macam kulit buah yang dilakukan setiap sore hari menghasilkan nilai yang
terfermentasi yang ditandai dengan nilai pH mendekati netral yaitu 6,5-7,5. Pupuk
Berdasarkan hasil pengamatan suhu pupuk organik cair kulit buah yang
dilakukan setiap sore hari hingga POC terfermentasi yang ditandai dengan suhu
yang sesuai yaitu 25-300C. Pupuk organik cair difermentasikan selama 10 hari.
24
25
Hasil pengamatan suhu POC dapat dilihat secara detail pada Tabel.2
menunjukkan hasil bahwa pupuk organik cair kulit jeruk memiliki kandungan C.
Organik, N. Total, bahan organik, P, dan Mg relatif tinggi. Pupuk organik cair kulit
apel memiliki kandungan Ca, C/N relatif tinggi. Pupuk organik cair kulit pisang
Hasil uji analisis POC dapat dilihat secara detail pada tabel 3.
C. N. Bahan
C/N P K Ca Mg
No Kode Organik total Organik
(%) (%) (%) (%) (%)
Lab (%) (%) (%)
PPK POC 2,88 0,05 57,6 4,98 0,7 0,37 0,030 0,004
443 PISANG
berpengaruh nyata pada umur 22 HST dan 32 HST, berpengaruh sangat nyata pada
umur 27 HST, begitu juga pengaruh pemberian pupuk organik cair menunjukkan
hasil berpengaruh sangat nyata pada umur 12 HST dan 32 HST, tidak berpengaruh
Tabel 4.
Tabel 4. Rerata tinggi tanaman (cm) akibat interaksi antara tiga varietas tanaman sawi
dengan pemberian macam pupuk organik cair pada berbagai umur pengamatan.
Tinggi Tanaman Pada Umur Pengamatan (cm)
Perlakuan
12 HST 17 HST 22 HST 27 HST 32 HST
S1P0 3,43 ab 4,24 a 5,00 a 5,61 a 6,36 a
S1P1 3,59abc 4,27 a 5,12 a 6,11 a 8,31 abcd
S1P2 3,19 a 3,77 a 4,44 a 5,33 a 7,58 abc
S1P3 3,39 ab 4,28 a 4,96 a 5,97 a 9,08 abcd
S2P0 3,88 abc 4,49 ab 5,20 a 6,18 a 6,97 ab
S2P1 4,22 bc 5,22 ab 6,19 a 7,44 ab 9,38 bcd
S2P2 4,09 abc 4,97 ab 5,90 a 7,11 a 8,83 abcd
S2P3 5,70 d 6,00 b 8,69 b 10,33 b 12,98 e
S3P0 3,47 ab 4,17 a 5,29 a 5,89 a 7,00 abc
S3P1 4,49 c 5,40 ab 6,30 a 7,33 ab 9,39 cd
S3P2 3,58 abc 4,42 ab 5,17 a 5,91 a 7,60 abcd
S3P3 3,69 abc 4,63 ab 5,49 a 6,58 a 10,60 de
BNJ α 5% 0,93 1,68 2,11 3,03 3,02
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang
sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut uji BNJ pada taraf α
5%.
rapa L) berbeda nyata, varietas S2 dengan pemberian pupuk kulit jeruk menunjukan
b. Jumlah Daun
tanaman sawi menunjukkan tidak berpengaruh nyata pada pengamatan jumlah daun
umur 12 HST dan 32 HST, berpengaruh nyata pada umur 17 HST, 22 HST dan 27
HST, begitu juga pengaruh pemberian pupuk organik cair menunjukkan hasil tidak
Uji rerata jumlah daun tanaman sawi lebih detail disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Rerata jumlah daun (helai) akibat pengaruh pemberian pupuk organik cair
terhadap tiga varietas tanaman sawi pada berbagai umur pengamatan.
Jumlah Daun Pada Umur Pengamatan (helai)
Perlakuan
12 HST 17 HST 22 HST 27 HST 32 HST
S1 7,00 b 6,97 c 6,53 c 6,14 c 5,83 c
S2 5,64 a 5,81 b 5,50 b 5,22 b 5,17 b
S3 5,61 a 5,61 a 5,50 a 5,03 a 4,92 a
BNJ α 5% 1,39 1,36 1,03 1,11 0,91
P0 6,30 b 6,33 b 5,96 a 5,56 ab 5,52 b
P1 5,74 a 5,81 a 5,81 a 5,56 ab 5,26 ab
P2 6,26 b 6,30 b 5,89 a 5,63 b 5,48 b
P3 6,11 b 6,22 b 5,78 a 5,19 a 5,00 a
BNJ α 5% 0,56 0,52 0,18 0,44 0,52
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang
sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut ujin BNJ pada taraf
α 5%.
yang nyata, dimana varietas tanaman S1 (Brassica chinensis) memiliki jumlah daun
dimana pada perlakuan tanpa dipupuk memiliki nilai jumlah daun lebih banyak.
tidak berpengaruh nyata pada pengamatan berat basah tanaman, begitu juga
Uji rerata berat basah per tanaman sawi lebih detail disajikan pada tabel 6.
Tabel 6. Rerata berat basah per tanaman (g) akibat interaksi antara tiga varietas tanaman
sawi dengan pemberian macam pupuk organik cair.
Berat Basah Per Tanaman
Perlakuan
(g)
S1P0(Brassica chinensis + tanpa pemupukan) 9,72 e
S1P1(Brassica chinensis + kulit buah pisang + bioaktivator) 5,40 abc
S1P2(Brassica chinensis + kulit buah apel + bioaktivator) 7,27 cd
S1P3(Brassica chinensis + kulit buah jeruk + bioaktivator) 4,80 a
S2P0(Brassica rapa L + tanpa pemupukan) 7,34 d
S2P1(Brassica rapa L + kulit buah pisang + bioaktivator) 7,55 d
S2P2(Brassica rapa L + kulit buah apel + bioaktivator) 8,47 de
S2P3(Brassica rapa L + kulit buah jeruk + bioaktivator) 6,85 bcd
S3P0(Brassica oleracea + tanpa pemupukan) 5,01 ab
S3P1(Brassica oleracea + kulit buah pisang + bioaktivator) 4,61 a
S3P2(Brassica oleracea + kulit buah apel + bioaktivator) 3,84 a
S3P3(Brassica oleracea + kulit buah jeruk + bioaktivator) 4,40 a
BNJ α 5% 1,93
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan berbeda
tidak nyata menurut uji BNJ pada taraf α 5%.
30
chinensis) berbeda nyata, dimana pada perlakuan tanpa dipupuk memiliki nilai berat
nyata.
Uji rerata berat kering pertanaman sawi lebih detail disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Rerata berat kering per tanaman (g) akibat interaksi antara tiga varietas tanaman
sawi dengan pemberian macam pupuk organik cair.
Berat Kering per Tanaman
Perlakuan
(g)
S1P0(Brassica chinensis + tanpa pemupukan) 1,47 c
S1P1(Brassica chinensis + kulit buah pisang + bioaktivator) 0,70 ab
S1P2(Brassica chinensis + kulit buah apel + bioaktivator) 1,10 bc
S1P3(Brassica chinensis + kulit buah jeruk + bioaktivator) 0,56 a
S2P0(Brassica rapa L + tanpa pemupukan) 1,22 c
S2P1(Brassica rapa L + kulit buah pisang + bioaktivator) 1,11 bc
S2P2(Brassica rapa L + kulit buah apel + bioaktivator) 1,42 c
S2P3(Brassica rapa L + kulit buah jeruk + bioaktivator) 1,08 bc
S3P0(Brassica oleracea + tanpa pemupukan) 0,67 ab
S3P1(Brassica oleracea + kulit buah pisang + bioaktivator) 0,47 a
S3P2(Brassica oleracea + kulit buah apel + bioaktivator) 0,43 a
S3P3(Brassica oleracea + kulit buah jeruk + bioaktivator) 0,55 a
BNJ α 5% 0,51
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan berbeda
tidak nyata menurut uji BNJ pada taraf α 5%.
chinensis) berbeda nyata, dimana pada perlakuan tanpa dipupuk memiliki nilai berat
nyata.
c. Klorofil (unit)
hasil berpengaruh sangat nyata, begitu juga pengaruh pemberian pupuk organik cair
Uji rerata jumlah klorofil tanaman sawi lebih detail disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Rerata klorofil daun akibat interaksi antara tiga varietas tanaman sawi dengan
pemberian macam pupuk organik cair.
Perlakuan Klorofil Daun (unit)
S1P0(Brassica chinensis + tanpa pemupukan) 36,47 abcd
S1P1(Brassica chinensis + kulit buah pisang + bioaktivator) 35,31 abc
S1P2(Brassica chinensis + kulit buah apel + bioaktivator) 34,47 ab
S1P3(Brassica chinensis + kulit buah jeruk + bioaktivator) 33,73 ab
S2P0(Brassica rapa L + tanpa pemupukan) 39,77 bcde
S2P1(Brassica rapa L + kulit buah pisang + bioaktivator) 37,11 abcd
S2P2(Brassica rapa L + kulit buah apel + bioaktivator) 27,31 a
S2P3(Brassica rapa L + kulit buah jeruk + bioaktivator) 32,84 ab
S3P0(Brassica oleracea + tanpa pemupukan) 47,31 de
S3P1(Brassica oleracea + kulit buah pisang + bioaktivator) 49,92 e
S3P2(Brassica oleracea + kulit buah apel + bioaktivator) 42,31 bcde
S3P3(Brassica oleracea + kulit buah jeruk + bioaktivator) 46,56 cde
BNJ α 5% 11,71
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan berbeda
tidak nyata menurut uji BNJ pada taraf α 5%.
berbeda tidak nyata, varietas S2 (Brassica rapa L) berbeda nyata, dimana pada
perlakuan tanpa dipupuk memiliki nilai klorofil daun tertinggi, sedangkan varietas
pengamatan berat basah akar. Sedangkan pengaruh secara terpisah antar varietas
33
tanaman sawi menunjukkan sangat berpengaruh nyata pada pengamatan berat basah
akar, begitu juga pengaruh pemberian pupuk organik cair menunjukkan hasil tidak
Uji rerata berat basah akar pertanaman lebih detail disajikan pada tabel 9.
Tabel 9. Rerata berat basah akar per tanaman (g) akibat pengaruh pemberian pupuk organik
cair terhadap tiga varietas tanaman sawi.
Perlakuan Berat Basah Akar Per Tanaman (g)
S1(Brassica chinensis) 0,86 b
S2(Brassica rapa L.) 1,25 c
S3(Brassica oleracea) 0,53 a
BNJ α 5% 0,07
P0(tanpa pemupukan) 0,94 b
P1(kulit buah pisang + bioaktivator) 0,89 b
P2(kulit buah apel + bioaktivator) 0,84 b
P3(kulit buah jeruk + bioaktivator) 0,63 a
BNJ α 5% 0,14
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan berbeda
tidak nyata menurut ujin BNJ pada taraf α 5%.
yang nyata, dimana varietas tanaman S2 (Brassica rapa L.) memiliki berat basah
akar per tanaman lebih tinggi dibandingkan varietas S1 (Brassica chinensis) dan S3
perbedaan yang nyata, dimana pada perlakuan tanpa dipupuk memiliki nilai berat
pengamatan berat kering akar. Sedangkan pengaruh secra terpisah antar varietas
34
menunjukkan berpengaruh nyata pada pengamatan berat kering akar, begitu juga
Uji rerata berat kering akar per tanaman sawi lebih detail disajikan pada
Tabel 10.
Tabel 10. Rerata berat kering akar per tanaman (g) akibat pengaruh pemberian pupuk
organik cair terhadap tiga varietas tanaman sawi.
Perlakuan Berat Kering Akar Per Tanaman (g)
S1(Brassica chinensis) 0,15 b
S2(Brassica rapa L.) 0,19 c
S3(Brassica oleracea) 0,13 a
BNJ α 5% 0,01
P0(tanpa pemupukan) 0,16 b
P1(kulit buah pisang + bioaktivator) 0,16 b
P2(kulit buah apel + bioaktivator) 0,16 b
P3(kulit buah jeruk + bioaktivator) 0,13 a
BNJ α 5% 0,02
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan berbeda
tidak nyata menurut uji BNJ α 5%.
perbedaan yang nyata, dimana varietas S2 (Brassica rapa L.) memiliki berat kering
akar per tanaman lebih besar dibandingkan varietas S1 (Brassica chinensis) dan S3
perbedaan yang nyata, dimana pada perlaukan P0 (tanpa pupuk), P1 (pupuk kulit
pisang), P2 (kulit apel) memiliki nilai berat kering akar per tanaman lebih tinggi.
35
KD -0,06 ns 1
0,70
BBT -0,16 ns -0,38 * 1
0,34 0,02
BKT -0,21 -0,40** 0,83 ** 1
0,21 ns 0,01 0,00
Keterangan : (+) : Korelasi positif, (-) : Korelasi negatif, TT : Tinggi tanaman, KD :
Klorofil daun, BBT: Berat basah tanaman, BKT : Berat kering tanaman.
** = berkolerasi sangat nyata
* = berkolerasi nyata
ns = berkolerasi tidak nyata
basah tanaman, berat kering tanaman dengan tinggi tanaman berkolerasi tidak
nyata, hasil analisa korelasi berat basah tanaman dengan klorofil daun berkolerasi
nyata dan berat kering tanaman dengan klorofil daun berkolerasi sangat nyata,
sedangkan pada hasil kolerasi berat kering tanaman dengan berat basah tanaman
Hasil analisa korelasi (tidak interaksi) lebih detail disajikan pada Tabel 12
Tabel 12. Analisa Korelasi (Tidak Interaksi)
JD BKA BBA
JD 1
BKA 0,30 ns 1
0,07
BBA 0,21 ns 0,53 ** 1
0,21 0,00
Keterangan : (+) : Korelasi positif, (-) : Korelasi negatif, JD : Jumlah daun, BKA : Berat
kering akar, BBA : Berat basah akar.
** = berkolerasi sangat nyata
* = berkolerasi nyata
ns = berkolerasi tidak nyata
Tabel 12 menunjukkan hasil analisa korelasi antara berat kering akar dan
berat basah akar dengan jumlah daun berkolerasi tidak nyata, sedangkan hasil
analisa korelasi berat basah akar dengan berat kering akar berkolerasi sangat nyata.
37
4.4 Pembahasan
dimanfaatkan daun atau bunganya sebagai bahan pangan yaitu sayuran, baik
varietas sawi diantaranya yaitu sawi caisin yang disebut juga sawi bakso dengan
nama latin Brassica rapa kelompok parachinensis, sawi pakcoy atau sawi sendok
dan sawi kailan dengan nama latin Brassica oleracea kelompok alboglabra. Agar
tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, tanaman sawi membutuhkan
bahan organik dapat mengurangi penggunaan kimia yang berbahaya bagi kesehatan
jika sering dikonsumsi. bahan organik yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan
dan perkembangan tanaman sawi dapat diberikan dari pupuk organik cair berbahan
yang meningkat setiap harinya, pada pengamatan pertama didapat hasil (3,71),
(3,60), (3,58), yang menunjukkan asam, hingga pengamatan terakhir didapat nilai
pH (13,93), (6,40), (8,47) yang menunjukkan basa. Suatu larutan dikatakan netral
apabila memiliki nilai pH = 7. Hal ini sesuai dengan pernyataan Yang (2013),
kisaran pH yang baik untuk pupuk organik cair yaitu 6,5 - 7,5 (netral). Jika
pH agak turun pada awal proses pengomposan karena aktivitas bakteri yang
38
dekomposisikan, maka pH bahan akan naik setelah beberapa hari dan kemudian
Sedangkan dilihat dari hasil pengamatan suhu POC yaitu p1 270C, P2 270C,
P3 260C. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tri dan Srikandi
(2013) dimana, kondisi suhu optimal pembuatan pupuk organik cair yaitu 25-300C.
Bila suhu atau temperatur terlalu tinggi maka mikroorganisme akan mati. Bila suhu
atau temperatur relatif lebih rendah maka mikroorganisme belum dapat bekerja atau
pupuk organik umumnya menghasilkan panas sehingga untuk menjaga suhu tetap
P2. Jika dibandingkan dengan hasil penelitian (Marjenah dkk. 2017) hasil analisis
POC kulit jeruk memiliki nilai N (5,21 %), P (0,647 %), K (0,360 %), Ca (0,233
%), Mg (0,009 %). Hasil uji analisis POC kulit pisang pada penelitian yang
dilakukan oleh (Ardiningtias, 2013) menunjukkan nilai N (0,17 %), P (0,010 %), K
(0,16 %), dimana hasil analisis POC kulit jeruk pada unsur hara Mg menunjukkan
nilai yang lebih tinggi dibandingkan hasil penelitian Marjenah dkk. Sedangkan pada
POC kulit pisang, hasil analisis unsur hara P dan K menunjukkan nilai yang lebih
pada pupuk organik cair dikarenakan bahan yang digunakan mengandung unsur
39
hara makro maupun mikro yang dibutuhkan tanaman. Tinggi rendahnya unsur hara
yang dihasilkan berpengaruh dengan bahan yang digunakan serta umur panen atau
kematangan pupuk organik cair. Nilai C/N yang dihasilkan termasuk kriteria tinggi,
dimana nilai C/N rasio sangat rendah (<5), rendah (5-10), sedang (11-15), tinggi
(16-25), sangat tinggi (>25). Tingginya rasio C/N menunjukkan bahwa bahan
organik dalam kandungan pupuk organik cair masih tinggi dan belum matang
Unsur hara makro dan mikro sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman.
Fungsi unsur hara makro diantaranya Nitrogen (N), merangsang pertumbuhan tanaman
secara keseluruhan, untuk sintesis asam amino dan protein dalam tanaman, merangsang
pertumbuhan vegetatif (warna hijau daun, panjang daun, lebar daun) dan pertumbuhan
vegetatif batang (tinggi dan ukuran batang). Phospat (P) pengangkutan energi hasil
pembentukan biji, merangsang pembelahan sel tanaman dan memperbesar jaringan sel,
(Leiwakabessy, 2013).
Selain unsur makro, tanaman juga memerlukan unsur mikro yaitu Kalsium (Ca)
dalam tanaman sebagai penguat dinding sel, memperbaiki vigor tanaman dan kekuatan
protein dan pembelahan sel (Sutandi, 2012). Magnesium merupakan bagian dari
klorofil yang berfungsi dalam proses fotosintesis, terlibat dalam pembentukan gula,
mengatur serapan unsur hara yang lain, sebagai carrier fosfat dalam tanaman,
40
Berdasarkan data analisis ragam tinggi tanaman 12-32 hspt yang dapat
dilihat pada tabel 4 menunjukkan adanya interaksi yang sangat nyata, Hal ini diduga
panjang akar pada tanaman, menurut Dewani (2012) perakaran tanaman yang kuat
akan mendukung proses penyerapan dan memperoleh unsur hara sebagai zat
tanaman. Perlakuan yang paling banyak memberikan pengaruh sangat nyata adalah
varietas sawi pakchoy dengan pupuk kulit jeruk hal ini dikarenakan pH yang
dimiliki pupuk organik cair kulit jeruk mendekati netral sehingga kandungan unsur
hara yang terkandung didalam pupuk organik cair dapat terurai dan diserap oleh
Malang dan Universitas Brawijaya Malang dapat disimpulkan bahwa pupuk kulit
jeruk memiliki nilai kandungan unsur hara relatif lebih tinggi dibandingkan lainnya
diantaranya yaitu C.organik, N.total, bahan organik, P dan Mg, dimana N. Total
Berdasarkan data analisis ragam jumlah daun 12-32 hspt yang dapat dilihat
pada tabel 5 tidak menunjukkan adanya interaksi antara varietas tanaman sawi
dengan pemberian pupuk organik cair. Jika dilihat dari tabel ujin BNJ pada taraf α
41
5% menjunjukkan bahwa varietas tanaman sawi caisim memiliki nilai rerata lebih
tinggi, sedangkan berdasarkan pemberian pupuk yang lebih bagus yaitu perlakuan
dedaunan lebih hijau dan mampu bertahan lama, sehingga untuk sejumlah tanaman
yang memiliki pertumbuhan tanaman lebih tinggi akan diikuti oleh jumlah daun
yang lebih banyak dan diameter batang yang lebih besar serta tingkat kehijauan
metabolisme dalam organ tumbuhan lebih baik dan dapat terpenuhi, sehingga
menunjukkan adanya interaksi yang sangat nyata, varietas sawi caisin tanpa
pemupukan memiliki nilai berat basah dan berat kering tanaman tertinggi. Hal ini
dikarenakan kandungan unsur hara yang terdapat di dalam tanah dapat diserap
dengan baik oleh tanaman tanpa adanya bahan pembatas dibandingkan dengan
pemberian pupuk organik yang terhambat penyerapan unsur haranya oleh tanaman
42
karena adanya pengaruh pH yang masam dan C/N yang terlalu tinggi, hal ini sesuai
dengan pernyataan yang terdapat di dalam Damanik dkk (2011) yang menyatakan
bahwa pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh dua faktor penting yaitu faktor
genetis dan faktor lingkungan. Hal ini juga sejalan dengan pernyataan dari Cahyono
(2013) yakni sifat biologis tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman sawi
adalah tanah yang banyak mengandung bahan organik (humus) dan bermacam-
macam unsur hara yang berguna untuk pertumbuhan tanaman, serta pada tanah
interaksi yang sangat nyata. Varietas sawi kailan dengan pupuk kulit pisang
memiliki klorofil daun relatif tertinggi. Hal ini diduga bahwa kedua perlakuan
yang kemudian berkontribusi dalam peningkatan nilai klorofil daun. Pupuk organik
tanaman dan penyerapan nitrogen dari udara, dapat meningkatkan vigor tanaman
sehingga tanaman menjadi kokoh dan kuat, meningkatkan daya tahan tanaman
pembentukan bunga dan bakal buah, mengurangi gugurnya dan, bunga, dan bakal
Berdasarkan analisis ragam pengamatan berat basah dan berat kering akar
menunjukkan tidak adanya interaksi antar varietas dan pemberian pupuk. Berat
pengamatan berat basah akar, begitu juga pengaruh pemberian pupuk organik cair
menunjukkan hasil tidak berpengaruh nyata. Sedangkan pada berat kering akar
menunjukkan varietas varietas sawi kailan berpengaruh nyata, begitu juga pengrauh
pemberian pupuk organik cair menunjukkan hasil tidak berpengaruh nyata. Hal ini
diduga kandungan unsur hara yang terdapat didalam tanah dapat diserap dengan
baik oleh akar tanpa adanya bahan pembatas dibandingkan dengan pemberian
pupuk organik yang terhambat penyerapan unsur haranya oleh akar karenanya
adanya pengaruh pH yang masam dan C/N yang terlalu tinggi (Damanik dkk,
2011). Kendala lain disebabkan oleh curah hujan yang terjadi selama penelitian