Anda di halaman 1dari 10

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

“STATUS KEBERADAAN PRIVATE BEACH”

BIDANG KEGIATAN:
PKM ARTIKEL ILMIAH

DIUSULKAN OLEH:
1) NAMA KETUA:
I DEWA GEDE PRADNYA DWIDITYA 1704551162/2017
2) ANGGOTA KELOMPOK:
ANAK AGUNG MIRA CRYSYNTA ARDIYANTI 1704551096/2017
I WAYAN ANWAR NUGRAHA PUTRA 1704551242/2017

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2017
NAMA DAN BIODATA KETUA SERTA ANGGOTA KELOMPOK

KETUA KELOMPOK
Nama Lengkap : I Dewa Gede Pradnya Dwiditya
Nim : 1704551162
Fakultas/Departemen : Hukum/ Ilmu Hukum
Perguruan Tinggi : Universitas Udayana
ANGGOTA KELOMPOK
1. Nama Lengkap : I Wayan Anwar Nugraha Putra
Nim : 1704551242
Fakultas/Departemen : Hukum/ Ilmu Hukum
Perguruan Tinggi : Universitas Udayana

2. Nama Lengkap : Anak Agung Mira Crysinta Ardiyanti


Nim : 1704551096
Fakultas/Departemen : Hukum/ Ilmu Hukum
Perguruan Tinggi : Universitas Udayana

NAMA DAN BIODATA DOSEN PEMBIMBING


1. Nama Lengkap : A.A Gde Oka Parwata, S.H, M.Si
2. Fakultas/Departemen : Hukum/ Ilmu Hukum
3. Perguruan Tinggi : Universitas Udayana
4. Bidang Keahlian : Hukum Adat

KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang
Maha Esa atas limpahan anugrah dan berkah-Nya karena kami dapat menyelesaikan tugas
PKM Artikel Ilmiah yang berjudul ”STATUS KEBERADAAN PRIVATE BEACH”. Artikel
ini kami ajukan dalam kegiatan Latihan Ketrampilan Manajemen Mahasiswa (LKMM) 2017
Fakultas Hukum Universitas Udayana.
PKM Artikel Ilmiah ini telah kami susun dengan sebaik-baiknya dan mendapatkan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancarkan pembuatan PKM-AI ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan PKM-AI ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadiri bahwa PKM-AI kami ini masih ada
kekurangan baik dari kalimat-kalimatnya maupun kata bahasanya. Oleh karena itu kami
terbuka untuk menerima segala saran dan kritikan dari pembaca agak artikel kami ini dapat
diperbaiki.
Akhir kata kami berharap PKM AI kami tentang’’’ dapat bermanfaat bagi pembaca
dan juga dapat mengispirasi pembaca.

Denpasar, November 2017

Penyusun

STATUS KEBERADAAN PRIVATE BEACH


Pradnya Dwiditya, Mira Ardiyanti, dan Anwar
Fakultas Hukum, UNUD, Bali

ABSTRAK
Telah dilakukan pengamatan melalui metode studi kasus mengenai problema yang
ada, mengenai keberadaan private beach. Di mana dalam memperlajari studi kasus ini, kita
menggunakan 2 kasus, di mana kejadian tersebut di ambil di daerah Bali. Dalam 2 kasus
yang kami angkat, berlokasi di Karma Kandara dan Grand Hyatt. Selain menggunakan
metode studi kasus, kami juga mendapatkan informasi tambahan mengenai keberadaan
private beach ini dari pengamatan pribadi teman kami yang juga anggota dari kelompok
kami yang bernama Mira mengenai kebijakan private beach ini.
Key words: private beach, kasus, pengamatan pribadi.

I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Indonesia adalah negara yang terdiri dari beribu-ribu pulau, di mana setiap pulaunya
memiliki pantai dengan keindahannya masing-masing. Di mana pantai-pantai tersebut
memiliki daya tarik sendiri untuk menarik wisatawan lokal maupun internasional. Sehingga
banyak pengusaha yang berlomba-lomba untuk menanamkan modal mereka di wilayah
pinggir pantai melalui usaha perhotelan, restoran, dan sebagainya. Namun, banyak dari
investor tersebut yang memiliki usaha yang berada di pinggir pantai menganggap bahwa
pantai tersebut merupkan milik mereka. sehingga muncul istilah private beach sehingga ada
beberapa pihak yang menerapkan tarif tertentu untuk dapat mengunjungi pantai tersebut.
Apabila ada masyarakat umum yang asal masuk ke areal pantai apabila tidak membayar tarif
tersebut akan diusir oleh pihak penguasa yang mengakui bahwa pantai itu milik mereka.
Pantai merupakan tempat umum yang “tidak bertuan” di mana pantai tersebut boleh
digunakan oleh masyarakat umum karena pantai merupakan milik negara. Namun,
keserakahan dari pihak pengusaha yang menerapkan kebijakan private beach guna menabah
keuntungan mereka melarang masyarakat umum untuk mengunjungi pantai tanpa membayar
tarif dan izin dari pihak pengusaha. Seperti, beberapa pihak pengusaha yang mendirikan
usaha mereka di pinggir pantai khususnya di Provinsi Bali. Bali merupaka tujuan destinasi
wisatawan lokal maupun internasional. Salah satu yang menjadi tujuan wisatawan adalah
pantai. Pantai di Bali memiliki keindahan yang luar biasa.
Banyak usaha di Bali yang membangun di pinggir pantai menerapkan kebijakan
private beach yang secara langsung berdampak bagi masyarakat yang tinggal di wilayah
dekat pantai. Di mana pihak hotel melarang masyarakat untuk hanya sekedar lewat atau
mengunjungi pantai tersebut. Sehingga banyak pihak yang merasakan dirugikan oleh
kebijakan ini, karena pantai merupakan tempat umum yang boleh digunakan oleh masyarakat
umum.
Salah satu kasus yang ada adalah pengamatan pribadi dari teman saya yang juga
anggota kelompok kami, yaitu Mira. Ketika ia mengunjungi pantai Karma Kandara, ia
dicegat oleh pegawai hotel. Pegawai hotel itu mengatakan kepada Mira, bahwa Mira boleh
mengunjungi pantai itu jika mira adalah pengunjung dari hotel tersebut atau Mira harus
membayar minimum payment yang sudah ditetapkan pihak hotel. Pegawai hotel tersebut juga
mengatakan bahwa Pantai Karma Kandara adalah milik hotel atau yang diesbut private beach
Namun, yang menjadi pertanyaan ini adalah dimana peraturan atau surat izin yang
menyangkut kebijakan private beach ini dan diragukan keberadaannya sehingga banyak
masyarakat yang protes dengan hal ini. Apalagi masyarakat Bali yang kental akan budayanya
yang menempatkan pantai sebagai salah satu tempat yang dianggap sakral atau suci dan
sering digunakan untuk tempat acara keagamaan.

I.2. Rumusan Masalah


Berdasrkan penjelasan di atas, rumusan yang dapat kami angkat adalah:
1. Apakah pantai dapat dimiliki oleh seseorang atau kelompok?
2. Apakah ada peraturan atau surat izin yang menyatakan bahwa pantai bisa
dimiliki oleh seseorang atau kelompok?

I.3. Tujuan
Artikel llmiah ini bertujuan untuk:
1. Pemberi informasi kepada masyarakat tentang kebijkan Private Beach
2. Untuk mengetahui siapa saja pihak yang dirugikan dengan adanya Private Beach
3. Untuk mengkritik kebijakan Private Beach serta memberi solusi kepada semua
pihak.
4. Untuk mengetahui adanya peraturan atau izin yang memperbolehkan diadakannya
private beach.

I.4. Manfaat
Artikel ilmiah ini bermanfaat untuk:
1. Memberikan pemikiran baru kepada pembaca guna meperkaya wawasan mereka
terhadap kebijakan private beach ini.
2. Memberi informasi kepada masyarakat tentang kebijakan Private Beach bahwa
sampai saat ini izin kepemilikan Private Beach masih sangat diragukan.
3. Memberikan sumbangan pemikiran baru guna memecahkan permasalahan private
beach ini.

II. METODE PENELITIAN

II.1. Jenis Penelitian


Penelitian yang kami gunakan adalah penelitian empiris. Metode penelitian
empiris adalah meneliti secara langsung dan turun ke lapangan bagaimana hukum
bekerja pada masyrakat. Di mana kami memperoleh informasi dari pengamtan
pribadi.

II.2. Jenis dan Sumber Data


1. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh dari pengematan atau
penelitian langsung. Jadi, data yang kami peroleh untuk artikel ini adalah
melalui pengematan pribadi kami mengenai kebijakan private beach ini.
2. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh dari sumber yang
sudah ada. Jadi, sumber data sekunder yang kami ambil untuk artikel ini
adalah daro kasus-kasus yang sudah ada.

2.3. Teknik Pengumpulan Data


1. Observasi
Teknik pengumpulan data dengan cara observasi adalah pengumpulan data
dengan cara turun langsung ke lapangan. Jadi, kami turun langsung ke tempat
yang dinyatakan sebagai private beach.
2. Studi Kasus
Teknik pengumpulan data dengan cara studi kasus adalah pengumpulan data
dengan cara mempelajari kasus yang sudah pernah terjadi. Jadi, kami
mempelajari kasus-kasus yang sudah ada.

2.4. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data


Dalam hal ini, analisis data yang kami gunakan adalah secara kuantitaif. Di
mana kami tidak terikat dengan angka-angka melainkan dengan kasus-kasus yang
menyangkut dengan hukum.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


Private Beach dalam konteks ini diambil dari bahasa inggris, di mana private yang
berarti milik pribadi dan beach yang berarti pantai. Jadi, private beach berarti yang dimiliki
oleh seseorang atau kelompok. Beberapa waktu yang lalu, istilah ini sangat booming di tempat
yang menjadikan pantai sebagai tujuan destinasi wisatawan terutama wisatwan yang datang
dari luar negeri. Keindahan pantai mampu menarik minat wisatawan untuk berkunjung.
Dengan banyaknya minat wisatawan terhdap pantai, maka tidak banyak orang yang
memanfaatkan pantai sebagai objek yang dijadikan untuk mencari uang. Salah satunya dengan
kebijakan private beach. Di mana mereka membatasi orang-orang yang ingin masuk. Yang
hanya boleh masuk, apabila mereka pengunjung dari hotel (pihak hotel yang menerapkan
kebijakan private beach) dan apabila mereka membayar minimum payment yang telah
ditetapkan oleh pihak manajemen. Pantai adalah tempat umum yang hanya dimiliki oleh
negara untuk kepentingan masyarakat. Jadi, pantai adalah milik bersama yang boleh digunakan
oleh siapa saja. Dan sampai saat ini, belum ada atau belum diketahui tentang perijinan
memiliki sebuah pantai.
Di Daerah Bali, permasalahan ini sangat banyak dijumpai, khususnya daerah yang memiliki
pantai yang indah, seperti di Tanjung Benoa, Seminyak, Ungasan, dan sebagainya. Masalah-
masalah yang ada di Bali mengenai tentang kebijakan ini adalah:

1. Kasus di Karma Kandara


Berdasarkan pengalaman anggota kami, pihak management karma kandara beach club
melarang anggota kami untuk mengunjungi pantai tanpa melakukan transaksi (minimum
payment sebesar Rp. 250.000.00.- /orang) dan anggota kami tetap kukuh untuk mengunjungi
pantai karena menurut anggota kami bahwa pantai tidak ada yang memiliki dan pantai
merupakan tempat umum yang berhak dikunjungi oleh siapapun. Akan tetapi pihak
management beach club tetap tidak memberi anggota kami izin untuk mengunjungi pantai dan
langsung mengusir anggota kami secara paksa karena angota kami tidak ingin melakuan
transaksi. Anggota kami tentu keberatan dengan adanya minimum payment tersebut karena
harga yang dipatok terlalu tinggi dan tidak sesuai denganisi kantong pelajar dan hanya untuk
lewat saja. Teman anggota kami ingin mempertanyakan kepada pegawai tersebut mengenai
status private beach yang mereka terapkan tetapi anggota kami langsung diusir oleh pihak
manajemen pdahal temen kami belum sempat bertanya.

2. Kasus di Grand Hyatt


Selain dari pengalaman pribadi anggota kami, kami juga mempelajari sebuah kasus
yang kami temukan di salah satu situs yang ada di internet, mengenai kasus private beach.
Studi kasus yang kami pelajari ini, ada salah satu wisatawan lokal dan teman-temannya ( 4
orang ) yang sedang mengunjungi waterblow lalu mereka menyusuri pantai hingga pantai di
depan Grand Hyatt. Di mana salah satu dari mereka tiba-tiba mengalami sakit perut akibat
datang bulan (haid). Seketika security dari Grand Hyatt langsung datang menghampiri dan
langsung mengusir mereka. Lantas wisatawan lokal tersebut bertanya kepada security tersebut
apakah pantai tersebut hak milik dari pihak Grand Hyatt dan wisatawan tersebut tidak
menggunakan apalagi menyentuh properti milik Grand Hyatt, seperti kursi pantai. Secara
langsung security dari Grand Hyatt mengucapkan kata-kata kasar kepada wisatawan lokal itu
dan mengusir mereka secara kasar. Selain wisatawan lokal, Wisatawan asing juga diusir (bukan
pengunjung hotel Grand Hyatt).

Pantai sebagai RESNULIUS


Ada 2 konsepsi mengenai laut yaitu res nullius dan res communis.
Dimana menurut pandangan Res Nullius menganggap bahwa laut itu adalah sebuah
ranah yang tak bertuan, atau sebuah kawasan yang tidak ada pemiliknya. Karena adanya
konsepsi bahwa laut itu tidak ada pemiliknya, maka laut itu dapat dimiliki / diambil oleh
masing masing negara. Sedangakan menurut pandangan Res Communis menganggap bahwa
lauit itu merupakan milik masyarakat Dunia. Karena adanya konsepsi ini maka laut itu tidak
dapat dimiliki dan diambil secara individual oleh suatu negara. Maka dari itu laut harus
dipergunakan untukkepentingan semua negara dan laut tersebut terbuga bagi semua negara.
Dari 2 konsepsi tersebut kami dapat menyimpulkan yang berhak memiliki suatu
pantai adalah negara bukan pribadi. Walaupun keberandaan pantai pribadi sudah menjamur di
bali namun tetapi ijin dari penmbuatan private beach kami ragukan. Di samping itu sudah ada
batas batas hak milik suatu private beach namun kebanyakan pihak pemilik/pengelola
private beach tersebut melanggar atau melewati batas-batas dari yang seharusnnya. Sehingga
ini menyebabkan adanya pihak yang merasa di rugikan karena hanya untuk mengunjungi
pantai tersebut kita harus memenuhi persyaratannya yatu adanya minimum payment yang
biasanya sekitar 250-300 ribu dan ini merupakan harga yang lumayan mahal kalau hanya
untuk mengunjungi sutu pantai saja. Dimana dikatakan bahwa sebenarnya pantai tersebut
tidak dapat dimiliki secara individual maupun pribadi sehingga sebuah pantai tersebut bebas
di kunjungi oleh orang-orang(terbuka untuk umum), jikalu di kenakan bianya, biasanya
bianya yang dikenakan adalah retribus yang tak begitu mahal sekitaran 2.000 sampai dengan
5.000. Tetapi dengan catatan pantai tersebut dikelola oleh pemerintah bukan pribadi dan
diperuntukan bagi masyarakat.
Peraturan atau Undang-Undang yang terkait
Pada umumnya, ada pantai yang dikelola oleh pemerintah dan ada juga pantai yang
dikelola oleh pemerintah swasta, sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pantai yang dikelola
oleh pemerintah daerah yang juga sebagai tempat publik dikenakan biaya. Namun, biaya
yang dimaksud ini adalah dalam bentuk restribusi yang dikenakan kepada wisatawan sesuai
dengan peraturan yang berlaku. Namun, untuk pantai yang dikelola oleh pihak swasta
menerapkan “pantai berbayar”, di mana para wisatawan dikenakan tarif biaya dengan tujuan
untuk dana pengelolaan fasilitas yang ada di pantai sekaligus demi kemyamanan yang akan
diperoleh oleh para wisatawan.
Pantai merupakan salah satu tempat umum, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 26
Tahun 2007 tentang penataan ruang terbuka hijau. Di mana, ruang terbuka hijau dimiliki dan
dikelolah oleh pemerintah yang dipergunakan untuk kepentingan masyarakat umum. Ruang
terbuka hijau yang dimaksud, antara lain taman kota, taman pemakaman umum, jalur hijau,
pantai, dan sebagainya.
Menurut Pasal 17 ayat (4) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 di mana tempat
umum ( salah satunya pantai ) merupakan bagian dari pemanfaatan umum yang dipergunakan
oleh masyarakat, diantaranya kepentingan keagamaan, sekonomi, olah raga, rekreasi
pariwisata, sosial, dan ekonomi.
Pantai sebagai tempat umum dan juga disebut “pantai berbayar” di sini maksudnya
adalah restribusi atau biaya yang dikenakan kepada para wisatawan. Pengenaan biaya ini
diatur berdasarkan undang-undang yang berlaku, dengan syarat, pantai ini merupakan pantai
yang dikelola oleh pemerintah yang ditujukan kepada masyarakat umum.
Salah satu contoh pantai yang dikelola oleh pemerintah daerah, yaitu Peraturan
Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 15 Tahun 2011 mengenai biaya yang dikenakan kepada
masyarakat apabila mereka mengunjungi tempat rekreasi dan olahraga. Peraturan daerah ini
menetapkan besarnya biaya yang dikenakan bagi setiap pengunjung yang memasuki tempat
olah raga dan rekreasi, contohnya adalah pantai. Biaya yang dikenakan juga tidak terlalu
mahal, di mana biaya yang dikenakan berkisar Rp.3.000,00 untuk orang dewasa dan
Rp.2.000,00 untuk anak-anak (5 tahun ke bawah).
Sebenarnya restribusi daerah yang dikenakan kepada pengunjung pantai sudah diatur
dalam Pasal 1 angka 64 Undang-UndangcNomor 28 Tahun 2009 mengenai pajak daerah dan
restribusi daerah, di mana restribusi daerah yang dikenakan sebagai pembayaran atas jasa
atau pemberian izin.
Contoh lainnya adalah Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009
mengenai RTRWP (Rencana Tata Ruang dan Tata Wilayah Provinsi) sesungguhnya sudah
mengatur soal hak public di pantai. Disebutkan bahwa tidak boleh ada bangunan permanen
100 meter dari titik pasang tertinggi pantai. Sebenarnya peraturan ini bisa membatasi
kebijakan private beach di Bali, tetapi kenyataannya masih banyak hotel yang letaknya
sangat berdekatan dengan bibir pantai.
Pihak yang diuntungkan dan dirugikan dengan adanya Kebijakan Private Beach
Dengan diberlakukannya kebijakan private beach tentu menimbulkan dampak bagi
semua pihak. Ada dampak yang bersifat menguntungkan dan ada juga yang bersifat
merugikan.
1. Pihak yang diuntungkan
a. Para Pengusaha
Dengan adanya kebijakan private beach ini tentu akan menguntungkan
pihak pengusaha, karena dengan adanya private beach pihak hotel atau
restoran akan medapatkan bayar restribusi yang telah ditetapkan oleh
pihak pengusaha (minimum payment). Selain itu, pembelian makanan
serta minuman oleh para pengunjung dengan tariff yang cukup tinggi
sambil menikmati private beach akan menambah pemasukan mereka
melalui penjualan makanan dan minuman.

2. Pihak yang dirugikan


a. Masyarakat Umum
Dengan diberlakukannya kebijakan ini tentunya akan merugikan
masyarakat umum karena pantai sebagai tempat umum dan boleh
dipergunakan oleh masyrakat umum dibatasi oleh pihak yang
mengeluarkan kebijakan tersebut. Jadi masyarakat akan dikenakan
minimum payment yang cukup tinggi jika ingin memasuki areal
private beach itu. Tentu hal ini memberatkan masyrakat umum,
khususnya masyarakat sekitar pantai.
b. Nelayan
Dengan diberlakukannya kebijakan ini tentunya akan merugikan para
nelayan. Nelayan yang dari dulu sudah tinggal disana dan mencari
nafkah akan dibatasi oleh pihak manajemen. Seperti pihak manajemen
yang melarang nelayan untuk menyandarkan perahu mereka di areal
itu karena dianggap mengganggu.

Kesimpulan
Pantai merupakan salah satu tempat umum yang dimiliki oleh negara bukan individu
atau kelompok yang boleh dipergunakan oleh siapapun. Namun dengan seiring
berkembangnya zaman, para manusia berlomba-lomba untuk mendapatkan banyak keuntungan
bagaimana pun caranya. Salah satunya dengan kebijakan private beach ini, di mana pihak
pengusaha menerapkan kebijakan guna menarik para wisatawan khususnya wisatawan asing
dan untuk menambah keuntungan mereka. Tetapi, dengan adanya kebijakan ini masyarakat
umum khususnya masyarakat yang tinggal di sekitar wilayah pantai yang ditetapkan kebijakan
ini, hak mereka akan dibatasi untuk memanfaatkan fasilitas umum. Masyarakat yang ingin
berkunjung akan dikenakan minimum payment yang lumayan mahal selain itu para nealayan
juga akan diganggu mata pencaharian mereka, karena mereka tidak boleh menyandarkan
perahu mereka di kawasan private beach tersebut. Dengan berlakunya kebijakan private beach
juga timbul masalah akibat dari ketidakadilan bagi para pengunjung.
Oleh karena itu, peran pemerintah sangat diperlukan saat ini, karena pemerintah harus segera
membicarakan hal ini dan segera mengeluarkan peraturanyang tegas dan jelas mengenai
diperbolehkannya mengeluarkan kebijakan private beach. Karena sampai saat ini, masyrakat
umum tidak tau-menau mengenai diperbolehkannya atau diberi izinya kepada para pengusaha
hotel atau restoran mengenai kebijakan private beach ini yang lebih menguntungkan pihak
pengusaha.
Saran dari kami, agar pemerintah lebih peka terhadap masalah yang ada. Dan untuk masalah
yang satu ini, agar pemerintah segera mengeluarkan peraturan mengenai kebijakan private
beach ini secara tegas dan jelas.

Ucapan Terima Kasih


Pada pelaksanaan pembuatan PKM-AI ini kami selaku penulis dibantu oleh beberapa
pihak terkait, dalam kesempatan kali ini kami selaku penulis bermaksud mengucapkan banyak
terima kasih kepada Bapak Anak Agung Gde Oka Parwata, SH, M.Si selaku dosen
pembimbing pembuatan PKM-AI. Dan seluruh pihak yang turut membantu dalam
terlaksananya PKM-AI ini yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai