Anda di halaman 1dari 10

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI YANG DIKENAKAN KEPADA

KONSUMEN BARANG DAN JASA


DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pajak merupakan sumber utama pendapatan Negara. Pajak adalah
kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Udang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak dipungut oleh Negara, yang
dimana dalam hal ini diwakili oleh pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah. Pajak dipungut dari pihak-pihak yang disebut dengan Wajib Pajak,
Wajib Pajak merupakan orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak,
pemotong pajak , dan pemungut pajak , yang mempunyai hak dan kewajiban
perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
Pajak memiliki 2 (dua) fungsi, antara lain 1) fungsi budgeter (finansial) :
dalam fungsi ini pajak merupakan sumber keuangan Negara, sebab dilihat dari
peran pajak yang mendominasi penerimaan Negara dalam APBN; 2) fungsi
regulerend (mengatur) : pajak merupakan alat mengatur masyarakat, baik di
bidang ekonomi, sosial, maupun politik dengan tujuan tertentu. Pajak dapat di
golongkan ke dalan 3 golongan yaitu: 1) menurut sifat; 2) menurut sasaran
atau objeknya; dan 3) menurut kewenangan pemungutan. Menurut sifatnya
pajak dapat dibagi menjadi 2 yaitu pajak langsung dan pajak tidak langsung.
Pajak langsung adalah pajak-pajak yang bebannya harus di pikul sendiri oleh
wajib pajak. Sedangkan pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya
dapat dilimpahkan kepada orang dan hanya dikenakan pada hal-hal tertentu
atau peristiwa-peristiwa tertentu saja.
Menurut sasaran atau objeknya pajak dapat dibagi menjadi 2 yaitu Pajak
Subyektif dan Pajak Objektif. Pajak subyektif yaitu jenis pajak yang
dikenakan dengan yang pertama-tama memperhatikan keadaan pribadi wajib
pajak (subyeknya). Pajak Objektif adalah jenis pajak yang dikenakan dengan
pertama-tama memperhatikan atau melihat obyeknya, baik berupa keadaan
perbuatan atau peristiwa yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar
pajak. Menurut kewenangan pemungutan pajak dibagi menjadi 2 (dua) yaitu :
Pajak Pusat dan Pajak Daerah. Pajak Pusat yaitu pajak yang kewenangan
pemungutannya berada pada Pemerintah Pusat. Pajak-Pajak Pusat dikelola
oleh Direktorat Jenderal Pajak dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Pajak
Daerah adalah pajak yang kewenangan pemungutannya berada pada
Pemerintah Daerah. Melaksanakan pemungutan pajak berdasarkan Undang-
Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Pajak-pajak Pusat yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak meliputi
Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan
atas Barang Mewah (PPnBM), Bea Materai, Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB), dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). Pajak-
pajak pusat yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC)
meliputi kepabean dan cukai.
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan salah satu pajak yang
dibebankan kepada masyarakat. PPN adalah pajak yang dikenakan atas
konsumsi Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak di dalam daerah Pabean.
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) tercipta karena digunakannya faktor-faktor
produksi pada setiap jalur perusahaan dalam menghasilkan, menyalurkan dan
memperdagangkan barang atau dalam memberikan jasa. Tarif Pajak
Pertambahan Nilai adalah tarif tunggal yang berlaku atas penyerahan barang
kena pajak maupun jasa kena pajak.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, maka dapat ditemukan
beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu:
1. Apakah setiap konsumen barang atau jasa wajib dikenakan tarif PPn
sebesar 10%?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


Tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah setiap konsumen barang atau jasa wajib
dikenakan tarif PPn sebesar 10%
D. Metode Penelitian
1. Sifat Penelitian
Berdasarkan masalah yang diteliti, sifat penelitian yang digunakan
adalah penelitian normatif. Metode Penelitian Normatif merupakan
penilitian yang mengkaji studi dokumen yakni menggunakan berbagai
data sekunder seperti: peraturan perundang-undangan, keputusan
pengadilan, teori hukum, dan pendapat para sarjana.

2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah dengan melakukan
penelitian perpustakaan karena dalam penelitian hukum normatif
dibutuhkan data-data yang bersifat sekunder dapat dengan membaca
literatur hukum, bahan hukum. Bahan hukum dalam penilitian
kepustakaan ini dapat dibagi menjadi 3 yaitu
1. Bahan Hukum Primer
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945
b. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Perubahan
Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang
Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan
Atas Barang Mewah
2. Bahan Hukum Sekunder
Bahan Hukum Sekunder merupakan bahan hukum yang tidak
mengikat namun menjelaskan mengenai Bahan Hukum Primer
yang merupakan hasil olahan pendapat para ahli yang dapat
ditemukan dalam doktrin-doktrin yang ada di dalam buku ilmiah,
jurnal, seminar, internet yang berkaitan dengan masalah yang
diteliti.
3. Bahan Hukum Tersier
Bahan Hukum Tersier merupakan bahan hukum yang memberikan
penjelasan mengenai Bahan Hukum Primer dan Bahan Hukum
Sekunder seperti Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Kamus
Hukum

3. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dalam penelitian hukum normatif atau
penelitian doktrinal adalah studi dokumen dengan menelaah,
mengidentifikasi, mempelajari bahan hukum primer, bahan hukum
sekunder, bahan hukum tersier.

4. Teknik Analisis Data


Data yang diperoleh melalui studi dokumen di analisis secara
kualitatif yaitu dengan mewawancarai beberapa konsumen barang dan
jasa. Teknis analisis data ini mencangkup transkip hasil wawancara,
reduksi data, analisis, interprestasi data dan triangulasi. Dari hasil analisis
data tersebut yang kemudian dapat di tarik suatu kesimpulan. Proses
analisis data kualitatif berjalan dengan proses sebagai berikut:
- Mencatat hal-hal berkaitan dengan catatan lapangan.
- Mengumpulkan, memilah, mengklarifikasikan, membuat
ikhtisar, dan membuat indeks.
- Menganalisis data dengan menggali hubungan dan pola antar
data.

BAB II

TINJAUAN UMUM/PUSTAKA

1. Definisi Pajak

Pajak merupakan iuran rakyat kepada negara berdasarkan undang-


undang dengan tidak mendapat jasa timbal balik yang langsung dapat
ditunjuk dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum dan
pembangunan. Dari definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
pajak adalah iuran kepada negara yang terutang oleh yang wajib
membayarnya menurut peraturan perundang-undangan dengan tidak
mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang
gunanya untuk menyelenggarakan pemerintah. Berdasarkan Pasal 1 Angka
1 Undang-Undang No 28 Tahun 2007, Undang-Undang Tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan, maka pengertian pajak adalah kontribusi
wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara secara
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Menurut Prof. Dr. Rochmar Soemitro, SH., pajak adalah iuran


rakyat kepada kas negara berdasarkan undang undang dengan tiada
mendapat jasa timbal balik yang langsung dapat ditunjukkan dan yang
digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Sedangkan menurut Dr.
Soeparman Soemohamijaya, pajak adalah iuran wajib berupa uang atau
barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum
guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif dalam
mencapai kesejahteraan umum. Dari definisi-definisi tersebut, masyarakat
jelas harus ada bagi timbulnya pajak. Hal tersebut dapat dimengerti karena
pajak diadakan guna memenuhi kebutuhan bersama atau kepentingan
umum. Sementara itu kepentingan dan kebutuhan pribadi masing-masing
warga dipenuhi bukan dengan uang pajak. Oleh karena itu pajak
dipandang sebagai sebuah peralihan kekayaan dari satu pihak ke pihak
yang lain yakni dari rakyat selaku wajib pajak kepada pemerintah.

2. Jenis-Jenis Pajak

Jenis pajak banyak ragamnya. Keragaman ini tergantung dari sisi


mana kita melihatnya. Pembagian pajak dapat dilihat dari siapa yang
menanggung pajak, lembaga yang memungut dan sifatnya.

a. Jenis-Jenis Pajak Berdasarkan Pihak yang Menanggung

Berdasarkan pihak yang menanggung pajak dibedakan atas pajak


langsung dan tidak langsung

1. Pajak Langsung (Direct Tax) adalah pajak yang dikenakan


secara berkala terhadap seseorang atau badan usaha
berdasarkan ketetapan pajak. Pajak langsung dipikul sendiri
oleh wajib pajak. Contoh pajak langsung adalah pajak
penghasilan dan pajak bumi dan bangunan

2. Pajak Tidak Langsung (Indirect Tax) adalah pajak yang


dikenakan atas perbuatan atau peristiwa. Pemungutan pajak itu
dipungut tanpa surat penetapan pajak dan bisa dialihkan pada
pihak lain. Contoh pajak tidak langsung adalah pajak
pertambahan nilai, pajak penjualan dan cukai. Pada pajak
pertambahan nilai, pajak penjualan dan cukai yang memungut
adalah perusahaan dan yang menanggung adalah konsumen

b. Jenis-Jenis Pajak Berdasarkan Lembaga Pemungut

Sementara itu, berdasarkan lembaga pemungut, pajak dibedakan


atas pajak negara dan pajak daerah

1. Pajak Negara

Pajak Negara adalah pajak yang pemungutannya dilaksanakan


oleh pemerintah pusat. Pajak yang termasuk pajak negara
adalah pajak penghasilan, pajak tambahan nilai barang dan jasa
dari pajak penjualan atas barang mewah

2. Pajak Daerah

Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah


daerah baik oleh daerah tingkat I maupun oleh pemerinah
daerah tingkat II. Pajak daerah digunakan oleh pemerintah
daerah untuk membiayai rumah tangganya. Contoh pajak
daerah antara lain pajak pemotongan hewan, pajak radio, pajak
reklame, pajak kendaraan, pajak bermotor dan pajak hiburan

c. Jenis-Jenis Pajak Berdasarkan Sifatnya

Berdasarkan sifatnya, pajak dibedakan atas pajak subjektif dan pajak


objektif

1. Pajak Subjektif adalah pajak yang berpangkal pada subjeknya


(wajib pajak)

Contohnya: Pajak penghasilan dan pajak bumi bangunan

2. Pajak Objektif adalah pajak yang dipungut berdasarkan objeknya


tanpa memperhatikan wajib pajak

Contohnya: Pajak penjualan dan cukai

3. Fungsi Pajak

Pajak mempunyai peran yang cukup besar dalam kehidupan


bangsa. Ada beberapa fungsi pajak, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Fungsi Anggaran (Budgetair)


Fungsi Budgetair disebut sebagai fungsi utama pajak atau
fungsi fiskal yaitu suatu fungsi dimana pajak dipergunakan
sebagai alat untuk memasukkan dana secara optimal ke kas
negara berdasarkan undang-undang perpajakan yang berlaku.
Fungsi ini disebut fungsi utama karena fungsi inilah yang
secara historis pertama kali timbul. Disini pajak merupakan
sumber pembiayaan negara yang terbesar.

2. Sebagai Alat Pengatur (Regulerend)

Fungsi ini mempunyai pengertian bahwa pajak dapat dijadikan


sebagai insrumen untuk mencapai tujuan tertentu. Sebagai
contoh, ketika pemerintah berkeinginan untuk melindungi
kepentingan petani dalam negeri, pemerintah dapat menetapkan
pajak tambahan seperti pajak impor atau bea masuk atas
kegiatan impor komoditas tertentu

3. Sebagai Alat Penjaga Stabilitas

Pemerintah dapat menggunakan sarana perpajakan untuk


stabilitas ekonomi. Sebagian barang-barang impor dikenakan
pajak agar produksi dalam negeri dapat bersaing, Untuk
menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan menjaga agar defisit
perdagangan tidak semakin melebar, pemerintah dapat
menetapkan kebijakan pengenaan PPnBM terhadap impor
produk tertentu yang bersifat mewah. Upaya tersebut dilakukan
untuk meredam impor barang mewah yang berkonribusi
terhadap defisit neraca perdagangan.

4. Fungsi Redistribusi Pendapatan

Pemerintah membutuhkan dana untuk membiayai


pembangunan infrastruktur seperti jalan raya dan jembatan.
Kebutuhan akan dana itu dapat dipenuhi melalui pajak yang
hanya dibebankan kepada mereka yang mampu membayar
pajak. Namun demikian, infrastruktur yang dibangun tadi dapat
juga dimanfaatkan oleh mereka yang tidak mampu membayar
pajak.

Anda mungkin juga menyukai