Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tulang adalah jaringan yang paling keras diantara jaringan ikat lain yang terdiri atas hampir
50 % air dan bagian padat, selebihnya terdiri dari bahan mineral terutama kalsium kurang lebih
67% dan bahan seluler 33 %.
Fungsi dari tulang adalah sebagai berikut :
1. Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh.
2. Melindungi organ tubuh (jantung, otak, paru-paru, dan jaringan lunak).
3. Memberikan pergerakan (otot berhubungan dengan kontraksi dan pergerakan)
4. Membentuk sel-sel darah merah di dalam sumsum tulang (hematopoesis)
5. Menyimpan garam-garam mineral (kalsium, fosfor, magnesium dan fluor).

Struktur tulang diselimuti di bagian luar oleh membran fibrus padat disebut periosteum.
Periosteum memberikan nutrisi pada tulang dan memungkinkan tumbuh, selain sebagai tempat
perlekatan tendon dan ligament. Periosteum mengandung saraf, pembuluh darah, dan limfatik.
Lapisan yang terdekat mengandung osteoblast . Dibagian dalamnya terdapat endosteum yaitu
membran vaskular tipis yang menutupi rongga sumsum tulang panjang dan rongga dalam tulang
kanselus. Osteoklast terletak dekat endosteum dan dalam lacuna howship (cekungan pada
permukan tulang).

Sumsum tulang merupakan jaringan vaskular dalam rongga sumsum (batang dan tulang
panjang dan tulang pipih. Sumsum tulang merah terutama terletak di sternum, ilium, vetebra dan
rusuk pada orang dewasa, bertanggung jawab dalam produksi sel darah merah dan putih. Pada
orang dewasa tulang panjang terisi oleh sumsum lemak kuning. Jaringan tulang mempunyai
/askularisasi yang baik.

Tulang kanselus menerima asupan darah melalui pembuluh metafis dan epifis. Pembuluh
periosteum mengangkut darah ke tulang kompak melalui kanal volkman. Selain itu terdapat
arteri nutrient yang menembus periosteum dan memasuki rongga meduler melalui foramina
(lubang-lubang kecil). arteri nutrient memasok darah ke sumsum tulang, system vena ada yang
keluar sendiri dan ada yang mengikuti arteri.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana fisiologi tentang tulang ?
2. Bagaimana metabolisme tulang ?
3. Bagaimana anatomi sendi ?
4. Bagaimana reaksi jaringan terhadap kelainan dan trauma muskulus skeletal ?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan


1.3.1 Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan fisiologi tentang tulang
2. Menjelaskan anatomi sendi
3. Menjelaskan reaksi jaringan terhadap kelainan dan trauma muskulus skeletal
1.3.2.Manfaat Penulisan
1. Untuk mengetahui fisiologi tentang tulang
2. Untuk mengetahui metabolisme tulang
3. Untuk mengetahui anatomi sendi
4. Untuk mengetahui reaksi jaringan terhadap kelainan dan trauma muskulus skeletal

BAB II
Kajian Teoretis

2.1 Fisiologi Tulang

Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada intra-seluler. Tulang berasal dari embrionic
hyaline cartilage yang mana melalui proses “Osteogenesis” menjadi tulang. Proses ini dilakukan

2
oleh sel-sel yang disebut “Osteoblast”. Proses mengerasnya tulang akibat penimbunan garam
kalsium.
Ada 206 tulang dalam tubuh manusia, tulang dapat diklasifikasikan dalam lima
kelompok berdasarkan bentuknya :
1). Tulang panjang (Femur, Humerus), terdiri dari batang tebal panjang yang
disebut diafisis dan dua ujung yang disebut epifisis. Di sebelah proksimal dari epifisis
terdapat metafisis. Di antara epifisis dan metafisis terdapat daerah tulang rawan yang tumbuh,
yang disebut lempeng epifisis atau lempeng pertumbuhan. Tulang panjang tumbuh karena
akumulasi tulang rawan di lempeng epifisis. Tulang rawan digantikan oleh sel-sel tulang yang
dihasilkan oleh osteoblas, dan tulang memanjang. Batang dibentuk oleh jaringan tulang yang
padat. Epifisis dibentuk dari spongi bone (cancellous atau trabecular). Pada akhir tahun-tahun
remaja tulang rawan habis, lempeng epifisis berfusi, dan tulang berhenti tumbuh. Hormon
pertumbuhan, estrogen, dan testosteron merangsang pertumbuhan tulang
panjang. Estrogen, bersama dengan testosteron, merangsang fusi lempeng epifisis. Batang suatu
tulang panjang memiliki rongga yang disebut kanalis medularis. Kanalis medularis berisi
sumsum tulang.

2). Tulang pendek (carpals), bentuknya tidak teratur dan inti dari cancellous (spongy) dengan
suatu lapisan luar dari tulang yang padat.

3
3). Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri atas dua lapisan tulang padat dengan lapisan luar
adalah tulang concellous.

4). Tulang yang tidak beraturan (vertebrata) sama seperti dengan tulang pendek.

5). Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di sekitar tulang yang berdekatan
dengan persediaan dan didukung oleh tendon dan jaringan fasial, misalnya patella (kap lutut).

4
Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-selnya terdiri atas tiga
jenis dasar-osteoblas, osteosit dan osteoklas. Osteoblas berfungsi dalam pembentukan
tulang dengan mensekresikan matriks tulang. Matriks tersusun atas 98% kolagen dan 2%
subtansi dasar (glukosaminoglikan, asam polisakarida dan proteoglikan). Matriks merupakan
kerangka dimana garam-garam mineral anorganik ditimbun. Osteosit adalah sel dewasa yang
terlibat dalam pemeliharaan fungsi tulang dan terletak dalam osteon (unit matriks
tulang ). Osteoklas adalah sel multinuclear ( berinti banyak) yang berperan dalam penghancuran,
resorpsi dan remosdeling tulang.
Osteon merupakan unit fungsional mikroskopis tulang dewasa. Ditengah osteon
terdapat kapiler. Dikelilingi kapiler tersebut merupakan matriks tulang yang dinamakan lamella.
Didalam lamella terdapat osteosit, yang memperoleh nutrisi melalui prosesus yang berlanjut
kedalam kanalikuli yang halus (kanal yang menghubungkan dengan pembuluh darah yang
terletak sejauh kurang dari 0,1 mm).
Tulang diselimuti dibagian oleh membran fibrous padat dinamakan periosteum. Periosteum
memberi nutrisi ke tulang dan memungkinkannya tumbuh, selain sebagai tempat perlekatan
tendon dan ligamen. Periosteum mengandung saraf, pembuluh darah, dan limfatik. Lapisan yang
paling dekat dengan tulang mengandung osteoblast, yang merupakan sel pembentuk tulang.
Endosteum adalah membran vaskuler tipis yang menutupi rongga sumsum tulang panjang
dan rongga-rongga dalam tulang kanselus. Osteoklast yang melarutkan tulang untuk memelihara
rongga sumsum, terletak dekat endosteum dan dalam lacuna Howship (cekungan pada
permukaan tulang).
Struktur tulang dewasa terdiri dari 30 % bahan organik (hidup) dan 70% endapan garam.
Bahan organik disebut matriks, dan terdiri dari lebih dari 90% serat kolagen dan kurang dari 10%
proteoglikan (protein plus sakarida). Deposit garam terutama adalah kalsium dan fosfat, dengan
sedikit natrium, kalium karbonat, dan ion magnesium. Garam-garam menutupi matriks dan

5
berikatan dengan serat kolagen melalui proteoglikan. Adanya bahan organik menyebabkan tulang
memiliki kekuatan tensif (resistensi terhadap tarikan yang meregangkan). Sedangkan garam-
garam menyebabkan tulang memiliki kekuatan kompresi (kemampuan menahan tekanan).
Pembentukan tulang berlangsung secara terus menerus dan dapat berupa pemanjangan dan
penebalan tulang. Kecepatan pembentukan tulang berubah selama hidup. Pembentukan
tulang ditentukan oleh rangsangn hormon, faktor makanan, dan jumlah stres yang dibebankan
pada suatu tulang, dan terjadi akibat aktivitas sel-sel pembentuk tulang yaitu osteoblas.
Osteoblas dijumpai dipermukaan luar dan dalam tulang. Osteoblas berespon terhadap
berbagai sinyal kimiawi untuk menghasilkan matriks tulang. Sewaktu pertama kali
dibentuk, matriks tulang disebut osteoid. Dalam beberapa hari garam-garam kalsium mulai
mengendap pada osteoid dan mengeras selama beberapa minggu atau bulan berikutnya. Sebagian
osteoblast tetap menjadi bagian dari osteoid, dan disebut osteosit atau sel tulang sejati. Seiring
dengan terbentuknya tulang, osteosit dimatriks membentuk tonjolan-tonjolan yang
menghubungkan osteosit satu dengan osteosit lainnya membentuk suatu sistem saluran
mikroskopik di tulang.
Kalsium adalah salah satu komponen yang berperan terhadap tulang, sebagian ion kalsium
di tulang tidak mengalarni kristalisasi. Garam nonkristal ini dianggap sebagai kalsium yang
dapat dipertukarkan, yaitu dapat dipindahkan dengan cepat antara tulang, cairan interstisium, dan
darah.
Sedangkan penguraian tulang disebut absorpsi, terjadi secara bersamaan dengan
pembentukan tulang. Penyerapan tulang terjadi karena aktivitas sel-sel yang
disebut osteoklas. Osteoklas adalah sel fagositik multinukleus besar yang berasal dari sel-sel
mirip-monosit yang terdapat di tulang. Osteoklas tampaknya mengeluarkan berbagai asam dan
enzim yang mencerna tulang dan memudahkan fagositosis. Osteoklas biasanya terdapat pada
hanya sebagian kecil dari potongan tulang, dan memfagosit tulang sedikit demi sedikit. Setelah
selesai di suatu daerah, osteoklas menghilang dan muncul osteoblas. 0steoblas mulai mengisi
daerah yang kosong tersebut dengan tulang baru. Proses ini memungkinkan tulang tua yang telah
melemah diganti dengan tulang baru yang lebih kuat.
Keseimbangan antara aktivitas osteoblas dan osteoklas menyebabkan tulang terus menerus
diperbarui atau mengalami remodeling. Pada anak dan remaja, aktivitas osteoblas melebihi
aktivitas osteoklas, sehingga kerangka menjadi lebih panjang dan menebal. Aktivitas osteoblas

6
juga melebihi aktivitas osteoklas pada tulang yang pulih dari fraktur. Pada orang dewasa muda,
aktivitas osteoblas dan osteoklas biasanya setara, sehingga jumlah total massa tulang
konstan. Pada usia pertengahan, aktivitas osteoklas melebihi aktivitas osteoblas dan kepadatan
tulang mulai berkurang. Aktivitas osteoklas juga meningkat pada tulang-tulang yang mengalami
imobilisasi. Pada usia dekade ketujuh atau kedelapan, dominansi aktivitas osteoklas dapat
menyebabkan tulang menjadi rapuh sehingga mudah patah. Aktivitas osteoblas dan osteoklas
dikontrol oleh beberapa faktor fisik dan hormon.
Faktor-faktor yang mengontrol Aktivitas osteoblas dirangsang oleh olah raga dan stres
beban akibat arus listrik yang terbentuk sewaktu stres mengenai tulang. Fraktur tulang secara
drastis merangsang aktivitas osteoblas, tetapi mekanisme pastinya belum jelas. Estrogen,
testosteron, dan hormon perturnbuhan adalah promotor kuat bagi aktivitas osteoblas dan
pertumbuhan tulang. Pertumbuhan tulang dipercepat semasa pubertas akibat melonjaknya kadar
hormon-hormon tersebut. Estrogen dan testosteron akhirnya menyebabkan tulang-tulang panjang
berhenti tumbuh dengan merangsang penutupan lempeng epifisis (ujung pertumbuhan tulang).
Sewaktu kadar estrogen turun pada masa menopaus, aktivitas osteoblas berkurang. Defisiensi
hormon pertumbuhan juga mengganggu pertumbuhan tulang.
Vitamin D dalam jumlah kecil merangsang kalsifikasi tulang secara langsung
dengan bekerja pada osteoblas dan secara tidak langsung dengan merangsang penyerapan
kalsium di usus. Hal ini meningkatkan konsentrasi kalsium darah, yang mendorong kalsifikasi
tulang. Namun, vitamin D dalam jumlah besar meningkatkan kadar kalsium serum dengan
meningkatkan penguraian tulang. Dengan demikian, vitamin D dalam jumlah besar tanpa
diimbangi kalsium yang adekuat dalam makanan akan menyebabkan absorpsi tulang.
Adapun faktor-faktor yang mengontrol aktivitas osteoklas terutama dikontrol oleh hormon
paratiroid. Hormon paratiroid dilepaskan oleh kelenjar paratiroid yang terletak tepat di belakang
kelenjar tiroid. Pelepasan hormon paratiroid meningkat sebagai respons terhadap penurunan
kadar kalsium serum. Hormon paratiroid meningkatkan aktivitas osteoklas dan
merangsang pemecahan tulang untuk membebaskan kalsium ke dalam darah. Peningkatan
kalsium serum bekerja secara umpan balik negatif untuk menurunkan pengeluaran hormon
paratiroid lebih lanjut. Estrogen tampaknya mengurangi efek hormon paratiroid pada osteoklas.
Efek lain Hormon paratiroid adalah meningkatkan kalsium serum dengan menurunkan
sekresi kalsium oleh ginjal. Hormon paratiroid meningkatkan ekskresi ion fosfat oleh ginjal

7
sehingga menurunkan kadar fosfat darah. Pengaktifan vitamin D di ginjal bergantung pada
hormon paratiroid. Sedangkan kalsitonin adalah suatu hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar
tiroid sebagai respons terhadap peningkatan kadar kalsium serum. Kalsitonin memiliki sedikit
efek menghambat aktivitas dan pernbentukan osteoklas. Efek-efek ini meningkatkan kalsifikasi
tulang sehingga menurunkan kadar kalsium serum.

Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-selnya terdiri atas 3
jenis dasar, yaitu : osteoblast, osteosit dan osteoklast
1. Osteoblas
Osteoblas berfungsi dalam pembentukan tulang dengan mensekresikan matrik
tulang. matrik tulang tersusun atas 98% kolagen dan 2% substansi dasar
(glukosaminoglikan / asam polisakarida dan proteoglikan). Matrik tulang merupakan
kerangka dimana garam garam mineral ditimbun terutama Kalsium,Fluor, magnesium
dan phosphor.
2. Osteosit
Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai pemeliharaan fungsi
tulang dan terletak pada osteon (unit matrik tulang). Osteon yaitu unit fungsional
mikroskopik tulang dewasa yang di tengahnya terdapat kapiler dan disekeliling kapiler
terdapat matrik tulang yang disebut lamella. Di dalam lamella terdapat osteosit, yang
memperoleh nutrisi lewat prosesus yang berlanjut kedalam kanalikuli yang halus (kanal
yangmenghubungkan dengan pembuluh darah yang terletak kurang lebih 0,1mm).
3. Osteoklas
Osteoklas adalah sel-sel besar berinti banyak memungkinkan mineral dan matriks
tulang dapat diabsorpsi, penghancuran dan remodeling tulang. tidak seperti osteoblas dan
osteosit, osteoklas mengikis tulang. tulang merupakan jaringan yang dinamis dalam

8
keadaan peralihan tulang (resorpsi dan pembentukan tulang). Kalium dalam tubuh orang
dewasa diganti 18 % per tahun.

Tulang rawan merupakan tulang yang ada pada struktur tubuh yang bersifat elastis dan
fleksibel ,tulang rawan terdiri dari tiga tipe yaitu:
a. Tulang rawan hialin; tulang yang berwarna putih sedikit kebiru-biruan, mengandung serat-
serat kolagen dan chondrosit. Tulang rawan hialin dapat kita temukan pada laring, trakea,
bronkus, ujung-ujung tulang panjang, tulang rusuk bagian depan, cuping hidung dan rangka
janin.
b. Tulang rawan elastis; tulang yang mengandung serabut-serabut elastis. Tulang rawan elastis
dapat kita temukan pada daun telinga, tuba eustachii (pada telinga) dan laring.
c. Tulang rawan fibrosa; tulang yang mengandung banyak sekali bundel-bundel serat kolagen
sehingga tulang rawan fibrosa sangat kuat dan lebih kaku. Tulang ini dapat kita temukan pada
discus diantara tulang vertebrae dan pada simfisis pubis diantara 2 tulang pubis.
Pada orang dewasa tulang rawan jumlahnya sangat sedikit dibandingkan dengan anak-
anak. Pada orang dewasa tulang rawan hanya ditemukan beberapa tempat, yaitu cuping hidung,
cuping telinga, antar tulang rusuk (costal cartilage) dan tulang dada, sendi-sendi tulang, antarruas
tulang belakang dan pada cakra epifisis.Salah satu contoh tulang rawan adalah pada tulang rusuk.
Matriks tulang rawan merupakan campuran protein dengan polisakarida yang hamper 40%
berat kering tulang rawan terdiri dari kolagen, yang terbenam dalam sel berhidrasi yang solid
dari proteoglikan dan glikoprotein struktural. Pada sediaan histologi rutin, kolagen tidak dapat
dilihat karena :
1) Kolagen terdapat berupa fibril yang memiliki dimensi submikroskopik

9
2) Indeks refraksi serabut hampir sama dengan indeks refraksi substansi dasar tempat serabut
ini terbenam
Perikondrium adalah selubung jaringan ikat padat yang mengelilingi tulang rawan di
kebanyakan tempat, yang membentuk tempat pertemuan antara tulang rawan dan jaringan yang
disangga tulang rawan tsb. Perikondrium mengandung pembuluh darah yang memasok tulang
rawan (avaskular) dan juga pembuluh limfe dan saraf. Tulang rawan sendi, yang menutupi
permukaan tulang sendi yang dapat digerakkan, tidak memiliki perikondrium dan dipertahankan
oleh difusi oksigen dan nutrien dari cairan synovial. Kondrosit adalah sel yang terdapat di dalam
lacuna. Lacuna adalah sel yang terdapat di dalam ruangan2 kecil di dalam matrik yaitu di perifer
tulang rawan hialin, kondrosit muda memiliki bentuk panjang lonjong, dengan sumbu
panjangnya yang paralel terhadap permukaan. Histogenesis adalah modifikasi membulatnya sel-
sel masenkim. Membelah dengan cepat dan mengelompok sel-sel yang di bentuk melalui
defernsiasi lansung dari sel mesenkim ini di sebut kondroblas.
Glikosaminoglikan adalah jenis molekul polisakarida panjang yang tidak bercabang.
Glikosaminoglikan merupakan komponen struktural utama dari tulang rawan dan juga ditemukan
dalam kornea mata. Glikoprotein (mukoprotein) adalah suatu protein yang mengandung
rantai oligosakarida yang mengikat glikan dengan ikatan kovalen pada rantai polipeptida bagian
samping pertumbuhan. Pertumbuhan kartilago dapat terjadi melalui 2 proses :
a. Pertumbuhan interstisial, akibat pembelahan mitosis dari khondrosit-kondrosit yang ada.
b. pertumbuhan aposisil, akibat diferensiasi sel-sel perikondrium.
Pertumbuhan sebenarnya jadi jauh lebih besar daripada sekedar penambahan jumlah sel.
Pertumbuhan interstisial penting untuk menambah panjang tulang panjang dan menyediakan
model kartilago untuk penulangan endokondral.Pada tulang rawan sendi, saat sel-sel dan matriks
dekat permukaan sendi secara berangsur menjadi aus, maka tulang rawan ini harus diganti baru
dari dalam, karena tidak ada perikondrium untuk menambah sel-sel baru secara aposisi. Pada
kartilago yang ditemukan di tempat lain dari tubuh, pertumbuhan interstisial tidak begitu penting
karena matriksnya telah menjadi sangat kaku akibat adanya ikatan silang dari unsur matriks.
Tulang rawan kemudian hanya dapat tumbuh melebar melalui aposisi.V
Susunan kerangka terdiri dari susunan berbagai macam tulang-tulang yang banyaknya kira-
kira 206 buah tulang yang satu sama lainnya saling berhubungan yang terdiri dari tulang kepala
yang berbentuk tengkorak (8 buah); tulang wajah (14 buah); tulang telinga dalam (6 buah);

10
tulang lidah (1 buah); tulang yang membentuk kerangka dada (25 buah); tulang yang membentuk
tulang belakang dan gelang pinggul (26 buah); tulang anggota yang membentuk lengan (anggota
gerak atas) (64 buah); tulang yang membentuk kaki (anggota gerak bawah) (62 buah).

a. Tengkorak Otak
1) Kubah Tenggkorak
a) Os frontal (tulang.dahi)
b) Os parietal (tulang ubun-ubun)
c) Os oksipital (tulang belakang kepala)
d) Os temporal (tulang samping tengkorak)
2) Dasar Tenggkorak
a) Os spenoidal (tulang baji)
b) Os etmoid (tulang tapis)
c) Samping tengkorak
d) Spongeosa (tulang karang)
e) Petrusum (tulang keras)

b. Tengkorak Wajah
1) Bagian Hidung
a) Os lakrimal (tulang air mata)
b) Os konka nasal (tulang karang hidung)
c) Os nasal (tulang nasal)
d) Septum nasal (tulang sekat rongga hidung)

11
2) Bagian Rahang
a) Os maksilaris (tulang rahang atas)
b) Os mandibularis (tulang rahang bawah)
c) Os zigomatikum (tulang pipi)
d) Os palatum (tulang langit-langit) ; palatum durum (tulang langit-langit keras)
dan palatum mole (tulang langit-langit lunak)
e) Os hyoid (tl.lidah)

c. Tulang Belakang (Kolumna Vetebralis)


1) Vertebra Servikalis (7 ruas)
a) tulang Atlas : Ruas pertama
b) Aksis : Ruas kedua
c) Vert prominans : Ruas ketujuh
2) Vertebra Torakalis (12 ruas)
a) Badan ruas
b) Lengkung ruas : pros.spinosus dan pros.transversus
3) Vertebra Lumbalis (5 ruas)
a) Promontorium :Ruas kelima
4) Vertebra Koksigialis (4 ruas)
a) Lubang kecil : foramen sakralis
d. Kerangka Dada
1) Os Sternum (tulang dada)
a) Manubrium sterni
b) Korpus sterni

12
c) Prosesus xifoid
2) Os Kosta (tulang iga)
a) Kosta vera (tulang iga sejati)
b) Kosta spuria (tulang iga tidak sejati)
c) Kosta fluitante (tulang iga melayang)
e. Kerangka Panggul
1) Os Ileum (tulang usus)
a) Fosa iliaka
b) Spina iliaka
c) Krista iliaka
2) Os Pubis (tulang kemaluan)
a) Simfisi pubis
b) Tuberkel pubis
3) Os Iskhi (tulang duduk)
a) Tuberositas iskhiadikum
b) Foramen obturatum
c) Asetabulum
f. Anggota Gerak Atas
1) Os Scapula (tulang selangka)
a) Prosesus korakois
b) Fosa supraskapula
c) Fosa infraskapula
d) Kavum glenoid
2) Os Klavikula (tulang belikat)
a) Akromion
b) Ekstermitas sternalis
c) Ekstermitas akrominalis
3) Humerus (tulang lengan)
a) Kaput humeri (kepala sendi)
b) Kolumna humeri (lekukan pada tulang)
c) Tuberkel mayor dan minor

13
d) Fosa olekrani (lekukan belakang)
e) Fosa koronoid (lekukan depan)
f) Kapitulum
g) Epikondilus lateralis
4) Os Ulna (tulang hasta)
a) Prosesus lateralis
b) Prosesus stiloid
5) Os Radius (tulang pengumpil)
a) Kaput radialis
b) Tuberositas radialis
6) Os Karpalia (tulang pergelangan tangan)
Baris Pertama (bagian proksimal):
a) Os navikulur (tl.bentuk kapal)
b) Os lunatum (tulang bentuk bulan sabit)
c) Os triquetrum (tulang bentuk segitiga)
d) Os fisiformis (tulang bentuk kacang)
Baris kedua (bagian distal):
a) Multangulum mayus (segi banyak)
b) Multangulum minus (segi banyak)
c) Os kapitatum (tulang berkepala)
d) Os hamatum (tulang berkait)
7) Os Metakarpalia (tulang telapak tangan)
a) 5 ruas tulang
b) Bersendi dengan jari tangan
8) Os Falangus (tulang jari tangan)
a) 14 ruas tulang dibentuk dalam 5 baris tulang
b) Membentuk persendian dengan tulang telapak tangan dan sendi masing-
masing jari
g. Anggota Gerak Bawah
1) Os femoris (tulang paha)
a) Kaput femoris

14
b) Kolumna femoris
c) Trokanter mayor
d) Trokanter minor
e) Kandilus medialis
f) Kandilus lateralis
2) Patella (tempurung lutut)
3) Tibia (tulang kering)
a) Prosesus interkondiloid
b) Fosa interkondiloid
c) Maleolus medialis
d) Tuberositas tibia fibula (tl.betis)
e) Maleolus lateralis
f) Prosesus stiloid
4) Tarsalia (pergelangan kaki)
a) Talus
b) Kalkaneus
c) Navikular
d) Koboidea
e) Kunaiformi : lateralis; intermedialis; medialis
5) Metatarsus (telapak kaki)
a) 5 ruas tulang pendek
6) Falang (jari kaki)
a) 14 ruas tulang pendek
b) Membentuk 5 baris tulang
c) Sesamoid pada ruas jari pertama

15
2.2 Metabolisme Tulang
Metabolisme tulang adalah perubahan struktur atau bentuk pada jaringan tulang akibat
formasi dan resorbsi matriks tulang dalam proses pertumbuhan (contoh: perubahan bentuk tulang
kepala dari bayi sampai tua), selain itu tulang juga mengalami sebuah proses yang berlangsung
terus-menerus secara aktif dengan membangun dan memperbaiki pembentukan tulang yang
dilakukan oleh osteoklas (resorbsi tulang) dan osteoblas (formasi tulang).
secara anatomik, tulang dapat dibagi atas 2 kelompok, yaitu tulang pipih (tulang-tulang
kepala, skapula, mandibula, ileum dsb) dan tulang panjang (femur, humerus, tibia, fibula dsb).
Matriks tulang yang telah mengalami kalsifikasi, secara metabolik tetap aktif didalamnya
terdapat osteosit yang terbenam didalam ruang-ruang kecil yang disebut lakuna osteositik yang
jumlahnya mencapai 25000/mm3 tulang. Kalsium, fosfor dan vitamin D mempunyai peran yang
sangat besar pada proses mineralisasi tulang. Defisiensi kalsium dan vitamin D akan
menyebabkan osteomalasia.
1. Peranan kalsium dalam metabolisme tulang
Kalsium merupakan mineral terbanyak di tubuh manusia, yaitu 1200 gram pada orang
dewasa berat 70 kg. 99 Ca terdapat pada tulang dan gigi. Ca dan fosfat membentuk endapan
hidroksiapatit di bawah jaringan kolagen. Hubungan hidroksiapatit dengan kolagen bertanggung
jawab terhadap kekerasan dandaya tahan tulang. Tulang mengandung cukup banyak Ca fosfat
nonkristal, karbonat dan garam-garam lain dalam jumlah lebih kecil. Mineral menyusun sekitar
50 persen total masa rangka, sisa massa terdiri dari matrik organik protein,glikoprotein, dan
proteoglikan, dimana garam Ca diendapkan.

16
2. Peranan fosfor dalam metabolisme tulang
Fosfor sebagai fosfat, penting dalam struktur dan fungsi semua sel hidup. Fosfat dalam
sel sebagai ion bebas, merupakan bagian penting asam-asam nukleat, nukleotida dan beberapa
protein. Dalam ruang ekstraseluler, fosfat bersirkulasi sebagai ion bebas dan terdapat sebagai
hidroksiapatit, komponen utama dari tulang.
3. Peranan vitamin D dalam metabolisme tulang

Fungsi utama vitamin D adalah menjaga homeostasis kalsium dengan cara meningkatkan
absorpsi kalsium di usus dan mobilisasi kalsium dan tulang pada keadaan asupan kalsium yang
in-adekuat. Vdr di usus terdapat pada seluruh dinding usus halus, dengan konsentrasi tertinggi
didalam duodenum berperan secara langsung pada masuknya kalsium kedalam sel usus melalui
membran plasma, meningkatkan gerakan kalsium melalui sitoplasma dan keluarnya kalsium dari
dalam sel melalui membran basilateral ke sirkulasi.

2.3 Anatomi Sendi


Rangka tubuh manusia tersusun dari tulang-tulang yang saling berhubungan. Hubungan
antar tulang disebut sendi. Dengan adanya sendi, kaki dan tangan dapat dilipat, diputar dan
sebagainya. Tanpa sendi kita akan sulit untuk bergerak bahkan tidak dapat bergerak sama sekali.
Memang ada persendian yang sangat kaku sehingga tidak memungkinkan adanya gerakan.
Namun, banyak persendian yang memungkinkan terjadinya gerakan. Berdasarkan sifat gerak
inilah, sendi dibedakan menjadi sendi mati (sinartrosis), sendi kaku (amfiartrosis),dan sendi
gerak (diartrosis).

a. Sendi Mati (Sinartrosis)


Sendi mati merupakan hubungan antar tulang yang tidak dapat digerakkan.
Penghubungan antar tulangnya adalah serabut jaringan ikat. Contoh sendi mati terdapat pada
hubungan antar tulang tengkorak disebut sutura dan hubungan antar tulang pembentuk gelang
panggul.

17
b. Sendi Kaku (Amfiartrosis)
Sendi kaku merupakan hubungan antar tulang yang dapat digerakkan secara terbatas.
Penghubung antar tulangnya adalah jaringan tulang rawan. Contoh sendi kaku terdapat pada
hubungan antar ruas tulang belakang dan hubungan antara tulang rusuk dengan tulang dada.

c. Sendi Gerak (Diartrosis)


Sendi gerak merupakan hubungan antar tulang yang dapat digerakkan dengan leluasa.
Pada kedua ujung tulang yang saling berhubungan terbentuk rongga sendi yang berisi minyak
sendi (cairan sinovial).
Sendi gerak dibagi menjadi lima macam, yaitu :
1. Sendi peluru
Sendi peluru merupakan hubungan dua tulang yang memungkinkan terjadinya
gerakan ke segala arah. Pada jenis persendian ini sering terjadi lepas sendi. Contoh sendi peluru
adalah hubungan antar tulang lengan atas dengan gelang bahu dan hubungan antara tulang paha
dengan gelang panggul. Pada kedua ujung tulang yang berhubungan ini, ujung yang satu
berbonggol, sedangkan ujung yang satunya berlekuk seperti mangkuk
2. Sendi engsel
Memungkinkan gerakan melipat hanya satu arah, Persendian yang menyebabkan
gerakan satu arah karena berporos satu disebut sendi engsel. Contoh sendi engsel ialah hubungan
tulang pada siku, lutut, dan jari-jari.
3. Sendi pelana
Persendian yang membentuk sendi, seperti pelana, dan berporos dua. Contohnya,
terdapat pada ibu jari dan pergelangan tangan memungkinkan gerakan 2 bidang yang saling
tegak lurus. misal persendian dasar ibu jari yang merupakan sendi pelana 2 sumbu.
4. Sendi geser

18
Memungkinkan rotasi untuk melakukan aktivitas untuk memutar pegangan
pintu, misal persendian antara radius dan ulna.
5. Sendi putar
Memungkinkan gerakan terbatas kesemua arah. contoh adalah sendi-sendi tulang
karpalia di pergelangan tangan.

2.4 Reaksi Jaringan Terhadap Kelainan dan Trauma Muskulus Skeletal

1. Trauma Muskuluskeletal

Trauma merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami cedera oleh salah satu
sebab. Penyebab utama trauma adalah kecelakaan lalu lintas, industri, olahraga dan rumah
tangga. Akibat dari suatu trauma dapat menyebabkan masalah bagi yang mengalami trauma
seperti:

a. Biaya yang besar untuk megembalikan fungsi setelah mengalami trauma


b. resiko kematian yang tinggi
c. Menurunkan produktifitas akibat hilangnya waktu kerja yang banyak
d. Kecacatan sementara dan permanen.

Akibat trauma:

• Cedera dari trauma muskuloskeletal biasanya memberikan disfungsi struktur


disekitarnya dan struktur pada bagian yang dilindungi atau disangganya.
• Gangguan muskuloskeletal yang paling sering terjadi akibat suatu trauma
muskuloskeletal adalah kontusi, strain, sprain, disloksasi dan subluksasi serta fraktur.
Kontusi merupakan suatu istilah dari cedera pada jaringan lunak yang diakibatkan oleh
kekerasan atau trauma tumpul langsung mengenai jaringan, seperti pukulan, tendangan atau
jatuh. Terputusnya beberapa pembuluh darah kecil mengakibatkan perdarahan pada jaringan
lunak dengan manifestasi adanya ekimosis dan memar. Hematom bisa terjadi apabila perdarahan
cukup banyak sampai terjadi penimbunan darah. Gejala lokal seperti nyeri, bengkak dan
perubahan warna biaasanya dapat mudah dikontrol dengan pemberian kompres dingin dan akan
hilang setelah 1 sampai 2 minggu. Strain merupakan tarikan otot akibat penggunaan yang
berlebihan, peregangan berlebihan atau stress lokal yang berlebihan. Strain adalah robekan
mikroskopis tidak komplit dengan perdarahan ke dalam jaringan. Klien biasanya mengeluh nyeri
mendadak dengan adanya nyeri tekan lokal pada pemakaian otot.

19
Sprain adalah cedera struktur ligamen di sekitar sendi, akibat gerakan menjepit atau
memutar. Fungsi ligamen adalah menjaga stabilitas namun masih mampu melakukan mobilitas.
Ligamen yang sobek kehilangan kemampuan stabilitasnya. Pembuluh darah akan terputus dan
terjadilah edema, sendi terasa nyeri tekan dan gerakan sendi terasa sangat nyeri. Disloksasi
merupakan suatu kondisi dimana terjadi kehilangan hubungan yang normal antara kedua
permukaan sendi secara komplit/lengkap. Subluksasi adalah disloksasi parsial permukaan
persendia. Trauma bisa bersifat:

1. Trauma langsung
• Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada
daerah tekanan.
• Fraktur yang terjadi biasanya bersifat komunitif dan jaringan lunak ikut mengalami
kerusakan.
2. Trauma tidak langsung
• Trauma tidak langsung apabila trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah
fraktur, misalnya jatuh dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada klavikula. Pada
keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap utuh

2.Deformitas Tulang

Deformitas musculoskeletal adalah kelainan dan trauma pada sistem muskuloskeletal


yang bermanifestasi dari bentuk yang abnormal dari ekstremitas atau batang tubuh.
Deformitas/malformasi bawaan adalah : kelainan atau defek yang bisa terjadi, ketika didalam
kandungan dan terlihat pada waktu lahir dan dapat pula terjadi dalam perkembangan anak
dikemudian hari. Kadang-kadang kelainan yang ada tidak terlihat secara fisik, tetapi terdapat
kelainan biokimiawi atau histologik yang dapat berkembang di kemudian hari.

a.Deformitas yang dapat terjadi pada tulang

1.Ketidaksejajaran tulang (loss of alignment)

Tulang panjang dapat mengalami gangguan dalam kesejajaran (alignmant) karena


terjadi deformitas angulasi

2.Abnormalitas panjang tulang (abnormal lengh)

20
Kelainan panjang pada tulang dapat berupa tulang memendek /menghilang sama
sekali atau panjangnya melebihi normal .

3.Pertumbuhan abnormal tulang (bony out growth)

Abnormalitas pertumbuhan tulang dapat terjadi akibat adanya kelainan pada


tulang misalnya osteoma dan ostekondroma

b. Penyebab deformitas tulang


1.Pertumbuha abnormal bawaan pada tulang (kongenital)
Kelainan bawaan pada tulang dapat brupa aplasia ,dysplasia,duplkasi atau
pseudoartrosis
2.Fraktur
Deformitas juga dapat terjadi akibat kelainan penyembuhan fraktur berupa
mal-union atau non-union. Kelainan lain yaitu fraktur patologis yang terjadi karena sebelumnya
sudah ada kelainan patologis pada tulang .
3.Gangguan pertumbuhan lempeng epifisis
Gangguan pertumbuhan lempeng epifisis ,baik karna trauma maupun
kelainan bawaan dapat menyebabkan deformitas tulang
4.Pembengkokan abnormal tulang (bending of abnormally soft bone)
Pada keaadan tertentu,dapat terjadi pembengkokan tulang misalnya pada
penyakit metabolik
5.Pertumbuhan berlebih pada tulang matur (overgrowht of adult bone)
Pada kelainan yang disebut penyakit paget (osteitis deformans ) terjadi
penebalan tulang . kelainan ini dapat pula terjadi pada osteokondroma karena terjadi
pertumbuhan lokal.

3. Proses Penyembuhan Tulang

Proses 1 : Proses pembentukan darah (hematoma)


Apabila tulang menyerap tekanan melampaui keelastikannya, kepatahan berlaku. Impak
ini akan melibatkan sum-sum tulang, periosteum, tisu lembut dan tisu hidup tulang tersebut dan
mengganggu saraf serta bekalan darah di kawasan terlibat dan berlakunya nekrosis iskemik pada
tempat yang fraktur. Maka fraktur ini akan meransang sel osteosit yang tertinggal, membuatkan
sel tersebut bertindak balas untuk membentuk sel baru (daughter cell). Proses ini biasanya
mengambil masa sehingga 7 hari dari waktu impak. Point : dalam 24 jam pertama mulai
terbentuk darah beku dan fibrin yang masuk ke kawasan kepatahan. Bekalan darah di kawasan

21
itu meningkat, lalu terbentuklah hematoma yang berkembang menjadi jaringan granulasi
sehingga hari kelima.

Proses 2 : Proses Proliferasi

Pada saat ini terjadi reaksi jaringan fibrous sekitar fraktur sebagai suatu reaksi
penyembuhan. Penyembuhan fraktur terjadi karena adanya sel – sel osteogenik yang
berproliferasi dari periosteum untuk membentuk kalus eksternal serta pada bagian endosteum
membentuk kalus internal sebagai aktiviti sellular dalam kanal medular. Apabila terjadi trauma
kuat pada periosteum, maka penyembuhan sel berasal dari diferansiasi sel – sel mesenkimal yang
berdiferensiasi kedalam jaringan fibrous. Pada tahap awal dari penyembuhan fraktur ini terjadi
penambahan jumlah dari sel – sel osteogenik yang memberi penyembuhan yang cepat pada
jaringan osteogenik yang sifatnya lebih cepat dari tumor. Jaringan selluler tidak terbentuk dari
organisasi pembekuan hematoma suatu bahagian fraktur. Setelah beberapa minggu, kalus dari
fraktur akan membentuk suatu mass yang meliputi jaringan osteogenik. Pada pemeriksaan
radiologist, kalus belum mengandungi tulang sehingga merupakan suatu bahagian radioluscen.

Fasa ini bermula pada minggu ke 2 – 3 setelah terjadinya fraktur dan berakhir pada
minggu ke 4 – 8. Point : dalam waktu sekitar 5 hari , hematoma akan mengalami organisasi.
Terbentuk benang-benang fibrin dalam jendalan darah, membentuk jaringan untuk
revaskularisasi dan invasi fibroblast dan osteoblast yang akan menhasilkan kolagen dan
proteoglikan sebagai matriks kolagen pada patahan tulang. Terbentuk jaringan ikat fibrus dan
tulang rawan.

Proses 3 : Proses Pembentukan Kalus

Setelah pembentukan jaringan selluler yang tumbuh dari setiap fragmen sel dasar yang
berasal dari osteoblast dan kemudian pada kondroblast membentuk tulang rawan. Tempat
osteoblas diduduki oleh matriks interseluler kolagen dan perlekatan polisakarida oleh garam–
garam kalsium pembentuk suatu tulang yang imatur. Bentuk tulang ini disebut woven bone. Pada
pemeriksaan radiologi, kalus atau woven bone sudah terlihat dan merupakan indikasi radiologi
pertama terjadinya bagi penyembuhan fraktur. Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran
tulang rawan tumbuh mencapai sisi lain bahagian fracture. Fragmen kepatahan tulang

22
digabungkan dengan jaringan fibrus, tulang rawan dan tulang serat imatur. Perlu waktu 3-4
minggu untuk frakmen tulang bergabung dalam tulang rawan atau jaringan fibrous.

Proses 4 : Proses Konsolidasi

Woven bone akan membentuk kalus primer dan secara perlahan–lahan diubah menjadi
tulang yang lebih matang oleh aktiviti osteoblas yang menjadi struktur lamellar dan kelebihan
kalus akan di serapbalik secara bertahap. Fasa 3 dan 4 bermula pada minggu ke 4 – 8 dan
berakhir pada minggu ke 8 – 12 setelah terjadinya fraktur. Point : Pembentukan kalus mulai
mengalami penulangan dalam 2-3 minggu patah tulang melalui proses penulangan endokondrial.
Mineral terus menerus ditimbun sampai tulang benar-benar bersatu. Proses ini memerlukan
waktu 3-4 bulan.
Proses 5 : Proses Pembentukan Semula (Remodelling)
Apabila penyatuan telah lengkap, maka tulang yang baru akan membentuk bahagian yang
meyerupai bulbus yang meliputi tulang, tetapi tanpa kanalis medularis. Pada fasa remodeling ini
perlahan-lahan terjadi resorpsi secara osteoklastik, dan tetapi terjadi osteoblastik pada tulang.
Kalus eksterna juga secara perlahan – lahan menghilang. Kalus intermediet berubah menjadi
tulang yang compact dan berisi system haversian dan kalus bahagian dalam akan mengalami
peronggaan untuk membentuk sum-sum. Point : Tahap akhir dari perbaikan patah tulang. Dengan
aktifinya osteoblas dan osteoclas, kalus mengalami pembentukan tulang sesempurna mungkin.

23
BAB III
KESIMPULAN dan SARAN

3.1 Kesimpulan

Muskuloskeletal terdiri atas : muskuler/otot : otot, tendon, dan ligament.


Skeletal/rangka : tulang dan sendi otot terdiri dari 3 jenis yaitu: 1. otot rangka 2. otot polos 3.
otot jantung. Susunan tulang tulang kepala/tengkorak, Kerangka dada 25 buah, tulang belakang
dan pinggul 26 buah, tulang anggota gerak atas 64 buah, tulang anggota gerak bawah 62 buah.
Sendi merupakan suatu engsel yang membuat anggota tubuh dapat bergerak dengan baik, juga
merupakan suatu penghubung antara ruas tulang yang satu dengan ruas tulang lainnya, sehingga
kedua tulang tersebut dapat digerakkan sesuai dengan jenis persendian yang diperantarainya.

3.2 Saran

Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca
yang sifatnya membangun sangat kami harapkan demi perbaikan makalah ini kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

C.Pearce, Evelyn Anatomi dan Fisiologi Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1992.

24
Gibson, John. Anatomi dan Fisiologi Modern untuk Perawat Jakarta: Penerbit Buku

http://bagascahya99.blogspot.com/2018/06/fisiologi-tulang.html diakses pada tanggal 17


Februari 2020

http://ukhtihuda.blogspot.com/2012/05/anatomi-dan-fisiologi-tulang.html diakses pada tanggal


17 Februari 2020

25

Anda mungkin juga menyukai