Anda di halaman 1dari 8

1.

Definisi

Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yang berarti personal yang artinya
perorangan dan hygieneberarti sehat. Kebersihan perorangan adalah suatu tindakan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis
(Tarwoto & Wartonah, 2010). Menurut Potter & Perry (2005), personal hygiene adalah suatu
tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan
psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan
perawatan kebersihan untuk dirinya. Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar
manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan
dan kesejahteraan sesuai kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan
dirinya jika tidak dapat melakukan diri (Depkes, 2000).

2. Etiologi
Menurut Depkes (2000), penyebab kurang perawatan diri adalah:
 Faktor Predisposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan
diri.
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidak pedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan
diri.
d. Sosial Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam
perawatan diri.
 Faktor presipitasi
Menurut Wartonah (2006) ada beberapa faktor persipitasi yang dapat
menyebabkan seseorang kurang perawatan diri. Faktor-faktor tersebut dapat
berasal dari berbagai stressor antara lain:
a. Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli
terhadap kebersihannya.
b. Praktik sosial
Pada anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan
terjadi perubahan pola personal hygiene.
c. Status sosial-ekonomi.
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat
gigi, shampoo, alat mandi yqang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting, karena pengetahuan yang baik
dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita Diabetes
Millitus ia harus selalu menjaga kebersihan kakinya.
3. Tanda dan Gejala
Menurut Fitria (2010), tanda dan gejala defisit perawatan diri adalah:
a. Mandi/hygiene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan, memperoleh atau
mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi, mendapatkan
perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi.
b. Berpakaian/berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil potongan pakaian,
menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar pakaian. Klien juga
memiliki ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian dalam, memilih pakaian,
menggunakan alat tambahan, menggunakan kancing tarik, melepaskan pakaian,
menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat yang
memuaskan, mengambil pakaian, dan mengenakan sepatu.
c. Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan, mempersiapkan
makanan, menangani perkakas, menguyah makanan, menggunakan alat tambahan,
mendapatkan makanan, membuka container, memanipulasi makanan dalam mulut,
mengambil makanan dari wadah lalu memasukannya ke mulut, melengkapi makanan,
mengambil gelas atau cangkir, serta mencerna cukup makanan dengan aman.
d. BAB/BAK
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendaptkan jamban atau
kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi pakaian untuk toileting,
membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar
kecil. Keterbatasan perawatan diri di atas biasanya diakibatkan karena stressor yang
cukup berat dan sulit ditangani oleh klien (klien bias mengalami harga diri rendah),
sehingga dirinya tidak mau mengurus atau merawat dirinya sendiri baik dal hal
mandi, berpakaian, berhias, makan, maupun BAB/BAK. Bila tidak dilakukan
intervensi oleh perawat, maka kemungkinan klien bisa mengalami masalah risiko
tinggi isolasi sosial.
4. Klasifikasi
Personal Hygiene merupakan salah satu tindakan keperawatan dasar yang rutin dilakukan
oleh perawat setiap dirumah sakit (Depkes RI< 1987). Tindakan tersebut meliputi :
a) Perawatan kulit kepala dan rambut serta seluruh tubuh.
b) Perawatan mata.
c) Perawatan hidung.
d) Perawatan telinga.
e) Perawatan gigi dan mulut.
f) Perawatan kuku tangan dan kaki.
g) Perawatan genetalia.
h) Perawatan tubuh (mandi).
5. Patofisiologi
Personal hygiene adalah suatu upaya yang dilakukan seseorang untuk memelihara
kebersihan diri. Personal hygiene dapat terganggu apabila individu sedang sakit. Selan
itu fasilitas yang kurang, kurangnya pengetahuan tentang personal hygiene yang tepat,
ekonomi yang kurang dan faktor lingkungan sekitar. Akibatnya individu akan mrngalami
defisit personal hygiene.
Apabila defisit personal hygiene individu terganggu, maka akan menimbulkan
dampak baik dilihat dari segi fisik maupun psikologis.
Dampak fisik yang mungkin muncul adalah:
a. Gangguan integritas kulit
b. Gangguan mukosa mulut
c. Infeksi pada mata dan telinga
d. Gangguan fisik pada kuku
Dampak psikologis yang mungkin muncul adalah:
a. Kebutuhan harga diri
b. Gangguan interaksi sosial
c. Aktualisasi diri
d. Gangguan rasa nyaman
e. Kebutuhan mencintai dicintai

6. Pathway

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari kadar pra
operasidan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.2.
b. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi3.
c. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
d. Urinalisis / kultur urine
e. Pemeriksaan elektrolit ( Doengoes M. 2010 )
8. Pengkajian Head to Toe
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2006), pemeriksaan fisik yang perlu dilakukan pada
masalah personal hygiene adalah:
1. Rambut
Keadaan kesuburan rambut, keadaan rambut yang mudah rontok, keadaan rambut yang
kusam
2. Kepala
Botak atau alopesia, ketombe, berkutu , adakah eritema, kebersihan
3. Mata
Apakah sclera ikterika, apakah konjugtiva pucat, kebersihan mata, apakah gatal atau
mata merah
4. Hidung
Adakah pilek, adakah alergi, adakah perdarahan , adakah perubahan penciuman,
kebersihan hidung, bagaimana membrane mukosa, adakah septum deviasi
5. Mulut
Keadaan mukosa mulut, kelembapannya, adakah lesi, kebersihannya
6. Gigi
Adakah karang gigi, kelengkapan gigi , pertumbuhan gigi, kebersihan
7. Kuku tangan dan kaki
Bentuknya bagaimana, warnanya, adakah lesi
8. Tubuh secara umum
Kebersihan, normal, postur tubuh
9. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
a. Defisit perawatan diri
b. Nyeri akut
c. Intoleransi aktifitas
10. Rencana Tindakan Keperawatan
a. Defisit perawatan diri
- Kemampuan mandi meningkat
- Kemampuan mengenakan pakaian meningkat
- Kemampuan makan meningkat
- Mempertahankan kebersihan diri meningkat
- Mempertahankan kebersihan mulut
b. Nyeri akut
- Keluhan nyeri menurun
- Kesulitan tidur menurun
- Perasaan takut mengalami edera berulang
- Frekuensi nadi membaik
- Pola nafas membaik
- Tekanan darah membaik
- Nafsu makan membaik
c. Intoleransi aktivitas
- Berjalan dengan langkah yang efektif meningkat
- Berjalan dengan langkah yang pelan meningkat
- Berjalan jarak pendek meningkat
- Nyeri saat berjalan menurun
- Keenggangan berjalan menurun
11. Intervensi Keperawatan
a. Defisit Perawatan Diri
- Observasi
1. Identifikasi usia dan budaya dalam membantu kebersihan diri
2. Identifikasi jenis bantuan yang dibutuhkan
3. Monitor kebersihan tubuh (mis. Mulut,rambut,kulit,kuku)
4. Monitor integritas kulit
- Terapeutik
1. Sediakan peralatan mandi (mis. Sabun,sikat gigi,shampo,pelembab)
2. Sediakan lingkungan aman dan nyaman
3. Fasilitasi mandi, sesuai kebutuhan
4. Fasilitasi menggosok gigi sesuai kebutuhan
5. Pertahankan kebiasaan mandi
6. Berikan bantuan sesuai tingkat kemandirian
- Edukasi
1. Jelaskan manfaat mandi dan dampak tidak mandi terhadap kesehatan
2. Ajarkan kepada keluarga cara memandikan pasien, jika perlu
b. Nyeri akut
- Observasi
2. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
3. Identifikasi skala nyeri
4. Identifikasi respon nyeri non verbal
5. Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas hidup
- Teraupetik
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(mis:TENS,hipnosis,terapi musik)
2. Fasilitasi istirahat tidur
- Edukasi
1. Jelaskan penyebab,periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
d. Intoleransi aktivitas
- Observasi
1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
2. Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulansi
3. Monitor kondisi umum selama melakukan ambulansi
- Terapeutik
1. Fasilitasi aktivitas ambulansi dengan alat bantu ( mis:tongkat,kruk)
2. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan ambulansi
- Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur ambulansi
2. Anjurkan melakukan ambulansi dini
3. Ajarkan ambulansi sederhana yang harus di lakukan
Daftar Pustaka

Doengoes, M.E. 2010. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien . Jakarta: EGC

Fitria , Nita. 2010. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Tarwoto & Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Ediai 3.
Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai