Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Anak

1. Definisi Anak

Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan

perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak

merupakan pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1

tahun) usia bermain/ Toddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5 tahun), usia

sekolah (5-11 tahun) hingga remaja (11-18 tahun). Rentang ini berbeda

antara anak satu dengan yang lain mengingat latar bekang anak berbeda.

Pada anak terdapat rentang perubahan pertumbuhan dan perkembangan

yaitu rentang cepat dan lambat. Dalam proses perkembangan anak

memiliki ciri fisik, kognitif, konsep diri, pola koping, dan perilaku sosial

(Hidayat 2009).

2. Kebutuhan Dasar Untuk Tumbuh Kembang Anak

Tumbuh kembang seorang anak secara optimal dipengaruhi oleh hasil

interaksi antara faktor genetik, herediter, dan konstitusi dengan faktor

lingkungan. Agar faktor lingkungan memberikan pengaruh yang positif

bagi tumbuh kembang anak, maka diperlukan pemenuhan atas kebutuhan

dasar tertentu. Menurut Soerjiningsih (2000), kebutuhan dasar ini dapat

dikelompokkan menjadi tiga yaitu asuh, asih, dan asah.

7
Yang termasuk kebutuhan asuh adalah nutrisi yang cukup, perawatan

kesehatan dasar, pakaian, perumahan, higiene diri dan lingkungan,

kesegaran jasmani atau olahraga dan rekreasi. Yang termasuk kebutuhan

asih atau kebutuhan emosi dan kasih sayang adalah kasih sayang orang

tua, rasa aman, harga diri, dukungan/dorongan, mandiri, rasa memiliki,

kebutuhan akan sukses, mendapatkan kesempatan dan pengalaman.Yang

termasuk kebutuhan asah atau kebutuhan stimulasi berupa latihan dan

bermain. Stimulasi merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk

pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak yang banyak mendapatkan

stimulasi yang terarah akan cepat berkembang dibandingkan dengan anak

yang kurang mendapatkan stimulasi.

Tabel 2.1. Tabel Frekuensi pernapasan normal pada anak

Umur Frekuensi (Napas/menit)

1. Bayi baru lahir 30-50


2. 1-2 tahun 25-30
3. 3-5 tahun 20-25
4. 6-11 tahun 14-22
5. 12-15 12-18

Sumber : Wong 2009

8
B. Konsep Dasar Pneumonia Pada Anak

1. Definisi

Pneumonia adalah peradangan paru biasanya disebaban oleh infeksi

bakteri (stafilokokus, pneumokokus, atau streptokokkus), atau virus

(respiratory syncytial virus). Penyebab yang kurang umum adalah

mikoplasma, aspirasi benda asing, dan jamur. Kejadiannya sebagai

penyakit primer atau komplikasi penyakit lain, sama-sama ditandai dengan

eksudasi yang kental yang dapat menyumbat alveoli , dan mengurangi

pertukaran oksigen. Pneoumonia yang berasal dari bakteri atau virus

terjadi secara cepat. Pengobatan terutama dukungan terhadap sistem

pernapasan bila kerusakan berasal dari virus, dan pemberian antibiotik dan

dukungan pernapasan bila serangan berasal dari bentuk bakteri.

2. Etiologi

Penyebab penumonia adalah bakteri, virus, mikoplasma, jamur dan

protozoa.

a. Bakteri penyebab pneumonia:

1) Bakteri Gram Positif : streptococcus pneumoniae/pneumococal

pneumonia,staphylococus aureus.

2) Bakteri Gram Negatif : Haemophilus influenzae, pseudomonas

aeruginosa,kleibsiella pneumoniae dan anaerobik bakteria.

9
3) Atypikal bacteria : Legionella pneumophilla dan mycoplasma

pneumonia.

b. Virus penyebab pneumonia : influenza, parainfluenza dan adenovirus.

c. Jamur penyebab pneumonia : kandidiasis, histoplasmosis dan

kriptokokkis.

d. Protozoa penyebab pneumonia : pneumokistis karinii pneumonia.

Adapun yang dapat menjadi faktor resiko adalah: merokok, polusi

udara, infeksi saluran pernapasan atas, gangguan kesadaran (alkohol,

overdosis obat, anestesis umum), intubasi trachea, imobilisasi lama, terapi

imunosupresif (kortikosteroid, kemoterapi) tidak berfungsinya sistem imun

(AIDS) dan sakit gigi.

Gambar 2.1 Pneumonia (Hidayat 2009)

10
3. Klasifikasi

Berdasarkan anatomi, pneumonia terbagi mejadi 3:

1. Pneumonia lobaris, terjadi pada bagian ujung bronkiolus, yang

tersumbat karena adanya eksudat mukopurulen yang membentuk

bidang yang terkonsolidasi pada lobus terdekat. (Wong et al, 2009)

2. Pneumonia interstitial, terjadi proses inflamasi di dalam dinding

alveolar (interstisium) dan jaringan peribronkial serta interlobaris.

Pneumonia interstitial disebut juga dengan bronkiolitis.

3. Bronkopneumonia dimulai dengan bronkiolus terminal, yang

tersumbat dengan eksudat mukopurulen yang membentuk bidang yang

terkonsolidasi pada lobus-lobus didekatnya.

11
Tabel 2.2 Klasifikasi Pneumonia Pada Anak Balita

Kelompok Umur Klasifikasi Gejala


2 bulan- 5 1 tahun Pneumonia berat Tarikan dinding
dada bagian bawah
ke dalam
Pneumonia Napas cepat sesuai
dengan golongan
umur 2 bulan
sampai 11 bulan
dengan frekuensi
pernapasan 50 kali
atau lebih per
menit dan 12 bulan
sampai 5 tahun
dengan frekuensi
napas 40 kali atau
lebih kali per menit
Bukan pneumonia Tidak
menunjukkan
gejala peningkatan
frekuensi napas
dan tidak
menunjukkan
adanya penarikan
dinding dada
bagian bawah ke
dalam
< 2 bulan Pneumonia berat Napas cepat > 60
kali per menit atau
tarikan kuat
dinding dada
bagian bawah ke
dalam
Bukan pneumonia Tidak ada napas
cepat atau tarikan
dinding dada
bagian bawah ke
dalam

12
4. Patogenesis

Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang terdapat

konsolidasi dan terjadi pengisian rongga alveoli oleh eksudat yang

disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan benda-benda asing.

Pneumonia dikelompokkan berdasarkan agen penyebabnya.

Pneumonia mungkin juga disebabkan oleh terapi radiasi, bahan kimia, dan

aspirasi. Pneumonia radiasi dapat menyertai terapi radiasi untuk kanker

payudara atau paru, biasanya terjadi 6 minggu atau lebih setelah

pengobatan selesai. Pneumonia kimiawi adalah pneumonia yang terjadi

setelah menghirup kerosin atau inhalasi gas yang mengiritasi.

Pneumonia bakteri terjadi akibat inhalasi mikroba yang ada di udara.

Aspirasi organisme dari nasofaring (penyebab pneumonia bakterialis yang

paling sering) atau penyebaran hematogen dari fokus infeksi yang jauh.

Bakteri yang masuk ke paru-paru melalui saluran pernapasan, masuk ke

bronkiolus dan alveoli lalu menimbulkan reaksi peradangan hebat dan

meghasilkan cairan edema yang kaya protein dalam alveoli dan jaringan

intertisial.

Bakteri pneumokokus dapat meluas melalui porus Kohn dari alveoli

ke alveoli di seluruh segmen/lobus. Timbulnya hepatisasi merah adalah

akibat perembesan eritrosit dan beberapa leukosit dari kapiler paru. Alveoli

dan septa menjadi penuh dengan cairan edema yang berisi eritrosit dan

fibrin serta relatif sedikit leukosit sehingga kapiler alveoli menjadi

melebar. Paru menjadi tidak berisi udara lagi,kenyal, dan berwarna merah.

13
Pada tingkat lanjut, aliran darah menurun, alveoli penuh dengan leukosit,

dan relatif sedikit eritrosit. Bakteri pneumokokus difagositosis oleh

leukosit dan sewaktu resolusi berlangsung, makrofag masuk ke dalam

alveoli dan menelan leukosit bersama bakteri pneumokokus di dalamnya.

Paru masuk dalam tahap hepatisasi abu-abu dan tampak berwarna abu-abu

kekuningan. Secara perlahan sel darah merah yang mati dan eksudat –

fibrin dibuang dari alveoli. Terjadi resolusi sempurna, paru menjadi normal

kembali tanpa kehilangan kemampuannya dalam melakukan pertukaran

gas.

Tidak terjadinya penumonia pada orang normal yang sehat adalah

akibat adanya mekanisme pertahanan yang terdiri ats refleks glotis dan

batuk, lapisan mukus dan gerakan silia yang mengeluarkan organisme yng

melekat pada lapisan mukus tersebut, dan sekresi humoral setempat. Sel-

sel yang melapisi saluran trakeobronkhial menghasilkan zat kimia yang

mempunya sifat antimikroba yang tidak spesifik meliputi:

a. Lisozim, suatu enzim yang menghancurkan bakteri terutama jika ada

komplemen

b. Laktoferin, suatu ikatan besi dengan glikoprotein yang mempunyai

sifat bakteriostatik

c. Interferon, suatu protein dengan berat molekul rendah dengan

aktifitas antivirus.

14
5. Manifestasi Klinis

Tanda-tanda klinis utama meliputi hal-hal berikut

1. Batuk tidak produktif/produktif

2. Dispnea

3. Tachipnea, >50x/menit pada anak umur 2-11 bulan dan >40x/menit

pada anak umur 1-5 tahun

4. Pucat, tampilan kehitaman, atau sianosis (biasanya tanda lanjut)

5. Melemah atau hilangnya suara nafas

6. Retraksi dinding thoraks: interkostal, substernal, diafragma, atau

supraklavikula

7. Nafas cuping hidung

8. Nyeri abdomen (disebabkan oleh iritasi diafragma oleh paru terinfeksi

didekatnya)

9. Batuk proksimal mirip pertusis (sering terjadi pada anak yang lebih

kecil).

10. Demam tinggi (pneumonia virus bagian bawah).

15
6. Patofisiologi Pneumonia

Sistem pertahanan terganggu

Organisme

Stapilokokus

Trombus

Toksin,koagulase

Permukaan lapisan pleura


tertutup tebal eksudat
trombus vena pulmonalis

Nekrosis hemoragik

Abses
pneumatocele
(kerusakan
jaringan parut

Ketidakefektifan pola
napas

Skema 2.1 Patofisiologi Pneumonia

Sumber: Nurarif 2015

16
7. Uji laboratorium dan Diagnostik

a. Kajian foto toraks

b. Oksimetri nadi

c. Pengukuran gas darah

d. Hitung darah lengkap

e. Kultur darah dan pewarnaan Gram

f. Tes kulit untuk tuberkulin-mengesampingkan kemungkinan TB jika

anak tidak merespon terhadap pengobatan; gunakan derivat protein,

tetapi tidak bereaksi pada 10% anak yang mengalami tuberkulosis

g. Pewarnaan Gram dan kultur sputum, jika tersedia-biasanya untuk anak

yang berusia lebih dari 10 tahun; jika dicurigai tuberkulosis,

pengambilan aspirasi gastrik pagi hari dapat diprogramkan pada anak

yang tidak dapat menghasilkan sputum

h. Kultur cairan pleura-pengambilan spesimen cairan dari rongga pleura

untuk menetapkan agens penyebab seperti bakteri dan virus

i. Bronkoskopi-digunakan untuk melihat dan memanipulasi cabang-

cabang utama dari arbor trakeobronkial;jaringan yang diambil untuk uji

diagnostik, secara trapeutik digunakan utnuk mengidentifikasi dan

mengangkat benda asing

17
j. Biopsi paru-selama torakotomi,jaringan paru dieksisi untuk studi

diagnostik

C. Konsep Kebutuhan Oksigenasi

1. Definisi

Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang

digunakan untuk kelangsungan metaolisme sel tubuh mempertahankan

hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel.

2. Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan oksigenasi

a. Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan oksigenasi terdiri

atas saluran pernapasan bagian atas, bagian bawah.

1) Saluran pernapasan bagian atas berfungsi untuk menyaring,

menghangatkan dan melembabkan udara yang terhirup. Saluran

pernapasan bagian atas meliputi Hidung, Faring,

2) Laring, Epiglotis

3) Saluran pernapasan bagian bawah berfungsi mengalirkan udara dan

memproduksi surfaktan . Saluran ini terdiri atas sebagai berikut :

trakea, Bronkus, Bronkiolus. dan paru.

18
Gambar 2.2 Pneumonia (Hidayat 2009)

b. Proses Oksigenasi

Proses pemenuhan kebutuhan oksigenasi dalam tubuh terdiri dari

3 tahap yaitu:

1) Ventilasi

Proses keluar dan masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam

alveoli atau alveoli ke atmosfer disebut ventilasi. Proses ventilasi

dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu:

a) Perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru-paru

b) Kemampuan torak dan paru pada alveoli dalam melaksanakan

ekpansi

c) Jalan napas

d) Compliance dan recoil (mengembang dan mengempis)

e) Medulla oblongata dan pons, CO pernapasan. Peningkatan CO2

dapat merangsang pusat pernapasan. Penigkatan CO2 dalam batas

60 mmHg dapat merangsang pusat pernapasan dan bila pCO2

kurang dari sama dengan 80mmHg dapat menyebabkan depresi

pusat pernapasan.

19
2) Difusi gas

Pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler paru dan CO

dikapiler dengan alveoli.

3) Transportasi gas

Proses pendistribusian O2 kapiler ke jaringan tubuh dan CO

tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi, oksigen akan berikatan

dengan hemoglobin

D. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pneumonia Dalam Pemenuhan

Kebutuhan Oksigenasi

Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau tahap praktik

keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien atau pasien di

berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Asuhan keperawatan memiliki

komponen-komponen yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan,

intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan suatu tahap awal dari asuhan keperawatan

yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data, baik dari

data primer maupun data sekunder. Macam-macam data yang diperoleh

berupa data dasar, data fokus, data subjektif dan data objektif (Nikmatur

Rohmah,2010).

a. Pengkajian fokus

1) Identitas terdiri dari identitas pasien (nama, umur, agama, jenis kelamin,

status, pendidikaan, pekerjaan, suku bangsa, alamat, tanggal masuk,

tanggal pengkajian, nomor register, dan diagnosa medis), dan identitas

20
penanggung jawab (nama, umur, hubungan dengan pasien, pekerjaan,

dan alamat).

2) Riwayat penyakit sekarang

a) Hal yang perlu dikaji :

b) Keluhan yang dirasakan klien

c) Usaha yang dilakukan untuk mengatasi keluhan

d) Riwayat penyakit dahulu

e) Riwayat terjadi aspirasi

f) Sistem imun anak yang mengalami penurunan

g) Sebutkan sakit yang pernah dialami

3) Riwayat penyakit keluarga

4). Demografi

5). Lingkungan: Pada lingkungan yang sering berkontaminasi dengan

polusi udara

6) Pemeriksaan fisik.

a) Inspeksi

(1) Observasi hal-hal berikut:

(a) Wajah, perilaku, perkembangan, status kesadaran.

(b)Inspeksi bagian bibir, perhatikan warna, tekstur,

kelembaban, dan lesi.

(c)Kulit :

(1).Warna (paling baik jika diaji dengan sklera, konjungtiva,

punggung kuku, lidah, mukosa bukal).

21
(2) Tekstur (Perhatikan kelembaban,kehalusan, kekasaran,

integritas kulit dan suhu).

(3). Suhu (Bandingkan setiap bagian tubuh untuk suhu yang

sama)

(4). Turgor (Genggam kulit pada abdomen antara ibu jari

dan jari telunjuk, tarik, dan lepaskan dengan cepat).

(d) Dada :

(1). Inspeksi ukuran dada, kesimetrisan, dan gerakan.

(2) Inspesi adanya retraksi

(3) Perlu kita perhatikan adanya tachipnea, dyspnea,

cyanosis sirkumoral, pernapasan cuping hidung,

distensi abdomen, batuk semula non-produktif menjadi

produktif, dan nyeri dada pada waktu menarik nafas.

(3) Palpasi artei karotis. Raba fremitus mungkin meningkat

pada sisi yang sakit.

(4) Auskultasi pernapasan dan bunyi suara: intensitas, nada,

kualitas, durasi relatif dari inspirasi dan ekspirasi , serta

adanya suara napas tambahan.

(5) Perkusi yakni suara redup pada sisi sakit

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan terdiri dari klasifikasi data dan analisa data. Pada

penyakit pneumonia, diagnosa keperawatan yang sering muncul dalam

masalah pemenuhan kebutuhan oksigenasi adalah

22
a. Ketidakefektifan pola napas

Dengan batasan karakteristik :

1) Bradipnea,dispnea

2) Fase ekspirasi memanjang

3) Penggunaan otot bantu pernapasan

4) Pernapasan bibir

5) Pernapasan cuping hidung

6) Pola nafas abnormal (mis.,irama,frekuensi,kedalam

7) Takipnea (Herdman,2015)

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan yaitu suatu rencana tindakan keperawatan

yang dibuat untuk menangani serta mencegan terjadinya komplikasi.

Berikut intervensi yang diberikan berdasarkan Nursing Outcomes

Clasification (Moorhead et al, 2016) dan Nursing Interventions

Clasification (Bulechek et al, 2016):

a. Ketidakefektifan pola nafas

NOC : Status Pernafasan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asukan keperawatan, diharapkan:

1) Frekuensi nafas skala 4 (ringan)

2) Irama pernafasan skala 4 (ringan)

3) Suara nafas tambahan skala 4 (ringan)

23
NIC :

a) Monitor Pernapasan

(1). Monitor kecepatan,irama,kedalaman dan kesulitan bernafas.

(2). Catat pergerakan dada, catat ketidaksimetrisan,penggunaan otot

bantu pernapasan dan retraksi pada otot supraclaviculas dan

interkosta

(3) Monitor suara nafas tambahan seperti ngorok atau mengi

(4) Monitor pola nafas

b) Manajemen Jalan Nafas

(1). Monitor status pernafasan

(2). Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

(3).Kelola udara dan oksigen yang dilembabkan, sebagaimana

mestinya

(4). Kelola nebulizer ultrasonik,sebagaimana mestinya.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan realisasi dari intervensi

keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan

pelaksanaannya juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan,

mengobservasi respon klien selama dan sesudah memberikan tindakan

keperawatan. Keterampilan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan ini antara

lain keterampilan kognitif, keterampilan interpersonal, dan keterampilan

psikomotor. (Budiono & Pertami, 2015). Dalam melakukan implementasi

keperawatan, maka perlu dilakukan persiapan yang meliputi persiapan alat,

klien, serta pengkajian ulang. (Suara et al, 2010)

24
5. Evaluasi Keperawatan

a. Ketidakefektifan Pola Napas

Evaluasi:

1) Frekuensi nafas skala 4 (ringan)

2) Irama pernafasan skala 4 (ringan)

3) Suara nafas tambahan skala 4 (ringan)

E. Standar Operasional Prosedur Pemberian Oksigen

Pemberian oksigen merupakan tindakan memberikan oksigen ke dalam

paru-paru melalui saluran pernapasan dengan alat bantu oksigen. Pemberian

oksigen pada pasien dapat melalui lima cara yaitu : kateter nasal, kanul nasal,

sungkup muka sederhana, sungkup muka dengan kantong rebreathing.

Pemberian oksigen bertujuan untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan

mencegah terjadi hipoksia.

1. Persiapan alat

a. Tabung oksigen (oksigen dinding) berisi oksigen lengkap dengan

flowmeter dan humidifier yang berisi aquades sampai batas pengisian

b. Nasal kanul (pemilihan alat sesuai kebutuhan)

c. Plester (jika di butuhkan)

d. Gunting plester (jika di butuhkan)

e. Cotton budd

2. Persiapan perawat

a. Mengkaji data-data mengenai kekurangan oksigen (sesak nafas, nafas

cuping hitung, penggunaan otot pernafasan tambahan, takikardi,

gelisah, bimbang dan sianosis)

25
b. Perawat mencuci tangan

c. Memakai sarung tangan

3. Persiapan pasien

a. Menyapa pasien (ucapkan salam)

b. Jelaskan maksud dan tujuan tentang tindakan yang akan dilakukan

c. Pasien diatur dalam posisi aman dan nyaman (semi fowler)

4. Prosedur Kerja

a. Siapkan nasal kanul 1 set tabung oksigen ( oksigen central )

b. Hubungkan nasal kanul dengan flowmeter pada tabung oksigen atau

oksigen dinding

c. Bila hidung pasien kotor, bersihkan lubang hidung pasien dengan

cotton budd atau tissue

d. Cek fungsi flowmeter dengan memutar pengatur konsetrasi oksigen

dan mengamati adanya gelembung udara dalam humidifier

e. Cek aliran oksigen dengan cara mengalirkan oksigen melalui nasal

kanul ke punggung tangan perawat

f. Pasang nasal kanul ke lubang hidung pasien dengan tepat

g. Tanyakan pada pasien, apakah aliran oksigennya terasa atau tidak

h. Atur pengikat nasal kanul dengan benar, jangan terlalu kencang dan

jangan terlalu kendor

i. Pastikan nasal kanul terpasang dengan aman

j. Atur aliran oksigen sesuai dengan program

k. Alat-alat dikembalikan di tempat semula.

l. Perawat mencuci tangan setelah melakukan tindakan

26
m. Mengakhiri tindakan dengan mengucapkan salam

F. Standar Operasional Prosedur Pemberian Nebulizer

1. Persiapan Alat dan Bahan

a. . Set nebulizer

b. Obat bronkodilator

c. Bengkok 1 buah

d. Tissue

e. Spuit 5 cc

f. Aquades

2. Pelaksanaan

a. . Tahap PraInteraksi

1) Mengecek program terapi

2) Mencuci tangan

3) Menyiapkan alat

b. Tahap Orientasi

1) Memberikan salam dan sapa nama pasien

2) Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan

3) Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien

27
c. Tahap Kerja

1) Menjaga privacy pasien

2) Mengatur pasien dalam posisi duduk

3) Menempatkan meja/troly di depan pasien yang berisi set

nebulizer

4) Mengisi nebulizer dengan aquades sesuai takaran

5) Memastikan alat dapat berfungsi dengan baik

6) Memasukkan obat sesuai dosis

7) Memasang masker pada pasien

8) Menghidupkan nebulizer dan meminta pasien nafas dalam

sampai obat habis

9) Bersihkan mulut dan hidung dengan tissue

d. Tahap Terminasi

1) Melakukan evaluasi tindakan

2) Berpamitan dengan pasien/keluarga

3) Membereskan alat

4) Mencuci tangan

5) Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

28

Anda mungkin juga menyukai