Anda di halaman 1dari 16

(RESUME KONSEP DAN ASKEP PEMENUHAN KEBUTUHAN KEBERSIHAN

DAN PERAWATAN DIRI)

(KEPERAWATAN DASAR)

Dosen Pengampu : Ns Ni Made Wedri,S.Kep,,M.Kes

Oleh :

Anak Agung Ayu Paramita Sari (04)


D-III Keperawatan
Kelas 1.1
NIM : P07120122004

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2022/2023
KONSEP DAN ASKEP PEMENUHAN KEBUTUHAN KEBERSIHAN DAN
PERAWATAN DIRI

1. Konsep Perawatan Diri

Personal hygiene atau kebersihan diri adalah upaya individu dalam memelihara
kebersihan diri yang meliputi kebersihan rambut, telinga, gigi dan mulut, kuku, kulit , dan
kebersihan dalam berpakaian dalam meningkatkan kesehatan yang optimal.

2. Faktor Yang Memengaruhi Hygiene Personal

Factor-faktor yang memengaruhi hygiene personal antara lain sebagai berikut:

a. Budaya. Sejumlah mitos yang berkembang di masyarakat menjelaskan bahwa saat


individu sakit, ia tidak boleh dimandikan karena dapat memperoleh penyakitnya.
b. Status social ekonomi. Untuk melakukan hygiene personal yang baik dibutuhkan
saran dan prasarana yang memadai, seperti kamar mandi, peralatan mandi, serta
perlengkapan mandi yang cukup (missal sabun, sikat gigi, sampo, dan lain-lain). Itu
semus tentu membutuhkan biaya. Dengan kata lain, sumber keuangan individu akan
berpengaruh pada kemampuannya mempertahakan hygiene personal yang baik.
c. Agama. Agama juga berpengaruh pada keyakinan individu dalam melaksanakan
kebiasaan sehari-hari. Agama Islam misalnya, umat Islam diperintahkan untuk selalu
menjaga kebersihan karena kebersihan adalah Sebagian dari iman. Hal ini tentu akan
mendorong individu untuk mengingat pentingnya kebersihan diri bagi kelangsungan
hidup.
d. Tingkat pengetahuan atau perkembangan individu. Kedewasaan seseoranng akan
memberi pengaruh tertentu pada kualitas diri orang tersebut, salah satunya adalah
pengetahuan yang lebih baik. Sebagai contoh, agar terhindar dari penyakit kulit, kita
harus mandi dengan bersih setiap hari, pada klien penderita DM ia harus
menjaga/mengontrol kadar gula darahnya dan jika sudah ada gangrene maka ia harus
mampu merawat dan menjaga kebersihan kakinya.
e. Status Kesehatan. Kondisi sakit atau cedera akan menghambat kemampuan individu
dalam melakukan perawatan diri. Hal ini tentunya berpengaruh pada tingkat
kesehatan individu. Individu akan semakin lemah yang pada akhirnya jatuh sakit.
f. Kebiasaan. Ini ada kaitannya dengan kebiasaan individu dalam menggunakan produk-
produk tertentu dalam melakukan perawatan diri, misalnya menggunakan showers,
sabun padat, sabun cair, sampo, dan lain-lain.
g. Cacat jasmani/metal bawaan. Kondisi cacat dan gangguan mental menghambat
kemampuan individu untuk melakukan perawatan diri secara mandiri.
Adapun sikap seseorang melakukan personal hygiene dipengaruhi oleh sejumlah
factor antara lain sebagai berikut :

a) Citra tubuh
Penampilan umum klien dapat menggambarkan pentingnya hygiene pada orang
tersebut. Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang penampilan
fisiknya. Citra tubuh ini sering berubah. Citra tubuh memengaruhi cara
mempertahankan hygiene. Jika seorang klien rapi sekali maka perawat
mempetimbangkan rincian kerapian ketika merencanakan keperawatan dan
berkonsultasi pada klien sebelum membuat keputusan tentang bagaimana memberikan
perawatan hygiene. Oleh karena citra tubuh klien dapat berubah akibat pembedahan
atau penyakit fisik maka perawat harus membuat suatu usaha ekstra untuk
meningkatkan hygiene.
b) Praktik social
Kelompok-kelompok social wadah seorang klien berhubungan dapat memengaruhi
praktik hygiene pribadi. Selama masa kanak-kanak, mereka mendapatkan praktik
hygiene dari orang tua mereka. Kebiasaan keluarga, jumlah orang di rumah dan
ketersediaan air panas atau air mengalir hanya merupakan beberapa factor yang
memengaruhi perawatan kebersihan.
c) Status social ekonomi
Sumber daya ekonomi seseorang memengaruhi jenis dan tingkat praktik kebersihan
yang digunakan. Perawat harus menentukan apakah klien dapat menyediakan bahan-
bahan yang penting seperti deodorant, sampo, pasta gigi, dan kosmetik. Perawat juga
harus menentukan jika penggunaan produk-produk ini merupakan bagian dari
kebiasaan social yang dipraktikkan oleh kelompok social klien.
d) Pengetahuan
Pengetahuan tentang pentingnya hygiene dan implikasinya bagi Kesehatan
memengaruhi praktik hygiene. Kendati demikian, pengetahuan itu sendiri tidaklah
cukup. Klien juga harus termotivasi untuk memelihara perawatan diri. Sering kali,
pembelajaran tentang penyakit atau kondisi mendorong klien untuk meningkatkan
hygiene. Pembelajran praktik tertentu yang diharapkan dan menguntungkan dalam
mengurangi risiko kesehatan dapat memotivasi seseorang untuk memenuhi perawatan
yang perlu.
e) Kebudayaan
Kepercayaan kebudayaan klien dan nilai pribadi memengaruhi perawatan hygiene.
Orang dari latar kebudayaan yang berbeda mengikuti praktik keperawatan diri yang
berbeda pula. Di Asia kebersihan dipandang penting bagi Kesehatan. Di negara-
negara Eropa, bagaimana pun, hal ini biasa untuk mandi secara penuh hanya sekali
dalam seminggu.
f) Pilihan pribadi
Setiap klien memiliki kegiatan individu dan pilihan tentang kapan untuk mandi,
bercukur, dan melakukan perawatan rambut. Klien memilih produk yang berbeda
(misalnya sabun, sampo, deodorant dan pasta gigi) menurut pilihan pribadi.
g) Kondisi fisik
Orang yang menderita penyakit tertentu (missal kanker tahap lanjut) atau menjalani
operasi seringkali kekurangan energi fisik atau ketangkapan untuk melakukan hygiene
pribadi.
3. Pengkajian Keperawatan Diri

Pengkajian perawat tentang bibir, gigi, mukosa mulut, gusi, langit-langit, dan lidah
klien. Perawat memeriksa semua daerah ini dengan hati-hati tentang warna, hidrasi, tekstur,
dan lukanya. Klien yang tidak mengikuti praktik hygiene mulut yang teratur akan mengalami
penurunan jaringan gusi, gusi yang meradang, gigi yang hitam (khususnya sepanjang margin
gusi), karies gigi, kehilangan gigi, dan halitosis. Rasa sakit yang dilokalisasi adalah gejala
umum dari penyakit gusi atau gangguan gigi tertentu. Infeksi pada mulut melibatkan
organisme seperti Treponeme Pallidum, Neisseria gonorrheai, dan hominis virus herpes.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, jika klien hendak memperoleh radiasi atau
kemoterapi, sangat penting mengumpulka data dasar mengenai keadaan rongga mulut klien.
Hal ini berfungsi sebagai dasar untuk perawatan preventif bagi klien saat melewati
pengobatan.

Pengkajian rongga mulut klien dapat menunjukkan perubahan actual atau potensial
dalam integritas struktur mulut. Diagnosis keperawatan yang berhubungan dapat
merefleksikan masalah atau komplikasi akibat perubahan rongga mulut. Penemuan perawat
juga menunjukkan kebutuhan klien untuk bantuan perawatan mulut karena deficit perawatan
diri. Identifikasi diagnosis yang akurat memerlukan seleksi factor yang berhubungan dengan
penyebab masalah klien. Perubahan pada mukosa mulut akibat pemaparan radiasi misalnya
akan memerlukan intervensi berbeda daripada kerusakan mukosa akibat penempatan slang
endotrakea.

Riwayat Keperawatan

Tanyakan tentanng pola kebersihan individu sehari-hari, sarana dan prasarana yang
dimiliki, serta factor-faktor yang memengaruhi hygiene personal individu baik factor
pendukung maupun factor pencetus.

Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik, kaji hygiene personal individu, mulai dari ekstremitas atas
sampai bawah,

a. Rambut. Amati kondisi rambut (warna, tekstur, kuantitas), apakah yampak kusam?
Apakah ditemukan kerontokan?
b. Kepala. Amati dengan seksama kebersihan kulit kepala. Perhatikan adanya ketombe,
kebotakan, atau tanda-tanda kemerahan.
c. Mata. Amati adanya tanda-tanda icterus, konjungtiva pucat, secret pada kelopak mata,
kemerahan, atau gatal-gatal pada mata.
d. Hidung. Amati kondisi kebersihan hidung, kaji adanya sinusitis, perdarahan hidug,
tanda-tanda pilek yang tidak kunjung sembuh, tanda-tanda alergi, atau perubahan
pada daya penciuman
e. Mulut. Amati kondisi mukosa mulut dan kaji kelembapannya. Perhatikan adanya lesi,
tanda-tanda radang gusi/sariawan, kekeringan, atau pecah-pecah, tidak lengkap, atau
gigi palsu
f. Telinga. Amati kondisi dan kebersihan telinga. Perhatikan adanya serumen atau
kotoran pada telinga, lesi, infeksi, atau perubahan daya pendengaran.
g. Kulit. Amati kondisi kulit (tekstur, turgor, kelembapan) da kebersihannya. Perhatikan
adanya perubahan perubahan warna kulit, stria, kulit keriput, lesi atau pruritus.
h. Kuku tangan dan kaki. Amati bentuk dan kebersihan kuku. Perhatikan adanya
kelainan atau luka.
i. Genitalia. Amati kondisi dan kebersihan genitalia pada area perineum. Perhatikan
pola pertumbuhan rambut pubis. Pada laki-laki, perhatikan kondisi skrotum dan
testisnya.
j. Hygiene personal secara umum. Amati kondisi dan kebersihan kulit secara umum.
Perhatikan adanya kelainan pada kulit atau bentuk tubuh.
Penetapan Diagnosis

Diagnosis keperawatan umum untuk klien dengan masalah perawatan hygiene adalah
deficit perawatan diri. Lebih lanjut, diagnosis tersebut terbagi menjadi empat (Kozier, 2004),
yaitu Defisit perawatan diri:makan/hygiene, Defisit perawatan diri: berpakaian/berhias,
Desifit perawatan diri: eliminasi, dan diagnosis umum lain yang muncul Gangguan
integritas kulit dan Gangguan citra tubuh.

Perencanaan dan Implementasi

Menyusun rencana keperawatan untuk klien yang membutuhkan hygiene mulut


termasuk mempertimbangkan pilihan, status emosional, sumber daya ekonomi, dan
kemampuan fisik klien. Perawatan harus membina hubungan yang baik dengan klie untuk
emmbantu praktik hygiene mulut. Beberapa klien sangat sensitif tentang kondisi mulut
mereka dan enggan membiarkan orang lain merawat. Dalam banyak kasus, klien (seperti
yang terkena diabetes dan kanker) juga tidak sadar bahwa mereka beresiko penyakit gigi dan
periodontal dan karenanya memerlukan Pendidikan ekstensif. Klien yang mengalami
perubahan mukosa akan memerlukan perawatan jangka panjang. Hasil tidak dapat terlihat
untuk beberapa hari atau minggu. Keluarga daoat memainkan peranan penting dalam
pembelajaran bagaimana untuk memeriksa rongga mulut klien terhadap perubahan dan
memberikan hygiene mulut meliputi sebagai berikut.

a) Klien akan memiliki mukosa mulut utuh yang terhidrasi baik


b) Klien mampu melakukan sendiri perawatan hygiene mulut dengan benar
c) Klien akan mencapai rasa aman
d) Klien akan memahami praktik hygiene mulut
Rencana asuhan keperawatan untuk kliem dengan gangguan hygiene personal harus
meliputi beberapa pertimbangan, yaitu hal-hal yang disukai klien, kesehatan klien, serta
keterbatasan yang dimilikinya. Selain itu, perawat juga perlu mempertimbangkan waktu yang
tepat untuk memberikan asuhan serta fasilitas dan tenaga yang tersedia.

Implementasi untuk hygiene mulut yang baik termasuk kebersihan, kenyamanan,, dan
kelembapan struktur mulut. Perawatan yang tepat mencegah penyakit mulut dan kerusakan
gigi. Klien di rumah sakit atau fasilitas perawatan jangka Panjang sering kali tidak menerima
perawatan agresif yang mereka butuhkan. Perawatan mulut harus diberikan teratur dan setiap
hari. Frekuensi Tindakan hygiene bergantung pada rongga mulut klien.

1) Deficit perawatan diri: mandi/hygiene berhubungan dengan:


a) Kurangnya koordinasi, sekunder akibat (sebutkan)
b) Kelemahan otot, sekunder akibat (sebutkan)
c) Paralisis Sebagian atau total, sekunder akibat (sebutkan)
d) Keadaan koma
e) Gangguan visual, sekunder akibat (sebutkan)
f) Tidak berfungsinya atau hilangnya ekstremitas
g) Peralatan eksternal (sebutkan) (gips, bidai, penyokong, alat intravena)
h) Kelelahan dan nyeri pascaoperasi.
i) Deficit kognitif,
j) Nyeri
Kriteria Hasil

Individu akan melakukan aktivitas mandi pada tingkatan yang optimal sesuai dengan
harapan atau mengungkapkan kepuasan atas keberhasilan yang dicapai meski dengan
keterbatasan yang dimiliki.

Indicator

a. Mengungkapkan kenyamanan dan kepuasan dengan kebersihan tubuh


b. Mendemostrasikan kemampuan menggunakan peralatan adaptif
c. Menjelaskan factor penyebab untuk deficit kemampuan mandi
Intervensi Umum

a. Kaji factor penyebab (missal keterbatasan atau gangguan pada ekstremitas, gangguan
visual). Rasionalnya adalah ketidakmampuan untuk melakukan perawatan duru
menimbulkan perasaan ketergantungan dan konsep diri yang rendah.
b. Beri kesempatan klien untuk mempelajari Kembali atau beradaptasi dengan aktivitas
perawatan diri. Rasionalnya dengan meningkatkan kemampuan merawat diri, harga
diri akan meningkat
c. Lakukan intervensi umum untuk klien dengan ketidakmampuan untuk mandi
1. Jaga suhu kamar mandi tetap hangat, cari tahu suhu air yang disukai individu
2. Berikan privasi selama mandi
3. Jaga agar kondisi lingkungan sederhana tidak berantakan
4. Observasi kondisi kulit selama mandi
5. Letakkan seluruh peralatan mandi di tempat yang mudah dijangkau
6. Untuk klien dengan gangguan penglihatan, letakkan seluruh peralatan
ditempat letak pandang klien atau pada tempat yang paling sesuai untuk klien.
7. Berikan pengamanan di kamar mandi (keset antislip, pegangan)
8. Jika klien mampu secara fisik, anjurkan ia untuk emnggunakan bak mandi atau
shower,
9. Berikan peralatan adaptif sesuai kebutuhan (missal spons, dengan tangkai
yang panjang, balok pegangan di dinding kamar mandi, semprotan shower
yang dapat dipegang)
10. Untuk klien yang kehilangan anggota gerak, inspeksi sisa kaki atau punting
guna melihat integritas kulit. Mandikan bagian punting dua kali sehari dan
yakinkan bagian tersebut kering sebelum dibungkus atau dipasangkan protesis.
11. Berikan obat pereda nyeri yang bisa memngaruhi kemampuan untuk mandi
sendiri
d. Berikan penyuluhan kesehatan dan rujukan, sesuai indikasi
5. Rencana Tindakan Keperawatan

a) Memandikan pasien di atas tempat tidur

Persiapan Alat

1) Dua buah kom berisi air dua pertiga bagian


2) Tiga buah waslap
3) Dua buah handuk
4) Sampiran
5) Sabun dalam tempatnya
6) Kamper spiritus dan bedak tabur
7) Peralatan untuk menggosok gigi
8) Pakaian bersih
9) Sisir
10) Botol berisi air untuk membilas sesudah BAB dan BAK
11) Kertas kloset
Persiapan Klien

Jelaskan pada klien tentang tujuan dan prosedur Tindakan yang akan dilakukan

Cara kerja

1) Cuci tangan
2) Tutup pintu dan pasang sampiran
3) Tutp selimut pada bagian kaki tempat tidur
4) Bantu klien menyikat gigi
5) Tawarkan klien untuk BAB atau BAK
6) Membasuh wajah klien
a) Bentangkan handuk di bawah kepala
b) Bersihkan mata klien tanpa menggunakan sabun
c) Basuh wajah dan telinga klien dengan waslap dan keringkan dengan handuk
d) Cuci lengan klien
e) Lepas pakaian bagian atas
f) Bentangkan handuk memanjang di sisi kiri sampai menutupi bagian depan
kedua lengan
g) Basuhkan lengan dan ketiak, nila minimal tiga kali
h) Keringkan lengan denga handuk
7) Membasuh dada dan perut
a) Angkat kedua lengan dan letakkan di samping kepala
b) Ubah tata letak kedua handuk sehingga leher, dada, dan perut dapat
dibersihkan
c) Basuh leher, dada, dan perut kemudian keringkan dengan handuk atas
d) Taburkan bedak tipis-tipis pada leher, dada, ketiak dan perut
8) Membasuh punggung
a) Tutup bagian depan tubuh dengan handuk bawah
b) Tanggalkan pakaian dalam
c) Bantu klien miring ke kiri
d) Bentangkan handuk atas memangjang di bawah punggung
e) Basuh punggung dengan waslap atas
f) Basuh paha dan bokong dengan waslap bawah
g) Keringkan punggung dengan handuk atas, paha, dan bokong dengan handuk
bawah.
h) Gosok kamper spiritus dan bedaki tipis-tipis
i) Bantu klien miring ke kanan
j) Basuh punggung, paha, dan bokong sebelah kiri (terakhir anus) dengan cara
yang sama seperti sebelah kanan
k) Gosok kamper spiritus dan bedaki tipis-tipis
l) Kenakan pakaian bagian atas
9) Membasuh paha dan kaki
a) Bentangkan handuk atas menutupi tubuh bagian bawah
b) Letakkan handuk bawah memanjang di bawah kaki
c) Basuh paha dan kaki dengan waslap atas
d) Keringkan dengan handuk bawah
10) Membasuh tubuh bagian bagian bawah
a) Tanggalkan pakaian bagian bawah
b) Letakkan handuk bawah melintang di bawah bokong, separuh menutupi
bagian atas
c) Basuh bagian bawah depan dengan waslap bawah
d) Keringkan dengan handuk bawah
e) Taburi bedak tipis-tipis
f) Kenakan pakaian bawah.
11) Sisir rambut klien
12) Bereskan alat-alat dan cuci tangan
Perhatian

1) Peka dengan privasi klien


2) Bersikap ramah, sopan dan sabar
3) Hati-hati
4) Cermat dalam menentukan langkah-langkah sesuai dengan kondisi klien

b) Membersihkan gigi dan mulut pasien di atas tempat tidur dan pasien tidak sadar

• Membersihkan gigi
Perencanaan

Gosok gigi, flossing. Perencanaan ini bertujuan agar klien mampu menunjukkan kebersihan
oral, klien mendemostrasikan kebersihan oral yang optimal, klien mengidentifikasi penyebab
perubahan mebran mukosa, integritas jaringan oral.

Implementasi

Lakukan oral care seperti gosok gigi, flossing, dan irigasi. Klien melakukan diet untuk
mengurangi kebiasaan makanan, mengurangi asupan karbohidrat terutama makanan manis.
Bagi klien yang tidak sadar, perawat melakukan oral care dengan pembilasan dan
pembersihan sekresi saliva yang terkumpul di mulut.

• Membersihkan mulut
Persiapan Alat

1) Handuk
2) Boraks gliserin
3) Gentian violet (jika perlu)
4) Gelas kumur berisi air matang
5) Spatel dan kasa bersih
6) Bengkok
7) Lidi kapas
Persiapan Klien

Jelaskan pada klien tentang tujuan dan prosedur Tindakan yang akan dilakukan

Cara kerja

1) Cuci tangan
2) Letakkan handuk di bawah dagu klien
3) Miringkan kepala klien di atas pinggiran bantal
4) Buka mulut klien dengan spatel yang dibungkus dengan kasa bersih
5) Bersihkan rahang dan gigi dengan kasa basah yang dililitkan pada spatel
6) Bersihkan sela-sela gigi dengan lidi kapas
7) Olesi bibir dan mukosa mulut dengan boraks gliserin
8) Bereskan alat-alat
a) Cuci gelas dan sikat gigi di bawah air mengalir, keringkan, dan kembalikan
pada tempatnya
b) Rendam spatel dalam bengkok
9) Cuci tangan
Perhatian

1) Tidak menunjukkan rasa jijik


2) Tidak tergesa-gesa dan bekerja dengan hati-hati sehingga tidak menyakiti klien
c) Mencuci dan menyisir rambut pasien di atas tempat tidur

• Mencuci rambut pasien di atas tempat tidur


Persiapan Alat

1) Handuk
2) Perlak pengalas
3) Perlak sebagai talang/tempat mengalirkan air
4) Ember berisi air hangat dan gayung
5) Ember kosong
6) Sampo/sabun, sisir, dan kapas
7) Hair dryer
8) Sampiran
Persiapan Klien

Jelaskan pada klien tentang tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan

Cara Kerja

1) Cuci tangan
2) Pasang perlak pengalas di bawah kepala di pinggir tempat tidur
3) Pasang talang dan arahkan ke ember kosong
4) Tutup telinga dengan kapas dan alas dada dengan handuk samapi ke leher
5) Basahi rambut dengan air hangat
6) Cuci rambut dengan sampo/sabun
7) Bilas beberapa kali dengan air hangat
8) Keringkan rambut dengan handuk
9) Angkat perlak pengalas dan talang, lalu masukkan ke dalam ember
10) Sisir rambut sambal mengeringkannya dengan hair dryer
11) Bereskan alat dan rapikan tempat tidur
12) Cuci tangan
Perhatian

a) Awasi keadaan umum klien


b) Upayakan agar klien tidak sampai kelelahan atau kedinginan
c) Berhati-hatilah agar tidak samapi membasahi pakaian, tempat tidur atau lantai
d) Jangan mengerjakan prosedur ini pada klien yang sakit parah
e) Jika tidak ada alat pengering rambut, bagian atas bantal di alasi dengan perlak kecil
dan handuk
f) Bersikap ramah, sopan kepada klien, dan berhati-hati serta tidak tergesa-gesa.

• Menyisir rambut
Persiapan Alat

1) Handuk
2) Sisir
3) Karet pengikat, air, minyak rambut, kertas
Persiapan Klien

Jelaskan pada klien tentang tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan

Cara Kerja

1) Cuci tangan
2) Minta klien untuk duduk, jika memungkinkan
3) Letakkan handuk di atas bahu atau di bawah kepala
4) Bagi dua rambut dan sisir sedikit demi sedikit dari ujung hingga ke pangkal
5) Setelah rapi, jalin, dan ikat rambut (bila rambut panjang)
6) Kumpulkan rambut yang rontok dan bungkus dengan kertas
7) Bereskan alat-alat dan cuci tangan.
Perhatian

a) Jika rambut yang kusut, terlebih dahulu olesi dengan air atau minyak dan uraikan
dengan tangan. Jika tidak bisa dirapikan sama sekali, dengan persetujuan klien potong
rambut.
b) Jika ada kutu, ketombe, atau rambut rontok yang berlebihan, laporkan kepada kepala
ruangan atau dokter.
c) Sisir rambut dengan hati-hati agar tidak meyakiti/melelahkan klien. Caranya dengan
memegang rambut di atas bagian yang akan disisir
d) Sebaiknya setiap klien memiliki sisir sendiri
e) Sikap sopan terhadap klien dan bekerja dengan hati-hati agar tidak melelahkan dan
menyakiti klien
d) Merawat kaki dan kuku

Perawatan merujuk ke podiatrist, pencucian menggunakan deodorant, bedak untuk kaki dan
pengompresan atau perendaman kaki. Perencanaan ini bertujuan agar klien akan
berpartisipasi dalam perawatan diri, menunjukkan kebersihan dan intervensi lain untuk
mempertahankan integritas kulit, mencegah infeksi, dan mempertahankan perfusi jaringan
perifer, mendemonstrasikan kebersihan yang optimal dicapai dengan:

a) Kulit hangat, lembab, lembut, halus dan berwarna pink


b) Melakukan perawatan kaki dan kuku dengan benar
c) Menyatakan nyeri dan ketidaknyamanan kurang saat berjalan
Implementasi

1. Cuci kaki setiap hari lalu keringkan, terutama sela-sela jari


2. Cek adanya pecah-pecah, bengkak dan kemerahan pada kaki saat mencuci kaki
3. Gunakan lotion untuk melembabkan kulit
4. Sering mencuci kaki dan ganti kaos kaki tiap hari serta gunakan deodorant/bedak
untuk mencegah bau tidak sedap
5. Potong kuku untuk menghindari injuri
6. Gunakan sepatu dengan ukuran yang sesuai
7. Lakukan exercise pada kaki untuk melancarkan sirkulasi
8. Hindari menggunakan pakaian yang terlalu ketak atau duduk dengan menyilangkan
kaki
9. Jangan memotong corn/callus
10. Implementasi yang dapat dilakukan seperti memandikan klien
e) Merawat Perineum

Perawatan perineum adalah suatu pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah


antara paha yang dibatasi vulva dan anus pada ibu yang dalam masa antara kelahiran plasenta
sampai dengan kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil. Perawatan
perineum ditujukan untuk pencegahan infeksi organorgan reproduksi yang disebabkan oleh
masuknya mikroorganisme yang masuk melalui vulva yang terbuka.

Cara melakukan perawatan perineum

1. Mencuci tangan di air mengalir dengan menggunakan sabun


2. Lepaskan pembalut dari depna le belakang untuk menghindari penyebaran bakteri
3. Bilas dengan air hangat atau cairan antiseptic area perineum setelah buang air kecil
atau besar. Keringkan dengan handuk kering
4. Bila ada luka, jangan dipegang sebelum area tersebut pulih
5. Rasa gatal pada area sekitar jahitan merupakan tanda penyembuhan. Namun untuk
meredakan rasa tidak enak atasi dengan merendam air hangat atau kompres air dingin
dengan menggunakan handuk
6. Berbaring pada sisi tubuh, hindari berdiri atau duduk lama untuk mengurangi tekanan
pada daerah tersebut
7. Ganti pembalut yang bersih 4-6 am atau paling sedikit 3 kali sehari, letakkan dengan
baik sehingga tidak tergeser.

f) Bed making (verbed)


Bed making adalah mengganti alat tenun kotor dengan alat tenun yang bersih pada tempat
tidur klien dengan klien tetap berada di tempat tidur dan pada tempat tidur yang kosong.

Perencanaan :

a) Mempersiapkan seluruh peralatan yang dibutuhkan


b) Kontrak waktu yang tepat dengan pasien
Pengimplementasian

1. Memeriksa catatan klien yang berkenaan dengan imobilisasi (adanya pemasangan alat
yang mengganggu pergerakan) dan posisi.
2. Menjelaskan prosedur pada klien (keluarga) dan mengkaji kemampuan fisik klien
untuk bergerak.
3. Menyiapkan peralatan dan menyusun sesuai urutannya.
4. Menutup tirai atau pintu kamar.
5. Mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan.
6. Menurunkan penghalang tempat tidur klien pada tempat perawat berdiri.
Memindahkan alat yang tidak diperlukan dari tempat tidur dan meletakkannya pada
kursi disamping tempat tidur.
7. Mengatur posisi baring klien yaitu memiringkan klien ke arah yang berlawanan
dengan posisi perawat.
8. Melepaskan lipatan alat tenun yang terdapat di bawah kasur dari kepala sampai ke
kaki. Melipat alat tenun tersebut ke arah klien, pertama-tama stik laken, perlak
kemudian laken besar. Melipat sampai ke bawah bokong klien, punggung dan
bahunya.
9. Meletakkan alat tenun bersih di tengah kasur dengan arah memanjang, sebagai
berikut:
a) Membuka lipatan laken besar ke arah perawat berdiri hingga menutupi
separuh dari tempat tidur, kemudian melipat atau memasukkan pada ujung
kepala dan kaki ke bawah kasur.
b) Memasang perlak di atas laken besar dan stik laken disusun di atas perlak.
c) Memasang dan menarik alat tenun dengan tepat sehingga tidak terdapat lipatan
atau kerutan pada bagian tengahnya.
10. Pembentukan lipatan pada kepala tempat tidur:
a) Memasukkan laken di bawah kepala dengan menarik laken ke bagian bawah
kasur.
b) Mengangkat ujung laken bagian atas dan membentuk segitiga dengan satu sisi
tempat tidur dan ujung laken paralel dengan ujung tempat tidur.
c) Lipat bagian laken yang terdapat dibagian bawah dan masukkan ke bawah
kasur dengan tangan yang satunya tetap memegang bagian ujung atas laken.
d) Dengan ujung tangan kiri menahan bagian dalam laken, lipat ujung atas laken
tersebut hingga membentuk sudut 45 derajat
e) Melipat bagian lain yang tersisa dengan rapi dan memasukkannya ke bagian
bawah kasur.
11. Melakukan hal yang sama (langkah no. 10a s.d 10e) pada laken di bagian kaki.
12. Membuka lipatan perlak dan stik laken ke arah perawat berdiri, kemudian melipat
bagian yang menjuntai ke lantai ke bawah kasur. Melakukan dengan rapi sehingga
tidak ada kerutan diatasnya.
13. Memasang kembali penghalang tempat tidur dan kemudian pindah ke sisi yang lain.
Meminta klien untuk terlentang, kemudian menurunkan penghalang pada sisi tersebut.
14. Membantu klien bergeser dan memiringkan klien ke sisi lain dimana alat tenun telah
dipasang.
15. Melepaskan/mengangkat sisi lipatan laken kotor yang masih berada di bawah kasur.
16. Menggulung sisa lipatan laken kotor dengan permukaan yang kotor berada di sebelah
dalam. Kemudian masukkan ke dalam tempat laken kotor. Perhatikan: pisahkan laken
kotor yang kering dan laken kotor yang terkontaminasi oleh cairan tubuh klien.
17. Membuka lipatan alat tenun yang bersih dari ujung kepala ke kaki dan lakukan
prosedur yang sama seperti pada sisi sebelumnya (langkah no. 9a).
18. Membentuk sudut laken pada bagian kepala dan kaki (seperti pada langkah no. 10a
s.d 10e)
19. Membuka lipatan perlak dan stik laken (seperti pada langkah no.12).
20. Membantu klien bergeser ke posisi mendatar.
21. Memasang selimut pada dada klien. Memberitahu klien untuk memegang ujung
lipatan sebelah atas. Perawat memegang ujung lipatan yang lainnya bersamaan
dengan memegang ujung-ujung selimut yang kotor. Kemudian perawat menarik
lipatan selimut ke arah kaki dan klien menahan pegangan pada ujung selimut.
22. Memasukkan sisi selimut yang terdapat pada bagian kaki ke bawah kasur.
23. Memasang kembali penghalang tempat tidur.
24. Mengganti sarung bantal, memasukkan sarung bantal kotor ke dalam bak alat tenun
kotor. Memasang sarung yang bersih.
25. Mengangkat kepala klien dan meletakkan bantal di bawahnya.
26. Mengembalikan klien ke posisi seperti semula dan membuka tirai atau pintu.
27. Merapikan alat dan mengembalikan alat-alat pada tempatnya.
28. Melepaskan sarung tangan dan mencuci tangan.

6. Evaluasi Pemenuhan Perawatan Diri

Perawat mengevaluasi keberhasilan intervensi. Perawat harus mempersiapkan untuk


mengubah rencana jika tidak berhasil. Seperti pada saat memandikan klien, kita melakukan
Tindakan evaluative yang dilakukan yaitu memeriksa permukaan kulit setelah dibersihkan,
menanyakan klien tentang tingkat kenyamanan setelah dilakukan Tindakan, mengobservasi
inisiatif dan bantuan klien dalam aktifitas manti, observasi jika klien bertanya mengenai
perawatan diri. Adapun evaluasi dapat dilakukan dengan sebagai berikut:

a) Melihat kembali perkembangan kesembuhan klien


b) Hasil yang diharapkan dari hygiene mulut tidak dapat dilihat dalam beberapa hari
c) Pembersihan yang ebrulang-ulang harus sering dilakukan
d) Perawat mengantisipasi kebutuhan untuk mengubah intervensi selama evaluasi
Perawat juga harus mempersiapkan untuk mengubah rencana atau memodifikasi
rencana jika tidak berhasil.

Pertanyaan :

1. Bagaimana mendapatkan consent dari pasien agar kita dapat melakukan intervensi
tindakan keperawatan kebersihan dan perwaatan diri pada pasien dan mengedukasi bahwa
perawatan diri itu penting?

2. Apa kesiapan dan kesiagapan yang harus disiapkan perawat dalam implementasi perawatan
diri kepada seorang pasien?
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, M. A. (2019). Buku ajar konsep-konsep dasar dalam keperawatan komunitas.


Deepublish.

Mubarak, W. I., Indrawati L., & Susanto J. (2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar.
Jakarta: Salemba Medika.

Silalahi, L. E., Limbong, M., Aji, Y. G. T., Kartini, K., Fhirawati, F., Tallulembang, A., ... &
Herawati, T. (2021). Ilmu Keperawatan Dasar. Yayasan Kita Menulis.

Sutanto A. V., & Fitriana Y. (2022). Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta: Pustaka Baru
Press

Widianti A. T. (2011). Kebutuhan Dasar Manusia (KDM). Yogyakarta: Nuhamedika

Anda mungkin juga menyukai