Anda di halaman 1dari 5

SISTEM PERADILAN PIDANA

Nama : Ni Komang Mega Sugiani

Nim : 1704551064

Kelas : B Reguler Pagi

Dosen : Dr. I Dewa Made Suartha, SH.,MH./

I Wayan Bela Siki Layang, SH.,MH.

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2019
Justifikasi pasal-pasal dalam KUHP dan KUHAP yang berkaitan dengan Pendekatan Sistem
Peradilan Pidana menurut Romli Atmasasmita.

1. Titik berat pada koordinasi dan sinkronisasi komponen peradilan pidana.


- Pasal 7 ayat (2) KUHAP menyatakan:
“Penyidik sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (1) huruf b mempunyai
wewenang sesuai dengan undang-undang yang menjadi dasar hukumnya masing-
masing dan dalam pelaksanaan tugasnya berada di bawah koordinasi dan pengawasan
penyidik tersebut dalam pasal 6 ayat (1) huruf a.”
- Pasal 105 KUHAP menyatakan:
“Dalam melaksanakan tugas penyelidikan, penyelidik dikoordinasi, diawasi dan diberi
petunjuk oleh penyidik tersebut pada Pasal 6 ayat (1) huruf a.”
- Pasal 107 KUHAP ayat (2) menjelaskan :
“Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf b dalam melakukan
penyidikan suatu perkara pidana wajib melaporkan hal. Itu kepada penyidik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a. Hal ini diperlukan dalam
rangka koordinasi dan pengawasan.”

2. Pengawasan dan pengendalian penggunaan kekuasaan oleh komponen peradilan


pidana
- Pasal 7 KUHAP ayat (2) menyatakan :
“Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf b mempunyai
wewenang sesuai dengan undang-undang yang menjadi dasar hukumnya masing-
masing dan dalam pelaksanaan tugasnya berada dibawah koordinasi dan pengawasan
penyidik tersebut dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a”.
- Pasal 22 KUHAP ayat (2) menyatakan :
“Penahanan rumah dilaksanakan di rumah tempat tinggal atau rumah kediaman
tersangka atau terdakwa dengan mengadakan pengawasan terhadapnya untuk
menghindarkan segala sesuatu yang dapat menimbulkan kesulitan dalam penyidikan,
penuntutan atau pemeriksaan di sidang pengadilan.”
- Pasal 276 KUHAP menyatakan :
“Dalam hal pengadilan menjatuhkan pidana bersyarat, maka pelaksanaannya
dilakukan dengan pengawasan serta pengamatan yang sungguh-sungguh dan menurut
ketentuan undang-undang”.
- Pasal 277 KUHAP ayat (1) menyatakan :
“Pada setiap pengadilan harus ada hakim yang diberi tugas khusus untuk membantu
ketua dalam melakukan pengawasan dan pengamatan terhadap putusan pengadilan
yang menjatuhkan pidana perampasan kemerdekaan”.
- Pasal 278 KUHAP menyatakan:
“Jaksa mengirimkan tembusan berita acara pelaksanaan putusan pengadilan yang
ditandatangani olehnya, kepala lembaga pemasyarakatan dan terpidana kepada
pengadilan yang memutus perkara pada tingkat pertama dan panitera mencatatnya
dalam register pengawasan dan pengamatan”.
- Pasal 280 KUHAP ayat (1) menyatakan :
“Hakim pengawas dan pengamat mengadakan pengawasan guna memperoleh
kepastian bahwa putusan pengadilan dilaksanakan sebagaimana mestinya.”
- Pasal 280 KUHAP ayat (2) menyatakan :
“Hakim pengawas dan pengamat mengadakan pengamatan untuk bahan penelitian
demi ketetapan yang bermanfaat bagi pemidanaan, yang diperoleh dari perilaku
narapidana atau pembinaan lembaga pemasyarakatan serta pengaruh timbal balik
terhadap nara pidana selama menjalani pidananya”.
- Pasal 283 KUHAP menyatakan :
“Hasil pengawasan dan pengamatan dilaporkan oleh hakim pengawas dan pengamat
kepada ketua pengadilan secara berkala”.
- Pasal 40 KUHP menyatakan :
“Jika seorang di bawah umur enam belas tahun mempunyai, memasukkan atau
mengangkut barang-barang denga melanggar aturan-aturan mengenai pengawasan
pelayaran di bagian-bagian Indonesia yang tertentu, atau aturan-aturan mengenai
larangan memasukkan, mengeluarkan, dan meneruskan pengangkutan barang-
barang, maka hakim dapat menjatuhkan pidana perampasan atas barang-barang itu,
juga dalam hal yang bersalah diserahkan kembali kepada orang tuanya, walinya atau
pemeliharanya tanpa pidana apapun.”
- Pasal 331 KUHP menyatakan :
“Barang siapa dengan sengaja menyembunyikan orang yang belum dewasa yang
ditarik atau menarik sendiri dari kekuasaan yang menurut undang-undang ditentukan
atas dirinya. atau dari pengawasan orang yang berwenang untuk itu, atau dengan
sengaja menariknya dari pengusutan pejabat kehakiman atau kepolisian diancam
dengan penjara paling lama empat tahun, atau jika anak itu berumur di bawah dua
belas tahun, dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.”

3. Efektivitas penanggulangan kejahatan lebih utama dari efisiensi penyelesaian


perkara
- Pasal 10 KUHP menyatakan:
Pidana terdiri atas:
a. Pidana pokok
1. Pidana mati
2. Pidana penjara
3. Pidana kurungan
4. Pidana denda
5. Pidana tutupan
b. Pidana tambahan
1. Pencabutan hak-hak tertentu
2. Perammpasan barang-barang tertentu
3. Pengumuman putusan hakim

4. Penggunaan hukum sebagai instrument dalam rangka memantapkan “the


administration of justice”.
- Pasal 279 KUHAP menyatakan :
“Register pengawasan dan pengamatan sebagaimana tersebut pada Pasal 278 wajib
dikerjakan, ditutup dan ditandatangani oleh panitera pada setiap hari kerja dan untuk
diketahui ditandatangani juga oleh hakim sebagaimana dimaksud dalam Pasal 277.”
- Pasal 416 KUHP menyatakan :
“Seorang pejabat atau orang lain yang diheri tugas menjalankan suatu jabatan umum
terus- menerus atau untuk sementara waktu, yang sengaja membuat secara palsu atau
memalsu buku buku-buku daftar-daftar yang khusus untuk pemeriksaan administrasi,
diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.”
- Pasal 75 KUHAP ayat (1) menyatakan :
(1) Berita acara dibuat untuk setiap tindakan tentang :
a. pemeriksaan tersangka
b. penangkapan
c. penahanan
d. penggeledahan
e. pemasukan rumah
f. penyitaan benda
g. pemeriksaan surat
h. pemeriksaan saksi
i. pemeriksaan di tempat kejadian
j. pelaksanaan penetapan dan putusan pengadilan
k. pelaksanaan tindakan lain sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang ini
- Pasal 18 ayat (1) KUHAP menyatakan :
“Pelaksanaan tugas penangkapan. dilakukan oleh petugas kepolisian negara Republik
Indonesia dengan memperlihatkan surat tugas serta memberikan kepada tersangka
surat perintah penangkapan yang mencantumkan identitas tersangka dan menyebutkan
alasan penangkapan serta uraian singkat perkara kejahatan yang dipersangkakan
serta tempat ia diperiksa.”
- Pasal 21 ayat (2) KUHAP menyatakan :
“Penahanan atau penahanan lanjutan dilakukan oleh penyidik atau penuntut umum
terhadap tersangka atau terdakwa dengan memberikan surat perintah penahanan atau
penetapan hakim yang mencatumkan identitas tersangka atau terdakwa dan
menyebutkan alasan penahanan serta uraian singkat perkara kejahatan yang
dipersangkakan atau didakwakan serta tempat ia ditahan.”

Anda mungkin juga menyukai