhi, 2020). Pada saat yang

sama, konformitas dengan teman-teman sebaya juga amat penting. Remaja lebih

banyak menghabiskan waktu bersama teman sebaya dan lebih sedikit dengan

keluarga Papalia, Olds & Feldman, 2009 dalam (Dwinanda et al., 2017)

Havinghurst dalam (Astrella, 2017) pada tahun 1972 mengemukakan suatu

teori yang dinamakan teori tugas perkembangan (developmental task) yang

didalamnya mengatakan bahwa setiap individu, pada setiap tahapan usia

mempunyai tujuan untuk mencapai suatu kepandaian, keterampilan, pengetahuan,

sikap, dan fungsi tetentu, sesuai dengan kebutuhan pribadi yang timbul dari dalam

dirinya (faktor nativisme) dan tuntutan yang datang dari masyarakat sekitar (faktor

empirisme). Selanjutnya Havinghurst dalam (Siregar & Psi, 2021) menyatakan

bahwa ada 10 tugas perkembangan yang harus dicapai oleh remaja yaitu :

1. Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria

maupun wanita.

2. Mencapai peran sosial sebagai pria atau wanita.

3. Menerima keadaan fisiknya dan mengemukakannya secara efektif.

4. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan dengan orang dewasa

lainnya.

5. Mencapai jaminan kemandirian ekonomi.


59

6. Memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan.

7. Mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga.

8. Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang

diperlukan bagi warga negara.

9. Mencapai tingkah laku sosial yang bertanggung jawab.

10. Memperoleh suatu himpunan nilai-nilai dan sistem etika sebagai pedoman

tingkah laku.

Tugas perkembangan remaja yang paling mendasari untuk penelitian ini

adalah tugas perkembangan dimana remaja mampu menjalin hubungan baik

dengan orang lain, berperilaku yang diterima oleh sosial dan mengakui tata nilai

dan sistem etika yang membimbing segala tindakan dan pandangan. Memenuhi

tugas tersebut, remaja sangat membutuhkan keterampilan sosial


BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Faktor Predisposisi
(Predisposing Factor)
1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Kepercayaan
4. Keyakinan
5. Persepsi
6. Nilai Budaya/
Norma Pernikahan
Usia Dini
Perilaku Seksual
Faktor Pendukung Bentuk perilaku
Pranikah
(Enabling Factor) pernikahan usia dini:
Bentuk perilaku
1. Ketersediaan seksual pranikah 1. Putus sekolah
Sumber daya remaja: 2. Hamil diluar nikah
2. Sarana dan 1. Touching 3. Paksaaan orangtua
prasarana 2. Kissing 4. Sudah saling
Fasilitas Kesehatan 3. Petting mencintai
3. Lingkungan 4. Sexual 5. Ekonomi
Intercourse

Faktor Pendorong Upaya penanganan


(Reinforcing Factor) Upaya penanganan perilaku pernikahan usia
1. Teman sebaya perilaku seksual dini menurut:
2. Orang tua pranikah: 1. Memberikan
3. Guru 1. Meningkatkan pengarahan kepada
4. Petugas Kesehatan kemampuan remaja yang belum
5. Tokoh masyarakat kontrol diri menikah
remaja 2. Penyuluhan kepada
2. Meningkatkan
keluarga.
pengetahuan
3. Melakukan sosialisasi
kesehatan
reproduksi 4. Memperbaiki kualitas
hidup dan gaya hidup
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak Diteliti

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Hubungan Perilaku Seksual Pranikah dengan


Pernikahan Usia Dini pada Remaja di Wilayah Kecamatan Kerek
Kabupaten Tuban.

59
60

3.1.1 Penjelasan Kerangka Konseptual

Dari gambar 3.1 dapat dijelaskan bahwa ada hubungan perilaku seksual

pranikah terhadap pernikahan usia dini. Selanjutnya dalam promosi Kesehatan

terdapat pengkajian dan penindaklanjutan (Procede-proceed model) diadaptasi

dari konsep Lawrence Green. Yang mana model ini mengkaji perilaku manusia

dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta cara menindaklanjutinya dengan

berusaha mengubah, memelihara atau meningkatkan perilaku kea rah yang lebih

positif. Maka dari iitu suatu program yang digunakan dalam memperbaiki

perilaku Kesehatan adalah penerapan ke empat proses pada umumnya ke dalam

model pengkajian dan penindaklanjutan (Nursalam, 2016 dalam Hafida et al.,

2018)

Menurut teori Green (1991) perilaku individu atau masyarakat dipengaruhi

oleh tiga faktor, yaitu: (1) faktor predisposisi (predisposing factor), adalah faktor

internal yang ada pada individu, keluarga atau kelompok yang mempermudah

individu untuk berperilaku atau bertindak yang terwujud dalam pengetahuan,

sikap, kepercayaan, nilai-nilai dan sebagainnya. (2) faktor pendukung (enabling

factor), adalah faktor yang memungkinkan motivasi atau keinginan terlaksananya

perilaku tersebut termasuk didalamnya adalah sarana dan prasarana serta fasilitas

Kesehatan. (3) faktor pendorong (reinforcing factor), adalah faktor yang

menguatkan perilaku individua atau masyarakat yang terwujud dalam sikap dan

perilaku petugas Kesehatan, tokoh agama serta masyarakat. Ketiga faktor tersebut

dapat dipengaruhi oleh Pendidikan Kesehatan. Sehingga dengan melakukan


61

Pendidikan Kesehatan akan mempengaruhi faktor predisposisinya (pengetahuan

dan sikap), serta faktor pendukung

Adapun perilaku seksual pranikah remaja yang dimaksud dalam penelitian

ini adalah tingkah laku yang berhubungan dengan cara melepaskan

Hasrat/dorongan seksual yang dilakukan remaja tanpa melalui proses pernikahan

yang sah menurut hukum maupun agama. Adapun upaya dalam penanganan

perilaku seksual pranikah yaitu dengan meningkatkan kemampuan kontrol diri

pada remaja dan meningkatkan pengetahuan kesehatan reproduksi. Pada

penelitian ini, perilaku seksual pranikah menjadi variable bebas (independent).

Sedangkan pernikahan usia dini menjadi variable tergantung (dependent).

Pernikahan usia dini timbul akibat putus sekolah, hamil diluar nikah,

paksaan orangtua dan masalah ekonomi yang ada. Hal tersebut dapat memicu

adanya pernikahan dini. Adapun upaya penangan perilaku pernikahan usia dini

yaitu memberikan sosialisasi, penyuluhan kepada keluarga dan memberikan

pengarahan kepada remaja yang belum menikah.

3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau

pertanyaan penelitian (Nursalam, 2020)

H1 : Ada Hubungan antara Perilaku Seksual Pranikah dengan Pernikahan Usia

Dini pada Remaja di Kabupaten Tuban


BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan

penelitian analitik korelasional karena peneliti hanya mengkaji hubungan antara

variabel tanpa memberikan perlakuan. Dan pendekatan waktu dalam penelitian ini

adalah dengan menggunakan pendekatan cross sectional yang berarti bahwa

peneliti ini menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel

independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat (Nursalam, 2020).

Variabel Independen yaitu perilaku seksual pranikah dan Variabel Dependen yaitu

pernikahan usia dini. Penelitian ini di lakukan dengan tujuan utama yaitu untuk

melihat dan mengetahui adanya Hubungan Perilaku Seksual Pranikah dengan

Pernikahan Usia Dini pada Remaja di Wilayah Kecamatan Kerek Kabupaten

Tuban.

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian yaitu subjek (misalnya manusia; klien) yang

memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2020). Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh remaja yang menikah dini pertama kali di Kantor

Urusan Agama (KUA) Kecamatan Kerek Kabupaten Tuban pada tahun 2019-

2022 total sebanyak 312 orang.

62
63

4.2.2 Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari remaja yang menikah

dini pertama kali di KUA Kecamatan Kerek Kabupaten Tuban dengan kriteria

sebagai berikut:

1. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi menurut (Nursalam, 2020) adalah karakteristik umum

subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan

diteliti. Pertimbangan ilmiah harus menjadi pedoman ketika menentukan

kriteria inklusi.

1) Remaja yang menikah usia dini di Kecamatan Kerek Kabupaten

Tuban

2) Remaja yang menikah usia dini bersedia menjadi responden

2. Kriteria ekslusi

Kriteria ekslusi menurut (Nursalam, 2020) adalah menghilangkan atau

mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena

berbagai sebab.

1) Remaja yang menikah usia dini mengisi kuesioner tidak sesuai dengan

batas waktu yang telah ditentukan

4.2.3 Besar Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan rumus sebagai

berikut:
64

2
N .z . p.q
n= 2 2
d ( N−1 )+ z . p . q

Keterangan :

n= : perkiraan besar sampel

N : perkiraan besar populasi

z : nilai standar normal untuk α = 0,05 /(1,96)

p : perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap 50%

q : 1-p (100%-p)

d : tingkat kesalahan yang dipilih (d=0,05)

Jadi besar sampel yang diperoleh yaitu:


2
N .z . p.q
n= 2 2
d ( N−1 )+ z . p . q

2
312.(1 ,96) .0 ,5.0 ,5
n=
(0 , 05)2 ( 312−1 )+(1 , 96)2 .0 , 5.0 ,5

299,6448
n= =172,417
1,7379

n=172

Berdasarkan perhitungan tersebut, didapatkan hasil bahwa besar sampel

dalam penelitian ini berjumlah 172 responden yang berasal dari remaja yang

menikah usia dini di KUA Kecamatan Kerek Kabupaten Tuban.

Kemudian dilakukan penentuan jumlah sampel pada masing-masing desa

yang diteliti. Jumlah sampel setiap desa didapatkan dengan menggunakan rumus

proporsional random sampling sebagai berikut:

n
N= x n
S
65

Keterangan:

N = jumlah sampel tiap desa

n = jumlah populasi tiap desa

S = jumlah total populasi 17 desa di wilayah Kecamatan Kerek

Hasil yang didapatkan dari masing-masing proporsional random sampling

adalah sebagai berikut:

14
1. Desa Margomulyo : x 172=8
312

8
2. Desa Jarorejo : x 172=4
312

9
3. Desa Hargoretno : x 172=5
312

20
4. Desa Tengger Wetan : x 172=11
312

23
5. Desa Sidonganti : x 172=13
312

12
6. Desa Trantang : x 172=7
312

24
7. Desa Gemulung : x 172=13
312

45
8. Desa Wolutengah : x 172=25
312

95
9. Desa Gaji : x 172=52
312

19
10. Desa Kedungrejo : x 172=11
312

15
11. Desa Mergorejo : x 172=8
312
66

2
12. Desa Temayang : x 172=1
312

8
13. Desa Padasan : x 172=4
312

6
14. Desa Karanglo : x 172=3
312

5
15. Desa Sumberarum : x 172=3
312

4
16. Desa Kasiman : x 172=2
312

3
17. Desa Mliwang : x 172−2
312

Jadi besar sampel untuk penelitian ini adalah 172 orang.

4.2.4 Tehnik Sampling

Tehnik sampling dalam penelitian ini menggunakan tehnik probability

sampling jenis proporsional random sampling. Menurut (Sugiyono, 2018),

proporsional random sampling yaitu cara pengambilan sampel dari anggota

populasi dengan menggunakan cara acak tanpa memperhatikan strata dalam

populasi tersebut. Dengan cara mengundi sampel penelitian.

Tahapan yang dilakukan dalam pengambilan sampel penelitian ini dengan

cara frame sampling menginput data 172 responden dari seluruh desa di

Kecamatan Kerek sebagai berikut:

1. Peneliti membuat daftar semua unit sampel berupa nama calon responden,

disusun dan diberi nomer urut per masing-masing Desa di Kecamatan

Kerek Kabupaten Tuban pada aplikasi spin wheel secara online.


67

2. Selanjutnya peneliti memutar spin tersebut dan memilih nama calon

responden dan asal desa sejumlah 172.

3. Kemudian peneliti meng-copy paste nama desa yang muncul pada

Microsoft excel dan nama desa itulah yang akan dijadikan sebagai sampel

penelitian.
68

4.3 Kerangka Operasional


Desain Penelitian
Penelitian ini menggunkan desain penelitian korelasional dengan pendekatan cross
sectional

Populasi Penelitian
Seluruh remaja yang menikah usia dini di KUA Kecamatan Kerek Kabupaten Tuban
pada tahun 2019 hingga 2022 yang berjumlah 312 Orang

Tehnik Sampling
Penelitian ini menggunakan tehnik sampling proporsional random sampling

Sampel Penelitian
Sebagian dari remaja yang menikah usia dini di KUA Kecamatan Kerek
Kabupaten Tuban yang berjumlah 172 orang

Variable Independent Variable Dependent


Perilaku Seksual Pranikah Pernikahan Usia Dini

Pengolahan Data Penelitian


Editing, Coding, Scoring, Tabulating

Analisa Data
Uji Rank Spearmen

Kesimpulan
Ada hubungan atau tidak

Gambar 4.1 Kerangka Operasional Hubungan Perilaku Seksual Pranikah dengan


Pernikahan Usia Dini pada Remaja di Wilayah Kecamatan Kerek
Kabupaten Tuban
69

4.4 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel

independen dan variabel dependen.

4.4.1 Variabel Independen

Variabel independen pada penelitian ini adalah perilaku seksual pranikah.

4.4.2 Variabel Dependen

Variabel dependen pada penelitian ini adalah pernikahan usia dini.

4.5 Definisi Oprasional

Definisi oprasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati

dari sesuatu yang didefinisikan tersebut dan definisi oprasional dirumuskan untuk

kepentingan akurasi, komunikasi dan replikasi (Nursalam, 2020)


70

Tabel 4.1 Definisi Oprasional Hubungan Perilaku Seksual Pranikah dengan


Pernikahan Usia Dini pada Remaja di Wilayah Kecamatan Kerek
Kabupaten Tuban

Variabel Definisi Indikator Alat Ukur Skala Kode/Skor


Oprasional
Variabel Segala 1. Pengertian Kuesioner Ordinal Kode :
Independen: aktivitas laki- perilaku Perilaku Tidak pernah
Perilaku laki dan seksual Seksual :1
Seksual perempuan pranikah Pranikah Pernah : 2
Pranikah yang didasari 2. Tahap efek Jarang : 3
oleh perilaku Sering : 4
dorongan- seksual
dorongan pranikah
seks dari 3. Dampak Skor :
dalam diri perilaku Menyimpang
untuk seksual ringan : 15-
mencapai pranikah 30
kepuasan dan Menyimpang
pemenuhan sedang : 31-
kebutuhan 45
seksual yang Menyimpang
dilakukan berat : 46-60
baik dengan
diri sendiri
maupun
orang lain.
Variabel Suatu 1. Pengertian Kuesioner Ordinal Kode :
Dependen: pernikahan pernikahan Pernikahan Benar : 1
Pernikahan yang usia dini Usia Dini Salah : 0
Usia Dini dilakukan 2. Batasan
oleh seorang usia yang
laki-laki dan dikatakan Skor :
seorang menikah Baik :
perempuan, usia dini 14-21
formal atau 3. Resiko Cukup :
tidak formal pernikahan 8-13
yang dini Kurang :
dilakukan terhadap <7
dibawah usia Kesehatan
18 tahun. reproduksi
4. Dampak
pernikahan
usia dini
5. Pencegahan
pernikahan
usia dini
71

4.6 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner tertutup,

yaitu kuesioner yang berisi pertanyaan dan responden hanya memilih benar atau

salah. Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari data demografi,

kuesioner pernikahan usia dini dan kuesioner perilaku seksual pranikah.

1. Data Demografi

Data demografi berjumlah 7 pertanyaan terdiri dari nama responden

(inisial), usia (saat ini), alamat, jenis kelamin, pendidikan terakhir, usia

menikah, status saat ini (menikah, belum menikah)

2. Kuesioner Pernikahan Usia Dini

Instrumen pada penelitian diperoleh melalui kuesioner pernikahan usia

dini yang dikembangkan oleh (Ulfah Nur Aisah, 2018). Adapun kisi-kisi

kuesioner sesudah dilakukan uji validitas oleh peneliti sebelumnya dalam

penelitian ini yaitu:

Variabel Indikator Nomor soal Jumlah


Pengetahuan Pengertian pernikahan usia 1, 2 2
tentang dini
pernikahan
usia dini Faktor yang mempengaruhi 7, 10, 18 3
pernikahan usia dini
Dampak pernikahan usia 4, 5, 6, 8, 9, 12, 13, 13
dini 14, 15, 16, 17, 19, 20
Pencegahan pernikahan 3, 11, 21 3
usia dini
Jumlah soal 21 21
72

3. Kuesioner Perilaku Seksual Pranikah

Kuesioner perilaku seks pranikah ini dimodifikasi dari (Muflih ,2018)

yang terdiri dari 15 pernyataan dengan pilihan jawaban benar diberi nilai

1, salah diberi nilai 0. Adapun kisi-kisi kuesioner sesudah dilakukan uji

validitas oleh peneliti sebelumnya dalam penelitian ini yaitu:

Variabel Indikator Favourabl Unfavourable Total


e
Pengetahuan Definisi dari:
tentang 1. Mastrubasi 1 - 1
perilaku 2. Touching 3 2 2
seksual 3. Kissing - 5 1
pranikah 4. Oral sex 8 - 1
5. Petting - 10 1
6. Sexual - 11, 14 2
intercouse
Dampak dari:
1. Mastrubasi - 4 1
2. Touching 6 - 1
3. Kissing 7 - 1
4. Oral sex - 9 1
5. Petting 12 - 1
6. Sexual 15 13 2
intercouse
Total 7 8 15

4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.7.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Kecamatan Kerek Kabupaten Tuban

dengan pertimbangan daerah tersebut menyumbang angka tertinggi pernikahan

usia dini.

4.7.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret 2023


73

4.8 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan langkah

awal, yaitu tahap orientasi yang meliputi: pemberian surat izin survei awal dari

instansi kepada kepala KUA Kecamatan Kerek Kabupaten Tuban. Setelah

mendapat izin akan di tindak lanjuti oleh masing-masing Kepala Desa.

Selanjutnya peneliti berkoordinasi dengan kader tiap desa wilayah Kecamatan

Kerek untuk meminta bantuan kader menemani melakukan kunjungan rumah atau

door to door kepada responden untuk pengambilan data.

Peneliti memperkenalkan diri serta menyampaikan tujuan kedatangan

kemudian memberikan penjelasan tentang proses pengambilan data penelitian,

apabila responden setuju maka selanjutnya diberi lembar permintaan menjadi

responden dalam penelitian (Informed Consent) dalam bentuk kuesioner yang

telah dibuat oleh peneliti. Jika calon responden tidak bersedia menjadi partisipan

dalam penelitian maka peneliti tidak akan memaksa demi menjaga hak-hak calon

responden.

Responden diberikan penjelasan oleh peneliti tentang cara pengisian dan

memfasilitasi apabila kemungkinan terdapat kebingungan atau kesalahan dalam

pengisian kuesioner. Peneliti memberikan alokasi pengisian kuesioner 10-15

menit. Setelah responden selesai mengisi kuesioner, peneliti melakukan

pengecekan apakah sudah terisi lengkap atau belum.

Selanjutnya peneliti memberikan souvenir sebagai ucapan terima kasih atau

kesediaannya menjadi responden penelitian. Kegiatan selanjutnya adalah tahap

pengolahan dan Analisa data.


74

4.9 Analisa Data

Analisa data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data

ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema

dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang didasarkan oleh data (STEI

INDONESIA, 2017). Proses analisa data dimulai dengan menelaah seluruh data

yang sudah dituliskan dalam pengamatan lapangan, dokumen pribaadi, dokumen

resmi, gambar dan sebagainya. Setelah semua data penelitian terkumpul,

selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan tahapan sebagai berikut:

1. Editing

Editing atau disebut juga sebagai tahap pemeriksaan data merupakan suatu

kegiatan menyeleksi data yang masuk dari proses pengumplan data serta

memeriksa kembali kelengkapan data yang telah terkumpul dan

kesesuaiannya terhadap topik penelitian.

2. Coding

Coding dilakukan dengan memberikan kode terhadap jawaban yang ada

pada kuesioner bertujuan untuk mempermudah dalam analisis data dan

dapat mempercepat proses memasukan data.

1) Data Perilaku Seksual Pranikah

Kode :

(1) Tidak Pernah : 4

(2) Pernah :3

(3) Jarang :2

(4) Sering :1
75

Kriteria :

(1) Menyimpang Ringan : 15 - 30

(2) Menyimpang Sedang : 31 - 45

(3) Menyimpang Berat : 46 - 60

2) Data Pernikahan Usia Dini

Kode :

(1) Benar :1

(2) Salah :0

Kriteria :

(1) Baik : 14 - 21

(2) Cukup : 8 - 13

(3) Kurang : <7

3. Scoring

Tahap ini merupakan tahap memberikan penilaian terhadap item yang

perlu diberikan penilaian dilakukan setelah ditetapkan kode jawaban atau

hasil pengisian kuesioner sehingga setiap jawaban responden dapat

diberikan skor, hal tersebut dilakukan untuk mempermudah pengolahan

data. Scoring dalam penelitian ini data perilaku seksual pranikah dan

pernikahan usia dini di wilayah Kecamatan Kerek Kabupaten Tuban.

1) Perilaku Seksual Pranikah

(1) Jumlah pertanyaan sebanyak 15

(2) Jumlah pilihan jawaban sebanyak 4 yaitu “tidak pernah” skor 1,

“pernah” skor 2, “jarang” skor 3 dan “sering” skor 4


76

(3) Skor minimal dari pilihan jawaban yaitu 1

(4) Skor maksimal dari pilihan jawaban yaitu 4

(5) Menentukan jumlah skor minimal = skor minimal x jumlah

pertanyaan = 1 x 15 = 15

(6) Menentukan jumlah skor maksimal = skor maksimal x jumlah

pertanyaan = 4 x 15 = 60

(7) Menggolongkan menjadi 3 kategori yaitu baik, cukup dan kurang

(8) Menentukan Range (R) = skor maksimal = skor minimal = 60 – 15

= 45

(9) Menentukan Interval

Interval (I) = Range (R) ÷ Kategori (K)

I = 45 ÷ 3 = 15

(10) Menghitung scoring perilaku seksual pranikah

I = skor maksimal – interval (I) = 60 – 15 = 45

I1 = I1 – interval (I) = 45 – 15 = 30

I3 = I2 – interval (I) = 30 – 15 = 15

Sehingga diperoleh kesimpulan hasil bahwa “menyimpang ringan”

skor 15-30 “menyimpang sedang” skor 31-45 dan “menyimpang

berat” skor 46-60

2) Pernikahan Usia Dini

(1) Jumlah pertanyaan sebanyak 21

(2) Jumlah pilihan jawaban sebanyak 2 yaitu “benar” skor 1 dan

“salah” skor 0
77

(3) Skor minimal dari pilihan jawaban yaitu 0

(4) Skor maksimal dari pilihan jawaban yaitu 1

(5) Jumlah skor minimal = skor minimal x jumlah pertanyaan = 0 x 21

=0

(6) Jumlah skor maksimal = skor maksimal x jumlah pertanyaan = 1 x

21 = 21

(7) Interval (I) = Range (R) ÷ Kategori (K)

(8) Range (R) = skor maksimal – skor minimal = 21 – 0 = 21

(9) Kategori (K) = 3 yaitu “baik”. “cukup” dan “kurang”

(10) Interval (I) = 21 ÷ 3 = 7

(11) Kriteria penilaian = skor maksimal – interval = 21 – 7 = 14

Sehingga diperoleh kesimpulan hasil bahwa “baik” skor 14-21

“cukup” skor 8-13 “kurang” skor <7.

4. Tabulating

Tabulating merupakan Langkah memasukan data berdasarkan hasil

penelitian data di lapangan. Hal ini dilakukan setelah editing, coding dan

scoring seleksi dilakukan.

5. Interprestasi data

Menurut Arikunto (1994) dalam Hasanah (2022), interpretasi data

berdasarkan subvariabel dikategorikan dengan kriteria:

1) Seluruhnya : 100%

2) Hampir seluruhnya : 76-99%

3) Sebagian besar : 51-75%


78

4) Setengahnya : 50%

5) Hampir setengahnya : 26-49%

6) Sebagian kecil : 1-25%

7) Tidak satupun : 0%

6. Uji Statistika

Dalam penelitian ini menggunakan uji Rank Spearman, Uji Koefisien

Korelasi Spearman's Rank adalah uji statistik untuk menguji 2 variabel

yang berdata ordinal atau salah satu variabel berdata ordinal dan lainnya

nominal maupun rasio. Artinya, terkait dengan karakteristik skala data

ordinal tersebut maka uji korelasi Spearman termasuk statistik

nonparametrik yaitu tidak mensyaratkan data harus berdistribusi normal.

Untuk mengetahui terdapat hubungan atau tidak dapat dilihat dari nilai

signifikansi dan seberapa kuat hubungan tersebut dapat dilihat dari nilai

koefisien korelasi atau r. Namun sebelumnya dalam korelasi rank

spearman awalnya akan melakukan peringkatan (ranking) terhadap data

yang ada, kemudian baru melakukan uji korelasi. Selanjutnya data yang

telah terkumpul di analisa dengan menggunakan progam software

computer dengan taraf kesalahan 0,05 menggunakan uji rank spearman.

Piranti atau alat yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara

Variabel adalah dengan menggunakan software SPSS versi 16.00 for

windows. Analisa data pada penelitian ini terdiri dari:

1) Analisis Univariat
79

Analisa univariat dilakukan untuk mengetahui proporsi masing-

masing variabel yang diteliti. Analisis univariat dilakukan dengan

membuat deskripsi tentang masing-masing variabel, yaitu : perilaku

seksual pranikah dan pernikahan usia dini.

2) Analisis Bivariat

Analisa bivariat yang dilakukan adalah tabulasi silang antara dua

variabel yaitu variabel dependen dan independen. Analisa bivariat

yang digunakan untuk mengetahui perilaku seksual pranikah dengan

pernikahan usia dini pada remaja menggunakan uji Rank Spearman.

Karena pada variabel independen menggunakan skala ordinal dan

variabel dependen menggunakan skala guttman.

4.10 Etika Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan setelah mendapat izin dari kepala KUA

Kecamatan Kerek, dan menggunakan manusia sebagai subjek penelitian sehingga

tidak boleh bertentangan dengan etika yang meliputi:

4.10.1 Informed Concent (Lembar Persetujuan)

Informed concent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

responden dalam bentuk lembar persetujuan, proses ini dimana seseorang subjek

penelitian secara sukarela memberikan atau menyatakan keinginannya untuk

berpartisipasi dalam penelitian, setelah diinformasikan atau dijelaskan

keseluruhan ruang lingkup, manfaaat, serta risiko dari penelitian tersebut. Setelah

diberikan penjelasan, subjek penelitian memahami penjelasan tersebut, kemudian


80

dilakukan persetujuan dengan mendokumentasikan tanda tangan atau cap jempol

dari subjek sebagai bukti persetujuan (Masturoh dan Anggita T, 2018)

4.10.2 Confidentiality (Kerahasiaan)

Confidentiality merupakan kerahasiaan hasil penelitian, informasi maupun

hal-hal lain. Kerahasiaan semua informasi yang dikumpulkan dijamin oleh

peneliti dan hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan atas temuan tersebut

(Masturoh dan Anggita T, 2018).

4.10.3 Anonimity (Tanpa Nama)

Anonimity merupakan masalah yang memberikan kepastian kepada subjek

survei dengan tidak mencantumkan atau mencantumkan nama responden dalam

kuesioner atau survei yang disajikan (Masturoh dan Anggita T, 2018).


81
82

BAB 5

HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

5.1 Hasil Penelitian

Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti didapatkan dari keterangan 172

remaja menikah usia dini di Wilayah Kecamatan Kerek yang bersedia menjadi

responden. Data dikelompokkan oleh peneliti menjadi data umum dan data

khusus, yang diuraikan sebagai berikut :

5.1.1 Data Umum Lokasi Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1) Lokasi Penelitian

Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Kerek Kabupaten Tuban

terletak di Jl. Raya, Sumber Makmur, Sumberarum, Kecamatan.

Kerek, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, Kode Pos 62356. Pemilihan

lokasi penelitian disesuaikan dengan tujuan yang berfokus kepada

hubungan perilaku seksual pranikah dengan pernikahan usia dini.

Adapun alasan dipilihnya tempat tersebut sebagai tempat penelitian

karena daerah tersebut merupakan daerah yang masyarakatnya masih

melangsungkan pernikahan pada usia dini yang faktor utamanya

disebabkan kemiskinan atau himpitan ekonomi keluarga dan faktor

lingkungan. Luas wilayah Kecamatan Kerek ini adalah 136,55 km 2 dan

terdiri dari 17 Desa.

5.1.2 Data Umum Responden

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


83

Responden dalam penelitian ini adalah remaja menikah usia dini di

Wilayah Kecamatan Kerek Kabupaten Tuban dengan jumlah responden

172 remaja.

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin pada Remaja


Menikah Usia Dini di Wilayah Kecamatan Kerek Kabupaten
Tuban.
No. Jenis kelamin Frekuensi (ƒ) Persentase
1. Laki-laki 50 29,1%
2. Perempuan 122 70,9%
Jumlah 172 100%
Sumber : Data Primer Peneliti Tahun 2023

Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa dari 172 responden menunjukkan

sebagian besar berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 122 (70,9%).

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Menikah

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Menikah pada Remaja


Menikah Usia Dini di Wilayah Kecamatan Kerek Kabupaten
Tuban.
No. Umur Frekuensi (ƒ) Persentase
1. 13 - 14 Tahun 50 29,1%
2. 15 - 16 Tahun 100 58,1%
3 17 - 19 Tahun 22 12,8 %
Jumlah 172 100%
Sumber : Data Primer Peneliti Tahun 2023

Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa dari 172 responden Hampir

setengahnya berumur 15-16 Tahun sebanyak 100 (58,1%).

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan pada Remaja


Menikah Usia Dini di Wilayah Kecamatan Kerek Kabupaten Tuban.
No. Pendidkan Frekuensi (ƒ) Persentase
1. SD 50 29,1%
2. SMP 100 58,1%
3 SMA 22 12,8 %
Jumlah 172 100%
84

Sumber : Data Primer Peneliti Tahun 2023

Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa dari 172 responden sebagian

besar responden berasal dari pendidkan SMP sebanyak 100 (58,1%).

5.1.3 Data Khusus Responden

Data khusus yang diperoleh pada penelitian ini meliputi

1. Identifikasi Perilaku Seksual Pranikah Pada Remaja Menikah Usia Dini di

Wilayah Kecamatan Kerek Kabupaten Tuban

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Perilaku Seksual Pranikah Pada Remaja


Menikah Usia Dini di Wilayah Kecamatan Kerek Kabupaten
Tuban

No. Perilaku Seksual Pranikah Frekuensi (ƒ) Persentase


1. Menyimpang Ringan 7 4,1%
2. Menyimpang Sedang 84 48,8%
3. Menyimpang Berat 81 47,1%
Jumlah 172 100%

Sumber : Data Primer Peneliti Tahun 2023

Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa dari 172 responden, Hampir

Setengahnya responden terdapat Perilaku Seksual Pranikah dengan

Kategori Menyimpang Sedang berjumlah 84 (48,8%).

2. Identifikasi Pernikahan Usia Dini Pada Remaja Menikah Usia Dini di

Wilayah Kecamatan Kerek Kabupaten Tuban

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Pernikahan Usia Dini Pada Remaja


Menikah Usia Dini di Wilayah Kecamatan Kerek Kabupaten
Tuban

No. Pernikahan Usia Dini Frekuensi (ƒ) Persentase


1. Kurang 92 53,5%
2. Cukup 54 31,4%
3. Baik 26 15,1%
Jumlah 172 100%

Sumber : Data Primer Peneliti Tahun 2023


85

Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa dari 172 responden, Sebagian

Besar responden terdapat Pernikahan Usia Dini dengan Kategori Kurang

berjumlah 92 (53,5%).

3. Hubungan Perilaku Seksual Pranikah dengan Pernikahan Usia Dini Pada

Remaja di Wilayah Kecamatan Kerek Kabupaten Tuban.

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Perilaku Seksual Pranikah dengan


Pernikahan Usia Dini Pada Remaja di Wilayah Kecamatan
Kerek Kabupaten Tuban.
Perilaku Pernikahan Usia Dini
5. Seksual Total
Kurang Cukup Baik
Pranikah
1 Menyimpang 6 1 0 7
Ringan (3,5%) (0,6%) (0,0%) (4,1%)
2 Menyimpang 77 3 4 84
Sedang (44,8%) (1,7%) (2,3%) (48,8%)
3 Menyimpang 9 50 22 81
Berat (5,2%) (29,1%) (12,8%) (47,1%)
Jumlah 92 54 26 172
(53,5%) (31,4%) (15,1%) (100,0%)
Hasil Uji Korelasi Spearman’s rho Sig. (2-tailed)= 0,000
Sumber : Data Primer Peneliti Tahun 2023

Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui bahwa dari 172 responden Sebagian

Besar responden terdapat Pernikahan Usia Dini dengan Kategori Kurang

berjumlah 92 (53,5%). Remaja dengan pernikahan usia dini kategori

kurang lebih banyak didapatkan pada remaja yang memiliki perilaku

seksual pranikah menyimpang kategori sedang sebanyak 77 (44,8%)

sedangkan pernikahan usia dini kategori baik lebih banyak didapatkan

pada remaja yang memiliki perilaku seksual menyimpang berat 22

(12,8%).
86

5.2 Analisis Data

Data yang didapatkan dengan menggunakan data primer kemudian

dilakukan proses editing dengan menyeleksi data yang diperoleh. Langkah yang

dilakukan selanjutnya yaitu dilakukan coding pada masing-masing variabel sesuai

dengan yang tercantum dalam definisi operasional. Kemudian dilakukan

pemilihan sampel menggunakan aplikasi spin wheel, setelah sampel di dapatkan

kemudian data di tabulasi kedalam tabel yang kemudian dianalisis menggunakan

uji korelasi spearman dengan tingkat kemaknaan α = <0,05 dan perhitungannya

dilakukan dengan menggunakan software SPSS versi 26 for Windows diperoleh

hasil nilai Asymp Sig. (2-tailed) = 0,000 yang berarti semakin kecil nilai ρ-value

maka semakin signifikan hasil penelitian sehingga ρ = (0,000<0.05) dan nilai

koefisien korelasi didapatkan hasil 0,736 yang berarti nilai koefisien korelasi

Kuat, maka H1 diterima artinya terdapat hubungan antara Perilaku Seksual

Pranikah dengan Pernikahan Usia Dini pada Remaja di Wilayah Kecamatan

Kerek Kabupaten Tuban.


BAB 6

PEMBAHASAN

5.3 Pembahasan Penelitian

Pembahasan pada bab ini menerangkan mengenai hasil penelitian yang

didapatkan oleh peneliti melalui observasi kepada 172 responden menikah usia

dini di Wilayah Kecamatan Kerek Kabupaten Tuban. Serta menjelaskan

keterbatasan yang dialami peneliti selama menjalankan proses penelitian

berlangsung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Perilaku

Seksual Pranikah dengan Pernikahan Usia Dini pada Remaja di Wilayah

Kecamatan Kerek Kabupaten Tuban.

6.1.1 Identifikasi Perilaku Seksual Pranikah Pada Remaja Menikah Usia Dini di

Wilayah Kecamatan Kerek Kabupaten Tuban.

Hasil penelitian yang dilakukan kepada 172 responden menunjukan

bahwa hampir setengahnya responden terdapat perilaku seksual pranikah

dengan kategori menyimpang sedang berjumlah 84 (48,8%), kemudian

hampir setengahnya juga terdapat perilaku seksual pranikah dengan

kategori menyimpang berat berjumlah 81 (47,1%), dan sebagian kecil

terdapat perilaku seksual pranikah dengan kategori menyimpang ringan

berjumlah 7 (4,1%). Karena hasil keseluruhan hampir setengah dari

responden mengalami penyimpangan perilaku seksual pranikah dengan

kategori sedang dan tinggi, maka diperlukanya bimbingan, edukasi, dan

pembekalan pada remaja mengenai bahaya perilaku seksual menyimpang

62
63

pranikah agar resiko terjadinya penyimpangan seksual dapat ditekan

hingga rendah.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian (Purwanti, 2017) bahwa

tingkat penyimpangan perilaku seksual tergolong pada angka yang tinggi

pada penduduk yang belum menikah. Penyimpangan perilaku seksual

yang tinggi dapat terjadi berdasarkan faktor-faktor pemicu seperti faktor

individual, pendidikan, budaya dan lingkungan.

Responden yang melakukan penyimpangan perilaku seksual

pranikah pada wilayah Kecamatan Kerek Kabupaten Tuban rata-rata

pernah melihat konten pornografi dan membayangkan hal-hal yang

meningkatkan gairah seksualnya. Ini akan menjadikan pemicu terbesar

seorang remaja bisa mempresentasikan penyimpangan seksual dalam

bentuk perilaku terhadap diri sendiri atau bahkan lawan jenis berdasarkan

rasa penasaran karena pada usia remaja, tingkat keingintahuannya sangat

tinggi.

Pendidikan remaja yang menjadi responden pada wilayah

Kecamatan Kerek Kabupaten Tuban menunjukan bahwa sebagian besar

masih berada pada jenjang SMP. Hal ini akan sangat mempengaruhi

perilaku seksual pranikah yang terjadi, karena tingkat pendidikan yang

rendah akan mempengaruhi pengetahuan mengenai edukasi seksual

remaja. Pendidikan yang rendah menjadikan remaja tidak siap dengan

risiko yang terjadi jika melakukan penyimpangan perilaku seksual. Karena


64

pendidikan yang rendah juga dapat mempengaruhi aktivitas positif yang

dapat mengalihkan remaja dari hal-hal negatif.

Budaya pada zaman akhir ini sangatlah sulit dikontrol oleh manusia.

Contoh kecilnya dari media sosial yang umumnya dipakai oleh remaja,

sebagian besar konten dari budaya barat mengandung unsur kedewasaan

yang layaknya hanya ditonton oleh 18 tahun keatas. Namun karena

sebagian besar remaja pernah melihat konten dewasa yang sudah menjadi

budaya orang luar, hal ini menjadikan remaja menganggap bahwa perilaku

seksual adalah hal lumrah untuk dilakukan. Sinetron atau drama yang

menjadi tontonan remaja masa kini juga kerap menunjukan perilaku

seksual seperti berpelukan, ciuman bahkan melakukan adegan suami istri.

Ini menjadikan remaja semakin meningkat gairah seksualnya dan karena

masih dibawah umur, akhirnya remaja melakukannya pada diri sendiri

atau secara nekat melakukan pada perempuan yang tidak seharusnya

menjadi objek pelampiasan hanya sekedar untuk memenuhi gairah

seksualnya.

Lingkungan juga menjadi faktor penting bagaimana remaja dapat

mengontrol perilaku seksual pranikah. Pada dasarnya lingkunganlah yang

membentuk bagaimana remaja akan berperilaku baik atau buruk. Baik itu

lingkungan keluarga ataupun pertemanan. Keluarga menjadi pendidik

paling dasar pada remaja mengenai orientasi seksualnya. Sayangnya,

pendidikan orientasi seksual pada keluarga masih dianggap tabu oleh

sebagian besar keluarga, sehingga remaja menjadi tidak terkontrol perilaku


65

seksualnya. Pertemanan juga dapat mengatur bagaimana teman nya

bertindak, pengaruh buruk akan mudah diterima remaja ketika teman-

temanya melakukan perbuatan buruk.

Jika beberapa faktor tersebut dapat memberikan pengaruh baik pada

orientasi seksual remaja, akan menjadikan remaja paham bagaimana

dampak dari perilaku seksual yang menyimpang sehingga perilaku

menyimpang tersebut dapat berkurang dan bahkan dihindari. Jika perilaku

seksual menyimpang dapat dihindari, maka risiko terjadi pernikahan usia

dini juga dapat dihindari.

6.1.2 Identifikasi Pernikahan Usia Dini Pada Remaja Menikah Usia Dini di

Wilayah Kecamatan Kerek Kabupaten Tuban.

Hasil penelitian yang dilakukan kepada 172 responden menunjukan

bahwa sebagian besar responden mengalami pernikahan usia dini kategori

kurang dengan jumlah 92 (53,5%), hampir setengahnya responden

mengalami pernikahan usia dini kategori cukup dengan jumlah 54 (31,4%)

dan sebagian kecil responden mengalami pernikahan usia dini kategori

baik dengan jumlah 26 (15,1%). Hal ini menunjukan bahwa tingkat

pengetahuan dari remaja yang mengalami pernikahan dini kurang

memiliki pemahaman dan pengetahuan tentang dampak dari pernikahan

dini.

Hal tersebut sejalan dengan pendapat (Utami, dkk., 2002) bahwa

semakin rendah tingkat pendidikan dan pengetahuan, makin mendorong


66

cepatnya perkawinan usia dini. Dari teori tersebut, pendidikan dan

pengetahuan menjadi faktor kunci pada tingginya angka kejadian

pernikahan dini. Dalam penelitian yang telah dilakukan menunjukan

bahwa sebagian besar masih berada pada jenjang SMP. Hal ini sejalan

dengan pendapat teori diatas bahwa pendidikan yang rendah akan

mempengaruhi tingkat pengetahuan remaja dari berbagai aspek, salah

satunya adalah dampak dari pernikahan dini.

Jika remaja memiliki pengetahuan mengenai usia ideal menikah,

remaja akan berusaha memnuhi usia tersebut untuk akhirnya dapat

memberikan keputusan yang bijak pada diri sendiri dalam memutuskan

menikah di usia ideal atau menikah usia dini.

Menurut BKKBN usia ideal menikah adalah 25 tahun untuk laki-laki

dan 21 untuk perempuan. Informasi seperti ini sangatlah jarang diketahui

secara spesifik oleh remaja, remaja hanya mengetahui bahwa menurut

agama setelah aqil baligh sudah dapat menikah. Padahal banyak aspek

yang harus dipersiapkan, seperti kesiapan mental dan finansial. Kesiapan

mental disokong oleh pengalaman mereka dalam kehidupan dan usia,

semakin banyak pengalaman berkehidupan dan usia yang matang, maka

kesiapan mental juga akan semakin baik dan terkontrol. Disisi lain,

seseorang dengan tingkat pendidikan yang rendah akan sulit mencari

pekerjaan sehingga finansial juga akan rendah.


67

Beberapa hal tersebut merupakan dampak dari pernikahan usia dini,

namun karena pendidikan yang rendah, remaja menjadi kurang aware atau

peduli dengan hal tersebut dan langsung menikah tanpa

mempertimbangkan beberapa aspek tersebut.

Pada penelitian ini responden yang melakukan pernikahan usia dini

banyak didaptakan pada usia 14-16 tahun. Dimana tugas perkembangan

pada usia ini adalah memahami setiap ide yang bersifat abstrak, mencoba

untuk mengemukakan pendapatnya sendiri, mencoba memahami sifat

masing-masing orang, memahami permasalahan dengan melihat kebenaran

dan kesalahan, sedikit demi sedikit membuat rencana serta tujuan. Hal ini

tentunya masih terlalu dini untuk menjalani kehidupan bersuami istri, dan

tugas perkembangan manusia akan semakin banyak dan matang ketika

mneuju usia ideal menikah.

6.1.3 Analisis Hubungan Perilaku Seksual Pranikah dengan Pernikahan Usia Dini

Pada Remaja di Wilayah Kecamatan Kerek Kabupaten Tuban.

Remaja yang melakukan pernikahan dini kategori kurang lebih

banyak didapatkan pada remaja dengan perilaku seksual menyimpang

pranikah kategori sedang dengan jumlah 77 (44,8%), remaja yang

melakukan pernikahan dini kategori cukup lebih banyak didapatkan pada

remaja dengan perilaku seksual menyimpang pranikah kategori berat

dengan jumlah 50 (29,1%) dan Remaja yang melakukan pernikahan dini

kategori baik lebih banyak didapatkan pada remaja dengan perilaku


68

seksual menyimpang pranikah kategori berat juga dengan jumlah 22

(12,8%).

Kemudian remaja dengan perilaku seksual menyimpang pranikah

kategori ringan lebih banyak ditemukan pada remaja dengan pernikahan

usia dini kategori kurang dengan jumlah 6 (3,5%), remaja dengan perilaku

seksual menyimpang pranikah kategori sedang lebih banyak ditemukan

pada remaja dengan pernikahan usia dini kategori kurang dengan jumlah

77 (44,8%) dan remaja dengan perilaku seksual menyimpang pranikah

kategori berat lebih banyak ditemukan pada remaja dengan pernikahan

usia dini kategori cukup dengan jumlah 50 (29,1%).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pernikahan usia dini lebih

banyak ditemukan pada kategori kurang dengan jumlah 92 remaja (53,5%)

dan perilaku seksual menyimpang pranikah lebih banyak ditemukan pada

kategori sedang dengan jumlah 84 remaja (48,8%). Dari hasil penelitian

tersebut menunjukan bahwa masih terdapat remaja yang melakukan

pernikahan usia dini dengan pengetahuan yang kurang, lebih banyak

ditemukan daripada dengan pengetahuan yang baik, dan remaja dengan

perilaku seksual menyimpang pranikah kategori sedang dan berat masih

mendominasi.

Faktor yang dapat memicu perilaku seksual pranikah sehingga

mengakibatkan angka pernikahan usia dini tinggi, bisa dari faktor

predisposisi, faktor pendukung dan faktor pendorong. Faktor predisposisi


69

terdapat 6 subfaktor, yaitu; pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan,

persepsi, nilai budaya / norma. Sedangkan faktor pendukung terdapat 3

subfaktor, yaitu; ketersediaan sumber daya, sarana dan prasarana fasilitas

kesehatan, lingkungan. Kemudian faktor pendoro terdapat 5 subfaktor,

yaiut; teman sebaya, orang tua, guru, petugas kesehatan, tokoh

masyarakat.

Tiga faktor utama diatas dan subfaktor didalamnya sangat memberi

dampak terhadap timbulnya perilaku seksual menyimpang pranikah dan

minimnya pengetahuan tentang dampak pernikahan usia dini, sehingga hal

ini menimbulkan tingginya angka pernikahan usia dini. Salah satu yang

menjadi poin penting adalah pengetahuan dan pendidikan dari remaja

tentang usia ideal menikah dan perilaku seksual menyimpang.

Pengetahuan dan pendidikan tidak menajdi faktor yang berdiri sendiri,

namun didukung oleh beberapa faktor lain, seperti ekonomi, lingkungan

sosial dan persepsi.

Berdasarkan analisa dengan menggunakan program SPSS For Windows 26

dengan Uji Spearman’s rho dengan tingkat signifikan p = < 0,05 diperoleh hasil

nilai Asymp Sig. (2-tailed) = 0,000 dimana nilai ρ = (0,000<0.05) yang berarti

semakin kecil nilai ρ-value maka semakin signifikan hasil penelitian dan nilai

koefisien korelasi didapatkan hasil 0,736 yang berarti nilai koefisien korelasi kuat.

Maka H1 diterima artinya terdapat hubungan antara Perilaku Seksual Pranikah

dengan Pernikahan Usia Dini pada Remaja di Wilayah Kecamatan Kerek

Kabupaten Tuban.
70

Hal ini sejalan dengan penelitian (Hafida, 2019) bahwa remaja melakukan

perilaku seksual pranikah dengan tingkat aktivitas yang tergolong dalam perilaku

berat. Data lain yang didapatkan yaitu, pernikahan dini paling banyak dilakukan

oleh remaja yang melakukan aktivitas seksual pranikah. Hal ini dibuktikan dengan

hasil penelitian yang menunjukan bahwa remaja yang berperilaku seksual

pranikah cenderung akan melakukan pernikahan usia dini.

Adapun upaya untuk bisa menekan angka perilaku seksual pranikah demi

mengurangi kejadian pernikahan dini pada remaja. Hal ini akan menjadikan

remaja lebih peduli dengan kesehatan secara fisik maupun psiskis terutama pada

kesehatan reproduksinya. Sehingga ketika terdapat paksaan dari lingkungan sosial

untuk melakukan pernikahan dini, remaja sudah bisa memberikan keputusan yang

bijak dan dapat mengontrol dirinya untuk lebih berhati-hati dengan perilaku

seksual pranikah.

6.2 Keterbatasan Penelitian

1. Ada sebagian responden yang merasa kurang nyaman dengan menjawab

pertanyaan sejujur-jujurnya, sehingga jawaban dari kuesioner kurang sesuai

dengan keadaan responden

2. Ada sebagian responden yang tidak memperhatikan dengan baik intruksi

peneliti ketika menjelaskan tata cara pengisian kuesioner dan tidak

memahami dengan seksama pertanyaan pada kuesioner, sehingga responden

menjawab dengan seadanya.


71

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Hasil penelitian yang berjudul “Hubungan Perilaku Seksual Pranikah

dengan Pernikahan Usia Dini pada Remaja Di Wilayah Kecamatan Kerek

Kabupaten Tuban” dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Sebagian Besar Responden Terdapat Perilaku Seksual Pranikah Dengan

Kategori Menyimpang Sedang.

2. Sebagian Besar Responden Terdapat Pernikahan Usia Dini dengan Kategori

Kurang.

3. Terdapat Hubungan antara Perilaku Seksual Pranikah dengan Pernikahan

Usia Dini pada Remaja Di Wilayah Kecamatan Kerek Kabupaten Tuban.

Ditunjukkan dengan hasil Analisa data yang digunakan pada penelitian ini

adalah uji korelasi Spearman’s rho dengan koefisien korelasi (r) = 0,736. Hal

ini menunjukkan bahwa nilai ρ = (0,000<0.05).

6.2 Saran

Adapun saran yang diberikan sebagai berikut :

1. Bagi Subjek Penelitian

Remaja diharapkan dapat saling menjaga lingkungan sosial dengan baik dan

menjaga kesehatan keluarga dalam hal fisik maupun psikis. Sehingga

meskipun usia ideal menikah belum tercapai, namun jika dapat menjaga

dalam kondisi stabil dan lebih baik, maka kesehatan fisik dan psikis akan kian

membaik dan terjadinya perceraian diusia mudia dapat dihindari.


72

2. Bagi Instansi Terkait

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadikan pihak instansi terkait menjadi

lebih peduli dengan remaja dan tugas perkembangan remaja. Dapat

berkolaborasi dengan instansi lain untuk memberikan edukasi, pengembangan

dan kontrol pencegahan perilaku seksual dan pernikahan dini.

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Peneliti selanjutnya diharapkan dapat memperluas variabel dan pengukuran

variabel penelitian serta melakukan penelitian lebih lanjut terkait faktor dominan

yang menjadikan remaja lebih memilih menikah usia dini.


DAFTAR PUSTAKA

Apsari, A. R., & Purnamasari, S. E. (2018). Hubungan Antara Konformitas


Dengan Perilaku Seksual Pranikah Pada Remaja. Insight: Jurnal Ilmiah
Psikologi, 19(1), 1. https://doi.org/10.26486/psikologi.v19i1.596
Astuti, S. I., Arso, S. P., & Wigati, P. A. (2015). Pengertian perilaku seksual pada
Mahasiswa. Analisis Standar Pelayanan Minimal Pada Instalasi Rawat
Jalan Di RSUD Kota Semarang, 3, 103–111.
Chalimah, S. N., & Mubarok, Z. (2020). Fenomena Seks Bebas Dikalangan
Remaja Indonesia. Jurnal PPenelitian Mahasiswa Sastra Indonesia
Universitas Pamulang, 1(1), 1–18.
http://openjournal.unpam.ac.id/index.php/Mafs/ article/view/8178
Dalima Padut, R., Nggarang, B. N., Eka, A. R., Sarjana Keperawatan FIKP Unika
St Paulus Ruteng Jl Jend Ahmad Yani, P., & Flores, R. (2021). Faktor–
Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Seksual Berisiko Pada Remaja
Kelas Xii Di Man Manggarai Timur Tahun 2021. Stikessantupaulus.E-
Journal.Id, 6(1), 2548–4702.
https://stikessantupaulus.e-journal.id/JWK/article/view/116
Dwinanda, A. R., Wijayanti, A. C., & Werdani, K. E. (2017). Hubungan Antara
Pendidikan Ibu Dan Pengetahuan Responden Dengan Pernikahan Usia Dini.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas, 10(1), 76. https://doi.org/10.24893/
jkma.v10i1.166
Fadilah, D. (2021). Tinjauan Dampak Pernikahan Dini dari Berbagai Aspek.
Pamator Journal, 14(2), 88–94. https://doi.org/10.21107/pamator.v14i2.
10590
Hasibuan, R., Dewi, Y. I., & Huda, N. (2017). Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kejadian Seks Pranikah Pada Remaja Putri Di SMAN 1
Pagai Utara Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai Roma. Universitas
Riau, 708–718. https://media.neliti.com/media/publications/186376-ID-
faktor-faktor-yang-mempengaruhi-kejadian.pdf
Indah Rachmawati, N., & Resdasari Prasetyo, A. (2015). Kecerdasan Spiritual
Dan Kecenderungan Perilaku Seksual Pranikah Pada Siswa Smk. Jurnal
Empati, 4(4), 96–100.
Kristanti, E., & Atanus, F. (2020). Life Style Remaja dengan Perilaku Seksual
Pranikah. Enfermeria Clinica, 30(1), 21–26.
Moll, A. (1933). Libido sexualis. https://link.ezproxy.neu.edu/login?url=http://
search.ebscohost.com/login.aspx?direct=true&db=psyh&AN=1934-01239-
000&site=ehost-live&scope=site
Mubasyaroh. (2016). Analisis Faktor Penyebab Perkawinan anak Dan Dampaknya
Bagi Pelakunya. Jurnal Pemikiran Dan Penelitian Sosial Keagamaan, Vol.
17(No. 2), 385–411.
Notoatmodjo. (2018). Gambaran Perilaku Masyarakat. Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Nursalam (Ed.). (2020i). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan (5th ed.).
Salemba Medika.

80
81

Oktarianita, Bintang Agustina Pratiwi, Henni Febriawati, Padila, A. S. (2019).


Tingkat Pengetahuan Dengan Sikap Remaja Terhadap Pendewasaan Usia
Perkawinan. Jurnal Kesmas Asclepius, 4, 19–25.
Pada, B., Di, M., Ilmu, F., Universitas, S., & Manado, N. (2014). Remaja
merupakan kelompok potensial yang perlu mendapat perhatian serius .
Proporsi penduduk berusia remaja Masyarakat ( FKM ) Universitas
Hassanudin ( UNHAS ) pada tahun mahasiswa media pornografi mengenai
akses hasil menunjukkan angka yang cukup besar . 48–55.
Putri, R. R. (2017). Hubungan Teman Sebaya Terhadap Perilaku Seksual Pra
Nikah Remaja SMAN 10 Yogyakarta. Skripsi, 2017, 12–33.
Rahmadini, D., & Sudaryo, M. K. (2021). Dampak pada pernikahan dini di
Indonesia: Survei demografi dan kesehatan Indonesia 2017. Pro Health
Jurnal Ilmiah Kesehatan, 6(24), 22.
http://jurnal.unw.ac.id/index.php/PJ/article/ view/836
Sekarayu, S. Y., & Nurwati, N. (2021). Dampak Pernikahan Usia Dini Terhadap
Kesehatan Reproduksi. Jurnal Penelitian Dan Pengabdian Kepada
Masyarakat (JPPM), 2(1), 37. https://doi.org/10.24198/jppm.v2i1.33436
Setiyawan, Y. (2017). No Analisis Pengetahuan Perempuan Terhadap Perilaku
Melakukan Pernikahan Usia Dini Di Kecamatan Wonosari Kabupaten
Bondowoso Title. August, 1–14. https://doi.org/10.20473/ijph.v12i1.2017.
249-262
Sirupa, T. A., Wantania, J. J. E., & Suparman, E. (2016). Pengetahuan, sikap, dan
perilaku remaja tentang kesehatan reproduksi. E-CliniC, 4(2), 137–144.
https://doi.org/10.35790/ecl.4.2.2016.14370
STEI INDONESIA. (2017). Bab iii metoda penelitian 3.1. Bab III Metoda
Penelitian, Bab iii me, 1–9.
Tiara, D. F., Deliana, S. M., & Hendriyani, R. (2018). Faktor-Faktor Penyebab
Perilaku Seksual Menyimpang Pada Remaja Tunagrahita SLB N Semarang.
Developmental and Clinical Psychology, 2(1), 26–32.
Yanti, Hamidah, & Wiwita. (2018). Analisis Faktor Penyebab Dan Dampak
Pernikahan Dini Di Kecamatan Kandis Kabupaten Siak. Jurnal Ibu Dan
Anak, 6(November), 96–103.
Lampiran 1. Jadwal Penelitian

JADWAL PENELITIAN

No. Tahapan 2022 2023


Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari
1. Konsultasi Masalah
2. Penyusunan BAB 1
3. Penyusunan BAB 2
4. Penyusunan BAB 3
5. Penyusunan BAB 4
6. Survey Awal
7. Penyusunan Lampiran
8. Ujian Proposal
9. Revisi Proposal
Lampiran 2. Permohonan Menjadi Responden

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Afina HilmiAprodhita
Alamat : Perum Tasikmadu, Jl. Jati 2 No. 13 Tuban
No. HP : 081216355697
Saya adalah mahasiswa program Studi S1 Keperawatan IIKNU Tuban,
yang akan mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Perilaku Seksual
Pranikah dengan Pernikahan Usia Dini pada Remaja Di Wilayah Kecamatan
Kerek Kabupaten Tuban”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
perilaku seksual pranikah dengan pernikahan usia dini di Kecamatan Kerek
Kabupateb Tuban. Sehingga penelitian ini diharapkan akan bermanfaat untuk
menambah pengetahuan tentang ilmu keperawatan komunitas pada instansi
Pendidikan.

Oleh sebab itu, saya mengharapkan saudara berkenan untuk menjawab


pertanyaan dengan sejujur-jujurnya dengan cermat dan teliti, serta mengisi semua
pertayaan yang telah disediakan. Apabila terhadap pertanyaan atau pernyataan
yang anda kurang mengerti, anda dipersilahkan untuk bertanya kepada saya.
Pengisian kuesioner ini akan membutuhkan waktu 10-15 menit.

Saya akan menjamin kerahasiaan informasi yang anda berikan, informasi


akan digunakan sebagaimana mestinya hanya untuk penelitian ini. Atas bantuan
dan waktu yang anda berikan, saya ucapkan terima kasih

Afina Hilmi Aprodhita


Lampiran 3. Persetujuan Menjadi Responden

LEMBAR PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN


(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama :
Usia :
Alamat :
Menyatakan (Bersedia / Tidak Bersedia) untuk menjadi responden dalam
penelitian “Hubungan Perilaku Seksual Pranikah dengan Pernikahan Usia
Dini pada Remaja Di Wilayah Kecamatan Kerek Kabupaten Tuban”, saya
juga sudah mendapatkan penjelasan tentang prosedur penelitian dan kerahasiaan
informasi yang akan saya berikan dalam penelitian ini.

Tuban,……………….

Tanda Tangan Peneliti & Nama Nama Tanda Tangan Responden & Nama
Terang Peneliti Terang Responden
Lampiran 4. Lembar Pengisian Data Demografi

LEMBAR PENGISISAN DATA DEMOGRAFI

Nama Responden :…………………..

Petunjuk Pengisian:

1) Bacalah dengan teliti semua pertanyaan dibawah ini.


2) Mohon kesediaan saudara untuk menjawab seluruh pertanyaan yang
tersedia.
3) Isilah pertanyaan dibawah ini sesuai dengan keadaan yang sebenarnya .
4) Yang bertanda (*) lingkari salah satu.

1. Jenis kelamin : L / P*

2. Usia :

3. Pendidikan terakhir : SD / SMP / SMA*

4. Status pernikahan : Menikah / Belum Menikah / Cerai*

5. Usia menikah :
Lampiran 5. Kuesioner Pernikahan Usia Dini

KUESIONER PERNIKAHAN USIA DINI

Petunjuk pengisian kuesioner :


1. Bacalah pertanyaan dengan baik dan telitu sebelum menjawab.
2. Berilah tanda ceklist () pada pilihan yang sesuai dengan pilihan anda.
3. Untuk kelancaran penelitian, mohon kepada saudara untuk menjawab semua
pertanyaan sesuai dengan pengetahuan saudara.
4. Waktu untuk menjawab kuesioner adalah 25 menit.
5. Bila ada petunjuk yang kurang jelas silahkan bertanya kepada peneliti
No Pernyataan Benar Salah

1. Pernikahan adalah ikatan lahir dan batin antara laki-


laki dan wanita
2. Dilihat dari segi kesehatan reproduksi, pernikahan
dini yaitu pernikahan yang dilakukan pada usia
kurang dari 20 tahun
3. Pernikahan dini akan menurunkan risiko penyakit
menular seksual (PMS)
4. Pernikahan yang dilakukan perempuan dibawah usia
19 tahun tidak melanggar undang-undang
5. Pernikahan yang dilakukan laki-laki dibawah usia 21
tahun melanggar undangundang
6. Pernikahan dini akan menjauhkan pasangan untuk
melakukan penyimpangan seksual
7. Ketidaksiapan melakukan pernikahan dini dapat
mengakibatkan stress
8. Pernikahan dini dapat menimbulkan permasalahan
dalam keluarga
9. Ketidaksiapan menikah dini dapat memicu bunuh
diri
10 Pernikahan dini dapat membuat keluarga lebih
. harmonis
11 Pernikahan dini tidak berisiko pada kehamilan usia
. dini
12 Pernikahan usia dini menyebabkan risiko anemia
.
13 Pernikahan dini dapat menurunkan depresi
.
14 Pada remaja yang menikah muda dapat berisiko
. lebih kecil terkena penyakit menular seksual pada
remaja
15 Pernikahan usia dini lebih berisiko pada kematian
. usia muda
16 Pernikahan dini dapat memberikan dampak pada
. bayi yang dilahirkan
17 Pernikahan dini berisiko menurunkan angka
. kematian ibu (AKI)
18 Bayi yang dilahirkan dari ibu yang berusia kurang
. dari 20 tahun memiliki berat besar
19 Pernikahan dini dapat memicu ketidakcocokan pada
. mertua
20 Salah satu risiko menikah dini adalah
. perselingkuhan
21 Pernikahan dini tidak menyebabkan peningkatan
. angka kematian ibu
Lampiran 6. Kuesiner Perilaku Seksual Pranikah

KUESIONER PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH REMAJA

Ungkapkan pendapat anda dengan jawaban yang sejujurnya. Berilah tanda


checklist (√) pada jawaban sesuai dengan pengalaman anda.
No. Pertanyaan Tidak Perna Jarang Sering
Pernah h
1. Saya pernah melihat gambar porno
2. Saya pernah menonton film porno
3. Saya pernah membayangkan hal-hal yang
dapat membangkitkan gairah seksual
4. Saya pernah berbicara mesra dengan teman
lawan jenis
5. Saya pernah saling berpandangan mata
mesra dengan teman lawan jenis dengan
perasaan saling tertarik
6. Saya pernah membicarakan masalah seksual
dengan teman lawan jenis
7. Saya pernah berpegangan tangan dengan
teman sejenis/lawan jenis saya
8. Saya pernah berangkulan dengan teman
sejenis/lawan jenis saya
9. Saya pernah berpelukkan dengan teman
sejenis/lawan jenis saya
10. Saya pernah mencium dan atau dicium
kening oleh teman sejenis/lawan jenis
11. Saya pernah mencium dan atau dicium pipi
oleh teman sejenis/lawan jenis saya yang
menimbulkan sensasi seksual
12. Saya pernah berciuman dan atau dicium
bibir oleh teman sejenis/lawan jenis saya
yang menimbulkan sensasi seksual
13. Saya pernah merangsang alat kelamin saya
untuk mendapatkan kepuasan atau
kesenangan
14. Saya pernah mencium dan atau dicium leher
oleh teman sejenis/lawan jenis yang
menimbulkan sensasi seksual
15. Saya pernah meraba dan atau diraba bagian
sensitive oleh teman sejenis/lawan jenis
yang menimbulkan sensasi seksual
Lampiran 7. Permohonan Survei Awal
Lampiran 8. Surat Permohonan Ijin Penelitian
Lampiran 9. Surat Balasan Ijin Penelitian
Lampiran 10. Sertifikat Uji Etik
Lampiran 11. Sertifikat TOEFL
Lampiran 12. Lembar Tabulasi Data Umum dan Data Khusus

Perilaku Seksual Pernikahan Usia


Nama Jenis Usia Pendidikan Pranikah Dini
Kelamin Menikah Skor Kategori Skor Kategori
Menyimpang
AY Laki - laki 14 SMP 46 Berat 21 Baik
Menyimpang
S Perempuan 15 SMP 36 Sedang 17 Baik
Menyimpang
GL Laki - laki 15 SMP 49 Berat 4 Kurang
Menyimpang
U Perempuan 15 SMP 34 Sedang 13 Cukup
Menyimpang
TGH Perempuan 15 SMP 50 Berat 17 Baik
Menyimpang
TC Perempuan 15 SMP 52 Berat 16 Baik
Menyimpang
B Perempuan 15 SMP 52 Berat 13 Cukup
Menyimpang
T Perempuan 15 SMP 39 Sedang 6 Baik
Menyimpang
S Perempuan 15 SMP 37 Sedang 19 Baik
Menyimpang
K Perempuan 15 SMP 27 Ringan 12 Cukup
Menyimpang
W Perempuan 15 SMP 35 Sedang 16 Baik
Menyimpang
A Perempuan 15 SMP 36 Sedang 17 Baik
Menyimpang
V Perempuan 15 SMP 50 Berat 6 Kurang
Menyimpang
J Perempuan 15 SMP 48 Berat 9 Cukup
Menyimpang
Y Perempuan 16 SMP 48 Berat 13 Cukup
Menyimpang
SD Perempuan 14 SMP 47 Berat 19 Baik
Menyimpang
KT Perempuan 14 SMP 34 Sedang 19 Baik
Menyimpang
LU Perempuan 14 SMP 48 Berat 12 Cukup
Menyimpang
SR Perempuan 14 SMP 47 Berat 11 Cukup
Menyimpang
D Laki - laki 14 SMP 50 Berat 21 Baik
G Laki - laki 14 SMP 48 Menyimpang 13 Cukup
Berat
Menyimpang
C Laki - laki 14 SMP 35 Sedang 11 Cukup
Menyimpang
T Laki - laki 14 SMP 51 Berat 16 Baik
Menyimpang
KL Laki - laki 14 SMP 50 Berat 12 Cukup
Menyimpang
UY Laki - laki 16 SMP 36 Sedang 19 Baik
Menyimpang
IL Laki - laki 16 SMP 51 Berat 18 Baik
Menyimpang
OK Laki - laki 16 SMP 51 Berat 11 Cukup
Menyimpang
P Laki - laki 16 SMP 38 Sedang 6 Kurang
Menyimpang
YOL Laki - laki 16 SMP 48 Berat 21 Baik
Menyimpang
WS Laki - laki 16 SMP 48 Berat 20 Baik
Menyimpang
AH Laki - laki 16 SMP 33 Sedang 6 Kurang
Menyimpang
W Perempuan 16 SMP 30 Ringan 20 Baik
Menyimpang
D Perempuan 16 SMP 49 Berat 3 Kurang
Menyimpang
Y Perempuan 16 SMP 36 Sedang 6 Kurang
Menyimpang
AR Laki - laki 16 SMP 57 Berat 6 Kurang
Menyimpang
AR Laki - laki 16 SMP 37 Sedang 13 Cukup
Menyimpang
KH Laki - laki 16 SMP 52 Berat 6 Kurang
Menyimpang
MA Laki - laki 16 SMP 48 Berat 21 Baik
Menyimpang
AR Laki - laki 17 SMA 30 Ringan 4 Kurang
Menyimpang
NA Laki - laki 17 SMA 51 Berat 7 Kurang
Menyimpang
FR Perempuan 18 SMA 38 Sedang 20 Baik
Menyimpang
JU Perempuan 18 SMA 50 Berat 19 Baik
Menyimpang
H Perempuan 18 SMA 32 Sedang 21 Baik
Menyimpang
N Perempuan 18 SMA 52 Berat 17 Baik
Menyimpang
KJ Perempuan 18 SMA 54 Berat 3 Kurang
Menyimpang
E Perempuan 18 SMA 56 Berat 6 Kurang
Menyimpang
EG Perempuan 19 SMA 53 Berat 18 Baik
Menyimpang
H Perempuan 19 SMA 35 Sedang 7 Kurang
Menyimpang
E Perempuan 14 SMP 55 Berat 21 Baik
Menyimpang
TFL Perempuan 14 SMP 53 Berat 6 Kurang
Menyimpang
WS Perempuan 14 SMP 52 Berat 6 Kurang
Menyimpang
S Perempuan 14 SMP 57 Berat 20 Baik
Menyimpang
DE Perempuan 14 SMP 35 Sedang 7 Kurang
Menyimpang
MRSP
Perempuan 14 SMP 32 Sedang 18 Kurang
Menyimpang
W
Perempuan 14 SMP 54 Berat 21 Baik
Menyimpang
FRK
Perempuan 14 SMP 56 Berat 7 Kurang
Menyimpang
F
Perempuan 14 SMP 55 Berat 7 Kurang
Menyimpang
DA
Perempuan 16 SMP 53 Berat 12 Cukup
Menyimpang
RR
Perempuan 16 SMP 51 Berat 7 Kurang
Menyimpang
R
Perempuan 16 SMP 53 Berat 11 Cukup
AAM Menyimpang
O Perempuan 16 SMP 52 Berat 7 Kurang
Menyimpang
N
Perempuan 15 SMP 52 Berat 11 Cukup
Menyimpang
V
Perempuan 16 SMP 35 Sedang 5 Kurang
Menyimpang
I
Perempuan 16 SMP 53 Berat 7 Kurang
Menyimpang
D
Perempuan 16 SMP 52 Berat 13 Cukup
Menyimpang
M
Perempuan 16 SMP 52 Berat 7 Kurang
Menyimpang
YI
Perempuan 16 SMP 53 Berat 10 Cukup
Menyimpang
RNA
Perempuan 16 SMP 51 Berat 3 Kurang
Menyimpang
N
Perempuan 16 SMP 37 Sedang 18 Cukup
H Perempuan 16 SMP 52 Menyimpang 11 Cukup
Berat
Menyimpang
EL
Perempuan 16 SMP 58 Berat 6 Kurang
Menyimpang
R
Perempuan 16 SMP 50 Berat 7 Kurang
Menyimpang
LS
Perempuan 16 SMP 38 Sedang 12 Cukup
Menyimpang
W
Perempuan 16 SMP 52 Berat 7 Kurang
Menyimpang
TFL
Perempuan 16 SMP 55 Berat 7 Kurang
Menyimpang
NM
Perempuan 16 SMP 35 Sedang 6 Kurang
Menyimpang
BLK
Perempuan 16 SMP 53 Berat 6 Kurang
Menyimpang
FRT
Perempuan 16 SMP 57 Berat 7 Kurang
Menyimpang
ERT
Perempuan 14 SMP 50 Berat 6 Kurang
Menyimpang
WDR
Perempuan 14 SMP 52 Berat 7 Kurang
Menyimpang
GT
Perempuan 15 SMP 55 Berat 7 Kurang
Menyimpang
GD
Laki - laki 15 SMP 54 Berat 11 Cukup
Menyimpang
RT
Laki - laki 15 SMP 33 Sedang 7 Kurang
Menyimpang
HDS
Laki - laki 15 SMP 51 Berat 11 Cukup
Menyimpang
ASD
Laki - laki 14 SMP 51 Berat 7 Kurang
Menyimpang
SRT
Laki - laki 15 SMP 50 Berat 11 Cukup
Menyimpang
SWT
Laki - laki 15 SMP 53 Berat 10 Cukup
Menyimpang
SFG
Laki - laki 15 SMP 34 Sedang 6 Kurang
Menyimpang
RTY
Laki - laki 16 SMP 50 Rendah 6 Kurang
Menyimpang
FV
Laki - laki 18 SMA 52 Berat 6 Kurang
Menyimpang
D
Laki - laki 18 SMA 53 Berat 7 Kurang
Menyimpang
G
Laki - laki 18 SMA 51 Berat 7 Kurang
Menyimpang
S
Laki - laki 18 SMA 35 Sedang 7 Kurang
Menyimpang
T
Laki - laki 18 SMA 50 Berat 11 Cukup
Menyimpang
K
Laki - laki 18 SMA 50 Berat 7 Kurang
Menyimpang
H
Laki - laki 18 SMA 50 Berat 8 Kurang
Menyimpang
J
Laki - laki 16 SMP 50 Berat 5 Kurang
Menyimpang
G
Laki - laki 18 SMA 31 Sedang 7 Kurang
Menyimpang
F
Laki - laki 18 SMA 54 Berat 6 Kurang
Menyimpang
y
Laki - laki 18 SMA 51 Berat 13 Cukup
Menyimpang
T
Laki - laki 17 SMA 35 Sedang 7 Kurang
Menyimpang
w
Laki - laki 19 SMA 51 Berat 3 Kurang
Menyimpang
y
Perempuan 19 SMA 34 Sedang 6 Kurang
Menyimpang
R
Perempuan 15 SMP 50 Berat 6 Kurang
Menyimpang
D
Perempuan 15 SMP 33 Sedang 7 Kurang
Menyimpang
F
Perempuan 15 SMP 50 Berat 6 Kurang
Menyimpang
E
Perempuan 15 SMP 52 Berat 7 Kurang
Menyimpang
R
Perempuan 15 SMP 56 Berat 6 Kurang
Menyimpang
FG
Perempuan 15 SMP 53 Berat 6 Kurang
Menyimpang
HF
Perempuan 16 SMP 53 Berat 6 Kurang
Menyimpang
DR
Perempuan 15 SMP 53 Berat 7 Kurang
Menyimpang
TY
Perempuan 15 SMP 35 Sedang 7 Kurang
Menyimpang
E
Perempuan 15 SMP 33 Sedang 7 Kurang
Menyimpang
W
Perempuan 15 SMP 36 Sedang 5 Kurang
Menyimpang
D
Perempuan 15 SMP 29 Ringan 6 Kurang
Menyimpang
V
Perempuan 15 SMP 36 Sedang 7 Kurang
Menyimpang
B
Perempuan 16 SMP 39 Sedang 6 Kurang
Menyimpang
SD
Perempuan 15 SMP 31 Sedang 6 Kurang
WE Perempuan 15 SMP 40 Menyimpang 6 Kurang
Sedang
Menyimpang
D
Perempuan 15 SMP 33 Sedang 7 Kurang
Menyimpang
S
Perempuan 15 SMP 33 Sedang 7 Kurang
Menyimpang
V
Perempuan 15 SMP 32 Sedang 9 Cukup
Menyimpang
R
Perempuan 15 SMP 33 Sedang 7 Kurang
Menyimpang
T
Perempuan 15 SMP 35 Sedang 7 Kurang
Menyimpang
R
Perempuan 15 SMP 34 Sedang 11 Cukup
Menyimpang
S
Perempuan 17 SMA 35 Sedang 4 Kurang
Menyimpang
K
Perempuan 15 SMP 30 Ringan 7 Kurang
Menyimpang
RT
Perempuan 15 SMP 28 Sedang 13 Cukup
Menyimpang
WI
Laki - laki 15 SMP 38 Sedang 7 kurang
Menyimpang
AA
Laki - laki 15 SMP 40 Sedang 4 Kurang
Menyimpang
D
Laki - laki 15 SMP 30 Sedang 13 Cukup
Menyimpang
F
Laki - laki 15 SMP 37 Sedang 7 Kurang
Menyimpang
CF
Perempuan 15 SMP 31 Sedang 11 Cukup
Menyimpang
GV
Laki - laki 15 SMP 35 Sedang 5 Kurang
Menyimpang
SA
Laki - laki 15 SMP 32 Sedang 10 Cukup
Menyimpang
YT
Laki - laki 15 SMP 32 Sedang 10 Cukup
Menyimpang
DR
Perempuan 17 SMP 39 Sedang 5 Kurang
Menyimpang
TGH
Perempuan 15 SMP 37 Sedang 11 Cukup
Menyimpang
FT
Perempuan 17 SMA 32 Sedang 7 Kurang
Menyimpang
AFR
Perempuan 15 SMP 37 Sedang 12 Cukup
Menyimpang
CDE
Laki - laki 15 SMP 35 Sedang 6 Kurang
Menyimpang
DRT
Perempuan 15 SMP 38 Sedang 11 Cukup
Menyimpang
DFG
Perempuan 15 SMP 35 Sedang 11 Cukup
Menyimpang
ZAD
Perempuan 14 SMP 30 Ringan 7 Kurang
Menyimpang
DCV
Perempuan 14 SMP 34 Sedang 7 Kurang
Menyimpang
SS
Perempuan 14 SMP 35 Sedang 13 Cukup
Menyimpang
AA
Perempuan 14 SMP 39 Sedang 11 Cukup
Menyimpang
PT
Perempuan 14 SMP 31 Sedang 5 Kurang
Menyimpang
DE
Perempuan 14 SMP 36 Sedang 11 Cukup
Menyimpang
DA
Perempuan 19 SMA 40 Sedang 6 Kurang
Menyimpang
SE
Perempuan 14 SMP 27 Sedang 4 Kurang
Menyimpang
SC
Perempuan 14 SMP 33 Sedang 13 Cukup
Menyimpang
CC
Perempuan 14 SMP 39 Sedang 4 Kurang
Menyimpang
CB
Perempuan 15 SMP 37 Sedang 1 Kurang
Menyimpang
NM
Perempuan 15 SMP 34 Sedang 12 Cukup
Menyimpang
NS
Perempuan 15 SMP 30 Sedang 11 Cukup
Menyimpang
GG
Perempuan 17 SMA 40 Sedang 4 Kurang
Menyimpang
FR
Perempuan 18 SMA 38 Sedang 4 Kurang
Menyimpang
RE
Laki - laki 18 SMA 29 Ringan 13 Cukup
Menyimpang
RPH
Laki - laki 16 SMP 37 Sedang 5 Kurang
Menyimpang
FR
Perempuan 14 SMP 39 Sedang 12 Cukup
Menyimpang
WA
Perempuan 15 SMP 31 Sedang 7 Kurang
Menyimpang
CH
Perempuan 15 SMP 36 Sedang 12 Cukup
Menyimpang
CT
Perempuan 15 SMP 36 Sedang 12 Cukup
Menyimpang
DS
Perempuan 16 SMP 33 Sedang 7 Kurang
Menyimpang
GBT
Perempuan 16 SMP 35 Sedang 6 Kurang
Menyimpang
TRE
Perempuan 16 SMP 30 Sedang 12 Cukup
AST Perempuan 16 SMP 35 Menyimpang 6 Kurang
Sedang
Menyimpang
WER
Perempuan 18 SMA 35 Sedang 12 Cukup
Menyimpang
RGT
Perempuan 18 SMA 38 Sedang 10 Cukup
Menyimpang
ASD
Perempuan 19 SMA 33 Sedang 9 Cukup
Menyimpang
AAD
Perempuan 19 SMA 33 Sedang 9 Cukup
Lampiran 13. Hasil Uji Statistik

Statistics

Jenis Kelamin Usia Menikah Pendidikan

N Valid 172 172 172

Missing 0 0 0

Jenis Kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Laki-laki 50 29.1 29.1 29.1

Perempuan 122 70.9 70.9 100.0

Total 172 100.0 100.0

Usia Menikah

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 13-14 50 29.1 29.1 29.1

15-16 100 58.1 58.1 87.2

17-19 22 12.8 12.8 100.0

Total 172 100.0 100.0

Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid SD 50 29.1 29.1 29.1

SMP 100 58.1 58.1 87.2


SMA 22 12.8 12.8 100.0

Total 172 100.0 100.0

Statistics

Perilaku
Seksual Pernikahan
Pranikah Usia Dini

N Valid 172 172

Missing 0 0

Perilaku Seksual Pranikah

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Menyimpang Ringan 7 4.1 4.1 4.1

Menyimpang sedang 84 48.8 48.8 52.9

Menyimpang Berat 81 47.1 47.1 100.0

Total 172 100.0 100.0

Pernikahan Usia Dini

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Kurang 92 53.5 53.5 53.5

Cukup 54 31.4 31.4 84.9

Baik 26 15.1 15.1 100.0

Total 172 100.0 100.0


Perilaku Seksual Pranikah * Pernikahan Usia Dini Crosstabulation

Pernikahan Usia Dini

Kurang Cukup Baik Total

Perilaku Seksual Pranikah Menyimpang Ringan Count 6 1 0 7

Expected Count 3.7 2.2 1.1 7.0

% of Total 3.5% 0.6% 0.0% 4.1%

Menyimpang sedang Count 77 3 4 84

Expected Count 44.9 26.4 12.7 84.0

% of Total 44.8% 1.7% 2.3% 48.8%

Menyimpang Berat Count 9 50 22 81

Expected Count 43.3 25.4 12.2 81.0

% of Total 5.2% 29.1% 12.8% 47.1%

Total Count 92 54 26 172

Expected Count 92.0 54.0 26.0 172.0

% of Total 53.5% 31.4% 15.1% 100.0%


Nonparametric Correlations
Correlations

Perilaku Seksual Pernikahan Usia


Pranikah Dini

Spearman's rho Perilaku Seksual Pranikah Correlation Coefficient 1.000 .736**

Sig. (2-tailed) . .000

N 172 172

Pernikahan Usia Dini Correlation Coefficient .736** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 172 172

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Lampiran 14. Dokumentasi


Lampiran 15. Lembar Konsultasi Skripsi

LEMBAR KONSULTASI SKRIPSI

Nama : Afina Hilmi Aprodhita


NIM : 10.12.2.149.045
Judul : Hubungan Perilaku Seksual Pranikah dengan Pernikahan
Usia Dini pada Remaja di Wilayah Kecamatan Kerek
Kabupaten Tuban
Pembimbing : Dr. H. Miftahul Munir, S.KM., M.Kes., DIE
No. Tanggal Masukan Pembimbing Tandan Tangan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.
Lampiran 16. Lembar Revisi Skripsi

LEMBAR REVISI SKRIPSI

Nama : Afina Hilmi Aprodhita


NIM :19.12.2.149.045
Judul proposal : Hubungan Perilaku Seksual Pranikah dengan Pernikahan
Usia Dini pada Remaja di Wilayah Kecamatan Kerek
Kabupaten Tuban
Ketua Penguji : Dr. H. Miftahul Munir, S.KM., M.Kes., DIE
No Halaman Masukan Revisi

Tanggal, ..........2023

Penguji
Lampiran 17. Berita Acara Perbaikan Skripsi

BERITA ACARA PERBAIKAN SKRIPSI


Nama Mahasiswa : Afina Hilmi Aprodhita
NIM : 19.12.2.149.045
Judul Skripsi : Hubungan Perilaku Seksual Pranikah dengan Pernikahan
Usia Dini pada Remaja di Wilayah Kecamatan Kerek
Kabupaten Tuban
No Nama Penguji Tanda Tangan

1 Suhartono, S.Kep., Ns., M.Kep


NIDN. 072312750

2. Dr. H. Miftahul Munir, SKM., M.Kes., DIE.


NIP. 19710412 199703 1 004

3 Hyan Oktodia Basuki, S.Kep., Ns., M.Kep


NIDN. 0708108904

Anda mungkin juga menyukai