Makalah Kelompok 3 Imunosupresan Dan Imu
Makalah Kelompok 3 Imunosupresan Dan Imu
OLEH :
KELOMPOK III
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2013
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG ................................................................................. 1
B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................. 4
C. TUJUAN ...................................................................................................... 4
BAB II ..................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 5
A. IMUNOSUPRESAN .................................................................................... 5
1. Pengertian Imunosupresan ....................................................................... 5
2. Mekanisme Kerja dan Pilahan Obat Imunosupresan................................ 6
3. Obat-obat Imunosupresan....................................................................... 12
B. IMMUNOMODULATOR ......................................................................... 19
a) Metode uji aktivitas imunomoduator...................................................... 19
b) Persyaratan imunomodulator .................................................................. 18
c) Dasar fungsional paramunitas ................................................................ 18
C. ANTIHISTAMIN ....................................................................................... 19
1. Pengertian Antihistamin ......................................................................... 19
2. Penggolongan Obat Antihistamin........................................................... 24
3. Mekanisme Kerja Antihistamin.............................................................. 29
BAB III ................................................................................................................. 39
PENUTUP ............................................................................................................. 39
A. Kesimpulan ................................................................................................ 39
B. Saran ........................................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 42
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masa sekarang ini arti respon imun sudah lebih luas, yang pada
disebabkan oleh pengaruhfaktor dari luar tubuh atau zat asing. Aktivitassistem
penyakit.
luar tubuh kita. Saat terjadi serangan, biasanya antigen pada tubuh akan mulai
mekanisme inilah yang akan melindungi tubuh dari serangan berbagai mikro
penyakit. Ketika sistem imun tidak bekerja optimal, tubuh akan rentan
yang bermutasi atau ganas. Pada prinsipnya jika sistem imun seseorang
bekerja optimal, maka tidak akan mudah terkena penyakit, sistem
tubuh hingga mampu menangkal serangan virus, bakteri atau mikroba lainnya.
adalah kelompok obat yang digunakan untuk menekan respon imun seperti
sistem imun diperlukan pengatahuan yang lebih tentang sistem imun dan obat-
obat yang digunakan untuk mencegah atau mengobati ganguan tersebut seperti
debu, tungau, serbuk bunga sampai berbagai makanan yang kita konsumsi
masuknya suatu zat asing. Zat asing yang dinamakan alergen tersebut masuk
ke dalam tubuh melalui saluran nafas (inhalan) seperti debu, tungau, serbuk
seperti susu, telur, kacang-kacangan dan seafood. Di samping itu juga dikenal
alergen kontak yang menempel pada kulit seperti komestik dan perhiasan. Saat
alergen masuk ke dalam tubuh, sistem imunitas atau kekebalan tubuh bereaksi
Imunoglobulin E tersebut kemudian menempel pada sel mast (mast cell). Pada
menempel pada sel mast. Ikatan tersebut memicu pelepasan senyawa Histamin
ujung saraf sensorik. Senyawa Histamin yang teramat banyak juga bisa
obat antihistamin yang banyak dijual secara bebas. Efek samping dari
penglihatan kabur, namun jarang ada penderita yang mengalami hal tersebut.
Dewasa ini terdapat obat antihistamin generasi terbaru yang tidak berefek
sedatif (mengantuk) dan beraksi lebih lama, namun harganya lebih mahal dan
penderita kontak lagi dengan alergen, maka alergi akan muncul kembali. Oleh
karena itu, yang terbaik untuk mengatasi alergi adalah dengan menghindari
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
PEMBAHASAN
A. IMUNOSUPRESAN
1. Pengertian Imunosupresan
imun dengan jalan interaksi di berbagai titik dari sistem tersebut. Titik
yang dapat dihambat pula oleh efek sitostatis langsung. Lagi pula T-cells
terhadap limfosit.
Efek imunosupresi dapat dicapai dengan salah satu cara berikut: (1)
terbentuk sel plasma penghasil Ab, atau sel T yang tersensitisasi untuk
respons imun selular; dan (5) Menghentikan produksi Ab oleh sel plasma,
dua fase. Fase pertama adalah fase induksi, yang meliputi: (1) Fase
masing-masing untuk respons imun humoral dan selular. Fase kedua: fase
radiomimetic dan kortikosteroid (sinar X juga bekerja pada fase ini). Jika
maupun kelas II. Jadi golongan ini dapat menghasilkan imunosupresi bila
Klorambusil
Busulfan
Metotreksat
L-Melfalan
Azatioprin
D-Melfalan
6-Merkaptopurin (6-MP)
Glukokortikoid:
Sitarabin (ARA-C)
D. Prednison
5-Bromo-deoksiuridin (5- Siklofosfamid
E. Prednisolon BUdR)
Prokarbazin
F. Glukokortikoid lainnya 5-Fluoro-deoksiuridin (5-
FUdR)
Mitomisin C
5-Fluorourasil (5-FU)
Kolkisin
Vinblastin (VBL)
Fitohemaglutinin
Vinkristin (VCR)
Sinar-X
Siklosporin*
Dari obat yang tertera dalam tabel tersebut hanya beberapa saja
sensitivitas maksimal.
berlangsung.
AZATIOPRIN
Golongan : B
pada anak.
1x/hari
KOLSISIN
ORECOLFAI Fahrenheit K
Kolsisin 0,5 mg. In: lihat dosis. Ki: penyakit saluran kemih dan jantung
dan kerusakan ginjal disertai hematoria dan oliguria. Ds: artritis gout,
arthritis akut: dasis awal, 4,5-1,2 mg; diikute dengan 0,5 mg i setiap 2 jam
METOTREKSAT
untuk kanker payudara, kanker epidermoid kepala & leher, kanker paru
stadium lanjut (terutama jenis sel kecil & sel skuamosa). Sebagai terapi
hati alkoholik, atau penyakit hati kronis lainnya. Pasien dg diskrasia darah.
ascites, atau efusi pleura. Hati-hati penggunaan bersama ains. Io: preparat
mg/mz i.v. Pada had ke-1 & 8. Terapi induksi leukemia: 3,3 mg/mz dalam
antineoplastik. Km: dos 5 vial 5 mg/2 ml rp. ', 54.250,-; 5 vial 50 mg/2 ml
rp. 135.550,
bebas zat pengawet; 100 mg/ml dalam larutan steril, isotonik, bebas zat
destruen, dan hidatidiform mole. Ki. Gangguan fungsi ginjal, gizi buruk,
gangguan hati atau paru. Perh: harus diberikan oleh dokter pengalaman,
pasien harus diberitahu efek toksik clan bahaya obat; jangan diberikan
pada wanita hamil clan menyusui. Es: intoksikasi kulit, darah, sistem
seluruh gejala toksikasi harus sudah hilang, sebelum dimulai paket berikut,
diberikan bersama dengan obat sitosis lain; leukemia 3,3 mg/m2 secara
68.180,-
SIKLOFOSFAMID
Hitung sel darah harus dipantau selama terapi. ES: Mual, muntah. Depresi
minggu i.v. atau dosis terbagi secara oral. Dosis menengah: 400-600
mg/m2 (10-15 mg/kgBB) dosis tunggal per minggu i.v. Dosis tinggi: 800-
1600 mg/m2 20-40 mg/kgBB) dosis i.v, interval 10-20 hari. Km: Injeksi
200 mg vial Rp. 112.000; Injeksi 1000 mg vial Rp. 300.000; Tablet salut
mg/kgBB. Tablet: Sehari 1-4 tablet (50-200 mg). Km: Vial 200 mg Rp.
120.000; vial 500 mg Rp. 262.000; vial 1 g Rp. 380.000; dos 100 tablet
Rp. 390.000.
SIKLOSPORIN
SANDIMMUN SANDOZ K
jantung). Km: 5x10 kapsul lunak 25 mg Rp. 694.240,-; 5x10 kapsul lunak
melanoma, kanker paru dan tumor organ seks pada anak. Ds: Intravena:
Anak, 1,5-2,0 mg/m2; dewasa 0,4-1,4 mg/m2. Km: Vial 1 mg/ml Rp.
Tidak boleh diberikan secara i.m. atau s.c. Hati-hati terjadinya kompilkasi
0,4-1,4 mg/m2. Dapat diberikan dengan infuse i.v. atau injeksi langsung
2 ml Rp. 195.000,-
B. IMMUNOMODULATOR
mekanisme pertahanan tubuh baik secara spesifik maupun non spesifik, dan
semacam ini biasanya tidak atau sedikit sekali kerja antigennya, akan tetapi
yang berperan pada imunitas. Sel tujuan adalah makrofag, granulosit, limfosit
2. Uji granulosit
Percobaan in vitro dengan mengukur jumlah sel ragi atau bakteri yang
difagositir oleh fraksi granulosit yang diperoleh dari serum manusia.
b) Persyaratan imunomodulator
berikut:
4. Baik secara akut maupun kronis tidak toksik dan tidak mempunyai
pembebasan mediator.
2. Menstimulasi limfosit (yang berperan pada imunitas tetapi belum
C. ANTIHISTAMIN
1. Pengertian Antihistamin
masuknya sebuah benda asing. Ketika sebuah substansi tak dikenal masuk,
adalah suatu zat yang dihasilkan tubuh sebagai respons terhadap proses
peradangan atau alergi. Senyawa ini terlibat dalam tanggapan imun lokal,
selain itu senyawa ini juga berperan dalam pengaturan fungsi fisiologis di
sel darah putih dan protein lainnya. Hal ini akan mempermudah sel darah
sirkulasi darah yang tidak sempurna ini, maka diuresis dihalangi. Juga
ludah, asam dan getah lambung, air mata dan juga adrenalin. Dalam
keadaan normal jumlah histamin dalam darah adalah sedikit sekali,
lainnya.
saraf pusat.
generasi pertama, kedua, dan ketiga. Generasi pertama dan kedua berbeda
sedasi dan menimbulkan efek antikolinergik yang lebih nyata. Hal ini
kedua.Generasi kedua, lebih banyak dan lebih kuat terikat dengan protein
antihistamin yang lebih baik dengan efikasi tinggi serta efek samping lebih
histamine:
Antagonis Reseptor Histamin H1
a. Penggolongan alergi
yang terjadi, yaitu tipe I, II, III, dan IV. Kemudian Janeway dan
Travers merivisi tipe IV Gell dan Coombs menjadi tipe IVa dan IVb.
terikat pada membrane sel beraksi dengan IgG atau IgM dalam
(gangguan sistemis).
kontak.
sekuler (liimfosit-T)
berbentuk suatu rangkaian lurus, tetapi dapat pula merupakan bagian dari
”competitive inhibition”.
pruritus, dan relaksasi otot polos saluran cerna serta napas. Tak ayal secara
gejala rhinitis alergi reaksi fase awal, seperti rhinorrhea, pruritus, dan
sneezing. Tapi, obat ini kurang efektif untuk mengontrol nasal congestion
profil farmakologi yang lebih baik. Keduanya lebih selektif pada reseptor
perifer dan juga bisa menurunkan lipofilisitas, sehingga efek samping
pada SSP lebih minimal. Di samping itu, obat ini juga memiliki
intraseluler dalam sel. Obat ini menghambat reaksi alergi dengan bekerja
memiliki efek anti inflamasi. Hal ini terlihat dari studi in vitro
Efek ini tak ditemukan pada generasi sebelumnya, generasi pertama dan
kedua. Sehingga perlu dilakukan studi lebih lanjut untuk menguak misteri
dengan antigen yang spesifik dan sel mast melepas isinya yang
pada basofil dan sel mast, juga berikatan dengan kekuatan lebih rendah
dan hitung jenis sel, serta penghitungan serum IgE total dan IgE
spesifik.
4) Tes Kulit. Tes kulit berupa skin prick test (tes tusuk) dan patch test
bronkial.
Gigitan serangga.
Obat.
Serbuk sari.
Debu.
biasanya timbul setelah 30-90 menit setelah makan dan biasa disertai
dalam codfish adalah Gad c1 telah diisolasi dari fraksi miogen. Udang
seperti faktor keturunan, umur, jenis kelamin, pola makan, dan jenis
makanan awal yang diberikan pada bayi. Selain itu juga faktor lain
fisik yang berat , dan cuaca juga dapat memperberat gejala alergi yang
timbul.
terjadinya alergi makanan, dan paparan awal ini dapat terjadi baik pada
saat prenatal maupun postnatal. Pada individu dengan risiko tinggi
alergi makanan.
akibat bahan makanan lain seperti telur, ikan, udang, dan lain-lain akan
adalah daging ayam, daging babi, daging sapi, dan kentang. Dua puluh
lima persen anak yang alergi terhadap susu sapi juga alergi terhadap
ditinjau dari teori Blum dibedakan menjadi empat faktor, yaitu : faktor
perilaku.
e. Penyakit Alergi
1. Non Farmakologi
ngantuk, seperti loratadin, terfenadin dan cetrisin. Namun ada juga satu
juga dikenal sebagai pemicu nafsu makan. Penghambat sel mast yang
3. Pencegahan
alergi :
alergi anda.
alerginya.
keadaan darurat.
PENUTUP
A. Kesimpulan
berikut :
antikanker.
B. Saran
pertolongan pertama seperti minum air kelapa muda atau dengen segera
yang layak.
DAFTAR PUSTAKA
Janet L, Stringer, 2006, Konsep dasar farmakologi Edisi III, EGC, Jakarta.
Putra, I.B., 2008, Pemakain Anti Histamin Pada Anak, Fakultas Kedokteran-USU,
Medan.
Rengganis, Iris. Yunihastuti, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Sulistiawati L., dan Rostita, 2008, saat anak pilek terus-menerus, Qanita PT
Mizan Pustaka, Bandung.