Anda di halaman 1dari 62

GAMBARAN UMUM POTENSI RISIKO BAHAYA

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


PADA PEKERJA MEBEL
(Studi Literatur)

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

Dinda Sefia
NIM . P07233317547

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGPINANG
PRODI DIII SANITASI
2020

i
LEMBAR PERSETUJUAN

GAMBARAN UMUM POTENSI RISIKO BAHAYA


KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
PADA PEKERJA MEBEL
(Studi Literatur)

Oleh:
Dinda Sefia
NIM : PO7233317 547

Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa dan disetujui oleh Dosen Pembimbing

Tanjungpinang Juli 2020

ANGGOTA 1 ANGGOTA 2

Veronika Amelia Simbolon, M.K.M M.Yusuf MF,S.TP, M.T


NIP. 19841118 200604 2 002 NIP. 19850710201801 1 001

i
LEMBAR PENGESAHAN

GAMBARAN UMUM POTENSI RISIKO BAHAYA


KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PADA
PEKERJA MEBEL

Oleh:
Dinda Sefia
NIM. PO723317 547

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah telah diuji dan dipertahankan dihadapan tim penguji
proposal KTI prodi DIII Sanitasi Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang

Tanjungpinang, Juli 2020

1. Luh Pitriyanti, M.Kes Ketua Penguji 1. ……….......


NIP. 19920406201902 2 001

2. M.Yusuf MF,S.TP,M.T Anggota 1 2. ……………


NIP. 19850710201801 1 001

3. Veronika Amelia Simbolon,M.K.M Anggota 2 3. ……………


NIP. 19841118200604 2 002

ii
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : GAMBARAN UMUM POTENSI RISIKO BAHAYA


KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
PADA PEKERJA MEBEL (Studi Literatur)
NAMA : DINDA SEFIA
NIM : PO 7233317 547
POLTEKKES : POLTEKKES KEMENKES TANJUNGPINANG
PRODI : D III SANITASI

Tanjungpinang, Juli 2020

KETUA PENGUJI

LUH PITRIYANTI,SKM,M.Kes
NIP. 19920406201902 2 001

ANGGOTA 1 ANGGOTA 2

M.YUSUF MF,S.TP.M.T VERONIKA AMELIA


NIP. 19850710201801 1 001 SIMBOLON,M.K.M
NIP. 19841118200604 2 002

KETUA PRODI DIII DIREKTUR POLTEKKES


SANITASI TANJUNGPINANG

iii
WENI ENJELINA, M.Si NOVIAN ALDO, SST, MM
NIP. 19870404 201212 2 002 NIP. 19611128 198803 1 002

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Dinda Sefia

NIM : PO 7233317 547

Judul KTI : GAMBARAN UMUM POTENSI RISIKO BAHAYA


KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
PADA PEKERJA MEBEL (Studi Literatur)

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah ini adalah

benar hasil karya saya dan bukan hasil penjiplakan dari hasil karya orang

lain. Demikian pernyataan ini dan apabila dikemudian hari terbukti dalam

Karya Tulis Ilmiah ada unsur penjiplakan, maka saya bersedia

mempertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Tanjungpinang, Juli 2020

Yang membuat pernyataan,

iv
DINDA SEFIA

NIM.PO7233317547

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA TULIS


ILMIAH (KTI) UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademika Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang, prodi DIII


Sanitasi, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : DINDA SEFIA


NIM : PO 7233317 547
Poltekkes : Poltekkes Tanjungpinang
Prodi : D III Sanitasi
Jenis Karya : Karya Tulis Ilmiah

Menyetujui untuk memberikan kepada Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang,


Prodi DIII Sanitasi Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-
Free Right) untuk tujuan pengembangan ilmu atas Karya Tulis Ilmiah (KTI) saya
yang berjudul :

GAMBARAN UMUM POTENSI RISIKO BAHAYA KESELAMATAN DAN


KESEHATAN KERJA PADA PEKERJA MEBEL (Studi Literatur)
dan perangkat yang ada (jika diperlukan). Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini
Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang berhak menyimpan, memformat, merawat
dan mempublikasikan Karya Tulis Ilmiah saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai Pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Tanjungpinang, 27 Juli 2020


Yang membuat perjanjian,

DINDA SEFIA
NIM. PO7233317 547

v
RIWAYAT HIDUP

Nama : Dinda Sefia


NIM : PO 7233317 547
Agama : Islam
Tempat, Tanggal Lahir : Pekanbaru, 10 Maret 1999
Jenis kelamin : Perempuan
No. Hp : 082170741535
Nama Ayah : Ilhami (Alm)
Pekerjaan : -
No. Hp : -
Nama Ibu : Deswarti
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
No. Hp : 082386266417
Nama Saudara Kandung : Delcia Oktora
Vivi Anggraini
Riski Kurniawan
Syafrul Ikhwan
Alamat Lengkap : Jl.Pasir Putih RT.01 RW 06 Sumber Sari
Air Molek 1 Kecamatan Pasir Penyu
Kababupaten Indragiri Hulu Riau
Riwayat pendidikan :
1. Periode SD : SD Negeri 002 Air Molek (Tahun 2005-2011)
2. Periode SLTP : MTS Darul Huda Lirik (Tahun 2011-2014)
3. Periode SMU : SMA Islam Darul Huda Lirik (Tahun 2014-2017)
4. Periode D-III : D-III Sanitasi Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang (Tahun
2017 - sekarang)

KATA PENGANTAR

vi
Puji dan syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal karya tulis ilmiah

yang berjudul “Studiliteratur : Gambaran Potensi Bahaya K3 pada Pekerja

Mebel’’

Tujuan penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk memberikan

informasi kepada yang membaca proposal ini, serta penulis tidak lepas dari

peran banyak pihak yang telah memberi bantuan, petunjuk dan saran yang

sangat bermanfaat bagi penulis oleh sebab itu, penulis ingin mengucapkan

terimakasih kepada

1. Bapak Novian Aldo, SST, MM, selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kementerian Kesehatan Tanjungpinang.

2. Ibu Weni Enjelina, M.Si selaku Ketua Prodi Jurusan sanitasi

3. Ibu Veronika Amelia Simbolon, M.K.M selaku dosen pembimbing I yang telah

sabar, bersedia meluangkan waktu dan kesempatan bagi penulis untuk

berkonsultasi, memberikan masukan, pengarahan selama menyelesaikan

proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Bapak M.Yusuf MF,S.TP.M.T selaku pembimbing II yang telah sabar,

bersedia meluangkan waktu dan kesempatan bagi penulis untuk

berkonsultasi, memberikan masukan, pengarahan selama menyelesaikan

proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Ibu Luh Pitriyanti, M.Kes selaku penguji Karya Tulis Ilmiah yang telah

memberikan ilmu, kritikan, saran dan dukungan kepada penulis.

vii
6. Seluruh Staf Prodi D III Sanitasi dan Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang

yang telah banyak membantu penulis dalam urusan Akademik selama

menjalani pendidikan di Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang.

7. Kedua orang tua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan serta doa,

sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Teman-teman Kesehatan Lingkungan angkatan 9 yang telah mendukung

serta memberi motivasi untuk dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini

Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah

membantu sehingga dapat terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis

menyadari bahwa proposal Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak terdapat

kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun dari berbagai pihak. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih

semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat dapat memberikan wawasan yang

lebih luas kepada pembaca.

Tanjungpinang, Juli 2020

Penulis

viii
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Politeknik Kesehatan Kemenkes Tanjungpinang
Prodi DIII Sanitasi
Karya Tulis Ilmiah , 27Juli 2020

STUDI LITERATUR : GAMBARAN UMUM POTENSI RISIKO BAHAYA


KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PEKERJA MEBEL
Dinda Sefia 1, Veronika Amelia Simbolon, M.K.M2, M.Yusuf MF,S.TP.M.T3
X + 43 Halaman + 2 Gambar + 1 Tabel

ABSTRAK

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) difilosofikan sebagai suatu


pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani
maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil
karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan
pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya
dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat
kerja menurut Armanda (2006, dikutip oleh Kani, 2013).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendapatkan informasi
tentang bagaimana studi literatur : gambaran umum potensi risiko bahaya
keselamatan dan kesehatan kerja pada pekerja mebel. Jenis penelitian yang
digunakan adalah studi literatur. Metode studi literatur adalah serangkaian
keputusan kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka,
membaca dan mencatat, serta mengelolah bahan penelitian (Zed,2008).
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif yang bersifat
studi pustaka yang menggunakan buku-buku dan literatur-literatur lain sebagai
objek yang utama.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik responden dari beberapa
jurnal yang saya ambil yaitu tingkat potensi terjadinya kecelakaan kerja pada
pekerja mebel dikarenakan adanya potensi risiko bahaya pada lingkungan
kerja.seperti kebisingan dan kurangnya kesadaran pekerja untuk selalu memakai
APD pada saat bekerja, sehingga masih ada kecelakan kerja. Gangguan fisik
pada pekerja mebel yaitu pernafasan akibat dari paparan debu dan juga
gangguan pada pendengaran akibat dari kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin
– mesin yang berada padalingkungan kerja.
Kata Kunci :Pekerja Mebel, Dampak kesehatan yang ditimbulkan.

1. Mahasiswa Sanitasi
2. Pembimbing 1
3. Pembimbing 2

ix
The Literature Study: The General Description of Potential Danger and Risk
in Work Safety and Health (K3) for Furniture Employees.

Dinda Sefia1, Veronika Amelia Simbolon, M.K.M 2, M.Yusuf MF,S.TP,M.T3


XIV + 43 Page + 1Table + 2 Images

ABSTRACT

Work safety and health (K3) was philosophically stated as a thought and
efforts to ensure wholeness and the perfection of physical and spiritual health of
human being first and foremost, while their product of creation and culture were
implemented for the sake of public prosperity. Whereas, scientifically speaking,
the definition of work safety and health (K3) was a general knowledge and
implementation of efforts to prevent the possibility of accident and illness
because of work, according to Armanda (2006, quoted by Kani, 2013).

The purpose of this study was to understand and obtain the information
about the literature study: The General Description of Potential Danger and Risk
in Work Safety and Health (K3) for Furniture Employees. The type of research
being used was the literature study. The method of literature study was the series
of decision activity related to the method of data collection, reciting, writing and
also managing the resources of study (Zed, 2008). This research relied on
descriptive qualitative research method with library research, which utilized
books and literatures as the prime object.

The result of this study pointed on respondent characteristics from some


journal that researcher chose, such as, age, the duration time of work, the period
of work, education level, hobby related to living environment, the consumption of
ototoxic drugs and smoking behavior. The outcome of noise measurement level
in the journal that the researcher got did not meet the quality standard of noise
requirements of >85 decibel. Meanwhile the average noise level ranges from 86-
109 decibel. Health impacts that can be caused by noise levels that exceed the
threshold value are physiological disorders, psychological and communication.
These disorders could cause hearing loss, dizziness, abnormal sleep patterns,
hypertension, communication disorders, discomfort, abnormal pulse,
concentration problems, and others.

Keywords: Furniture Employees, The health impact.

x
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………………. i
PERNYATAAN………………………………………………………………………… ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI……………………………………. iii
RIWAYAT HIDUP……………………………………………………………………... iv
KATA PENGANTAR................................................................................... v
ABSTRAK……………………………………………………………………………… vi
ABSTRACK……………………………………………………………………………. viii
KATA PENGANTAR..................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR........................................................................................... xii
xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................
1.2 Rumusan Masalah........................................................................ 1
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................... 1
1.3.1 Tujuan Umum.................................................................... 3
1.3.2 Tujuan Khusus................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian........................................................................ 3
1.4.1 Manfaat Teoritis................................................................ 3
1.4.2 Manfaat Praktis ............................................................... 4
1.5 Ruang Lingkup............................................................................. 4
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tenaga kerja dan lingkungan kerja .............................................
2.1.1 Defenisi Tenaga Kerja........................................................ 6
2.1.2 Klasifikasi Tenaga Kerja.................................................... 6
2.1.3 Lingkungan Kerja................................................................. 7
2.2 Inspeksi keselamatan Kerja........................................................ 7
2.2.1 Defenisi Inpeksi Keselamatan Kerja.................................... 9
2.2.2 Jenis - Jenis Inpeksi keselamatan kerja............................. 10
2.2.3 Tujuan Inpeksi Keselamatan Kerja...................................... 10
2.3 Bahaya..................................................................................... 10
2.3.1 Definisi Bahaya ............................................................... 12
2.3.2 Sumber – Sumber Bahaya............................................... 13
2.4 Kecelakaan Kerja...................................................................... 13
2.4.1 Defenisi Kecelakaan Kerja................................................. 15
2.4.2 Jenis – Jenis Kecelakaan Kerja.......................................... 18
2.4.3 Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja.................................... 18
2.5 Kesehatan Kerja……………………………………………….......... 19
2.6 Industri Mebel............................................................................ 20
2.6.1 Defenisi Industri Mebel dan Furnitur................................... 22
2.6.2 Dampak Kesehatan Pekerja Mebel....................................

xi
2.7 Kerangka Teori........................................................................... 23
24
25
27
BABIII METODE PENELITIAN
3.1 Diagram Alir.................................................................................... 28
3.2 Studi Literatur Jenis....................................................................... 28
3.3 Waktu Penelitian....................................................................... 29
3.4 Pengumpulan Data.................................................................... 29
3.4.1 Jenis Data........................................................................ 29
3.4.2 Sumber Data.................................................................. 29
3.4.3MetodePengumpulanData…………………………………….. 29
BAB IV.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Penelitian………………………………………....
4.2 Studi Literatur………………………………………………………….. 31
4.3 Pembahasan…………………………………………………………… 32
4.4 Keterbatasan Peneliti…………………………………………………. 34
42
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan……………………………………………………………..
5.2Saran……………………………………………………………………. 43
DAFTAR PUSTAKA 43

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori.......................................................... 22


Gambar Diagram Alir……………………………………………... 28

xiii
xiv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap pekerjaan selalu mengandung potensi risiko bahaya dalam bentuk

kecelakaan kerja. Besarnya potensi kecelakaan dan penyakit kerja tersebut

tergantung dari jenis produksi, teknologi yang dipakai, bahan yang digunakan,

tata ruang dan lingkungan bangunan serta kualitas manajemen dan tenaga-

tenaga pelaksanaan.

Zaman modern saat ini, hampir semua pekerjaan manusia telah dibantu

oleh alat-alat yang dapat memudahkan pekerjaan manusia, contohnya mesin.

Produktivitas akan semakin meningkat, di samping kualitas yang semakin baik

dan standar. Mesin dapat membuat keuntungan yang cukup besar bagi

penggunanya, namun dapat juga membuat kerugian karena mesin itu sewaktu

waktu dapat rusak, meledak atau terbakar.

Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh

perusahaan, sedangkan pengertian keselamatan dan kesehatan kerja secara

keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha

mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dampak penyakit akibat kerja.

Keselamatan dan kesehatan kerja tidak dapat dipisahkan dengan proses

produksi baik jasa maupun industri. Hal tersebut juga mengakibatkan

meningkatnya tuntutan yang lebih tinggi dalam mencegah terjadinya kecelakaan

yang beraneka ragam bentuk maupun jenis kecelakaannya (Fani, 2013).

Berdasarkan data dari BPJS pada tahun 2015 tercatat sebanyak 110.285

kasus kecelakaan kerja, tahun 2016 sejulmlah 105.182 kasus, atau turun sekitar

4,6 %.Pada tahun 2017 angka kecelakaan kerja ini mengalami peningkatan yang

signifikan hingga angka 123.000 kasus kecelakaan kerja. Untuk tahun 2018

tercatat kecelakaan kerja sebanyak 157.313 kasus. Dari data di atas bahwa

1
2

kecelakaan kerja di indonesia setiap tahunnya mengalami penurunan dan

peningkatan. Berdasarkan dari data di atas bahwa keselamatan dan kesehatan

kerja merupakan hal yang sangat penting yang harus ada di tempat kerja, agar

pekerja dapat bekerja secara aman dan sehat.

Selain itu, data dari DISNAKER Kepulauan Riau Tahun 2016 tercatat 475

orang pekerja yang mengalami kecelakaan ringan, sedang dan berat. Upaya

untuk memperkecil masalah kecelakaan kerja maka dibutuhkan sebuah tinjauan

tentang sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Menurut peraturan

pemerintah No 50 Tahun 2012 bahwa Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan

secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan

kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

Upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup

sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang

diakibatkan oleh pekerjaan. Untuk itu, pengelola tempat kerja wajib melakukan

segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya pencegahan penyakit,

Peningkatan kesehatan, penanganan penyakit, dan pemulihan kesehatan pada

pekerja.

Berdasarkan penjelasan di atas bahwa adanya berbagai macam industri

yang ada di Kota Tanjungpinang merupakan sebuah hal yang penting bahwa

setiap perusahaan harus ada tahapan proses penilaian potensi risiko bahaya

pada tahap proses produksi. Salah satu perusahaan yang ada di Kota

Tanjungpinang adalah mebel. Perusahaan yang bergerak di bidang sektor

industri mebel dimana mengolah mebel yang masih kasar menjadi mebel yang

siap pakai atau sudah menjadi furniture.


3

Studi literatur ini sangat penting dilakukan untuk mencari solusi

potensi risiko bahaya keselamatan dan kesehatan kerja pada pekerja mebel.

Studi literatur digunakan untuk memperoleh dasar-dasar dan pendapat

secara tertulis yang dilakukan dengan cara mempelajari berbagai literatur

yang berhubungan dengan masalah yang diteliti dan menjadi pijakan awal

sebelum melakukan penelitian Nazir (2013).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam pene-

litian ini mencakup dua hal yaitu:

a. Bagaimana Gambaran Umum Potensi Risiko Bahaya Keselamatan

dan Kesehatan Kerja pada pekerja mebel secara umum berdasarkan

studi literatur?

b. Apa saja penilaian potensi risiko bahaya Keselamatan dan Kesehatan

Kerja secara fisik dilingkungan kerja ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk melakukan kajian atau

gambaran umum potensi resiko bahaya k3 pada pekerja mebel.

1.3.2 Tujuan Khusus

Berdasarkan rumusan masalah sebelumnya maka tujuan khusus dari

penelitian ini mencakup:

a. Untuk mengetahui gambaran umum potensi risiko bahaya k3 pada

pekerja mebel dari berbagai studi kepustakaan.

b. Untuk mengetahui potensi risiko bahaya kesehatan dan

keselamatan kerja pada pekerja mebel dari berbagai studi

kepustakaan.
4

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

a. Manfaat bagi peneliti

1) Peneliti dapat menyelesaikan salah satu tugas akhir pendidikan

DIII sanitasi Poltekkes kemenkes Tanjungpinang.

2) Hasil dari penelitian ini mampu menjadi tambahan ilmu, wawasan,

dan pengetahuan bagi peneliti khususnya terkait dengan bagian

keselamatan dan kesehatan kerja (K3).

b. Manfaat bagi institusi pendidikan

1) Hasil penelitian ini bertujuan menambah literatur perpustakaan

Poltekkes Tanjungpinang khususnya tentang Keselamatan

Kesehatan Kerja (K3).

2) Penelitian ini dapat di jadikan sebagai reverensi untuk penelitian

selanjutnya yang berhubungan dengan keselamatan dan

kesehatan kerja (K3).

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi pekerja

Manfaat bagi pekerja yaitu lebih berhati-hati dalam bekerja dan

memakai alat pelindung diri untuk mengurangi risiko bahaya yang

akan terjadi.

b. Manfaat bagi perusahaan

1) Untuk mengetahui risiko K3 di perusahan sehingga meminimalisir

bahaya yang akan terjadi sehingga bisa dilakukan pengendalian.

2) Sebagai bahan evaluasi tentang pengendalian risko keselamatan

dan kesehatan kerja di perusahaan.


5

c. Manfaat dari pemerintah setempat

Manfaat bagi pemerintah setempat sebagai masukaan dan

pertimbangan bagi instansi terkait untuk mengindari atau mengurangi

kecelakaan kerja ditempat kerja.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan berdasarkan studi literatur dari berbagai data dan

informasi berupa buku, jurnal, dan artikel terkait tentang kesehatan dan

keselamatan kerja khususnya pada perusahan mebel khususnya tentang factor

fisik dan lingkungan


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tenaga Kerja dan Lingkungan Kerja

2.1.1 Definisi Tenaga kerja

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin,

alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan

lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan menurut Ridley (2004,

dikutip oleh Kani, 2013)

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) difilosofikan sebagai suatu

pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani

maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil

karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan

pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya

dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat

kerja menurut Armanda (2006, dikutip oleh Kani, 2013).

Menurut UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa

tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna

menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri

maupun untuk masyarakat. Secara garis besar penduduk suatu negara

dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja.

Menurut DR Payaman Siamanjuntak, Tenaga kerja adalah penduduk

yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan yang

melaksanakan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga.

Secara praksis pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja menurut dia

hanya dibedakan oleh batas umur. Jadi yang dimaksud dengan tenaga kerja

6
7

yaitu individu yang sedang mencari atau sudah melakukan pekerjaan yang

menghasilkan barang atau jasa yang sudah memenuhi persyaratan ataupun

batasan usia yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang yang bertujuan untuk

memperoleh hasil atau upah untuk kebutuhan hidup sehari-hari.

Menurut Alkon, 1998 terdapat 3 unsur dalam setiap tenaga kerja, yaitu :

a. Adanya suatu usaha yang bersifat ekonomi maupun sosial.

b. Adanya tenaga kerja yang bekerja didalamnya baik secara terus

menerus maupun sewaktu-waktu.

c. Adanya sumber bahaya.

2.1.2. Klasifikasi Tenaga Kerja

Klasifikasi adalah penyusunan bersistem atau berkelompok menurut

standar yang di tentukan. Maka, klasifikasi tenaga kerja adalah pengelompokan

akan ketenaga kerjaan yang sudah tersusun berdasarkan kriteria yang sudah di

tentukan (Pius Partanto, 2001) Yaitu:

a. Berdasarkan Penduduknya

1) Tenaga kerja

Tenaga kerja adalah seluruh jumlah penduduk yang dianggap dapat

bekerja dan sanggup bekerja jika tidak ada permintaan kerja. Menurut

undang - undang Tenaga Kerja, mereka yang dikelompokkan sebagai

tenaga kerja yaitu mereka yang berusia antara 15 tahun sampai dengan

64 tahun.

2) Bukan tenaga kerja

Bukan tenaga kerja adalah mereka yang dianggap tidak mampu dan

tidak mau bekerja, meskipun ada permintaan bekerja. Menurut Undang-

Undang Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2003, mereka adalah penduduk di

luar usia, yaitu mereka yang berusia di bawah 15 tahun dan berusia di
8

atas 64 tahun. Contoh kelompok ini adalah para pensiunan, para lansia

(lanjut usia) dan anak-anak.

b. Berdasarkan Batas kerja

1) Angkatan kerja

Angkatan kerja adalah penduduk usia produktif yang berusia 15-64

tahun yang sudah mempunyai pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja,

maupun yang sedang aktif mencari pekerjaan.

2) Bukan angkatan kerja

Bukan angkatan kerja adalah mereka yang berumur 10 tahun ke atas

yang kegiatannya hanya bersekolah, mengurus rumah tangga dan

sebagainya. Contoh kelompok ini adalah: anak sekolah dan mahasiswa,

para ibu rumah tangga dan orang cacat, dan para pengangguran sukarela

c. Berdasarkan kualitasnya

1. Tenaga kerja terdidik

Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki suatu

keahlian atau kemahiran dalam bidang tertentu dengan cara sekolah

atau pendidikan formal dan nonformal. Contohnya: pengacara,

dokter, guru, dan lain-lain.

2. Tenaga kerja terlatih

Tenaga kerja terlatih adalah tenaga kerjayang memiliki keahlian

dalam bidang tertentu dengan melalui pengalaman kerja. Tenaga

kerja terampil ini dibutuhkan latihan secara berulang-ulang

sehingga mampu menguasai pekerjaan tersebut. Contohnya:

apoteker, ahli bedah, mekanik, dan lain-lain.

3. Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih


9

Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih adalah tenaga kerja

kasar yang hanya mengandalkan tenaga saja. Contoh: kuli, buruh

angkut, pembantu rumah tangga, dan sebagainya.

2.1.3 Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja merupakan faktor pendorong bagi semangat dan

efisiensi kerja. Lingkungan kerja yang buruk yang melebihi toleransi manusia

yang menghadapinya akan menyebabkan kecelakaan kerja sehingga tenaga

kerja dalam melaksanakan pekerjaanya tidak mendapat rasa aman, nyaman dan

selamat ( Budiono, dkk 2003).

Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER. 05/MEN/1996

tentang Sistem Menejemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada pasal I

disebutkan bahwa tempat kerja ialah setiap ruangan atau lapangan, tertutup atau

terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja atau yang sering

dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber

atau sumber-sumber bahaya baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di

dalam air, di udara yang berada di wilayah kekuasaan hukum Republik

Indonesia, yang ruang lingkupnya ditentukan oleh 3 (tiga) unsur, yaitu :

1. Tempat di mana dilakukan pekerjaan bagi sesuatu usaha

2. Adanya tenaga kerja yang bekerja disana

3. Adanya bahaya kerja di tempat itu

Yang Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman,

dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan

dengan tempat kerja tersebut.


10

2.2 Inspeksi Keselamatan Kerja

2.2.1. Defenisi Inspeksi Keselamatan Kerja

Inspeksi keselamatan kerja atau dikenal juga dengan istilah inspeksi K3

merupakan standar pemeriksaan dan pencegahan terhadap semua faktor yang

memiliki potensi membahayakan keamanan dan keselamatan jiwa saat bekerja.

Tujuannya adalah untuk menemukan berbagai sumber bahaya yang dapat

merugikan dan segera menemukan solusi untuk mengendalikan sumber bahaya

tersebut. Nantinya hasil dari inspeksi harus direkam dan didokumentasikan

sebagai bentuk laporan pertanggungjawaban perusahaan atau lingkungan kerja

terhadap keamanan dan keselamatan karyawan dan pegawai yang berada di

dalamnya (Sucofindo, 19998)

Menurut (Sucofindo,1998) Inspeksi keselamatan kerja adalah suatu

usaha untuk mendeteksi adanya kondisi dan tindakan yang tidak aman dan

segera memperbaikinya sebelum kondisi dan tindakan sempat menyebabkan

suatu kecelakaan (Sucofindo, 1998).

2.2.2. Jenis-jenis inspeksi Keselamatan Kerja

Objek turut menjadi faktor yang menentukan diadakannya inspeksi

keselamatan kerja. Oleh karena itulah inspeksi ini juga dibedakan menjadi

beberapa jenis. Perbedaan jenis ini juga berpengaruh pada standar dan alat

yang digunakan untuk menjamin keselamatan kerja.

1. Inspeksi PPE

Inspeksi ini dilakukan dengan tujuan untuk memastikan setiap orang

bekerja menggunakan PPE atau alat pelindung diri yang diwajibkan

sesuai dengan prosedur/instruksi kerja. Memastikan bahwa alat pelindung

diri tepat guna berdasarkan jenis pekerjaannya dan dalam kondisi layak

pakai.
11

2. Inspeksi Hand and Power Tools

Inspeksi ini juga tidak kalah penting dari objek sebelumnya karena

berhubungan dengan peralatan yang kita gunakan di tempat kerja baik itu

hand tools seperti palu, obeng, tang, dan lainnya maupun power tools

seperti gerinda, mesin bor, dan lain-lain. Memastikan bahwa peralatan-

peralatan tersebut dalam kondisi baik dan aman untuk digunakan oleh

pekerja.

3. Inspeksi fire protection equipment

Inspeksi ini bertujuan untuk memastikan peralatan proteksi kebakaran

berfungsi dengan baik dan siap digunakan ketika terjadi keadaan darurat

kebakaran. Contoh-contoh peralatan proteksi kebakaran termasuk APAR,

smoke detector, heat detector, fire sprinkler, fire alarm panel, hose reel,

fire hydrant dan lain-lain.

4. Inspeksi lifting equipment & gear

Inspeksi berikutnya banyak dilakukan di proyek-proyek migas,

fabrikasi, maupun di industri galangan kapal. Memastikan bahwa semua

lifting gear seperti shackle, wire sling, webbing sling, chain block dan lain-

lain dalam kondisi baik dan layak untuk digunakan, serta menggunakan

kode warna (color code) yang berlaku sesuai dengan prosedur lifting di

perusahaan tersebut.

5. Inspeksi environment

Inspeksi ini ditujukan untuk menilai lingkungan tempat bekerja. tempat

kerja harus memenuhi beberapa standar untuk mendapatkan jaminan

keselamatan kerja. Inspeksi ini bagian dari penerapan ISO 14001,


12

memastikan pemisahan sampah dilakukan dengan benar, penyimpanan

material dan limbah b3 dengan benar, penyediaan secondary

containment untuk mesin-mesin yang berpotensi kebocoran oli, dan lain-

lain yang menyangkut masalah lingkungan.

2.2.3. Tujuan Inspeksi Keselamatan Kerja

Inspeksi keselamatan kerja bertujuan meniadakan kecelakaan dengan

jalan mengamati penyebab kecelakaan sedini mungkin dan segera melakukan

pembetulan sebelum kecelakaan terjadi. Setiap inspeksi keselamatan kerja harus

mampu mengamati baik kondisi yang berbahaya maupun tindakan yang tidak

aman (PT. Freeport Indonesia, 1995).

Melalui inspeksi keselamatan kerja tidak hanya unsafe condition dan

unsafe action saja yang diamati, tetapi justru bahaya-bahaya yang terselebung

dibalik kedua kondisi tersebut perlu ditelusuri dan diungkapkan (Alkon, 1998).

Ada beberapa tujan dan manfaan dari infeksi keselamatan kerja

a. Tujuan dari inspeksi keselamatan kerja yaitu :

1) Menciptakan suasana dan lingkungan kerja yang aman serta yang

bebas dari bahaya.

2) Menemukan perilaku kerja orang supaya mempunyai sikap kerja

selamat.

3) Memelihara kualitas produksi dan operasional yang

menguntungkan.

4) Mengamati penerapan atau pelaksanaan norma-norma

keselamatan kerja.

5) Melokalisasi dan menetralisir bahaya-bahaya yang ada.


13

b. Manfaat dari inspeksi keselamatan kerja yaitu :

1) Untuk mengecek apakah sesuatu bertentangan atau menyimpang

dari program sebelumnya.

2) Untuk meningkatkan kembali kepedulian keselamatan di

lingkungan karyawan karena dengan inspeksi, karyawan merasa

bahwa keselamatannya diperhatikan.

3) Mengetahui semua standart keselamatan kerja yang telah

ditentukan.

4) Sebagai bahan utama pengumpulan data guna mengadakan

pertemuan keselamatan kerja atau sidang P2K3.

5) Untuk menilai kesadaran keselamatan kerja dilingkungan

karyawan perusahaan.

6) Untuk mengukur dan mengkaji usaha serta peranan para

supervisor terhadap keselamatan kerja (Alkon,1998).

2.3. Bahaya

2.3.1. Defenisi Bahaya

Potensi Bahaya (Hazard) adalah suatu kondis atau keadaan pada suatu

proses, alat, mesin, bahan atau cara kerja yang secara intrisik atau alamiah

dapat menjadikan luka, cidera bahkan kematian pada manusia serta

menimbulkan kerusakan pada alat dan lingkungan (Susihono, 2013). Sedangkan

menurut David A. Colling (1990, dikutip oleh Alfiah, 2012) bahaya atau hazard

dapat didefinisikan sebagai kondisi atau keadaan di tempat kerja yang ada atau

dapat disebabkan dari kombinasi dengan variabel lain, yang berpotensi

menimbulkan kecelakaan, luka parah, penyakit dan atau kerusakan properti.


14

Bahaya (danger) adalah suatu kondisi hazard yang terekspos atau

terpapar pada lingkungan sekitar dan terdapat peluang besar terjadinya

kecelakan/insiden. Identifikasi bahaya guna mengetahui potensi bahaya dalam

setiap pekerjaan dan poses lerja. Identifikasi Bahaya dilakukan bersama

pengawas pekerjaan atau petugas K3. Identifikasi Bahaya menggunakan teknik

yang sudah dibakukan, misalnya seperti Check List, JSA, JSO,What If, Hazops,

dan sebagainya. Semua hasil identifikasi Bahaya harus didokumentasikan

dengan baik dan dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan setiap kegiatan.

(OHSAS 18001:2007) juga berpendapat bahaya merupakan segala

kondisi yang dapat merugikan baik cidera atau kerugian lainnya,

atau bahaya adalah sumber, situasi atau tindakan yang berpotensi menciderai

manusia atau sakit penyakit atau kombinasi dari semuanya.

Dalam terminology keselamatan dan kesehatan kerja (K3), bahaya

diklasifikasikan menjadi 2 (dua), yaitu:

1) Bahaya Keselamatan Kerja (Safety Hazard)

Merupakan jenis bahaya yang berdampak pada timbulnya kecelakaan

yang dapat menyebabkan luka (injury) hingga kematian, serta kerusakan

property perusahaan. Dampaknya bersifat akut. Jenis bahaya

keselamatan antara lain: Bahaya Mekanik, disebabkan oleh mesin atau

alat kerja mekanik seperti tersayat, terjatuh, tertindih dan terpeleset.

Bahaya Elektrik, disebabkan peralatan yang mengandung arus listrik

Bahaya Kebakaran, disebabkan oleh substansi kimia yang bersifat

flammable (mudah terbakar) Bahaya peledakan, disebabkan oleh

substansi kimia yang sifatnya explosive.


15

2) Bahaya Kesehatan Kerja (Health Hazard)

Merupakan jenis bahaya yang berdampak pada kesehatan,

menyebabkan gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja.

Dampaknya bersifat kronis. Jenis bahaya kesehatan antara lain:

1. Bahaya Fisik, antara lain kebisingan, getaran, radiasi ion dan non-

pengion, suhu ekstrim dan pencahayaan.

2. Bahaya Kimia, antara lain yang berkaitan dengan material atau bahan

seperti antiseptik, aerosol, insektisida, dust, mist, fumes, gas, vapor.

3. Bahaya Ergonomi, antara lain repetitive movement, static posture,

manual handling dan postur janggal.

4. Bahaya Biologi, antara lain yang berkaitan dengan makhluk hidup

yang berada di lingkungan kerja yaitu bakteri, virus, protozoa dan

fungi (jamur) yang bersifat patogen.

5. Bahaya Psikologi, antara lain beban kerja yang terlalu berat,

hubungan dan kondisi kerja yang tidak nyaman.

2.3.2. Sumber – Sumber Bahaya

Sumber bahaya di tempat kerja berasal dari :

a. Manusia

Kesalahan utama sebagian besar kecelakaan, kerugian atau

kerusakan terletak pada karyawan yang kurang terampil, kurang

pengetahuan, kurang bergairah, kurang tepat dan terganggunya emosi

pada umumnya menyebabkan kecelakaan dan kerugian. Dari hasil

penelitian 80-85% kecelakaan disebabkan oleh kelalaian manusia

(Suma’mur 1996).
16

Bahkan ada suatu pendapat bahwa akhirnya secara langsung atau

tidak langsung semua kecelakaan adalah dikarenakan faktor manusia.

Selain itu, apa yang diterima atau gagal diterima melalui pendidikan,

motivasi, serta penggunaan peralatan kerja berkaitan langsung dengan

sikap pimpinan (Bennet N.B Silalahi dkk, 1995).

b. Bangunan

Peralatan dan instalasi Bahaya dari bangunan, peralatan dan instalasi

perlu mendapat perhatian. Konstruksi bangunan harus kokoh dan

memenuhi syarat. Desain ruangan dan tempat kerja harus menjamin

keselamatan dan kesehatan kerja. Pencahayaan dan ventilasi harus baik,

tersedia penerangan darurat, marka dan rambu-rambu yang jelas dan

tersedianya jalan penyelamatan diri (Syukri Sahab, 1997).

Instalasi harus memenuhi syarat keselamatan kerja baik dalam desain

maupun konstruksi. Sebelum dipergunakan maka harus diuji dan

diperiksa oleh suatu tim ahli. Kalau diperlukan modifikasi harus sesuai

dengan persyaratan bahan dan konstruksi yang ditentukan. Sebelum

dioperasikan maka harus dilakukan percobaan operasi untuk menjamin

keselamatannya, serta dioperasikan oleh seorang operator yang

memenuhi syarat (Syukri Sahab, 1997).

Peralatan yang digunakan dalam suatu proses dapat menimbulkan

bahaya jika tidak digunakan sesuai dengan fungsi, tidak ada pelatihan

penggunaan alat tersebut, tidak dilengkapi dengan pelindung dan

pengaman serta tidak ada perawatan dan pemeriksaan. Perawatan atau

pemeriksaan dilakukan agar bagian dari mesin atau alat yang berbahaya

dapat dideteksi sedini mungkin (Syukri Sahab, 1997


17

c. bahan

Menurut Syukri Sahab (1997), bahaya dari bahan meliputi berbagai

risiko dengan sifat bahan antara lain mudah terbakar, mudah meledak,

menimbulkan alergi, menimbulkan kerusakan pada kulit dan jaringan

tubuh, menyebabkan kanker, mengakibatkan kelainan pada janin, bersifat

racun dan radioaktif.

Bahan atau material mempunyai tingkat bahaya dan pengaruh yang

berbeda-beda. Ada yang tingkat bahayanya sangat tinggi dan ada yang

rendah, ada yang pengaruhnya dapat segera dilihat tetapi ada yang

bertahun-tahun baru diketahui. Oleh sebab itu, maka setiap pimpinan

perusahaan harus tahu sifat bahan yang digunakan sehingga dapat

mengambil langkah-langkah untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan

penyakit akibat kerja yang bisa merugikan perusahaan.

d. Proses

Bahaya dari proses sangat bervariasi tergantung dari teknologi yang

digunakan. Proses yang digunakan dalam industri ada yang sederhana

dan ada yang rumit. Ada proses yang berbahaya dan ada proses yang

tidak terlalu berbahaya. Industri kimia biasanya menggunakan proses

yang berbahaya. Dalam prosesnya menggunakan suhu dan tekanan yang

bisa memperbesar risiko bahayanya. Proses ini terkadang menimbulkan

asap, debu, panas dan bahaya mekanis yang mengakibatkan kecelakaan

dan penyakit akibat kerja.

Dalam proses produksi banyak bahan kimia yang digunakan sebagai

bahan baku dan bahan penolong. Ada bahan kimia yang merupakan hasil

sampingan dari bahan tersebut, termasuk bahan kimia berbahaya seperti

mudah meledak, menyebabkan iritan dan beracun (Syukri Sahab, 1997).


18

e. Cara atau Sikap Kerja

Cara kerja berpotensi terhadap terjadinya bahaya atau kecelakaan

berupa tindakan tidak aman, misalnya cara mengangkut yang salah,

posisi tidak benar, tidak menggunakan APD, lingkungan kerja dan

menggunakan alat atau mesin yang tidak sesuai (Syukri Sahab, 1997).

Lingkungan kerja Bahaya dari lingkungan kerja dapat digolongkan

atas berbagai jenis bahaya yang dapat mengakibatkan gangguan

kesehatan dan penyakit akibat kerja ataupun kecelakaan kerja. Bahaya

tersebut antara lain :

1) Faktor lingkungan fisik;

2) Faktor lingkungan kimia;

3) Faktor lingkungan biologi;

4) Faktor ergonomi;

5) Faktor psikologi;

2.4 Kecelakaan Kerja

2.4.1 Defenisi Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah sesuatu yang tidak terencana,tidak

terkontrol,dan sesuatu hal yang tidak diperkirakan sebelumnya sehingga

mengganggu aktifitas kerja seseorang.penyebab kecelakaan kerja di bagi

menjadi 5 faktor man,tool/machine,material,method,enviroment,bahan baku dan

faktor lingkungan (Wijaya,dkk 2015).

Kecelakaan adalah kejadian tidak terduga dan tidak diharapkan, tidak

terduga karena dibelakang peristiwa tersebut tidak ada unsur-unsur kesengajaan

lebih-lebih adanya unsur perencanaan, tidak diharapkan karena peristiwa

kecelakaan menimbulkan adanya kerugian baik itu materiil maupun penderitaan

dari yang paling ringan sampai pada yang paling berat (Suma’mur, 1996).
19

Kecelakaan kerja juga dapat didefinisikan suatu kejadian yang tidak

dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia

dan atau harta benda tentunya hal ini dapat mengakibatkan kerugian jiwa serta

kerusakan harta benda.

2.4.2. Jenis-Jenis Kecelakaan Kerja

Menurut Bird dan Germain (1990), terdapat tiga jenis kecelakaan kerja,

yaitu:

1. Accident

yaitu kejadian yang tidak diinginkan yang menimbulkan kerugian baik

bagi manusia maupun terhadap harta benda. 

2. Incident

yaitu kejadian yang tidak diinginkan yang belum menimbulkan

kerugian. 

3. Near miss

yaitu kejadian hampir celaka dengan kata lain kejadian ini hampir

menimbulkan kejadian incident ataupun accident.

Berdasarkan lokasi dan waktu, kecelakaan kerja dibagi menjadi empat jenis,

yaitu (Sedarmayanti, 2011):

1. Kecelakaan kerja akibat langsung kerja. 

2. Kecelakaan pada saat atau waktu kerja.

3. Kecelakaan di perjalanan (dari rumah ke tempat kerja dan sebaliknya,

melalui jalan yang wajar).

4. Penyakit akibat kerja.


20

Berdasarkan tingkatan akibat yang ditimbulkan, kecelakaan kerja dibagi menjadi

tiga jenis, yaitu (Suma’mur,1981):

1. Kecelakaan Kerja Ringan

yaitu kecelakaan kerja yang perlu pengobatan pada hari itu dan bisa

melakukan pekerjaan kembali atau istirahat < 2 hari. Contoh : terpeleset,

tergores, terkena pecahan beling, terjatuh dan terkilir.

2. Kecelakaan Sedang

yaitu keceakaan kerja yang memerlukan pengobatan dan perlu

istirahat selama > 2 hari. Contohnya: terjepit, terluka sampai robek, luka

bakar.

3. Kecelakaan kerja berat

yaitu kecelakaan kerja yang mengalami amputasi dan kegagalan

fungsi tubuh. Contoh : patah tulang.

2.4.3. Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja terjadi karena perilaku personel yang kurang hati-hati

atau ceroboh atau bisa juga karena kondisi yang tidak aman, apakah itu berupa

fisik, atau pengaruh lingkungan (Widodo, 2015).

Berdasarkan hasil statistik, penyebab kecelakaan kerja 85% disebabkan

tindakan yang berbahaya (unsafe act) dan 15% disebabkan oleh kondisi yang

berbahaya (unsafe condition). Penjelasan kedua penyebab kecelakaan kerja

tersebut adalah sebagai berikut (Ramli, 2010):

1. Kondisi yang berbahaya (unsafe condition) yaitu faktor-faktor lingkungan

fisik yang dapat menimbulkan kecelakaan seperti mesin tanpa pengaman,


21

penerangan yang tidak sesuai, Alat Pelindung Diri (APD) tidak efektif, lantai

yang berminyak, dan lain-lain. 

2. Tindakan yang berbahaya (unsafe act) yaitu perilaku atau kesalahan-

kesalahan yang dapat menimbulkan kecelakaan seperti ceroboh, tidak

memakai alat pelindung diri, dan lain-lain, hal ini disebabkan oleh gangguan

kesehatan, gangguan penglihatan, penyakit, cemas serta kurangnya

pengetahuan dalam proses kerja, cara kerja, dan lain-lain.

Sedangkan menurut Ridley (2008), penyebab terjadinya kecelakaan kerja

adalah sebagai berikut:

a. Situasi Kerja

1. Pengendalian manajemen yang kurang. 

2. Standar kerja yang minim. 

3. Tidak memenuhi standar. 

4. Perlengkapan yang gagal atau tempat kerja yang tidak mencukupi. 

b. Kesalahan Orang

1. Keterampilan dan pengetahuan yang minim. 

2. Masalah fisik atau mental. 

3. Motivasi yang minim atau salah penempatan.

4. Perhatian yang kurang. 

c. Tindakan Tidak Aman

1. Tidak mengikuti metode kerja yang telah disetujui. 

2. Mengambil jalan pintas. 

3. Menyingkirkan atau tidak menggunakan perlengkapan keselamatan

kerja. 
22

d. Kecelakaan

1. Kejadian yang tidak terduga. 

2. Akibat kontak dengan mesin atau listrik yang berbahaya. 

3. Terjatuh. 

4. Terhantam mesin atau material yang jatuh dan sebagainya.

Kecelakaan kerja juga bisa disebabkan oleh beberapa faktor sebagai

berikut (Rachmawati, 2008):

1. Faktor fisik, yaitu meliputi penerangan, suhu udara, kelembaban,

cepat rambat udara, suara, vibrasi mekanis, radiasi , tekanan udara,

dan lain – lain.

2. Faktor kimia, yaitu berupa gas, uap, debu, kabut, awan, cairan, dan

benda – benda padat.

3. Faktor biologi, baik dari golongan hewan maupun dari tumbuh-

tumbuhan.

4. Faktor fisiologis, seperti konstruksi mesin, sikap dan cara kerja.

5. Faktor mental-psikologis, yaitu susunan kerj, hubungan diantara

pekerja atau dengan pengusaha, pemeliharaan kerja, dan

sebagainya.

2.5.1 Kesehatan Kerja

Menurut (Husni 2012), kesehatan kerja merupakan bagian dari ilmu

kesehatan yang bertujuan agar tenaga kerja memperoleh keadaan kesehatan

yang sempurna baik fisik, mental, maupun sosial sehingga memungkinkan dapat

bekerja secara optimal.

Sedangkan menurut (Mangkunegara 2014) Kesehatan kerja

menunjukkan kondisi yang bebas dari gangguan fisisk, mental, emosi atau rasa

sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja.


23

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kesehatan kerja

merupakan suatu usaha yang diterapkan sebuah aturan-aturan untuk menjaga

kondisi karyawan/tenaga kerja dari kejadian atau keadaan yang dapat merugikan

kesehatan buruh/karyawan, baik keadaan yang sehat,fiisik ataupun

sosiial sehingga akan didapat kemungkinan bekerja lebih optimal dan produktif,

dapat di lakukan oleh / pekerja yang terpercaya dan bekerja sesuai dengan SOP.

Produktivitas kerja dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti dilihat dari

tekat kerja yang besar, skill kerja yang sesuai dengan tugas kerja, budaya dan

lingkungan kerja yang nyaman dan aman, gaji yang sanggup memenuhi

kebutuhan hidup, hubungan kerja yang harmonis antar pekerja dan jaminan

sosial (Sinungan 2005).

2.6 Industri Mebel

2.6.1 Defenisi Industri Mebel dan Furnitur

Mebel atau furnitur adalah perlengkapan rumah yang mencakup semua

barang seperti kursi, meja, dan lemari. Mebel berasal dari kata movable, yang

artinya bisa bergerak. Pada zaman dahulu meja kursi dan lemari relatif mudah

digerakkan dari batu besar, tembok, dan atap. Sedangkan kata furniture berasal

dari bahasa Prancis fourniture (1520–30 Masehi).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mebel adalah perabot yang

diperlukan, berguna, atau disukai, seperti barang atau benda yang dapat

dipindah -pindah, digunakan untuk melengkapi rumah, kantor, dsb. Contohnya :

Kursi, meja, dan lemari. Mebel berasal dari kata movable, yang artinya bergerak.

Mebel juga sering disebut juga sebagai furnitur.

Industri furniture adalah industri yang mengolah bahan baku atau bahan

setengah jadi dari kayu, rotan dan bahan baku alami lainya menjadi produk
24

barang jadi, furniture yang mempunyai nilai tambah dan manfaat yang lebih

tinggi.

Menurut Depkes RI 2002, industri meubel kayu adalah pekerja sektor

informal yang menggunakan berbagai jenis kayu sebagai bahan baku utama

dalam proses produksinya serta menerapkan cara kerja yang bersifat tradisional.

Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan meubel kayu oleh perajin sektor

informal tersebut adalah kayu. Ada 2 jenis bentuk kayu yang bisa digunakan :

kayu balok dan papan serta kayu lapis. Kayu balok biasanya terdiri dari kayu

keras semata dan digunakan sebagai rangka utama suatu meubel, sedangkan

kayu papan sering merupakan kayu gubal atau keras dan dipakai sebagai

dinding dan alas dari suatu mebel.

Mesin dan peralatan yang banyak digunakan pada pembuatan meubel

kayu adalah dalam kegiatan penggergajian pemotongan, pengamatan,

pemotongan bentuk, pelubangan, pengukiran, pengaluran, penyambungan,

pengampalasan, dan pengecatan. Adapun mesin dan peralatan yang banyak

digunakan adalah sebagai berikut: cir cular Universitas Sumatera Utara sawing

machine, mesin ketam, mesin pembentuk kayu band saw, drilling machine,

screw driverobeng tangan, compresor, jig saw, hack saw,tatah kukudatar,

sprayer, palu basikayu, kuas dan lain-lain.

Industri mebel merupakan salah satu sektor industri yang terus

berkembang di Indonesia. Kebutuhan akan produk-produk dari industri mebel

terus meningkat karena sektor industri ini memberikan desain interior serta nilai

artistik yang dapat memberikan kenyamanan sehingga dapat menunjang

berbagai aktifitas. Mebel Indonesia kini juga berperan penting sebagai sumber

devisa bagi negara karena peminat produk tidak hanya di dalam negeri tetapi

juga di luar negeri. Keadaan ini membuat para produsen mebel bersaing untuk

menghasilkan produk yang berkualitas sesuai dengan keinginan konsumen.


25

2.6.2 Dampak Kesehatan Pekerja Mebel

Salah satu pencemaran yang sering timbul dari proses produksi mebel

adalah terciptanya debu yang terbang ke udara. Pekerja perkayuan atau mebel

merupakan pekerja dengan resiko paparan debu, baik yang berasal dari

penggergajian atau pengampelasan kayu, sehingga beresiko terkena penyakit

akibat kerja berupa penyakit saluran pernafasan.

Debu merupakan bahan partikel (particular matter) yang apabila masuk

ke dalam organ pernapasan manusia dapat menimbulkan penyakit bagi pekerja

khususnya berupa sistem gangguan pernapasan yang ditandai dengan

pengeluaran lendir secara berlebihan yang menimbulkan gejala utama berupa

batuk berdahak yang berkepanjangan. Hal ini terjadi karena para pekerja

menghirup debu penggergajian atau pengampelasan kayu dalam dosis besar.

Karena sekitar 10 sampai 13% dari kayu yang di gergaji akan berbentuk debu

kayu.

Kontaminasi di udara tempat kerja berupa debu kayu yang merupakan

debu yang bersifat organis yang dapat menimbulkan efek patofisiologi pada

alveolus dan menyebabkan fibrosis paru yang didapat dari pencemaran udara.

Salah satu dampak dari pencemaran udara adalah penyakit saluran pernapasan

akibat kerja, sesuai dengan hasil riset The Surveillance of Work Related and

Occupational Respiratory Disease (SWORD) yang dilakukan di Inggris pada

tahun 2013 ditemukan 3300 kasus baru penyakit paru yang berhubungan

dengan pekerjaan dan industri. Di antara penyebab pencemaran udara tersebut

debu merupakan hal yang harus diwaspadai sebagai penyebab gangguan

penapasan.

Di USA penyakit paru akibat kerja merupakan penyakit 3 akibat kerja

nomor satu dikaitkan dengan frekuensi, tingkat keparahan dan kemampuan


26

pencegahannya. Biasanya disebabkan oleh paparan iritasi atau bahan toksik

yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan akut maupun kronis.

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor: PER01/MEN/1981

tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja disebutkan bahwa yang

dimaksud dengan Penyakit Akibat Kerja (PAK) adalah setiap penyakit yang

disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Beberapa ciri penyakit akibat

kerja diantaranya dipengaruhi oleh populasi pekerja, disebabkan oleh penyakit

yang spesifik, ditentukan oleh pemajanan di tempat kerja, ada atau tidaknya

kompensasi.

Gangguan kesehatan yang dapat muncul tersebut dapat sangat

membahayakan kesehatan pekerja bahkan dapat juga berakhir kematian. ILO

(Internasional Labour Organization) mengemukakan bahwa, penyebab kematian

yang berhubungan dengan pekerja sebesar 34% adalah penyakit kanker, 25%

kecelakaan, 21% penyakit saluran pernapasan, 15% penyakit kardiovaskuler,

dan 5% disebabkan oleh faktor lain.

Penyakit tersebut masuk kedalam Penyakit Akibat Kerja (PAK), Salah

satu PAK yang muncul adalah Penyakit Paru Akibat Kerja (PPAK) dimana salah

satu faktor risikonya adalah tingginya kadar debu di udara selama proses

bekerja. Untuk mencegah bahaya akibat kerja bagi para pekerja khususnya pada

industri maka dibentuklah K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja). Salah satu

bentuk penerapan K3 adalah tentang penggunaan APD.


27

2.7 Kerangka Teori

Peraturan SMK3 Perusahaan

Potensi Bahaya Risiko K3 Pelaksaan SMK3 di Instansi


1)

Identifikasi K3

Analisis

Evaluasi

Pengendalian isiko

Variable yang diteliti

Variable yang tidak diteliti

Gambar 2.2 kerangka teori

(Sumber ISO:3100:2009)
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Diagram Alir

Secara sistematis langkah-langkah dalam menulis penelitian seperti

gambar berikut:

Studi literatur

Pengumpulan data

Konsep yang diteliti

Kajian dan Analisis studi literatur

Kesimpulan dan Saran

Gambar 3.1 Diagram Alir Konsep yang Diteliti

Sumber: modifikasi Kartiningrum (2015)

3.2 Studi Literatur

Jenis penelitian yang digunakan adalah studi literatur. Metode studi

literatur adalah serangkaian keputusan kegiatan yang berkenaan dengan metode

pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat, serta mengelolah bahan

penelitian (Zed,2008). Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif

kualitatif yang bersifat studi pustaka yang menggunakan buku-buku dan literatur-

literatur lain sebagai objek yang utama. Studi pustaka adalah kajian teoritis,

referensi serta literatur ilmiah lainnya yang berkaitan dengan budaya, nilai dan

norma yang berkembang pada situasi sosial yang diteliti (Sugiono, 2012).

28
29

Studi pustaka, menurut (Nazir, 2013) teknik pengumpulan data dengan

mengadakan studi penelaah terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-

catatan, dan laporan-aporan yang ada hubungannya dengan masalah yang

dipecahkan. Teknik ini digunakan untuk memperoleh dasar-dasar dan pendapat

secara tertulis yang dilakukan dengan cara mempelajari berbagai literatur yang

berhubungan dengan masalah yang diteliti.

3.3 Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada Januari – Juli 2020.

3.4 Pengumpulan Data

3.4.1. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data yang diperoleh dari

penelusuran studi kepustakaan terkait mengenai keselamatan dan kesehatan

kerja pada pekerja mebel di pabrik mebel.

3.4.2. Sumber Data

Sumber data yang diambil dalam karya tulis ilmiah ini ialah jurnal,

jurnal biasanya digunakan sebagai bahan utama dalam penelitian karena

memuat suatu informasi baru yang bersifat spesifik dan terfokus pada

pemecahan masalah pada suatu topik penelitian. Jurnal yang diambil

dalam memperoleh data penelitian ini yaitu jurnal yang berstandar

nasional dan tidak lebih dari 5 tahun masa penerbitannya.

3.4.3. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data penelitian ini ialah studi literatur. Studi literatur

adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaah terhadap

buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada

hubungannya dengan masalah yang dipecahkan, Nazir (2013). Tujuan


30

melakukan literature review adalah untuk mendapatkan landasan teori yang bisa

mendukung pemecahan masalah yang sedang diteliti. Teori yang didapatkan

merupakan langkah awal agar peneliti dapat lebih memahami permasalahan

yang sedang diteliti dengan benar sesuai dengan kerangka berpikir ilmiah.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Gamabaran Umum Potensi Risiko Bahaya Keselamatan dan

Kesehatan Kerja

a. Penelitian Muhammad Sabil (2018)

Tabel 4.1. Identifikasi Potensi Bahaya pada Proses Produksi

No Jenis Pekerjaan Potensi Bahaya Risiko

Kerja
1 Pembahanan Kebisingan Gangguan
Pendengaran
2 Mesin Kebisingan dan Gangguan
Debu masuk Pendengaran
pernafasan dan Infeksi
pernafasan
3 Sanding Kebisingan dan Gangguan
Debu masuk Pendengaran
pernafasan dan Infeksi
pernafasan
4 Finishing Debu Infeksi
Pernafasan Pernafasan
5 Packing - -

Berdasarkan Tabel 1. diatas menunjukan bahwa Potensi

Risiko Bahaya yaitu gangguan pendengaran dan infeksi

pendengaran

4.1.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kecelakaan dan Penyakit

Akibat Kerja

a. Mulyadi dan Nurhajja Arminah (2018)

31
32

1. Pengaruh Masa Kerja Dengan Kelelahan Kerja Pada Pekerja

Mebel

Tabel 4.1

Pengaruh Masa Kerja Responden Dengan Kelelahan Kerja

Pada Pekerja Mebel di Kecamatan Manggala Kota Makassar

Masa Kelelahan Kerja


kerja lelah Tidak Total % p OR
lelah

Σ % Σ %
Baru 0 0 3 100 3 100
Lama 20 74,1 7 25,9 27 100 0,05 0,030 3,857
Total 20 66,7 1 33,3 30 100
0
Sumber: Data Primer, 2018
Bersadarkan penelitian yang di lakukan ada pengaruh
anatara masa kerja dengan kelelahan, hal ini dapat di lihat pada
tabel 4.1 dimana dari 3 pekerja mebel yang masa kerjanya baru
dinyatakan 100% tidak mengalami kelelahan kerja. Sedangkan
dari 27 pekerja mebel yang masa kerjanya sudah lama didapatkan
20 pekerja (74,1%) yang mengalami kelelahan kerja dan 7 pekerja
mebel (25,9%) yang tidak mengalami kelelahan kerja dengan nilai
p = 0,030 ( p < 0,05 )

2. Pengaruh Lama Kerja Dengan Kelelahan Kerja Pada


Pekerja Mebel
Tabel 4.2
Pengaruh Lama Kerja Responden Dengan Kelelahan Kerja
Pada Pekerja Mebel di Kecamatan Manggala Kota Makasar
Masa kerja Kelelahan Kerja
lelah Tidak Tota % p OR
lelah l

Σ % Σ %
Memenuh 0 0 5 100 5 100
i syarat 0,05 0,002 5,000
Tidak 20 80,0 5 20, 25 100
Memenuh 0
i syarat
33

Total 20 66,7 10 33, 30 100


3
Sumber: Data Primer, 2018

Bedasarkan penelitian yang di lakukan ada pengaruh lama


kerja responden dengan kelelahan kerja pada pekerja mebel, hal
ini dapat dilihat tabel 4.2 dimana total responden 30 orang,
terdapat 3 perkerja (10%) memenuhi waktu lama kerja 8 jam dan
27 pekerja (90%) tidak memenuhi waktu kerja > 8jam, adapun
waktu kerja mulai pukul 07.00 – 17.00 WITA

3. Pengaruh Beban Kerja Dengan Kelelahan Kerja Pada


Pekerja Mebel
Tabel 4.3
Pengaruh Beban Kerja Responden Dengan Kelelahan
Kerja Pada Pekerja Mebel di Kecamatan Manggala Kota Makassar
Masa kerja Kelelahan Kerja
lelah Tidak Total % p OR
lelah

Σ % Σ %
Memenuhi 0 0 4 100 4 100
syarat 0,05 0,002 5,000
Tidak 20 76,9 6 23,1 26 100
Memenuhi
syarat
Total 20 66,7 10 33,3 30 100
Sumber: Data Primer, 2018

Bedasarkan penelitian yang di lakukan ada pengaruh beban kerja


dengan kelelahan kerja pada pekerja mebel, di lihat pada tabel 4.3
ada 30 responden dan di dapatkan 4 perkerja mebel secara ringan
100% tidak mengalami kelelahan kerja, sedangkan dari 26
responden, 20 perkerja mabel 76,9% persen mengalami
kelelahan, dan 6 pekerja mebel 23,1% tidak mengalami kelelahan
4. Pengaruh Penggunaan Alat Pelindung Diri Dengan
Kelelahan Kerja Pada Pekerja Mebel
Tabel 4.4
34

Pengaruh Penggunaan Alat Pelindung Diri Responden Dengan


Kelelahan Kerja Pada Pekerja Mebel di Kecamatan Manggala
Kota Makassar
Masa kerja Kelelahan Kerja
lelah Tidak Total % p OR
lelah

Σ % Σ %
Memenuhi 0 0 2 100 2 100
syarat 0,05 0,002 5,000
Tidak 20 71,4 8 28,6 28 100
Memenuhi
syarat
Total 20 66,7 10 33,3 30 100

Bedasarkan penelitian pada tabel 4.4 dilihat tidak ada

pengaruh penggunaan alat pelindung diri dengan kelelahan kerja

pada 30 responden, 2 perkerja mebel (7%) menggunakan alat

pelindung diri dan 28 perkerja mebel (93%).

4.2 Pembahasan

4.2.1 Gamabaran Umum Potensi Risiko Bahaya Keselamatan dan

Kesehatan Kerja

Besasarkan penelitian yang dilakukan di mabel terdapat 2 potensi

resiko bahaya keselamatan dan kesehatan kerja (K3), gangguan

pendengaran dan infeksi pernapasan. Potensi resiko gangguan

pendengaran di akibatkan kebisingan pada jenis pekerjaan pembahanan,

mesin, dan sanding. Sedangkan potensi resiko infeksi di akibatkan jenis

pekerjaan mesin dan sanding.

Kebisingan yang di luar batas ambang memiliki dampak pada

gangguan pendegaran audiotory dan non audiotory, dampak audiotory


35

terjadinya trauma akustik, yang mengakibatkan gangguan pendengaran

sementara dan gangguan pendengaran permanen sedangkan dampak

non audiotory terjadinya gangguan fisiologi berupa, sakit kepala,

perasaan mual, hipertensi dan sesak nafas. gangguan psikologi berupa

rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur, dan cepat marah.

Jika kebisingan di ini terjadi dalam waktu lama dapat menyebabkan

penyakit psikosomatik yang berupa: kelelahan, stres, emosi dan jantung.

Ganguan ini tentu akan menurukan produktivitas pekerja dikernakan

kelelahan dan meningkankan potensi bahaya kesehatan dan

keselematan pekerja, dimana secara tidak langsung gangguan

pendengaran akan menurunkan respon komunikasi antar sesama pekerja

disaat ada isyarat bahaya dan tanda bahaya. hal ini juga di dukung teori

para ahli.

Menurut Soedarto (2013) dalam jurnal Irawati (2020), Kebisingan

dapat menyebabkan ketidak nyamanan hidup (annoyance) dan

agresifitas, hipertensi, meningkatkan stress, tinnitus, tuli, gangguan tidur,

dan gangguan kesehatan lainnya. Menurut WHO polusi suara menjadi

masalah kesehatan masyarakat yang semakin meningkat dan dapat

menimbulkan tekanan jiwa (stress), gangguan pendengaran,

meningkatnya tekanan darah, sakit kepala, mengganggu tidur, berakibat

buruk pada hasil produksi kerja dan menurunkan kualitas hidup pada

umumnya. Tingkat kebisingan yang berlebihan dapat memberikan

dampak negative yang sangat berbahaya dalam banyak hal, yaitu

dampak dari segi kesehatan dan juga dari segi psikologis serta teknis.

Kerusakan pada alat pendengaran merupakan salah satu dampak dari


36

segi kesehatan dan secara psikologis dampak yang dapat ditimbulkan

yaitu gangguan emosional sedangkan dari segi teknis kebisingan dapat

menjadi indikasi adanya masalah pada peralatan yang ada. Gangguan

kesehatan tersebut tidak hanya pada gangguan pendengaran saja

melainkan juga menjadi penyebab hipertensi. Hipertensi dipicu oleh emosi

yang tidak stabil yang dapat mengakibatkan stres. Stres yang

berkelanjutan akan menyebabkan penyempitan pembuluh darah,

sehingga memacu jantung untuk bekerja lebih keras memompa darah ke

seluruh tubuh. Bila hal tesebut terjadi terus menerus dalam waktu yang

lama, tekanan darah akan naik dan kenaikan inilah yang disebut

hipertensi. Dalam penelitian lain yang berhubungan dengan kebisingan

juga terdapat dampak tingkat kebisingan yang sama yaitu stress, sakit

kepala, merasa mudah kelelahan, gangguan konsentrasi serta gangguan

komunikasi.

Debu merupakan pertikel kecil 0,1 - 25 mikron yang di hasilkan oleh

proses pemecahan suatu benda baik secara mekanis dan alami. Debu

termasuk kedalam golongan partikulat yaitu zat padat atau cair yang

tersuspensi di udara seperti : embun, debu, asap, fumes dan fog. Debu

yang masuk ke dalam tubuh lewat proses pernafasan akan menimbun di

dalam paru paru dengan berbagai cara yaitu : inertia, sedimentasi, dan

gerakan brown. Inertia adalah partikel udara bermasa cukup besar yang

tidak mengikuti jalur udara, sehingga mengendap di selaput lendir,

sidimentasi merupakan penimbunan debu di bronkhi dan bronkhioli,

gerakan brown merupakan pertikel kecil kurang 1 mikron yang di gerekan

oleh gerakan brown dan permukaan aveoli dan mengendap di sana. Hal
37

ini jika terjadi akan menimbulkan berbagai macam penyakit seperti:

pnomokiniosis, pnomokiniosis non kolagen, dan pnomokiniosis kolagen.

Pnomokiniosis merupakan penurunan elastifitas paru paru mengakibatkan

menurunnya kapasitas paru paru sehingga menurunnya supalai oksigen

ke otak, jantung dan tubuh. Pnomokiniosis non kolagen merupakan debu

non fibrogenik yang terkumpul dalam jumlah besar di dalam paru paru.

Pnomokiniosis kolagen merupakan debu fibrogenik yang menimbulkan

jaringan paru paru sehingga terbentuk nya jaringan parut, debu yang

masuk ke sistem pernafasan akan membuat pertahanan non spesifik

berupa batuk, bersin, gangguan transport mokusilier, dan fagositosi. Otot

polos juga dapat mengalami penyempitan jika debu di luar ambang batas.

Ganguan ganguan penyakit tadi dapat menimbulkan resiko

bahaya keselamatan kerja baik ditempat kerja atau dalam kehidupan

sehari hari. Kekurangan suplai oksigen akan menimbulkan resiko

kematian, batuk dan bersin akan meningkatkan resiko kecelakaan pada

pekerjaan di karenakan menurunnya konsentrasi dalam berkerja, seperti

dalam penggunaan alat dalam berkerja.

a. Mulyadi dan Nurhajja Arminah (2018)

1. Pengaruh Masa Kerja Dengan Kelelahan Kerja Pada Pekerja Mebel

Dari hasil yang didapatkan bahwa ada pengaruh masa kerja

terhadap kelelahan, data pada tabel 4.1 terdapat 30 responden, 3 belum

memiliki masa kerja yang lama, sedangkan 27 pekerja mabel dengan

masa kerja sudah lama 20 di antara nya mengalami kelelahan. masa

kerja yang lama akan menimbulkan kebosanan dan kelelahan, kegiatan

yang dilakukan secara berulang dan terus menerus atas mempengaruhi


38

otot secara statis, hal ini dapat menimbulkan menurunnya kinerja dari

sumber daya manusia dan akan mengakibatkan menurunnya produktifitas

dalam berkerja. Hal baik nya pekerja akan semakin ahli dalam bidang

tersebut. Masa kerja yang lama juga akan menimbulkan kelelahan

sebelum bekerja yang di akibatkan oleh kebosanan kerja

2. Pengaruh Lama Kerja Dengan Kelelahan Kerja Pada Pekerja Mebel


Bedasarkan penelitian yang di lakukan ada pengaruh lama kerja

responden dengan kelelahan kerja pada pekerja mebel, hal ini dapat

dilihat tabel 4.2 dengan 30 responden, terdapat 3 perkerja (10%)

memenuhi waktu lama kerja 8 jam dan 27 pekerja (90%) tidak memenuhi

waktu kerja > 8jam, adapun waktu kerja mulai pukul 07.00 – 17.00 WITA.

Semakin lama bekerja dalam dalam batas waktu wajar memang akan

membuat jumlah produk yang di produksi akan meningkat jika hanya di

lakukan beberapa kali dalam seminggu, diikuti istirahat dan nutrisi yang

cukup, tetapi jika di lakukan terus menerus badan akan kehilangan

kebugaran, kesehatan akan menurun, imunitas menurun dan akan mudah

terserang penyakit, hal ini yang nanti bisa membuat produktivitas menjadi

tidak stabil dan menurun.

Berdasarkan teori Suma’mur (2014) waktu kerja bagi seseorang

menentukan efisiensi dan produktivitasnya. Segi-segi terpenting bagi

persoalan waktu kerja meliputi lamanya seseorang mampu bekerja

secara baik, waktu bekerja sehari menurut periode yang meliputi siang

dan malam. Durasi kerja akan mempengaruhi keadaan pekerja, jika

perkerja melakukan pekerjaan di luar batas nya akan menimbulkan hal

hal yang tidak di inginkan, seperti kelelahan, imunitas menurun, penyakit


39

lainnya. Hal itu akan mempengaruhi kinerja dan produktifitas pada

pekerjaan selanjutnya.

3. Pengaruh Beban Kerja Dengan Kelelahan Kerja Pada Pekerja

Mebel

Berdasarkan penelitian ada pengaruh beban kerja dengan

kelelahan pada pekerja mebel, dilihat pada tabel 4.3 dimana ada 30

responden pekerja mabel dengan 4 responden dengan beban kerja

ringan 100% tidak mengalami kelelahan, sedangkan 26 responden

dengan beban kerja berat, 20 pekerja (76,9%) di antaranya mengalami

kelelahan akibat beban kerja yang berat, dan 6 pekerja lainnya (23,1%)

tidak mengalami kelelahan akibat kerja yang berat

Dari data yang diperoleh beban kerja yang berat sangat

mempengaruhi kelelahan yaitu sebanyak 76,9%, hal ini juga bisa terjadi

kurang nya menegemen energi dalam berkerja, beban yang berat tentu

harus di ikuti dengan istirahat yang cukup, karena beban kerja berbanding

lurus dengan energi yang dikeluarkan, beban kerja juga sangat

mempengaruhi jumlah waktu pekerja dalam berkerja, semakin berat

beban kerja, maka semakin kecil pula waktu untuk aktivitas pekerjaan.

4. Pengaruh Penggunaan Alat Pelindung Diri Dengan Kelelahan


Kerja Pada Pekerja Mebel

Bedasarkan penelitian pengaruh penggunaan alat pelindung diri

terhadap kelelahan pekerja mabel di Kecamatan Manggala Kota

Makassar di dapatkan data 4.4 dimana terdapat 30 responden, 2 pekerja

mabel (7%) menggunakan alat pelindung diri dan 28 perkerja mebel


40

(93%), tidak ada pengaruh terhadap kelelahan pekerja mabel di

Kecamatan Manggala Kota Makassar.


41

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Gambaran yang saya dapatkan dari makalah yang saya teliti

mengambarkan resiko kecelakaan kerja yang di akibatkan kelelahan

dalam berkerja, kelelahan dalam berkerja menimbulkan menurunkan

konsentrasi yang mengakibatkan meningkatkan resiko kecelakaan

kerja.

2. Kelelahan dalam bekerja mengakibatkan menurunnya imunitas tubuh

manusia sehingga mudah terinfeksi berbagai macam penyakit, ada

beberapa faktor yang mengakibatkan kelelahan, seperti masa kerja,

lama kerja, dan beban kerja.

5.2 Saran

1. Para perkerja harus meningkatkan kesadaran setiap induvidu tentang

bahaya resiko K3, dan penting nya keselamatan dalam berkerja.

2. Pemerintah harus lebih lagi mensosialisasikan program K3 kepada

para pekerja dan pemilik usaha untuk mengurangi resiko K3 yang

terjadi.

3. Pemilik usaha ikut serta mendukung program K3 di setiap usaha yang

mereka miliki, dengan memberlakukan SOP yang mendukung

program K3, dan menyediakan alat SOP


42

4.1.3 Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Peneliti tidak dapat melakukan penelitian secara langsung sehingga

menggunakan Studi Literatur dikarenakan kondisi Covid-19


43
DAFTAR PUSTAKA

18001, O. (2007). sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.

Anizar. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri. Graha Ilmu.


Yogyakarta. 2009.

Austen, A.D. dan Neale, R.H. 1991. Memanajemeni Proyek Konstruksi, Penerbit
PT.Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta

Armanda D, Penerapan SMK3 Bidang Konstruksi Medan, Jakarta

Dahlan, M. (2017). Analisis Penyebab Kecelakaan Kerjaberdasarkan Hasil


Investigasi Kecelakaan Kerjadi Pt Pal Indonesia. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Vol3 NO 1, 1-15.

Daryanto. Keselamatan Kerja Peralatan Bengkel Dan Peralatan Mesin. Alfabeta.


Bandung. 2010

Ervianto, W.I. 2007. Manajemen Proyek Konstruksi, Penerbit Andi, Jakarta

Fiemandhani, A. (2016). Gambaran Potensi Bahaya Di Bagian Proteksi Pt


Gemilang Lestari Teknindo Kabupaten Tegal. Tegal: Universitas Negri
Semarang.

Fitriyah, Wahyuni Wulan. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Risiko


Kecelakaan Kerja Di Departemen Produksi PT. Maruki Internasional
Indonesia Di Makassar Tahun 2011. Skripsi. Makassar. Fakultas
Kesehatan. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. 2011

Ft, T. K. (2014). Buku Ajar Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3). Yogyakarta:
Universitas Yogyakarta.

Gabby E.M Supoton Bonny F Somphie Robert J.M.Ratulangi.(2014).


Manajement Risoko

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Pembangunan Gedung


Sma Eben

Haezer, Universitas Sa Ratulangi ,229-238.

Husni. (2012). Pengantar hukum ketenagakerjaan indonesia. jakarta: raja


grafindo perkasa.
Husni. (2012). Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Jakarta:
Raja Grafindo Perkasa. Murdiyono. (2018). Identifikasi Bahaya
Penilaian Dan Pengendalian Risiko Di Bengkel Pengelasan Smkn
2. Skripsi, Universitas Negeri Yogyakarta.
Indonesia, f. (1995). pelatihan enam hari untuk leadhand dan foreman.
indonesia: PT.Freeport Indonesia.

Mangkumnegara, A. P (2014) Manajemen Sumber Daya Manusia Peusahaan.


Bandung:Pt Remaja Rosdakarya

Menteri Tenaga Kerja Nomor : PER.13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas


Faktor Fisika dan Kimia di Tempat Kerja

Menteri Lingkungan Hidup Nomor : Kep-48/MENLH/1996/25 November 1996.


Jakarta.

Murdiyono. (2018). identifikasi bahaya penilaian dan pengendalian risiko di


bengkel pengelasan smkn 2. skripsi,. Indonesia: universitas negri
Yogyakarta.

Nazir, Moh. (2013). Metode Penelitian . Bogor: Ghalia Indonesia

Priono. (2018). data kasus kecelakaan kerja di indonesia. indonesia: Hsepedia


Co.

Ramadhan, F. (2017). Analisis Kesehatan dan kesehatan kerja (K3


menggunakan etode hazar

Ramli,Soehatman. Pedoman Praktis Manajeman Risiko Dalam Presfektif K3.


Dian Rakyat. Jarkarta. 2010

Republik Indonesia 2003. Undang Undang Nomor 13 Tentang Ketenagakerjaan.

Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang No. 36 Tentang Kesehatan. Republik


Indonesia, 2010. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi RI
Nomor 08 Tentang Alat Pelindung Diri.

Republik Indonesia, 2016. Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 70 Tentang Standar dan Persyaratan Kesehatan


Lingkungan Kerja Industri.

Riyadian,Woro. Cidera akibat kerja pada pekerja industri di kawasan industri pulo
gadung Jakarta. Volum: 58, Nomor: 5, Mei 2008. Jakarta

Ramli, S. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, OHSAS


18001, Penerbit Dian Rakyat, Jakarta

Ridley J. 2004. Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Penerbit Erlangga, Jakarta


Ronald, Manlian. “identifikasi penyebab risiko kecelakaan kerja pada kegiatan

konstruksi bangunan ge41 VOLUME IX, NO. 1, JANUARI-JUNI 2017 AL-

SIHAH dung di dki Jakarta”. Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol. 2, No.

2, Juli 2012

Setyawati, 2010. Selintas Tentang Kelelahan Kerja. Yogyakarta: Amara Books.

Shinta, 2018. Analisis Paparan Kadar Debu dengan Kapasitas Vital Paru Pada

Pekerja Mabel Informal.

Suma’mur, 2014. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Sagung

Seto.

Tarwaka, 2014. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Surakarta: Harapan Press

Soehatman. (2010). sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja ohsas


18001 seri manajemen k3. jakarta: Pt Dian Rakyat.

Standar Nasional Indonesia SNI-7231-2009 tentang Metode Pengukuran


Intensitas Kebisingan di Tempat Kerja, BSN, 2009

sucofindo. (1998). inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja bahan peserta


pelatihan k3. jakarta: PT. sucofindo.

Sumakmur. (2009). Higiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja Hiperkes. jakarta:


Cv Sahung Seto.

Suma'mur, P. (1996). Keselamatan dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: PT.


Toko Gunung Agung.

Tarwaka. (2008). Keselamatan dan Kesehatan Kerja. S

The Australian Standard/New Zealand Standard (AS/NZS 4360: 1999). Risk


Management Guideliness. 2004.

The Australian Standard/New Zealand Standard (AS/NZS 4360: 1999). Risk


Management Guideliness. 1999urakarta: Harapan Press.

The Australian Standard/New Zealand Standard (AS/NZS 4360: 1999). Risk


Management Guideliness. 1999.
Tiara Fani, Supriyono. Faktor Risiko Kecelakaan Akibat Kerja Pada Operator
Mesin Single Line Departemen Pengemasan Pt. Ulam Tiba Halim. Jurnal
Visikes - Vol. 9 / No. 2 / September 2010. Semarang

Vesta,Erzian. Dkk. Gambaran Persepsi Pekerja Tentang Risiko Kecelakaan


Kerja Di Departemen Produksi Dan Utility Pt. Wilmar Nabati Indonesia
Dumai Tahun 2012. Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Sumatera Utara. 2012

Wijaya, A Panjaitan W.S Dkk.(2015) Evaluasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Dengan Metode Hirarch. Universitas Kristen Metra Vol 3 NO 1.

Wibosono, Bayu. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian


Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Tambang Pasir Gali Di Desa Pengiringan
Kabupaten Pemalang Tahun 2013. Skripsi. Semarang. Fakultas
Kesehatan. Universitas Dian Nuswant

Yanri, Zulmian. Himpunan Peraturan Perundangan Kesehatan Kerja.


PT.Citratama Bangun Mandiri. Jakarta. 1999. oro. 2013.

Anda mungkin juga menyukai