Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

RESIKO PERILAKU KEKERASAN

OLEH :

GUSTI AYU KETUT DESI WIDIANTARI

NIM. 193223166

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI

2019
KATA PENGANTAR

“Om Swastyastu”

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami
mampu menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Laporan Pendahuluan
Asuhan Keperawatan Resiko Perilaku Kekerasan”. Adapun pembuatan
makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa
II.

Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, kami mendapat banyak


bantuan dari berbagai pihak dan sumber. Oleh karena itu kami sangat
menghargai bantuan dari semua pihak yang telah member kami bantuan
dukungan kjuga semangat, buku dan sumber lainnya sehingga tugas ini dapat
terselesaikan. Oleh karena itu melalui media ini kelompok menyampaikan
ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu pembuatan
makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan


jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan dan ilmu
pengetahuan yang kelompok miliki. Oleh karena itu kelompok mengharapkan
kritik dan saran yang membangun guna untuk menyempurnakan makalah ini.

“Om Santih, Santih, Santih Om”

Denpasar, 23 Oktober 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................. 2
D. Manfaat ............................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Laporan Pendahuluan
1. Pengertian perilaku kekerasan ....................................................... 3
2. Etiologi .......................................................................................... 3
3. Tanda dan Gejala ........................................................................... 5
4. Rentan Respon .............................................................................. 5
5. Mekanisme Koping ..................................................................... 6
6. Penatalaksanaan ............................................................................. 7
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian .................................................................................... 8
2. Diagnosa ........................................................................................ 17
3. Perencanaan ................................................................................... 17
4. Implementasi ................................................................................ 23
5. Evaluasi ......................................................................................... 23

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................... 27
B. Saran ..................................................................................................... 27

iii
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa adalah bagian integral dari kesehatan dan merupakan
kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, mental dan sosial individu
secara optimal, dan yang selaras dengan perkembangan orang lain.Seseorang
yang “sehat jiwa”. (UUD NO.3 1996). Gangguan jiwa adalah sindrom pola
perilaku dan psikologik seseorang yang secara klinis cukup bermakna,
dimana terjadi disfungsi dalam segi prilaku, psikologik atau biologik.
(Departemen kesehatan RI). Gangguan Skizofrenia merupakan suatu
gangguan jiwa berat yang ditandai dengan penurunan atau ketidakmampuan
komunikasi, gangguan realitas (halusinasi atau waham), afek tidak wajar atau
tumpul, gangguan kognitif (tidak mampu berpikir abstrak) serta mengalami
kesukaran melakukan aktivitas sehari-hari (Budi Anna keliat, 2011).
Survei badan kesehatan dunia menunjukkan bahwa satu dari setiap
1.000 penduduk dunia mengalami gangguan jiwa (Word Health
Organisation), Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan, Kementerian
Kesehatan Indonesia menyatakan, bahwa dari populasi orang dewasa di
Indonesia yang mencapai 150 juta jiwa, sekitar 11,6 persen atau 17,4 juta jiwa
mengalami gangguan mental emosional atau gangguan kesehatan jiwa berupa
gangguan kecemasan dan depresi (Reza, 2008).
Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang ekstrem dari
marah atau ketakutan/panik. Perilaku agresif dan perilaku kekerasan
dipandang sebagai rentang dimana agresif verbal disuatu sisi dan perilaku
kekerasan (violence) di sisi yang lain. Suatu keadaan yang menimbulkan
emosi, perasaan frustasi, benci atau marah. Hal ini akan memengaruhi
perilaku seseorang. Berdasarkan keadaan emosi secara mendalam tersebut
terkadang perilaku menjadi agresif atau melukai karena penggunaan koping
yang kurang bagus. Melihat dari dampak dan kerugiannya, resiko perilaku
kekerasan merupakan salah satu respon terhadap stresor yang dihadapi

1
seseorang. Jadi, resiko perilaku kekerasan dapat menimbulkan kerugian baik
pada diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan (Keliat, 2007).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah definisi perilaku kekerasan?
2. Bagaimanakah penyebab perilaku kekerasan?
3. Bagaimanakah tanda dan gejala perilaku kekerasan?
4. Bagaimanakah rentan respon perilaku kekerasan?
5. Bagaimanakah mekanisme koping perilaku kekerasan?
6. Bagaimanakah penatalaksanaan perilaku kekerasan?
7. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan prilaku kekerasan?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk menjelaskan definisi perilaku kekerasan
2. Untuk menjelaskan penyebab perilaku kekerasan
3. Untuk menjelaskan tanda dan gejala perilaku kekerasan
4. Untuk menjelaskan rentan respon perilaku kekerasan
5. Untuk menjelaskan mekanisme koping perilaku kekerasan
6. Untuk menjelaskan penatalaksanaan perilaku kekerasan
7. Untuk menjelaskan konsep dasar asuhan keperawatan prilaku kekerasan

D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penyusunan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat
kepada semua pihak, khususnya kepada mahasiswa keperawatan untuk
menambah pengetahuan dan wawasan mengenai Laporan Pendahuluan
dan Asuhan Perilaku Kekerasan.
2. Manfaat Praktis
Hasil dari penyusunan makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
suatu pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan yang nantinya ilmu
tersebut dapat dipahami dan diaplikasikan dalam praktik keperawatan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Risiko Perilaku Kekerasan


1. Pengertian perilaku kekerasan
Perilaku kekerasan adalah suatu kedaan hilangnya kendali perilaku
seseorang diarahkan pada diri sendiri, orang lain, atau lingkungan.
Perilaku pada diri sendiri dapat berupa melukai dir sendiri untuk bunuh
diri atau membiarkan diri dalam bentuk penelataran diri. (Yusuf, 2015)
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan
untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Maka perilaku
kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahakan pada diri sendiri,
orang lain, dan lingkungan . (Deden Dermawan, 2013)
Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan mengalami kelaianan
dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelasiakan aktivitas
kehidupan sehari-hari secara mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi
secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor, bau badan, bau
nafas, dan penampilan tidak rapi. (Yusuf, 2015)
Dari beberapa pengertian diatas penulis dapat menarik
kesimpulan bahwa perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana
seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik,
baik kepada diri sendiri orang lain maupun orang lain. Sering juga
disebut gaduh gelisah atau amuk dimana seseorang marah berespon
terhadap stresor dengan gerakan motorik yang tidak terkontrol.
2. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi klien perilaku kekerasaan dibagi menjadi 5 faktor
sebagai berikut:

3
1) Faktor neorologi
Beragam komponen dari sistem syaraf seperti sinap,
neurotransmitter, dendrit, akson terminalis mempunyai peran
memfasilitasi atau menghambat rangasangan dan pesan-pesan
yang akan mempunyai sifat agresif sistem limbik sangat terlibat
dalam menstimulasi timbulnya perilaku bermusuhan dan respon
agresif.
2) Faktor genetik
Dalam gen manusia terdapat domant (potensi) agresif yang
sedang tidur akan bangun jika terstimulasi oleh faktor eksternal.
Genetik pada umumnya dimiliki oleh penghuni pelaku tindak
kriminal serta orang-orang hukum akibat perilaku agresif.
3) Faktor cycardian Rhytm
Menurut penelitian pada jam-jam sibuk seperti menjelang masuk
kerja dan menjelang berakhir pekerjaan sekitar jam 9 dan 13.
Pada jam tertentu orang lebih mudah terstimulasi untuk bersikap
agresif.
4) Faktor biokimia
Peningkatan hormon androgen dan neorepineprin serta penurunan
serotonin dan GABA (Gama Amino Batric Acid) yang bertugas
sebagia pengontrol respon emosi, dan menghambat asetylcholine,
serotonin dan neurotransmiter yang lain memproduksi sekresi
kortisol, sehingga akan terjadi hemeotasis (Keseimbangan).Pada
cairan cerebrospinal vertebra dapat menjadi terjadinya perilaku
agresif.
5) Brain area disorder
Gangguan pada sistem limbik pada lobus temporal, sindrom otak
organik, tumor otak, trauma otak, penyakit ensepalitis, epilepsi di
temukan sangat berpengaruh terhadap perilaku agresif perilaku
agresif.
b. Faktor Presipitasi

4
Menurut Direja (2011), ada faktor pencetus perilaku kekerasan
adalah sebagai berikut :
1) Klien : kelemahan fisik, keputus asaan, ketidakberdayaan,
kehidupan yang penuh dengan agresif, dan masa lalu yang tidak
menyenangkan.
2) Interaksi : penghinaan, kekerasaan, kehilangan orang yang berrati,
konflik, merasa terancam baik internal dari permasalahan diri
klien sendiri maupun eksternal dari lingkungan.
3) Lingkungan : panas, padat, dan bising.
3. Tanda dan Gejala
Menurut Yosep (2013), ada beberapa tanda dan gejala perlaku
kekerasaan diantarnya :
a. Fisik : muka merah dan tegang, mata melotot/pandangan tajam,
tangan mengepal, rahang mengatup, wajah memerah dan tegang,
postur tubuh kaku dan jalan mondar-mandir.
b. Verbal : bicara kasar, suara tinggi membentak/berteriak, kata-kata
mengancam,mengumpat dengan kata-kata kotor, suara keras dan
ketus.
c. Perilaku : melempar atau memukul benda/orang lain, menyerang
orang lain, melukai diri sendiri, merusak lingkungan dan amuk.
d. Emosi : tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu,
dendam dan jengkel, tidak berdaya, bernusuhan, mengamuk, ingin
berkelahi menyalakan dan menuntut.
e. Intelektual : mendominasi, cerewet, kasar, berdebat
meremehkan,sarkasme.
f. Spritual : merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik
pendapat orang lain, menyinggung perasaaan orang lain, tidak peduli
dan kasar.
g. Sosial : menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasaan, ejekan dan
sindiran.
h. Perhatian : bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.

5
4. Rentan Respon
Respon Adaptif Respon maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan


Klin mampu Klien gagal Klien merasa Klien Perasaan
mengungkapkan mencapai tidak dapat mengekspresikan marah dan
marah tanpa tujuan mengungkapkan secara fisik, tapi bermusuhan
menyalahkan kepuasaan perasaannya, masih terkontrol yang kuat
orang lain dan atau saat tidak berdaya mendorong orang dan hilang
memberikan marah dan dan menyerah. lain dengan kontrol,
kelegaan. tidak dapat ancaman. disertai
dan amuk,merus
menyerah. ak
lingkungan.
Gambar 2.1.4 Rentang Respon Marah (Sumber: Damaiyanti, 2012)

a. Respon Adaptif
Respon adaptif adalah respon yang di terima sesuai norma-norma
sosial budaya berlaku. Individubdalam batas norma, jika menghadapi
masalah akan dapat menyelesaikan dengan baik.
b. Respon Maladaptif
Respon maladtif adalah respon individu dalam menyelasaikan
masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan
lingkungan.
5. Mekanisme Koping
Mekanisme koping pada klien dapat membantu untuk
mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif dalam
mengekspresikan kemarahannya. Mekanisme koping yang umum
digunakan adalah mekanisme ego seperti seperti displacement, sublimasi,
proyeksi, repesif, denial, dan reaksi formasi.

6
Sublimasi, yaitu menerima suatu sasaran pengganti yang mulia
artinya di mata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami
hambatan penyaluran secara normal. Misalnya seseorang yang sedang
marah melampiaskan pada objek lain seperti meremas adonan kue,
meninju tembok dan sebagai nya, tujuan nya adalah untuk mengurangi
ketegangan akibat rasa marah.
a. Proyeksi, yaitu menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau
keinginanya yang tidak baik.
b. Represi, yaitu mencegah pikiran yang menyakitkan atau
membahyakan masuk ke alam sadar.
c. Reaksi formasi, yaitu mencegah keinganan yang berbahaya bila di
eksprisikan dengan melebih-lebih sikap dan perilaku yang berlawanan
dan menggunakan sebagai rintangan.
d. Displacement, yaitu melepaskan perasaan yang tertekan biasanya
bermusuhan, pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang
pada mulanya yang membakitkan emosi.

6. Penatalaksanaan
Pentalaksanaan medis pada klien dengan perilaku kekerasan terdiri dari :
a. Farmakoterapi
Adapun pengobatan dengan neuroleptika yang mempunyai dosis
efektif tinggi contohnya : Clorpromazine HCL, yang berguna untuk
mengendalikan psikomotornya.
b. Terapi okupasi
Terapi ini bukan pemberian pekerjaan atau kegiatan itu sebagai media
untuk melakukan kegiatan dan mengembalikan kemampuan
berkomunikasi, karena itu dalam pemberian terapi ini tidak harus
diberikan pekerjaan tetapi segala bentuk kegiatan seperti membaca
koran, main catur dapat di jadikan media penting setelah melakukan
kegiatan itu di ajak berdialog atau berdiskusi tentang pengalaman dan
arti kegiatan bagi dirinya.
c. Peran serta keluarga

7
Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberikan
perawatan langsung pada setiap(sehat-sakit) pasien. Perawat
membantu keluarga agar dapat melakukan lima tugas kesehatan, yaitu
mengenal masalah kesehatan, membuat keputusaan tindakan
kesehatan, memberi perawatan pada anggota keluarga, menciptakan
lingkungan keluarga yang sehat, dan menggunakan sumber yang ada
pada masyarakat.
d. Terapi somatik
Bahwa terapi somatic terapi yang di berikan kepada pasien dengan
gangguan jiwa dengan tujuan mengubah perilaku yang maladptif
menjadi perilaku adaptif dengan melakukan tindakan yang di
tunjukkan pada kondisi fisik pasien, tetapi target terapi perilaku
pasien.
e. Terapi kejang listrik
Terapi kejang listrik atau electric convulsive therapy (ECT) adalah
bentuk terapi kepada pasien dengan menimbulkan kejang grand mall
dengan mengalirkan arus listrik melalui elektroda yang di tempatkan
pada pelipis pasien.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan
perumusan masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis,
psikologis, sosial, dan spritual. Data pengakajian kesehatan jiwa dapat
dikelompokkan menjadi faktor perdisposisi, faktor presipitasi, penilaian
terhadap stressor, sumber koping yang dimiliki klien (Stuart & Laria,
2001 dalam Direja 2011). Adapun komponen dari pengkajian adalah
sebagai berikut :
a. Identitas klien

8
Identitas klien di tulis lengkap seperti nama, usia, jenis kelamin,
nomor rekam medis, dan diagnosa medis. Data ini bisa didapatkan
dengan melihat rekam medik atau wawancara langsung dengan klien.
b. Alasan masuk
Klien dengan perilaku kekerasaan biasa nya datang dengan keluhan
mengamuk, mencenderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
c. Faktor predisposisi
1) Faktor psikologis
Terdapat asumsi bahwa sesorang untuk mencapai suatu tujuan
mengalami hambatan akan timbul dorngan agresif yang
memotivasi perilaku kekerasan.
2) Berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu dan masa
kecil yang tidak menyenangkan.
3) Rasa frustasi.
4) Adanya psikoanalitik, teori menjelaskan bahwa tidak terpenuhnya
kepuasaan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak
berkembangan ego dan membuat konsep diri rendah. Perlaku
kekerasan sebagai pretise yang dapat meningkatakan citra diri
dalam kehidupannya.
5) Adanya kekerasan dalam rumah tangga, keluarga atau
lingkungan.
6) Teori pembelajaran, perilku kekerasan adalah suatu perilaku yang
di pelajari dari masa kecil, sebagai contoh orang tua yang
mendidik anaknya dengan kekrasaan kelak anak itu akan
mencontoh perilakuorang tuanya.
7) Faktor sosial budaya
Kontrol masyarakat yang rendah dan kecendurungan menerima
perilaku kekerasan sebagai cara penyelesain masalah dalam
masyarakat.
8) Faktor biologis
Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi seseorang
melakukan perilaku kekerasan, yaitu:

9
a) Pengaruh neurofisiologik, sistem limbic sangat terlibat dalam
menstimulasi timbulnya perilaku bermusuhan dan repon
agresif.
b) Pengaruh biokimia, peningkatan hormon androgen dan
norefineprin serta penurunan seretonin dan GABA (6 dan 7)
pada cairan serebrospinal merupakan merupakan faktor
predisposisi penting yang dapat menyebabkan timbulnya
perilaku agresif seseorang.
c) Pengaruh genetik, perilaku agresif sangat erat katanya dengan
genetiknya termasuk genetik tipe XYY.
d) Gangguan otak, sindrom otak organik berhubungan dengan
berbagai gangguan serebral, tumor otak (khusunya pada
limbik dan lobus temporal), trauma otak, penyakit ensefalitis,
epilepsy (epilepsy lobus temporal) terbukti berpengaruh
terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.
d. Faktor presipitasi
Menurut Direja (2011) ada faktor pencetus perilaku kekerasan adalah
sebagi berikut:
1) Klien: kelemahan fisik, kepuasaan, ketidakberdayaan, kehidupan
yang penuh agresif dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
2) Interaksi: penghinaan, kekerasaan, kehilangan yang berarti,
konflik, merasa terancam baik internal dari permasalahan diri
klien sendiri maupun ekternal dari lingkungan.
3) Lingkungan: panas, padat dan bising, hal-hal yang dapat
menimbulkan perilaku kekerasan.
e. Pemeriksaan fisik
Respon fisologis timbul karena kegiatan sistem saraf otonom bereaksi
terhadap sekresi epinprin sehingga tekanan darah meningkat,
takikardi, muka merah, pupil melebar, pengeluaran urine meningkat.
Ada gejala yang sama dengan kecemasan sepertin meningakatnya
kewaspadaan, keteganagan otot seperti rahang mengatup, tangan
mengepal, tubuh kaku dan reflek cepat. Hal ini di sebabakan oleh

10
energi yang keluakan saat marah bertambah (Damaiyanti dan
Iskandar, 2012).
f. Aspek psikososial
1) Genogram
Genogram dibuat dalam 3 generasi pasien, bagaimana hubungan
pasien dengan keluarganya, tinggal serumah dengan siapa saja,
ada atau tidakna faktor keturunan penyakit yang sama yang
dialami pasien dengan anggota keluarganya. Selain itu genogram
dapt dikaji melalui 3 jenis kajin menurut Azizah (2011), yaitu:
a) Kajian adopsi
kajian Adopsi yang membandikan sifat antara anggota
keluarga biologis satu dengan keluarga adopsi
b) Kajian kembar
Kajian kembar yang membandingkan sifat antara anggota
keluarga yang kembar identik secara genetik dengan saudara
kandung yang tidak kembar.
c) Kajian keluarga
Kajian keluarga yang membandingkan apakah suatu sifat
memiliki banyak kesamaan antara keluarga tingkat pertama
(seperti orang tua, saudara kandung).
2) Konsep Diri
Konsep diri adalah semua jenis pikiran, keyakinan dan
kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui tentang dirinya
dan mempengaruhi hubungan dengan orang lain. Konsep diri ada
melalui pembelajarn (dipelajari) setelah lahir sebagai hasil
pengalaman unik dalam dirinya, bersama orang terdekat dan
dengan dunia nyata (realitas). Konsep diri terdiri atas:
a) Citra tubuh
Kumpulan sikap individu yang disadari terhadap tubunya
termasuk persepsi masa lalu atau sekarang, perasaan tentang
ukuran, fungsi, penampilan dan potensi dirinya.
b) Identitas diri

11
Pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang bertanggung
jawab terhadap kesatuan, kesinambungan, konsintensi dan
keunikan individu.
c) Peran diri
Serangkain perilaku yang di harapkan oleh lingkungan sosial
berhubungan dengan fungsi individu diberbagai kelompok
sosial.
d) Ideal diri
Persepsi individu tentang bagaimana seharusnya dia berprilaku
berdasarkan standar, aspirasi, tujuan atau nilaipersonil tertentu.
e) Harga diri
Penelitian tentang nilai personal yang diperoleh dengan
menganalisa seberapa baik perilaku sesuai dengan ideal
dirinya. Harga diri tinggi merupakan perasaan yang berakar
dalam menerima dirinya tanpa syarat, meskipun telah
melakukan kesalahan, kesalhsan dan kegagalan, ia tetap
merasa sebagai orang yang penting dalam beharga.
3) Hubungan sosial
a) Orang yang berarti
Kaji siapakah menurut pasien orang yang berarti dalam
hidupnya
b) Peran serta kegiatan kelompok/masyarakat
Kaji apakah pasien pernah atau tidak melakukan kegiatan
kelompok atau masyarakat
c) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Kaji bagaimana hubungan pasien dengan orang lain, apakah
ada hambatan atau tidak.
Klien dengan perilaku kekerasaan biasanya menarik diri,
pengasingan, penolakan, ejekan dan sindiran.
4) Spritual
Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu
dengan lingkungan. Hal bertentangan dengan norma yang dimiliki

12
dapat menimbulkan kemarhan yang dimanifestasikan dengan
amoral dan rasa tidak berdosa (Damaiyanti dan Iskandar, 2012).

g. Status mental
Pengkajian pada aspek status mental dapat dilakukan paa penampilan,
pembicaraan, aktivitas motorik, afek emosi, yang akan diuraikan
sebagai berikut:
1) Penampilan
Obsevasi dalam penampilan umum klien yang merupakan
karateristik fisik klien yaitu penampilan usia, cara berpakian,
kebersihan, sikap tubuh, cara berjalan cenderung kaku, ekspresi
wajah tegang, kontak matatidak ada, dilatasi atau kontruksi pupil,
status gizi atau kesehatan umum.
2) Pembicaraan
Cara berbicara klien dengan perilaku kekerasaan cenderung cepat
dengan volume suara tinggi dan membentak.
3) Aktivitas motorik
Aktivitas motorik klien tegang, melemparatau memukul benda
atau orang lain, menyerang orang lain, melukai diri sendiri atau
orang lain, merusak lingkungan, mengamuk(agresif).
4) Afek dan emosi
Afek adalah nada perasaan yang menyenangkan atau tidak
menyenangkan yang menyertai suatu pikiran dan berlangsung
relatif lama dan dengan sedikit komponen fisiologis atau fisik,
seperti kebanggaan kekecewaan. Sedangkan rmosi klien dengan
perilaku kekerasaan biasanya tidak adekuat, tidak aman dan
nyaman, merasa terganggu, dendam dan jemgkel, berdaya,
bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan
menuntut.
5) Interaksi selama wawancara

13
Keadaan yang ditampilkan klien saat wawancara seperti
bermusuhan, tidak kooperatif, mudah tersinggung, kontak mata
kurang(tidak mau menatap lawan bicara), defensif (selalu
berusaha mempertahankan pendapat dan kebenaran dirinya) atau
curiga (menunjukkan sikap atau perasaan tidak percaya pada
orang lain).
6) Persepsi sensorik
Persepsi sensorik adalah daya mengenal barang, kualitas,
hubungan, perbedaaan sesuatu, hal tersebut melalui proses
mengamati, mengetahui dan mengartikannya setelah panca indra
mendapatkan rasangan.
7) Proses pikir
Proses pikir cenderung mendominasi, cerewet, kasar, berdebat,
meremehkan dan sarkasme.
8) Tingkat kesadaran
Kemampuan individu melakukan hubungandenngan lingkungan
dan dirinya (melalui panca indra), mengatakan pembatasan
terhadap lingkungan(melalui perhatian). Kesadaraan ymg baik
biasanya dimanifestasikan dengan orientasi yang baik dalam hal
waktu, tempat, orang dan lingkungan sekitarnya.
9) Memori daya ingat
Bagaimana daya ingat klien atau kemampuan meningkatkan hal-
hal yang telah terjadi (jangka panjang/pendek/sesaat) dan apakah
ada gangguan pada daya ingat.
h. Kebutuhan persiapan pulang
Khusus data-data ini harus dikaji untuk mengetahui masalah yang
mungkinakan terjadi atau akan dihadapi klien, keluarga atau
masyarakat sekitarnya pada saat klien pulang atau setelah klien pulang
dari rumah sakit dan klien berada di rumahnya ditengah keluarga dan
masyarakat.
1) Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
2) Kegiatan hidup sehari-hari ADL(Activity of Daily Living)

14
3) Kemampuan klien
4) Klien memiliki sistem pendukung
5) Klien menikmati saat bekerja/kegiatan produktif/hobi

i. Mekanisme koping
Mekanisme koping yang umum digunakan adalah mekanisme
pertahanan ego seperti displecement (dapat mengukapkan kemarahan
pada objek yang salah, proyeksi adalah kemarahandimana secara
verbal mengalihkan kesalahan diri sendiri pada orang lain yang
dianggap berkaitan. Respresi dimana individu merasa seolah-olah
tidak tidak marah ia tidak mencoba menyampaikan kepada orang
terdekat, sehingga rasa marahnya tidak terungkap dan ditekan sampai
ia melupakannya.
j. Masalah psikososial dan lingkungan
Masalah yang berkaitan dengan psikososial dan lingkuangan dapat di
gambarkan sebagai berikut:
1) Masalah berhubungan dengan dukungan kelompok
2) Masalah berhubungan dengan lingkungan sosial
3) Masalah berhubungan dengan pekerjaan
4) Masalah berhubungan dengan perumahan
5) Masalah berhubungan dengan pendidikan
6) Masalah berhubungan dengan ekonomi
7) Masalah berhubungan dengan pelayanan kesehatan
8) Msalah lainnya
k. Pengetahuan
Bagaimana pengetahuan klien atau keluarga saat ini tentang penyakit
atau gangguan jiwa
l. Aspek medik
Jelaskan aspek medis klien (dapat dilihat rekam media) tentang
diagnosa medik dan terapi mediknya selama dirawat terutama saat ini.
m. Analisa data

15
Menurut Direja (2011) data yang perlu dianalisa meliputi data
subyektif dari data obyektif.
1) Data subjektif
a) Klien mengancam
b) Klien mengumpat dengan kata-kata kasar
c) Klien mengatakan dendam jengkel
d) Klien mengatakan ingin berkelahi
e) Klien menyalahkan dan menuntut
f) Klien meremehkan
2) Data objektif
a) Mata melotot/pandangan tajam
b) mengepal
c) Rahang mengatup
d) Wajah memerah
e) Postur tubuh kaku
f) Suara keras
n. Rumusan masalah
Menurut damaiyanti (2012), masalah keperawatan yang mungkin
muncul pada perilaku kekerasaan adalah:
1) Resiko Perilaku Kekerasan sendiri, orang lain dan lingkungan,
dan verbal)
2) Perilaku kekrasan
3) Harga diri rendah kronik
o. Pohon masalah

Resiko perilaku kekerasan (pada


diri sendiri, orang lain,
lingkungan, dan verbal)

Effect

Perilaku kekerasan

Core Problem

16
Harga Diri Rendah Kronis

Causa

Gambar: 1.5 Pohon Masalah Perilaku Kekerasan


Sumber (Damaiyanti, 2012)
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah identifikasi atau penilaian terhadap pola
respon klien baik aktual maupun potensial (Damaiyanti, 2012).
a. Resiko perilaku kekerasan
b. Harga diri rendah kronik
c. Resiko perilaku kekerasan (pada diri sendiri,orang lain, lingkungan,
dan verbal)
3. Perencanaan
Perencanaan terdiri dari tiga aspek, yaitu tujuan umum, tujuan
khusus, dan rencana tindakan keperawatan. Tujuan umun berfokus pada
penyelesaian permasalahan (P) dari diagnosa tertentu. Tujuan umum
dapat dicapai jika serangkaian tujuan khusus telah tercapai.
Tujuan khusus berfokus pada penyelesaian permasalahan (P) dari
diagnosa tertentu. Tujuan khusus merupakan rumusan kemampuan yang
perlu dicapai atau dimiliki pasien. Kemampuan pasien pada tujuan
khusus dapat dibagi menjadi tiga aspek, yaitu kemampuan kognitif yang
diperlukan untuk menyelesaikan etiologi dari diagnosis keperawatan,
kemampuan psikomotor yang diperlukan agar etiologi dapat teratasi dan
kemampuan afektif yang perlu dimiliki agar pasien percaya pada
kemampuan menyelesaikan masalah (Direja, 2011).
Menurut Damaiyanti dan Iskandar (2012) adapun rencana
keperawatan pada klien dengan prilaku kekerasan meliputi:
a. TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan
perawat
Kriteria hasil :
Setelah diberikan asuhan keperawatn selama.....x.....pertemuan
diharapkan klien :

17
1) Klien mampu membalas salam
2) Klien mau berjabat tangan
3) Klien mau menyebut namanya
4) Klien mau tersenyum
5) Klien mau kontak mata
6) Klien mengetahui nama perawat
Intervensi :
1) Beri salam panggil nama klien
2) Sebutkan nama perawat sambil jabat tangan
3) Jelaskan maksud hubungan interaksi
4) Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat
5) Beri rasa aman dan sikap empati
6) Lakukan kontak singkat tapi sering
7) Bantu klien mengungkapkan perasaan marahnya
8) Motivasi klien untuk menceritakan penyebab rasa kesal atau
jengkel
9) Dengarkan tanpa menyela atau member penilian setiap ungkapan
perasaan klien
b. TUK 2: Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
Kriteria hasil:
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama....x....pertemuan
diharapkan klien.
1) Klien dapat mengungkapkan perasaannya
2) Klien dapat mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/kesal
(dari diri sendiri, dari lingkungan/orang lain)
Intervensi :
1) Bantu pasien mengungkapkan perasaan marahnya.
2) Motivasi klien untuk menceritakan penyebab rasa kesal atau
jengkel
3) Dengarkan tapa menyela atau memberi penilaian setiap ungkapan
perasaan klien

18
c. TUK 3 : klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku
kekerasan
Kriteria hasil :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama...x...pertemuan
diharapkan klien:
1) Klien dapat mengungkapkan tanda fisik mata merah, tangan
mengepal, ekspresi tegang.
Intervensi :
1) Bantu klien mengungkapkan tanda-tanda perilaku kekerasaan
yang dialaminya.
2) Motivasi klien menceritakan kondisi fisik (tanda-tanda fisik) saat
perilaku kekerasan terjadi.
3) Motivasi klien menceritakan kondisi emosinya (tanda-tanda
emosional)nsaat terjadi perilaku kekerasan.
4) Motivasi klien menceritakan kondisi hubungan dengan orang lain
(tanda-tanda sosial) saat terjadi perilaku kekerasan.
d. TUK 4 : klien dapat mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan yang
pernah dilakukanya.
Kriteria hasil :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama...x...pertemuan
diharapkan klien:
1) Klien dapat mengungkapkan jenis-jenis ekspresi kemarahan yang
selama ini telah dilakukannya.
2) Klien dapat mengungkapkan perasaannya saat melakukan
kekerasaan
3) Klien dapat mengetahui efektifitas cara yang dipakai dalam
menyelesaikan masalah.
Intervensi :
1) Diskusikan dengan klien perilaku kekerasan yang dilakukan
selama ini
2) Motivasi klien menceritakan jenis-jenis tindak kekerasan yang
selama ini pernah dilakukannya.

19
3) Motivasi klien menceritakan perasaan klien setelah tindak
kekerasaan tersebut terjadi
4) Diskusikan apakah dengan tindak kekerasan yang dilakukannya,
masalah yang dialami teratasi.

e. TUK 5: Klien dapat mengiditifikasi akibat perilaku kekerasan


Kriteria hasil :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama....x.... pertemuan
diharapkan klien:
1) Klien dapat menjelasan akibat dari cara yang digunakan klien Diri
sendiri: luka, dijauhi teman. Orang lain/keluarga, luka,
tersinggung, ketakutan. Lingkungan: barang atau benda rusak.
Intervensi :
1) Diskusikan dengan klien akibat negatif (kerugian) cara yang
dilakukan kepada:
a) Diri sendiri
b) Orang lain/lingkungan
c) Lingkungan
2) Bersama klien menyimpulkan akibat cara yang digunakna oleh
klien
f. TUK 6: Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam merespon
terhadap kemarahan
Kriteria hasil :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama....x.... pertemuan
diharapkan klien :
1) Klien dapat menjelaskan cara-cara sehat mengungkapkan marah
Intervensi :
1) Diskusikan dengan klien:
a) Apakah klien mau mempelajari cara baru mengungkan marah
yang sehat
b) Jelaskan berbagai alternatif untuk pilihan mengungkapkan
marah selain perilaku kekerasan yang diketahui klien

20
c) Jelaskan cara-cara sehat untuk mengungkapkan marah
2) Cara fisik: nafas dalam, pukul bantal/kasur, olah raga
3) Verbal: mengungkapkan bahwa dirinya sedang kesal pada orang
lain
4) Sosial: latihan asertif dengan orang lain
5) Spritual:sembahyang/doa, meditasi, sesuai keyakinan agamanya
masing-masing.
g. TUK 7: Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku
kekerasan
Kriteria hasil:
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ....x.... pertemuan
diharapan klien:
1) Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku
kekerasan
a) Fisik: tarik nafas dalam, pukul bantal/kasur, olah raga
b) Vebal: mengungkapkan bahwa dirinya sedang kesal pada
orang lain
c) Susial: latihan asertif dengan orang lain
d) Spritual: sembahyang/doa, jikir, meditasi, sesuai keyakin
agamanya masing-masing
Intervensi:
1) Diskusikan cara yang mungkin dipilih dan anjurkan klien
memeilih cara yang mungkin mengungkapkan kemarhan
2) Latih klien memperagakan cara yang dipilih
a) Peragakan cara melaksanakan cara yang dipilih
b) Jelaskan manfaat cara tersebut
c) Anjurkan klien menirukan peragan yang sudah dilakukan
d) Beri pujian pada klien perbaiki cara yang masih belum
sempurna
e) Anjurkan klien menggunakan cara yang sudah dilatih saat
marah/jengkel

21
h. TUK 8: Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol
perilaku kekerasan
Kriteria hasil:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama....x...pertemuan
diharapkan klien:

1) Keluarga klien dapat:


a) Menjelaskan cara merawat klien dengan perilaku kekerasan
b) Mengungkapkan rasa puas dalam merawat klien
c) Tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba cara yang
dilakukan
Intervensi:
1) Diskusikan pentingnya peran keluarga sebagai pendukung klien
untuk mengatasi perilaku kekerasan
2) Diskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi
perilaku kekerasan
3) Jelaskan pengertian, penyebab, akibat, dan cara merawat klien
perilaku kekerasan yang dapat dilaksanakan oleh keluarga
4) Peragakan cara merawat klien(menangani perilaku kekerasan)
5) Beri kesempatan keluarga untuk memperagakan ulang
6) Beri pujian kepada keluarga setelah peragaan.
i. TUK 9: Klien dapat menggunakan obat-obat yang diminum dan
kegunaannya (jenis, waktu, dosis dan efek)
Kriteria hasil
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama...x...pertemuan
diharapkan klien:
1) Klien dapat menjelaskan.
a) Manfaat minum obat
b) Kerugian tidak minum obat
c) Nama obat
d) Bentuk dan warna obat
e) Dosis yang diberikan kepadana

22
f) Waktu pemakian
g) Cara pemakian
h) Efek yang dirahasakan
Intervensi:
1) Jelaskan manfaat menggunakan obat secara teratur dan kerugian
jika tidak minum obat
2) Jelaskan kepada pasien:
a) Jenis obat(nama, warna, dan bentuk obat)
b) Dosis yang tepat untuk kien
c) waktu pemakian cara pemakian
d) cara pemakian
e) efek yang akan dirasakan klien
3) Anjurkan klien:
a) Minta dan menggunakan obat tepat waktu
b) Lapor ke perawat atau dokter jika mengalami efek yang tidak
biasa
c) Beri pujian apabila klien teratur minum obat

4. Implementasi
Menurut Keliat (2010), implemntasi keperawatan disesuaikan
dengan rencana tindakan keperawatan dengan memperhatikan dan
mengutamakan masalah utama yang aktual dan mengancam integritas
klien beserta lingkungannya. Sebelum melaksanakan tindakan
keperawatan yang sudah direncanakan, perawat perlu mmevalidasi
apakah rencana tindakan keperawtan masih dibutuhkan dan sesuai
dengan kondisi saat ini. Menurut Damaiyanti (2012), tindakan
keperawtan pada klien dengan perilaku kekerasan dengan menggunakan
pendekatan pelaksanaan(SP)
a. Untuk pasien
1) SP1 Pasien
a) Mengidentifikasi penyebab Pk
b) Mengidentifikasi tanda dan gejala PK

23
c) Mengidentifikasi PK yang dilakukan
d) Mengidentifikasi akibat PK
e) Menyebutkan cara mengontrol Pk
f) Melatih mencegah PK dengan cara fisik 1: tarik nafas dalam
g) Memasukan ke jadwal kegiatan harian

2) SP2 Pasien
a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
b) Melatih klien mengontrol PK dengan cara fisik 2: pukul kasur
dan bantal
c) Menganjurkan klien memasukkan kedalam kegiatan harian
3) SP3 Pasien
a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
b) Melatih mengontrol PK dengan cara sosial/verbal.
c) Menganjurkan klien memasukkan ke dalam kegiatan harian.
4) SP4 Pasien
a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
b) Melatih klien mengontrol PK dengan cara spritual.
c) Menganjurkan klien memasukkan kedalam kegiatan harian
5) SP5 Pasien
a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
b) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
c) Melatih klien mengontrol PK dengan minum obat.
d) Menganjurkan klien memasukkan ke dalam kegiatan harian.
b. Untuk keluarga
1) SP1 Keluarga
a) Mendiskusikan maslah dirasakan keluarga dalam merawat
klien
b) Menjelaskan pengertian PK , tanda dan gejala perilaku
kekerasan, serta proses terjadinya PK
2) SP2 Keluarga

24
a) Melatih keluarga mempraktikkan cara merawt klien dengan
PK.
b) Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada
klien PK
3) SP3 Keluarga
a) Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah
termasuk minum obat (discharge planning).
b) Menjelaskan follow up klien setelah pulang.

5. Evaluasi

Evaluasi menurut Keliat (2010) adalah proses yang berkelanjutan

untuk menilai efek dari tindakan keperawatan yang dilaksanakan.

Evaluasi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu evaluasi proses

atauformatif dan evaluasi hasil atausumatif yang dilakukan dengan

membandingkan respon pasien dengan tujuan yang telah ditentukan,

sedangkan menurut Direja (2011) evaluasi adalah proses berkelanjutan

untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada pasien. Evaluasi

dilakukan terus menerus pada respon pasien. Evaluasi dapat dilakukan

dengan menggunakan S.O.A.P diantaranya sebagai berikut :

S: Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah

dilaksanakan. Dapatdiukur dengan menanyakan: “Bagaimana

perasaan bapak setelah latihan nafas dalam?”

O: Respon objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah

dilaksanakan. Dapat diukur dengan mengobservasi perilaku pasien

pada saat tindakan dilakukan atau menanyakan kembali apa yang

telah diajarkan atau member umpan balik sesuai dengan hasil

observasi.

25
A: Analisis ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan

apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data

yang kontradiksi dengan masalah yang ada, dapat pula

membandingkan hasil dengan tujuan.

P: Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analis pada respon

klien yang terdiri dari tindak lanjut klien dan tindak lanjut perawat.

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Perilaku kekerasan merupakan ungkapan perasaan marah yang
mengakibatkan hilangnya kontrol diri yang mengakibatkan individu bisa
berperilaku menyerang atau melakukan suatu tindakan yang dapat
membahayakan diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Rentang respon adatif
ke maladatif ada sebagai berikut Asertif- Frustasi Pasif – Agresif – Amuk
/perilaku kekerasan. Penyebab perilaku kekerasan ada dua faktor antara lain
factor Predisposisi dan faktor Presipitasi. Tanda dan gejala perilaku kekerasan
muka merah dan tegang, tangan mengepal, postur tubuh kaku, bicara kasar,
suara tinggi, membentak atau berteriak, melempar atau memukul benda/orang
lain, menyerang orang lain. Pentalaksanaan medis pada klien dengan perilaku
kekerasan terdiri dari farmakoterapi, terapi okupasi, peran serta keluarga,
terapi somatik, terapi kejang listrik.
B. Saran

26
Diharapkan makalah ini bermanfaat bagi pembaca terutama mahasiswa
keperawatan diharapkan dapat menggunakan makalah ini sebagai referensi
untuk menambah pengetahuan tentang keperawatan jiwa dan diharapkan para
pembaca bisa memberikan kritik dan saran untuk dapat menjadikan kami
lebih baik lagi dalam penulisan makalah kami selanjutnya.

27
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B. A,. 2009. Model Praktek Keperawatan Jiwa Profesional. Jakarta : EGC
Kusumawati, farida. 2010.Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta :salemba medika

Ma’rifatul, lilik.2011.keperawatan jiwa.yogyakarta:graha ilmu

Maramis. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University


Press

Videbeck, Sheila L. 2008. Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta :EGC


Videbeck, Sheila L. (2001). Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Alih bahasa: Renata
Komalasari. Jakarta: EGC.

Yosep, I. 2012. Keperawatan Jiwa Edisi Revisi. Bandung : PT Refika Aditama


Yosep, I. (2007). Keperawatan Jiwa Bandung: Rafika Aditama.

Dermawan, Deden. (2013). Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja


Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Keliat, B. A. (2006). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. (Edisi 2). Jakarta:


EGC.

Anda mungkin juga menyukai