TUMOR TESTIS
Oleh:
ALIF FERNANDA PUTRA 1918012123
FARHANA FA 1918012
Perceptor:
dr. Mars Dwi Tjahyo, Sp.U
KEPANITERAAN KLINIK
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. H. ABDUL MOELOEK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan case report yang
berjudul Tumor Testis merupakan salah satu tugas kepaniteraan klinik ilmu bedah
di Universitas Lampung
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini, namun
penulis berharap makalah ini dapat memperkaya ilmu pengetahuan bagi dunia
pendidikan dan bermanfaat bagi kita semua
Penulis
BAB I
LAPORAN KASUS
A. IDENTIFIKASI
Nama : Tn. F
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 43 tahun
Alamat : Way Kanan
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam
MRS : 30/01/2020
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Benjolan nyeri pada buah zakar.
Keluhan Tambahan
Benjolan pada perut kiri, mual, kesulitan buang air besar.
Riwayat Keluarga
OS mengaku dalam keluarga tidak terdapat riwayat penyakit tekanan darah
tinggi, kencing manis, kolesterol, jantung maupun riwayat tumor.
Riwayat Sosial
OS merupakan perokok aktif sejak SMP, merokok semakin sering (2
bungkus setiap hari) sejak keluhan benjolan muncul. OS juga sering
meminum alkohol (5-6x seminggu) dan menggunakan ganja selama 1 tahun
kemudian berhenti. OS pernah membuat tatto pada betis kiri.
C. STATUS PRESENT
Status Generalis
Keadaan Umum : Sakit sedang (Karnofsky 70%)
Kesadaran : Compos Mentis (GCS 15)
Keadaan Gizi : Gizi kurang (IMT: 18,1; BB: 51 Kg; TB: 168 cm)
Kulit : Turgor baik
Pemeriksaan Fisik
a. Tanda Vital
Tekanan Darah : 140/80 mmHg
Nadi : 78x/menit
Suhu : 35oC
Respirasi : 12x/menit
b. Kepala dan Muka
Bentuk dan Ukuran : Normochepal
Mata
Konjungtiva : Anemis (-/-)
Sklera : Ikterik (-/-)
Refleks Cahaya : (+/+)
Pupil : Isokor, 3mm/3mm
Telinga : Sekret (-), perdarahan (-), deformitas (-)
Hidung : Mukosa hiperemis (-), deviasi septum (-), secret(-),
perdarahan (-)
Tenggorokan : Arcus faring hiperemis (-), deviasi uvula (-)
Mulut : Sianosis (-), lidah kotor (-), perdarahan (-)
Gigi : Gigi Tanggal
c. Leher
KGB : Pembersaran pada KBG submandibula dextra dan
sinistra, kenyal, mobile, batas tegas
Kelenjar Gondok : Tidak ada pembesaran
JVP : Tidak dilakukan pemeriksaan
d. Thorax (Paru)
Inspeksi : Simetris, nodul (-), lesi (-)
Palpasi : Ekspansi simetris, fremitus taktil simetris, Ictus
Cordis tidak teraba, nodul (-)
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+), Rhonki (-/-), Wheezing (-/-). BJ
I-II normal, murmur (-)
e. Abdomen
Inspeksi : Terdapat massa pada region hipokondrium sinistra
dengan ukuran diameter ± 8 cm.
Auskultasi : Bising usus normal (16x/menit)
Perkusi : Timpani pada seluruh regio abdomen kecuali pada
daerah massa (redup)
Palpasi : Terdapat massa pada regio hipokondrium sinistra
dengan batas tegas, mobile, dan nyeri tekan. Selain
itu terdapat sedikit nyeri tekan pada regio iliaca
sinistra
f. Regio Lumbal
Inspeksi : Simetris, tidak terdapat lesi atau nodul
Palpasi : Nyeri tekan (-), massa (-)
Perkusi : Nyeri ketok sudut kostovertebra (-/-)
Auskultasi : Bruitz (-)
g. Genitalia
Inspeksi :Terdapat pembesaran pada testis sinistra berukuran
7x5 cm, penis normal
Palpasi :Terdapat pembesaran pada testis sinistra disertai
nyeri tekan, padat, dan batas sulit dinilai
Transluminasi : Massa padat (+)
h. Ekstremitas
Superior :CRT <2 detik, akral hangat, edema (-), sensibilitas,
dan motorik baik.
Inferior :CRT <2 detik, akral hangat, edema (-), sensibilitas
dan motorik baik. Terdapat jaringan parut di regio
cruris anterior berukuran 15x5 cm
Status Lokalis
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium 06-02-2020
1. Koagulasi
CT : 10 menit (8 – 18)
BT : 3 menit (1 – 3)
2. Kimia
SGOT : 59 U/L (0 – 50)
SGPT : 29 U/L (0 – 50)
Albumin : 3.9 g/dL (3.5 – 5.2)
GDS : 147 mg/dL (< 140)
Ureum : 29 mg/dL (17 – 43)
Kreatinin : 0.91 mg/dL (< 1.2)
Natrium : 135 mmol/L (135 – 147)
Kalium : 4.1 mmol/L (3.5 – 5)
Kalsium : 8.8 mg/dL (8.8 – 10.3)
Klorida : 103 mmol/L (95 – 105)
Pemeriksaan Laboratorium 15-02-2020
Hematologi
1. Darah Lengkap
Hemoglobin : 9,6 g/dL (13,2 – 17,3)
Leukosit : 8.400/µL (3.800 – 10.600)
Eritrosit : 3.9 juta/µL (4.4 – 5.9)
Hematokrit : 33% (40 – 52)
Trombosit : 278.000/µL (150.000 – 440.000)
MCV : 86 fL (80 – 100)
MCH : 25 pg (26 – 34)
MCHC : 29 g/dL (32 – 36)
2. Hitung Jenis
Basofil : 0% (0 – 1)
Eosinofil : 0% (2 – 4)
Neutrofil Batang : 0% (3 – 5)
Neutrofil Segmen : 70% (50 – 70)
Limfosit : 12% (25 – 40)
Monosit : 13% (2 – 8)
E. DIAGNOSIS
Dx Tumor Testis
F. TATALAKSANA
1. Umum
- Memantau jalan nafas, pernapasan, sirkulasi pasien, dan tanda vital lainnya
- IVFD NaCl 0,9% 20 tts/menit
2. Medikamentosa
- Ketorolac 30 mg/12 jam/IV
- Sucralfat
- Paracetamol
- Ceftriaxone 2 gr/24 jam/IV
- Omeprazole 40 mg/12 jam/IV
3. Operatif
- Orchidektomi
4. Post Operatif
- Kontrol ulang benjolan di abdomen, dan grading tumor
G. PROGNOSIS
Quo ad vitam: dubia ad malam
Quo ad functionum: dubia ad malam
Quo ad sanationam: dubia malam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. EPIDEMIOLOGI
Tumor testis merupakan keganasan terbanyak pada pria yang berusia diantara
15 – 35 tahun, dan merupakan 1 – 2% dari seluruh neoplasma pada pria. Tumor
testis berasal dari sel germinal atau jaringan stroma testis, lebih dari 90%
berasal dari sel germinal. Tumor ini mempunyai derajat keganasan tinggi,
tetapi dapat sembuh bila diberi penanganan adekuat.
B. ETIOLOGI
Faktor penyebab karsinoma testis asih belum diketahui secara pasti. Faktor
genetik, virus, atau penyebab infeksi lain, atau trauma testis tidak
mempengaruhi terjadinya tumor ini. Penderita kriptokismus atau bekas
kriptokismus mempunyai resiko lebih tinggi untuk tumor testis ganas.
Kriptokismus merupakan faktor resiko timbulnya karsinoma testis, 7 – 10%
pasien karsinoma testis merupakan penderita kriptokismus. Proses
tumorgenesis pada pasien maldesensus 48 lipat lebih tinggi daripada pasien
tanpa riwayat maldesensus. Walaupun pembedahan kriptokismus pada usia
muda mengurangi insidens tumor testis sedikit, risiko terjadinya tumor tetap
tinggi. Kriptokismus merupakan suatu ekspresi disgenesia gonad yang
berhubungan dengan transformasi ganas. Penggunaan hormon dietilstilbestrol,
yang dikenal sebagai DES, oleh ibu pada kehamilan dini meningkatkan resiko
tumor maligna pada alat kelamin bayi yang berarti karsinoma testis untuk janin
laki-laki.
C. PATOLOGI
Dari berbagai klasifikasi tumor testis ganas, klasifikasi WHO lebih sering
digunakan, selain semimoma yang memang berasal dari sel germinal, terdapat
karsinoma embrional, teratoma, dan koriokarsinoma yang digolongkan
nonsemimoma, yang dianggap berasal dari sel germinal pada tahap
perkembangan lain histogenesis. Semimoma meliputi sekitar 40% tumor ganas
testis. Karsinoma jarang sekali ditemukan (1%).
Metastasis tumor testis kadang berbeda sekali dengan tumor induk, yang berarti
tumor primer terdiri atas berbagai jenis jaringan embrional dengan daya invasi
berbeda.
D. STAGING
Staging tumor testis disampaikan pertama kali oleh Boden & Gibb (1951),
dengan pembagian Stage A (lesi hanya di testis), stage B (lesi menyebar ke
limfe nodus regional), dan stage C (lesi berada di atas limfe nodus
retroperitoneal). Selain itu, staging lain yang sering digunakan antara lain stage
I (lesi di testis), stage II (terdapat limfe nodus yang terkena, IIA < 2cm dan IIB
> 2cm), stage III (lesi menyebar ke nodus limfe supradiafragmatika atau organ
visceral).
E. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis yang sering dikeluhkan pasien adalah pembesaran testis secara
bertahap dan dapat disertai dengan nyeri. Selain itu, 10% kasus disertai dengan
metastasis, seperti nyeri punggung (retroperitoneal metastase), batuk dan
dispnea (pulmonary metastase), anoreksia, mual, muntah (retroduodenal
metastase).
Tanda dari pemeriksaan fisik yang bias didapatkan adalah adanya massa pada
testis yang padat, tidak keras, dan epididimis dapat dipalpasi secara terpisah.
Hasil transluminasi negative sehingga pembesaran bukan disebabkan oleh
cairan (hidrokel). Palpasi abdomen dapat dilakukan untuk menilai penyakit
retroperitoneal yang luas. Selain itu pada 5% kasus tumor germinal dapat
ditemukan adanya ginekomastia yang diakibatkan interaksi hormonal
testosterone, prolactin, dan estrone.
Hasil pemeriksaan laboratorium dapat menunjukan adanya anemia, gangguan
fungsi hati (metastase hepatic) dan gangguan fungsi renal (akibat obstruksi
ureter). Beragam penanda biokimia penting digunakan untuk mendiagnosis dan
menatalaksana kanker testis, seperti AFP, hCG, dan LDH. Biokimia marker
tersebut sering digunakan pada non seminomatous germ cell tumors.
Imaging yang dapat secara cepat dan akurat menilai tumor testis adalah USG
scrotal. Metode ini menilai apakah massa intratesticular sehingga dapat
membedakan dengan penyakit epididimis dan hidrokel. Rontgen thoraks (PA
dan Lateral) dan CT scan abdomen-pelvis digunakan untuk menilai metastasis
yang terjadi pada kasus tumor testis.
F. TATALAKSANA
Pada dugaan tumor testis biopsi testis tidak dianjurkan untuk dilakukan,
penegakan diagnosis patologi anatomi dilakukan dengan mengambil bahan
jaringan dari orkidektomi. Orkidektomi dilakukan melalui pendekatan
inguinalis setelah mengangkat testis dan funikulus spermatikus sempai angulus
inguinalis internus. Pendekatan trans-skrotal atau biopsi tidak dianjurkan untuk
dilakukan karena berisiko membuka peluang sel-sel tumor untuk mengalami
penyebaran.
ANALISIS KASUS
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah, pernafasan, nadi, dan suhu,
dalam batas normal. Dari pemeriksaan status lokalis teraba massa testis sinistra
berukuran 7x5cm teraba keras, dan nyeri pada saat ditekan. Benjolan juga
terjadi pada regio hipokondrium sinistra, mobile, berbatas tegas, dan nyeri
tekan. Hasil pemeriksaan lab darah normal, ureum kreatinin normal, sedangkan
pemeriksaan biokimia marker seperti AFP dan HCG tidak dilaksanakan. Hasil
Radiologi USG ditemukan adanya pembesaran pada organ testis sinistra
dengan sugestif malignant testicular tumour.
DAFTAR PUSTAKA
Emil AT & Jack WM. 2008. Smith’s General Urology. Edisi 17. California:
McGrawHill Medical.
Sjamsudihajat. R, dkk. 2017. Buku Ajar Ilmu Bedah Sistem Organ dan Tindak
Bedahnya (2). Edisi 4. Volume 3. Jakarta; EGC.