Anda di halaman 1dari 3

Goa Selarong merupakan salah satu tempat bersejarah pada masa penjajahan Belanda dan

menjadi saksi bisu dalam perjuangan seorang Pangeran Diponegoro. Goa ini terletak di Dusun
Kembangputihan, Guwosari, Pajangan, Bantul Yogyakarta. Goa Selarong ini menjadi markas utama
Pangeran Diponegoro sebagai tempat sementara untuk menyusun segala strategi dalam melawan
Belanda pada tahun1825-1830. Di Goa Selarong terdapat dua goa utama, yaitu Goa Kakung dan Goa Putri.
Goa Kakung sebagai kediaman Pangeran Diponegoro, sedangkan Goa Putri sebagai kediaman selir
pangeran yang paling setia, Raden Ayu Ratnaningsih.

Goa selarong terbentuk sekitar tahun 1795 yang pada awalnya menjadi tempat pangeran
Diponegara mengasingkan diri karena menolak untuk dijadikan raja di kasultanan ngayogyakarta
hadiningrat. Selain untuk mengasingkan diri goa selarong juga digunakan pangeran diponegara sebagai
tempat bersemedi sekaligus tempat untuk mendalami ilmu agama maupun ilmu kejawennya. Saat
belanda datang dan mulai ikut campur dalam pemerintahan keraton, pangeran diponegara sangat tidak
suka dan menolak keberadaan pihak belanda didalam keraton. Pangeran diponegara pun memutuskan
untuk keluar secara sepenuhnya dari keraton dan menyusun strategi perang di gia selatong.

Pertengahan bulan Mei 1825, pemerintah Belanda mengubah rencananya dalam pembangunan
jalan dari Yogyakarta ke Magelang lewat Muntilan menjadi melewati Tegalrejo. Rupanya, pembelokan
jalan itu melintasi makam leluhur Pangeran Diponegoro sehingga membuatnya tersinggung dan
memutuskan mengangkat senjata melawan Belanda. Ia kemudian memerintahkan pasukannya untuk
mencabut patok-patok yang melewati makam tersebut. Namun Belanda tetap memasang patok-patok
tersebut. Pada 20 Juli 1825, Belanda mengepung kediaman Pangeran Diponegoro kerena dianggap telah
memberontak. Karena terdesak, Pangeran beserta keluarga dan pasukannya menyelamatkan diri ke Goa
Selarong. Sementara itu, Belanda membakar habis kediaman Pangeran karena tidak menemukan
Pangeran Diponegoro.

Dalam perjuangannya, Pangeran Diponegoro mendapat dukungan dari berbagai pihak. Dari kaum
bangsawan ada Pangeran Mangkubumi, Pangeran Joyokusumo. Sementara dari kaum ulama ada Kiai
Mojo, Haji Mustopo, Haji Badaruddin, dan Alibasha Sentot Pawirodirdjo. Pada tahun 1825-1826, pasukan
Diponegoro mendapat banyak kemenangan. Kekalahan demi kekalahan dialami oleh pasukan Belanda
dalam menghadapi perang gerilya. Pada tahun 1827, Jenderal De Kock menggunakan siasat benteng
Stelsel. Siasat ini guna membatasi ruang gerak pasukan Diponegoro dengan membangun benteng-
benteng pertahanan. Taktik lain yang digunakan Belanda untuk melemahkan pasukan Diponegoro yaitu
dengan mendekati para pemimpin pasukan agar mau memihak Belanda.

Setelah berjuang dengan gigih akhirnya Pangeran Dipnegoro bersedia berunding dengan
Belanda, tetapi pangeran meminta perundingan diundur karena bertepatan dengan bulan ramadhan.
Pada tanggal 28 Maret 1830 perundingan dilakukan di rumah Residen Kedu dan tidak mencapai kata
sepakat. Pada saat Pangeran Diponegoro hendak meninggalkan perundingan, beliau ditangkap oleh
pasukan Belanda dan diasingkan ke Ungaran, kemudian dibawa ke Gedung Karesidenan Semarang, dan
langsung dibawa ke Batavia pada 5 April. Tanggal 3 Mei 1830, Diponegoro beserta rombongan
diberangkatkan ke Manado dan ditawan di benteng Amsterdaam. Pada tahun 1834 Diponegoro
dipindahkan ke benteng Rotterdam di Makassar, hingga pada 8 Januari 1855 Pangeran Diponegoro wafat
dan dimakamkan di Makassar.

Setelah wafatnya pangeran diponegara goa selarong tidak pernah digunakan kembali dan
dibiarkan begitu saja. Pada tahun 197
1. Kado Tahun Baru 2014 dar
2. Pertamina memberikan hadiah yang mengejutkan untuk masyarakat Indonesia.
3. Kenaikan harga elpiji tabung 12 kg.
4. Pertamina mengirim kado Tahun Baru 2014 yang pahit kepada masyarakat dengan menaikkan
harga elpiji tabung 12 kg.
5.

Anda mungkin juga menyukai