Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara dan merujuk pada ketentuan pasal 63 ayat (3) dan ayat (4) UU ASN,
CPNS wajib menjalani masa percobaan yang dilaksanakan melalui proses
pelatihan terintegrasi untuk membangun integritas moral kejujuran, semangat
dan motivasi nasionalisme dan kebangsaan, karakter kepribadian yang
unggul dan bertanggungjawab, dan memperkuat profesionalisme serta
kompetensi bidang. Diperlukan sebuah penyelenggaraan pelatihan yang
inovatif dan terintegrasi, yaitu penyelenggaraan Pelatihan yang memadukan
pembelajaran klasikal dan nonklasikal di tempat pelatihan dan di tempat kerja,
sehingga memungkinkan peserta mampu menginternalisasikan, menerapkan,
dan mengaktualisasikan, serta membuatnya menjadi kebiasaan (habituasi),
dan merasakan manfaatnya, sehingga terpatri dalam dirinya sebagai karakter
PNS yang professional sesuai bidang tugas.
Latihan dasar CPNS pola baru dilaksanakan dengan sistem internalisasi
nilai-nilai dasar profesi ASN yang diakronimkan sebagai ANEKA
(Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi)
kemudian dituangkan dalam suatu dokuman yang disebut laporan aktualisasi
nilai dasar sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan aktualisasi pada
instansi tempat bekerja. Aktualisasi nilai dasar merupakan suatu proses untuk
membuat kelima nilai dasar (ANEKA) menjadi aktual atau nyata terjadi serta
sesuai dengan tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) di unit kerja. Melalui
pembaharuan pelatihan tersebut, diharapkan dapat menghasilkan PNS
professional yang berkarakter dalam melaksanakan tugas dan jabatannya
sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, dan perekat dan
pemersatu bangsa.
Pe nyakit infeksi terkait pelayanan kesehatan atau Healthcare Associated
Infection (HAIs) merupakan salah satu masalah kesehatan diberbagai negara

1
di dunia, termasuk Indonesia. Dalam forum Asian Pasific Economic Comitte
(APEC) atau Global health Security Agenda (GHSA) penyakit infeksi terkait
pelayanan kesehatan telah menjadi agenda yang di bahas. Hal ini
menunjukkan bahwa HAIs yang ditimbulkan berdampak secara langsung
sebagai beban ekonomi negara.
Secara prinsip, kejadian HAIs sebenarnya dapat dicegah bila fasilitas
pelayanan kesehatan secara konsisten melaksanakan program PPI.
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi merupakan upaya untuk memastikan
perlindungan kepada setiap orang terhadap kemungkinan tertular infeksi dari
sumber masyarakat umum dan disaat menerima pelayanan kesehatan pada
berbagai fasilitas kesehatan.
Pada tahun 2007, CDC dan HICPAC merekomendasikan 11 (sebelas)
komponen utama yang harus dilaksanakan dan dipatuhi dalam kewaspadaan
standar, yaitu kebersihan tangan, Alat Pelindung Diri (APD),dekontaminasi
peralatan perawatan pasien, kesehatan lingkungan, pengelolaan limbah,
penatalaksanaan linen, perlindungan kesehatan petugas, penempatan
pasien, hygiene respirasi/etika batuk dan bersin, praktik menyuntik yang aman
dan praktik lumbal pungsi yang aman.
Hygiene respirasi/etika batuk dan bersin merupakan salah satu bentuk
kewaspadaan standar yang masih belum maksimal pelaksanaannya di
puskesmas Kanigaran. Seharusnya kegiatan ini diterapkan untuk semua
orang terutama pada kasus infeksi dengan jenis transmisi airborne dan
droplet. Namun kenyataannya, sebagian besar pengunjung masih belum
mengetahui dan melaksanakan etika batuk dengan benar dan sesuai dengan
standar.
Untuk membentuk kebiasaan etika batuk yang benar maka dibutuhkan
adanya edukasi kepada masyarakat. Kegiatan Edukasi/Penyuluhan
Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
dapat dilakukan melalui audio visual, leaflet, poster, banner, video melalui TV
di ruang tunggu atau lisan oleh petugas.

2
Berdasarkan hal diatas maka penulis melakukan rancangan aktualisasi
berupa : “Optimalisasi Penggunaan Media Informatif sebagai Upaya
Penerapan Etika Batuk di Puskesmas Kanigaran”

1.2 Tujuan dan Manfaat


1.2.1 Tujuan
1.2.1.1 Tujuan jangka pendek
Meningkatkan penggunaan media informasi tentang etika batuk
sebagai edukasi kepada pengunjung Puskesmas Kanigaran.
1.2.1.2 Tujuan jangka menengah
Menerapkan etika batuk yang benar di lingkungan kerja Puskesmas
Kanigaran.
1.2.1.3 Tujuan jangka panjang
Menumbuhkan kesadaran dan kemandirian masyarakat dalam
menerapkan etika batuk di dalam kehidupan sehari-hari.
1.2.2 Manfaat
1.2.2.1 Manfaat internal
- Memperkaya media edukasi yang dapat digunakan untuk
program promosi kesehatan puskesmas
- Meningkatkan kualitas pelayanan melalui upaya promotive
preventif
1.2.2.2 Manfaat eksternal
- Menambah pengetahuan masyarakat tentang etika batuk yang
benar sebagai upaya pencegahan penularan penyakit infeksi
- Memudahkan masyarakat menerima informasi kesehatan yang
menarik dan mudah dipahami

3
1.3 Ruang Lingkup Aktualisasi
 Judul yang diangkat
Optimalisasi penggunaan media informatif sebagai upaya
penerapan etika batuk di Puskesmas Kanigaran dalam keterkaitannya
dengan nilai-nilai dasar ASN berupa ANEKA.
 Unit kerja
UPT Puskesmas Kanigaran Kota Probolinggo
 Pelaksanaan kegiatan
Kegiatan pelatihan dasar CPNS selama 51 hari kerja (Juli 2019 –
September) dengan alokasi 21 hari in class (proses pembelajaran di Pusat
Pendidikan Brimob Watukosek Jawa Timur) dan 30 hari out class
(aktualisasi di unit kerja).

Anda mungkin juga menyukai