Pembimbing:
Disusun Oleh:
M. Azzibaginda Ganie
Norman Fahryl
Sarasmita Nirmala Dewi
Puji Indah
Retno Julianingrum
Rika Rahmawati
Larasati Anindya
2019
KATA PENGANTAR
Terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
waktunya. Adapun tujuan pembuatan manajemen kasus ini adalah sebagai salah
Penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. Tendry Septa, Sp.KJ (K) yang
telah meluangkan waktunya untuk penulis dalam menyelesaikan naskah ini. Penulis
menyadari banyak sekali kekurangan dalam laporan ini, oleh karena itu saran dan
kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga manajemen kasus ini
dapat bermanfaat bukan hanya untuk penulis, tetapi juga bagi siapa pun yang
membacanya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
STATUS PSIKIATRI
1.1. SKENARIO
Tn. Z, 44 tahun, PNS, S1, telah berkeluarga dengan 4 orang anak, mengeluh
sering merasa sangat tidak nyaman bila lingkungan sekitarnya tidak rapi dan
mandi dan bila bertanya kerap berulang. Menurut Tn.Z, dirinya pernah
berobat ke dr. Umum untuk keluhan tersebut diatas namun tidak mengalami
perbaikan.
ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
Rasa tidak nyaman bila lingkungan sekitar tidak rapi dan tidak bersih.
sekitarnya tidak rapi dan tidak bersih. Pasien sering berulang - ulang
mencuci tangan, berulang - ulang mandi dan bila pasien bertanya kerap
4
berulang - ulang. Namun belum ditanyakan sejak kapan keluhan tidak
nyaman ini mulai muncul dan berapa kali pasien mandi dan cuci tangan
C. Riwayat Pendidikan
D. Riwayat Pekerjaan
E. Riwayat Keluarga
istrinya.
F. Riwayat Pengobatan
pasien mulai berobat dan obat atau terapi apa yang diberikan oleh
A. Deskripsi Umum
1. Kesadaran
Kompos mentis
5
Belum didapatkan data apakah koorperatif atau tidak selama
wawancara.
3. Penampilan
perawatan diri.
atau normoaktif.
B. Keadaan Afektif
1. Mood: eutimia
C. Pembicaraan
kuantitas).
6
D. Gangguan Persepsi
a Halusinasi
b Ilusi
c Derealisasi
derealisasi.
d Depersonalisasi
depersonalisasi.
E. Proses Berpikir
1. Bentuk Pikir
2. Arus Pikir
atau tangensial.
7
3. Isi Pikir
dikendalikan).
tidak.
G. Pengendalian Impuls
H. Daya Nilai
I. Tilikan
8
1.4. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT
A. Status Internus
B. Tanda-tanda Vital
Tekanan darah, nadi, respiration rate, dan suhu belum ada data.
C. Pemeriksaan Fisik
D. Status Neurologis
9
menganjurkan untuk berobat teratur. Menjelaskan bahwa penyebab
dari sakit yang dideritanya sekarang, sehingga dibutuhkan
pengobatan rutin untuk penyakit dasarnya.
Psikoedukasi: Memberikan penjelasan pada pasien dan orang
sekitar pasien untuk memberikan dorongan dan menciptakan
lingkungan yang kondusif. Support terhadap penderita dan
keluarga, meminta pasien berbicara pada orang terdekat apabila
merasa tidak nyaman.
1.7. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
10
BAB II
FORMULASI DIAGNOSIS
AKSIS I
a. Pedoman Diagnostik
aktivitas penderita.
11
b) Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil
penderita.
4) Ada kaitan erat antara gejala obsesif, terutama pikiran obsesif, dengan
episode depresifnya.
Bila dari keduanya tidak ada yang menonjol, maka lebih baik
12
Pada gangguan menahun, maka prioritas diberikan pada gejala yang
obsesif kompulsif, hal ini didapatkan karena pasien memiliki keluhan sering
merasa sangat tidak nyaman bila lingkungan sekitarnya tidak rapi dan tidak
bersih, pasien sering mencuci tangan dan mandi berulang kali. Hal ini dapat
13
gangguan depresi berulang (F33.-) dapat menunjukkan pikiran-pikiran
Bila dari keduanya tidak ada yang menonjol, maka lebih baik
berikut:
bahwa suatu situasi yang dianggap berpotensi bahaya tidak terjadi atau
14
Hal tersebut dilatar belakangi perasaan takut terhadap bahaya yang
menyita waktu sampai beberapa jam dalam sehari dan kadang – kadang
kelambanan.
demikian.
dalam diagnosis F42.0 atau F42.1. hal ini berkaitan dengan respon yang
merasa sangat tidak nyaman jika lingkungan sekitarnya tidak rapi dan bersih
sehingga pasien mencuci tangan dan mandi berulang kali sehingga pasien
15
Diagnosis banding dari kasus adalah:
unsur dari anxietas fobik, asal saja jelas bersifat sekunder atau ringan.
Pedoman Diagnosis
(a) Pada keadaan dimana sebenarnya secara objektif tidak ada bahaya
(b) Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau yang dapat
(c) Dengan keadaan yang relatif bebas dari dari gejala-gejala anxietas
16
Pada pasien ini didapatkan keluhan berupa pasien merasa sangat tidak
nyaman berada pada lingkungan yang tidak rapi dan tidak bersih,
Pedoman Diagnosis
beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan
santai).
kering, dsb).
yang menonjol.
17
Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa
merasa sangat tidak nyaman pada lingkungan yang tidak rapi dan tidak
mandi berulang kali. Namun yang perlu digali kembali adalah apakah
AKSIS II
Dari skenario masih perlu ditinjau riwayat penyakit sekarang yang lebih
rinci, yaitu :
b. Apakah pasien merasa dirinya tak mampu, tidak menarik atau lebih
18
d. Apakah pasien memiliki perasaan keengganan untuk terlibat dengan
berada pada lingkungan sekitar yang tidak rapi dan tidak bersih sehingga
yang berlebihan pada kebiasaan sosial? Apakah pasien kaku dan keras
19
enggan? Sehingga kemungkinan diagnosis F60.5 Gangguan Kepribadian
Anankastik.
(cluster), yaitu:
1) Kelompok A
2) Kelompok B
20
3) Kelompok C
o Sikap dan perilaku yang amat tak serasi dalam beberapa fungsi (afek,
21
Berdasarkan PPDGJ-III, Gangguan Kepribadian dibagi menjadi sebagai
berikut:
Pedoman Diagnostik
22
- Gangguan ini menyebabkan penderitaan pribadi yang cukup
social
Definisi:
nyata dalam berbagai konteks. Sebagai gambaran inti adalah pola pervasive
kecil.
Pedoman Diagnostik
23
d. Ketelitian yang berlebihan, terlalu hati-hati, dan keterikatan yang tidak
hubungan interpersonal;
g. Pemaksaan yang tak beralasan agar orang lain mengikuti persis caranya
enggan
AKSIS III
Pada skenario tidak ditemukan adanya penyakit fisik atau kelainan medis
umum yang bermakna oleh karena itu aksis III sampai saat ini belum ada
diagnosis.
AKSIS IV
24
AKSIS V
Obsesif
sedang.
25
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Pikiran obsesif adalah ide, imaji atau impuls yang masuk ke pikiran
dikenali pasien berasal dari pikirannya, meskipun bersifat tidak bisa dilawan.
ketakutan hal tersebut akan terjadi. Umumnya, perilaku ini dikenali pasien
sebagai sesuatu yang tidak bertujuan dan berusaha dilawan. Jika tindakan
gangguan ansietas yang ditandai oleh adanya obsesi dan/atau kompulsi yang
26
2.2.1 Faktor biologi
a. Sistem serotonergik
cerebrospinal fluid (CSF) serta afinitas dan jumlah ikatan trombosit dari
b. Sistem noradrenergik
Saat ini, ada sedikit bukti yang ada untuk disfungsi dalam sistem
stimulus yang relatif netral dikaitkan dengan rasa takut atau kecemasan
27
Kompulsi yang dibentuk dengan cara yang berbeda. Ketika seseorang
Diagnosa pasti, gejala obsesi atau kompulsi, atau keduanya, harus ada hampir
1. Kontaminasi
2. Keraguan patologis
Pola yang jarang adalah pikiran yang intrusif tidak disertai kompulsi,
28
4. Simetri
Kompulsif
tindakan.
29
1. Perilaku yang berulang (misalnya: cuci tangan, mengecek) atau
D. Bila ada gangguan lain pada aksis I, isi dari obsesi dan kompulsi
beralasan.
30
Untuk menegakkan diagnosis pasti gejala obsesif atau tindakan
penderita;
(unpleasantly repetitive);
31
Dalam berbagai situasi dari kedua hal tersebut, meningkat atau
timbul.
Bila dari keduanya tidak ada yang menonjol, maka lebih baik
Instrumen laporan diri yang sering digunakan dalam penelitian dan praktik
klinis adalah Padua Inventory, yang sekarang ada dalam beberapa versi
32
untuk PI asli, termasuk (a) gangguan kontrol atas aktivitas mental, (b)
untuk mengevaluasi tingkat keparahan gejala OCD yang terdiri dari 10-item
obsesi dan kompulsif. Hal-hal yang berkaitan dengan obsesi atau kompulsi
BOCS. Skor total dan subskala secara signifikan berkorelasi dengan gejala
perawatannya.
33
Tatalaksana
Psikoterapi
Terapi ini dikenal pula dengan sebutan flooding, diciptakan oleh Victor
Meyer (1996), dimana pasien menghadapkan dirinya sendiri pada
situasi yang menimbulkan tindakan kompulsif (seperti memegang
sepatu yang kotor) dan kemudian menahan diri agar tidak menampilkan
ritual yang biasa dilakukan (yaitu mencuci tangan). Mencegah individu
menampilkan perilaku yang menjadi ritualnya membuatnya
menghadapi stimulus yang membangkitkan kecemasan, sehingga
memungkinkan kecemasan menjadi hilang
34
kebiasaan-kebiasaannya itu. Dalam CBT terapis juga melatih
pernafasan, latihan relaksasi dan manajemen stres pada individu ketika
menghadapi situasi konflik yang memberikan kecemasan, rasa takut
atau stres muncul dalam diri individu. Pemberian terapi selama 3 bulan
atau lebih
Farmakoterapi
35
samping gastrointestinal. SSRI ditoleransi dengan lebih baik daripada
trisiklik, dengan demikian kadang-kadang dipakai sebagai obat lini
pertama dalam pengobatan gangguan obsesif-kompulsif.
36
DAFTAR PUSTAKA
Elvira, SD. Hadisukanto, G. 2010. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Maslim, Rusdi. 2003. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPGDJ-III. Jakarta
Sadock.BJ, Sadock. VA. 2009. Buku Ajar Psikiatri Klinis ed. 2. Jakarta: EGC
37