Anda di halaman 1dari 24

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit kanker merupakan salah satu penyakit paling mematikan


didunia, banyak diantara penyakit kanker tidak memiliki obat penyembuh atau
masih dalam proses penelitian. Menurut WHO (World Health Organisation), pada
tahun 2018 terdapat 18.1 juta kasus kanker baru dan 9,3 kasus kematian
akibat kanker. Berdasarkan estimasi GlobocanI nternational Agency for Research
on Cancer (IARC) tahun 2012, kanker payudara adalah kanker dengan
persentase kasus baru tertinggi (43,3%) dan persentase kematian tertinggi
(12,9%) pada perempuan di dunia. Kanker payudara adalah penyakit yang
menyerang wanita pada bagian salah satu atau kedua payudara dengan
munculnya suatu benjolan pada kulit atau keluarnya cairan kuning melalui
puting. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, prevalensi
kanker payudara diIndonesia mencapai 0,5 per 1000 perempuan (Kemenkes,
2015).
Telah banyak cara diterapkan untuk mengobati kanker, mulai
dari pengobatan tradisonal menggunakan tanaman, operasi, kemoterapi sampai
terapi radiasi. Terapi radiasi atau disebut juga Radioterapi adalah terapi yang
menggunakan radiasi yang bersumper dari radioaktif yang bertujuan untuk
menghancurkan sel kanker. Pusat unit radioterapi pertama di Indonesia berada
di RSUD Dr. Cipto Mangunkusumo pada tahun 1927. Radioterapi
memanfaatkan energi radioaktif yang dipancarkan ke arah kanker dengan
bertujuan untuk mengionisasi kanker tersebut. Walau radioterapi telah
tergolong aman untuk digunakan, tidak menutup kemungkinan akan terjadinya
komplikasi lain pada jaringan saraf tubuh disekitar titik kanker ( Zamanian
dkk, 2005).
Salah satu organ yang akan terkena efek dari radioterapi kanker
payudara adalah paru-paru dan hati . Paru-paru merupakan salah satu organ
yang penting bagi manusia, yaitu sebagai alat pernapasan. Sedangkan Hati
berfungsi untuk membuang racun yang terdapat didalam tubuh. Dekatnya
jarak antara paru-paru, hati dan payudara mengharuskan pasien untuk
menggunakan teknik Deep inspiration breath hold (DIBH), dimana pasien
diharuskan untuk mengambil nafas dan menahannya selama paparan radiasi
diberikan. Hal ini berfungsi untuk memperkecil kemungkinan hati untuk
terkena paparan radiasi. Namun, teknik tersebut dapat mengakibatkan
berkurangnya kepadatan dari paru-paru. Paparan radiasi yang diberikan pada
setiap pasien berbeda. Tergantung seberapa besar atau seberapa tebal kanker
tersebut. Semakin besar atau lebar kanker tersebut maka semakin besar
paparan radiasi yang harus diarahkan kepada kanker tersebut. Besarnya
paparan radiasi yang diterima pasien sangat berpengaruh pada kepadatan
paru-paru.

Pada penelitian ini, 157 pasien dengan kepadatan paru-paru yang


berbeda akan diuji untuk penetapan pengaruh kepadatan paru-paru pada
estimasi dosis paru-paru untuk radioterapi kanker payudara. Dosis tersebut
dihitung menggunakan AAA ( Analitycal anisotropic algorithm) dan penentuan
algoritma Acuros XB dengan metode monte charlo sebagai referensi. Jurnal ini
diterbitkan pada tanggal 3 juli 2017 dengan acuan untuk meneliti pengaruh
kepadatan (density) paru paru pada estimasi dosis radioterapi untuk kanker
payudara

1.2 Identifikasi dan Perumusan masalah


Dari latar belakang diatas diperoleh perumusan masalah sebagai berikut:
1. Berapa besar pengaruh dosis radioterapi yang diberikan untuk terapi
kanker payudara terhadap kepadatan paru-paru?
2. Bagaimana hasil kalkulasi logaritma dari dosis dengan algoritma type B
AAA dan algoritma Acuros XB dengan Monte Carlo (MC) sebagai
referensi?
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah diatas diperoleh tujuan yaitu:
1. Mengetahui besar pengaruh dosis radioterapi yang diberikan untuk
terapi kanker payudara terhadap kepadatan paru-paru
2. Mengetahui hasil kalkulasi logaritma dari dosis dengan algoritma type B
AAA dan algoritma Acuros XB dengan Monte Carlo (MC) sebagai
referensi

1.4 Manfaat
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan tujuan yang terdapat
diatas maka diperoleh manfaat sebagai berikut:
1. Menambah wawasan peneliti dan pembaca
2. Mampu mengetahui pengaruh dari kepadatan paru paru pada estimasi
dosis paru untuk radioterapi kanker payudara
3. Memberikan informasi untuk peneliti dan pembaca
4. Mengetahui batas radiasi aman untuk paru paru dari dosis radioterapi
5. Sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kanker Payudara

Kanker merupakan kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel sel
yang tumbuh secara terus menerus, tidak terbatas dan tidak terkoordinasi
dengan jaringan yang terdapat disekitar sel tersebut. Kanker terjadi karena
timbul dan berkembang biaknya jaringan sekitarnya (infiltrative) dan merusak
(dekstruktif), dapat menyebar kebagian tubuh lain. Terdapat istilah lain yang
sering didengar oleh pasien yaitu Tumor.
Tumor atau barah (Tumour) merupakan sebutan neoplasma atau lesi
padat yang terbentuk akibat pertumbukan sel yang tidak semestinya, bisa
dibilang sel tersebut tumbuh lebih besar dari ukuran yang seharusnya. Tumor
berasal dari kata tumere dalam bahasa latin berarti bengkak. Masing masing
kanker memiliki karakteristik tersendiri, ada yang tumbuhnya cepat seperti
kanker paru paru dengan tipe SCLC (small cell lung cacer). Sel kanker yang
berkembang selanjutnya akan menyusup ke jaringan sekitarnya dan menyebar
melalui ikatan darah dan menyerang organ organ penting serta syaraf tulang
belakang (Mangan, 2003)
Penyakit kanker masih menjadi masalah kesehatan di duni. Laporan
keseharan dunia (WHO) menyebutkan bawah sekitar 12% dari kematian yang
terjadi atas 50 juta kematian pada tahun 1997 disebabkan oleh kanker, dan
duapertiga di antaranya berada dinegara berkembang, sedangkan dalam
rentang waktu 2005-2015 orang yang meninggal dikarenakan kanker berjumlah
sekitar 84 juta orang . Sekitar 1500 orang meninggal setiap harinya Karena
kanker, di Amerika sendiri satu dari lima kematian disebabkan karena kanker
(Sonlimar, 2002)
Kanker yang tumbuh namun berkembang tidak terlalu cepat
diantaranya adalah Kanker payudara. Kanker payudara (Carcinoma mammae)
adalah tumor ganas pada jaringan payudara. Kanker ini berasal dari suatu
penyakit neoplasma yang berasal dari parenchyma, Kanker payudara
menempati urutan kelima penyebab kematian didunia selain kanker paru-paru,
kanker usus bersar, kanker hati, dan kanker serfix. WHO (World Health
Organization) telah menetapkan kanker payudara termasuk dalam ICD
( International Classification of Deases ) dengan nomor kode 174. Kanker ini
mulai tumbuh dari kelenjar susu (kelenjar pembuat air susu) saluran kelenjar
(saluran air susu) dan jaringan penunjang payudara) Data WHO tahun 2013
menerangkan bahwa penderita kanker meningkat dari 12,7 juta kasus tahun
2008 menjadi 14,1 juta kasus tahun 2012. Berdasarkan data Departemen
Kesehatan tahun 2014 kanker tertinggi di Indonesia pada perempuan adalah
kanker payudara (Kemenkes, 2015).
Kasus kanker payudara di Indonesia terjadi pada angka kejadian 26 per
100.000 perempuan, disusul kanker leher Rahim dengan 16 per 100
perempuan. Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (ISRS) pada tahun
2007, kanker payudara menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di
seluruh Indonesia (16,85%) (Depkes, 2010)
II.2 Sinar-X
Sinar-X merupakan salah satu gelombang elektromaknetik yang memiliki
energi yang besar, karena energi yang besar ini sinar-X dapat menembus tubuh
manusia. Sinar-X ditemukan oleh Wilhem Conrad Roentgen, Roentgen
melakukan sebuah eksperimen pada 8 november 1895 dengan menghubungkan
sebuah tabung vakum bernama Hittorf-Crookes pada generator muatan
elektrostatik yang dikenal sebagai Kumparan Ruhmkorff, Roentgen mencoba
memproduksi efek berpendar dengan jenis tabung vakum lain yang disebut juga
Tabung Lenard. Fimalen didalamnya menghasilkan aliran elektron yang dikenal
sebagai sinar katode, Rontgen tidak dapat menyimpangkan sinar-sinar ini
dalam medan magnetik, sebagaimana yang diharapkan jika sinar tersebut
berupa partikel bermuatan, tidak juga dapat mengamati difraksi atau
interferensi, sebagaimana yang diharapkan jika sinar tersebut berupa
gelombang yang kemudian diberi nama sinar-X. Sinar ini mampu menembus
tubuh manusia, didalam bidang medis pencitraa diagnostik menggunaan sinar-
X selama lebih daei satu abad (Seibert,2004)
Prinsip kerja dari sinar-X adalah memanfaatkan beda potensial yang
diberikan antara katoda dan anoda menggunakan sumber yang bertegangan
tinggi, Produksi sinar-X dihasikan dalam suatu tabung berisi suatu
perlengkapan yang diperlukan untuk menghasilkan sinar-X yaitu bahan
penghenti atau sasaran dan ruang hampa. Elektron bebas terjadi karena emisi
dari pilamen yang dipanaskan dengan sistem fokus, elektron bebas yang
dipancarkan terpusat menuju anoda. Gerakan elektron ini akan dipercepatan
dari katoda menuju anoda bila antara katoda dan anoda diberi beda potensial
yang besar. Gerakan elektron yang berkecepatan tinggi dihentikan oleh suatu
bahan yang ditempatkan pada anoda. Tumbukan antara elektron dengan anoda
ini menghasilkan sinar-X.

II.3 Radioterapi
Alat instrument yang biasa digunakan untuk mendeteksi penyakit atau jika
adanya kelainan pada payudara adalah Pesawat sinar-X mamografi. Mamografi
adalah proses pemerikasaan payudara menggunakan sinar-X dosis rendah
(berkisar 0,7 mSv). Mamografi digunakan untuk melihat beberapa tumor dan
kista, dan telah terbukti dapat mengurangi mortalitas akibat kanker payudara.
Sebagaimana penggunaan sinar-X lainnya mamografi juga menggunakan
radiasi ion untuk menghasilkan gambar. Gambar yang diambil dalam proses
mamografi disebut mammogram. Dalam mammogram, jaringan payudara yang
dapat berwarna putih. Bagian payudara lainnya yang terdiri dari jaringan lemak
dengan kepadatan rendah akan tampak dengan warna abu-abu. Sedangkan
keberadaan tumor akan ditunjukan dengan gambar berwarna putih sama
seperti jaringan payudara yang padat.

Gambar 1. Contoh hasil mammogram

Gambar 2. Bentuk pesawat mamografi


Disamping manfaat mamografi, alat tersebut juga dapat memberikan
dampak negative tergadap tubuh karena keluaran radiasi yang dihasilkan dari
mamografi jika terlalu besar akan memberikan dampak berbahaya bagi organ
disekitar payudara. Mamografi beroperasi pada tegangan yang berkisar antara
25-35 kVp. Sehingga keluaran radiasi harus memenuhi standar keselamatan
yang ditetapkan oleh International comitte Radiation Protection (ICRP). Uji kandali
(Quality control) dilakukan untuk dapat mencegah paparan radiasi yang
berlebihan, pada pesawat sinar-X mammografi, uji kendali kualittas tersebut
berfungsi agar radiasi keluaran sesuai dengan parameter yang ditetapkan.
Parameter yang berhubungan dengan keluaran radiasi adalah besarnya arus
dan tegangan tabung yang diberikan agar tetap konstan dan sesuai standar
yang telah direkomendasikan. Telah dilakukan beberapa penelitian mengenai
kendali kualitas pesawat sinar-X (Yufita, 2012).
Penampakan kanker payudara yang paling lazim pada mamografi yakni
adanya bagian yang berbentuk bintang (spikulata) yang bisa jadi memiliki
beberapa kepingan (mikroklasifikasi, proses pengerasan menjadi kapur-kapur
kecil) sehingga tampak seperti bintik-bintik putih. Dengan mammografi, kanker
payudara dikenali dengan keberadaan lesi massa atau biasa disebut massa,
atau keberadaan mikrokalsifikasi.
1. Massa. Sebuah massa adalah area terdapatnya pola tekstur pada
proyeksi fiti mammografi. Biasanya massa tampak dari dua proyeksi foto
mammografi yang berbeda.
2. Mikrokalsifikasi. Ciri kanker adalah keberadaan mikrokalsifikasi,
berbentuk seperti noda berukuran kecil dan terkadang berupa titik,
terdapat lingkarang maupun titik-titik seragam

Gambar 3 Citra mamogram (a) posisi craniocaudal (b) posisi medio-lateral oblique (citra reproduksi
atas izin Unit Radiologi R.S Telogorejo, Semarang)
Radioterapi untuk kanker payudara tergabung dalam anatomi yang
kompleks dan daerah dengan perbedaan densitas yang tinggi, contohnya
jaringan lunak, paru-paru dan tulang. Radioterapi atau terapi radiasi adalah
terapi yang menggunakan radiasi yang bersumber dari energy radioaktif yang
memamfaatkan energy tersebut untuk mematikan sel sel kanker tanpa
berakibat fatal pada jaringan dan saraf sehat disekeliling kanker. Pada saat ini,
radioterapi sering dijadikan pengobatan utama untuk kanker payudara selain
teknik pembedahan dan kemoterapi.
Perbedaan dari kemoterapi dan radioterapi adalah, kemoterapi
menggunakan zat kimia untuk menyembuhnya dengan cara memasukan zat
kimia tersebut kedalam tubuh. Dengan target untuk mematikan sel kanker
yang ada dialam tubuh. Sedangkan radioterapi menggunakan energy yang
ditembakan menuju titik kanker dengan tujuan mengionkan saraf saraf kanker
sehingga tidak dapat berkembang dan mati dengan sendirinya. Radioterapi
dilakukan untuk menghancurkan jaringan kanker dan dapat digunakan untuk
mengobati hampir semua kanker antara lain: kanker nasofaring, kanker kepala
dan leher, kanker paru-paru, kanker prostat, kanker kulit, kankerotak, kanker
serviks, dan kanker payudara. (Susworo,2007).
Dari 10,9 juta orang yang didiagnosis menderikam kanker diseluruh
dunia setiap tahun, sekitar 50% memerlukan radioterapi dan 60% diantaranya
dengan kuratif. Biaya untuk radioterapi juga lebih hemat dan terhitung hanya
% dari total biaya perawatan kanker.

2.3 Teknik Pernapasan


Kerapatan dari paru-paru dapat berkurang secara substansial ketika
menerapkan teknik pernapasan tertentu, salah satunya Deep inspiration breath
hold (DIBH). Deep inspiration breath hold atau DIBH adalah metode memberikan
radioterapi dengan saat yang bersamaan membatasi paparan radasi ke hati dan
paru-paru. Biasanya di gimakan untuk menangani kanker payudara bagian kiri.
Teknik ini mengharuskan pasien menahan nafas selama pelaksaan radioterapi
berlangsung (20 detik). Pada teknik ini, pengobatan hanya diberikan pada
peperapa titik dalam siklus pernapasan, dimana pasien menahan napas
mereka. Karena posisi dari organ akan berubah ketika bernafas hal ini mampu
membantu pemberian radiasi kepada target lebih akurat, sementara organ lain
akan menerima dosis lebih sedikit dari paparan.
Gambar 4 Perbedaan FB dan DIBH

Namun, masalah dari penahanan pernapasan (breath-hold) tingkat


reprodusibilitas (resroducibility, suatu komponen pengukuran dari metode
experimen atau percobaan) dan verifikasi, juga bersamaan dengan kooperasi
pasien dapat membatasi kemungkinan dari pendekatan penerapan ini. Dengan
demikian, parameter optimal yang digunakan untuk kontrol pernapasan dari
kanker payudara belum ditetapkan. Dari penelitian sebelumnya telah
menginvestigasi kemungkinan berkurangnya
Selain DIBH teknik lain yang biasa diterapkan adalah Free- breathing
breath hold atau dikenal sebagai real time position management (RPM)
menggunakan infra-red makre dan tanda yang diletakkan pada pasien untuk
mengetahui pergerakan dari dada dan dari pernapasan (Nagata, 2015).
Teknik DIBH memberikan banyak keuntungan untuk pengobatan free
breathing konvensional dengan mengurangi kerapatan atau kepadatan paru
paru, mengurangi keselamatan batas normal, dan memberikan pengobatan
yang lebih akurat (Rosenzweig, 2002).

2.4 Algoritma
Dalam matematika dan ilmu computer, Algoritme adalah prosedur
langkah-demi langkah perhitungan. Algiritme digunakan untuk perhitungan,
pemprosesan data, dan penalaran otomatis. Algoritme adalah metode efektif
diekspresikan sebagai rangkaian terbatas dari instruksi-instruksi yang telah
didefinisikan dengan baik untuk menghitung sebuah fungsi. Algoritma
ditemukan oleh seorang ilmuan timur tengah jaman peradapan islam bernama
Abu Ja’far Muhammad Ibnu Musa Al-Khwarismi (780-850 masehi) menurut
sebagian ilmuan kata algoritma diambil dari namanya yakni Al-Kwarizmi.
Ditinjau dari bahasa, algoritma berasal dari kata algorism yang artinya
perhitungan dalam angka arab. Algoritma data disajikan dala dua bentuk, yaitu
dalam bentuk tulisan/bahsa dan dalam bentuk gambar. Penyajian algoritma
dalam bentuk tulisan gambar. Penyajian algoritma dalam entuk tulisan juga
dapat dilakukan menggunakan pseudocode. Pseudocode berasal dari kata
pseudo yang berarti mirip atau menyerupaidan code yang berarti kode
pemograman. Conth bahasa pemograman yang digunakan untuk menyatakan
pseudocode adalah BASIC, Pascal, C, dan lain-lain. Sedangkan penyajian dalam
bentuk gambar sering disebut flowchart. (Ema, 2005)
Algoritma sendiri memiliki 3 bentuk dasar, antara lain:
1. Algoritma sekuensial (sequence Algorithm)
Algoritma sekuensial merupakan algoritma yang langkah langkahnya
secara berurut dari awal hingga akhir. Bentuk dari algoritma sekuensial
ini salah satu contohnya seperti algirotma memasak air.
2. Algoritma perulangan (Looping Algorithm)
Algoritma perulangan merupakan algoritma yang menjalankan beberapa
langkah tertentu secara berulang-ulang atau looping.
3. Algoritma percabangan atau bersyarat (conditional Algorithm)
Algoritma bersyarat merupakan algoritma yang menjalankan langkah
berikutnya apabila terdapat syarat yang sudah dapat terpenuhi.
Menurut Donalt E. Knurth, pengertian algoritma diatas dapat diketahui bahwa
sebuah algoritma yang baik yaitu algirutma yang mempunyai kriteria sebagai
berikut:
1. Masukan (input)
Algoritma memounyai inout nol (0) atau lebih.
2. Keluaran (Output)
Algoritma harus menghasilkan atau mengeluarkan minimal 1 output
3. Terbatas (Finite)
Algoritma harus berhenti setelah melakukan langkah-langkah yang
diperlukan
4. Pasti (Definite)
Algoritma harus jelas kapan dimulai dan berakhir. Tujuan dari
algoritma harus jelas. Setiap langkah-langkah harus dijelaskan
dengan jelas.
5. Efisien
Membuat sebuah algoritma harus efisien. Algoritma sendiri memiliki beberapa
klasifikasi. Diantaranya yaitu:
1. Rekursi atau iterasi
Algoritma rekursi ialah suatu algoritma yang memanggil dirinya
sendiri secara berulang kali (looping) sehingga pada kondisi tertentu
dapat tercapai. Rekyrsi merupakan metode umum suatu
pemograman fungsional. Algoritma iterative memakai konstruksi
berulang seperti pada pengulangan dan terkadang terdapat struktur
tambahan.
2. Logical
Algoritma dapat dilihat sebagai sebuah logika deduksi terkontrol,
pernyataani ni dapat diekspresikan sebagai: Algoritma = kontrol +
logika. Komponen logika yang mengekspresikan aksioma dapat
digunakan dalam komputasi serta komponen kontrol dalam
menentukan cara-cara deduksi yang digunakan pada aksioma. Hal
tersebut adalah dasar dari paradigma pemrograman logika. Dalam
pemrograman, logika murni komponen kontrol ialah tetap serta
algoritma yang ditentukan dengan memberikan hanya ada komponen
logikanya. Daya tarik dari pendekatan logical ialah semantik elegan,
sebuah perubahan yang ada dalam aksioma mempunyai perubahan
dalam algoritma.
3. Serial, pararel atau terdistribusi
suatu algoritma menjalankan satu instruksi algoritma setiap waktu.
Komputer tersebut dapat disebut dengan komputer serial.
Rancangan algoritma yang digunakan bagi lingkungan tersebut ialah
algoritma serial, terbalik dengan algoritma terdistribusi atau
algoritma paralel. Algoritma paralel menggunakan arsitektur
komputer yang mana terdapat prosesor-prosesor dapat mengerjakan
masalah pada waktu yang sama. Sedangkan algoritma terdistribusi
menggunakan banyak mesin yang terhubung ke jaringan. Algoritma
terdistribusi atau paralel membagi permasalahan ke banyak
submasalah simetris maupun asimetris dan mengumpulkan hasil
yang didapat kembali. Konsumsi dari sumber pada algoritma
tersebut tidak hanya ada perputaran prosesor tapi juga terdapat
daya komunikasi antara prosesor. Algoritma pengurutan dapat
untuk diparalelkan secara efisien, namun terdapat biaya komunikasi
yang sangat mahal. Algoritma iteratif pada umumnya dapat untuk
diparalelkan. Ada juga permasalah yang tidak ada algoritma
paralelnya, disebut dengan permasalahan serial lahiriah.
4. Deterministik atau non-deterministik
Terdapat juga algoritma determministik dan non-determenistik.
Algoritma deterministik dapat menyelesaikan masalah-masalah
dengan keputusan tepat disetiap langkah-langkah dari sebuah
algoritma. Algoritma non-deterministik dapat menyelesaikan
masalah-masalah lewat adanya penerkaan walaupun penerkaan
tersebut pada umumnya lebih akurat dengan memakai heuristik.
5. Tepat atau perkiraan
Jika terdapat banyak algoritma dapat sampai ke solusi yang tepat,
ada juga algoritma perkiraan yang mencari perkiraan terdekat
dengan solusi benarnya. Perkiraan tersebut dapat memakai strategi
deterministik ataupun acak. Algoritma yang seperti itu dapat
mempunyai nilai lebih untuk banyak permasalahan yang sulit.
6. Algoritma quantum
Berjalan pada model realistik dari komputasi quantum. Istilah
tersebut pada umumnya dipakai bagi algoritma yang pada dasarnya
quantum, ataupun memakai fitur-fitur penting dari komputasi
quantum seperti belitan quantum atau superposisi quantum.

Penentuan dari penyebaran dosis yang akurat pada paru paru


membutuhkan, aloritma yang lebih terkemuka. Algoritma type-a, menggunakan
koreaksi ketidakhomogenan (inhomogeneity correction) bersamaan dengan arah
radiasi, sudah diganti dengan algoritma type-b yang mampu menghitung rata
rata sisi electron yang dibawa. Keduanya menggunakan kalkulasi dosis kernel
dalam air dan menangani beberapa jaringan dengan kerapatan yang berbeda
berdasarkan koreksi. Kalkulasi dosis kernel adalah distribusi dosis didalam air
yang disebabkan dari kedua photon yang terpisah dan electron sekunder
terletak dalam gerakan dengan interaksi photon pada satu titik tertentu
(Charlie, 2013).
Metode lain yang lebih maju untuk membahas model interaksi dari
radiasi adalah dengan menggunakan linear boltzman transport equation (LBTE).
Linear boltzman transport equation (LBTE) adalah suatu rumus yang mana
mendeskripasikan kebiasaan makroskopik dari partikel radiasi seperti photon,
electron, neutron, proton dan sebagainya. Selama partikel tersebut bergerak
dan berinteraksi dengan zat. Linear boltzman transport equation (LBTE) juga
merupakan suatu mentuk dari BTE yang mana diasumsikan bahwa radiasi
partikel hanya berinteraksi dengan zat yang mereka lewati dan tidak satu sama
lain (Samuel, 2013).
LBTE biasa digunakan untuk memodelkan banyak sistem, diantaranya
adalah neutronik dinamik, transfer radiasi, cometary flow dan dust particles.
Persamaan Linear Boltzmann adalah


��t f ( t ,x ,v ) + v��x f ( t ,x ,v ) = ��V k ( t , x , v , v* ) f ( t , x , v* )
v�

�f t =0 = f0 ........(1)

Metode Monte Carlo (MC) adalah algoritma komputasi untuk mensimulasikan


berbagai perilaky system fisika dan matematika. PEnggunakaan metode ini
adalah mengevauasi intergral definit, terutama intergral multidimensi dengan
syarat dan batasan yang rumit. Monte Carlo juga merupakan metode stokastik
yang baik dan secara tidak langsung mendapatkan solusi LBTE. Karena waktu
komputasi yang relative panjang dan statistik noise dari hasil, biasanya
digunakan sebagai semua metode referensi ketika mengevaluasi distribusi dosis
dari perencanaan system pengobatan. Sebuah alternative telah digunakan
untuk menyampaikan masalah fisika medis dengan memanfaatkan suatu
metode deterministikuntuk solusi numerical dari LBTE. Ketepatan dari
algoritma yang baru telah diteliti secara fundamental dan ditemukan dapat di
bandingkan dengan MC (Vassilive, 2010)

Langkah penting kepada implementasi klinikal dari metode baru adalah


untuk memastikan validasi dari criteria perencanaan yang mana dan men
mempertimbangkannya kembali. Predictor dosimetrik dari komplikasi induksi
paru-paru termasuk dalam yang berhubungan dengan produksi distribusi dosis
dari koreksi berbasis algoritma. Pengaruh dari algoritma dapat mengubah
parameter dosis yang dibutuhkan untuk investigasi dalam rangka mengambil
keuntungan dari pengalaman klunikal sebelumnya. Penelitian untuk
pengobatan kanker payudara telah memastikan pengaruh dari kerapatan atau
kepadatan paru paru pada ketepatan derminasi dosis (fogliata, 2011)

Turunan diantara dterminasi distribusi dosis paru paru dengan eksplisit


dan koreksi berdasarkan algoritma adalah kasus besar dari DIBH dibandingkan
kepada FB untuk tangensial sinar 6 MV. Perbedaan dosimetrik biasanya
menggunakan teknik bidang dalam bidang memanfaatkan energy sinar yang
berbeda sama seperti teknik pengobatan yang mebih maju untuk kanker
payudara termasuk getah bening yang tidak diteliti. (Fogliata, 2011)
III. METODE PENELITIAN

3.1 Material klinikal

14 pasien dengan kanker payudara bagian kirik mendapatkan


kedua penanganan DIVH dan FB CT-scan yang termasuk dalam
pemelistian dosimetrik. Scan tersebut memerlukan 3 mm potongan
pemisahan pada sebuah Aquilluion LB CT-scan Toshiba (Toshiba system
medis). Scan ganda termotivasi secara klinis dengan adaptasi
pernapasan system baru, sistem varian managemen posisi langsung
(RPM, varian sistem medis). FB CT-scan seharusnya dapat
melaksanakan pengobatan tanpa pernapasan adaptif dalam kasus
kegagalan sistem. 5 dari 14 pasien yang menjalani pengobatan loco-
regional (LGL) dengan daerah tangen sial ditutup oleh jaringan payudara
dan bidang anterior-posterior yang menutupi supraklavikula kelenjar
getah bening. Sisa dari pasien akan menjalani radioterapi kanker
payudara dengan lapangan tangensial menutupi jaringan payudara.

Tumor yang sudah digambarkan oleh ahli fisika dan jaringan


paru-paru akan langsung ditetapkan dari Clinical segmentation wizard
pada pada sistem perencanaan pengobatan Eclipse. Dosis yang
diresepan adalah 50 G y pada 2 G y setiap fraksi dengan paling tidak
95% isodose menutupi PVT. Pengobatan direncanakan memakai 6 MV
dan 15 MV sinar photon yang akan disinarkan oleh akselerator varian
dengan static dari Multileaf Collimator (MLC). Terdapat dua pengobatan
yang telah direncanakan , satu menggunakan FB CT-scan dan satu lagi
menggunakan DIBH CT-scan, yang disiapkan untuk setiap pasien.

Densitas jaringan paru-paru telah dievaluasi untuk empat belas


pasien dengan double CT-scan sama halnya dengan populasi besar dari
157 pasien kanker paudara dengan teknik DIBH selama 1 tahun. Dua
kasus dengan densitas paru-paru terendah terdeteksi didalam populasi
besar tersebut, satu untuk pengobatan dengan LGL dan yang lainnya
untul pengobatan bayudara ditambahkan ke penelitian domestic

3.2 Evaluasi dari variasi densitas paru paru


Kepadatan paru-paru yang sudah ditentukan untuk kedua CT-
scan sebagai rata-rata densitas paru-paru dalam sebuah dua dimensi
region of interest (ROI) pada bidang transversal. ROI diletakkan sebanyak
15% pada garis isodosis dan besar paling kecil 20 x 20 pixel (1 mm
resolusi).ROI yang diletakan pada bidang isocenter dari kedua LGL dan
perencanaan pengobatan payudara. Untuk kasus LGL, bidang isocenter
berada pada titik temu antara bidang tangensial (menutupi jaringan
payudara) dan bidang anterior-posterior (menutupi bagian klavikular
fossa) contohnya sekitar 5 cm dibagian bawa atas dari paru-paru pada
arah kraniokaudal. Untuk kasus payudara yang bidang isocenternya
berada sekitar ditengah dari klavikular terbuka dari bidang tangensial.

Densitas paru-parudiukur pada dua bidang tambahan untuk ke 5


kasus LGL dengan kedua FB dan DIBH CT-scan. Bidang tersebut
merupakan

I) Berada ditengah bidang tangensial contohnya pengukuran bidang


yang sama dengan bidang yang digunakan untuk kasus
penyembuhan payudara.
II) Berada diantara isocenter diujung kranial dari paru-paru
contohnya seperti pengukuran bidang pada bagian kranial dari
paru-paru
3.3 Kalkulasi Algoritma
Perencanaan pengobatan didesain pada Sistem perencanaan
pengobatan Eclipse dengan koreksi yang berdasarkan algoritma AAA
versi 12.6.23, yang sekarang dipakai oleh rumah sakit kami. Rumah
sakit telah menghitung ulang dengan menentukan algoritma secara
eksplisit memecahkan LBTE, Acuros XB (AXB) version 13.6.23,
menggunakan angka yang sama dari unit monitor, MLC dan posisi
kolimator, Dynamic wedges dan pengaturan sinar. Kedua kasus dari –
populasi besar dengan densitas paru-paru direncakan menggunakan
AAA dan dihitung ulang dengan AXB menggunakan metode MC.

Implementasi AAA pada sistem perencanaan pengobatan


berdasarkan pada asumsi yang mana seluruh jaringan dibentuk
kepadatan air berdasarkan informasi dari CT-scan dan bentuk kurva
kalibrasi Elektro-densitas CT. Untuk AXB, segmentasi jaringan
dibutuhkan karena menyangkut kalibrasi kurva massa densitas CT dan
daftar suatu tipe saraf klinis dengan enam saraf, contohnya udara, paru-
paru, jaringan adiposa (lemak), otot rangka, tulang rawan dan tulang.
Interval dari densitas memnentukan jaringan mana yang tumpang
tindih, contohnya perbatasan antara paru-paru dan jaringan adipose
tidak runcing tetapi dialam interval densitas keduanya ada. Tidaka da
kesepakatan dalam praktis klinis mengenai penentuan dosis dalam dosis
menuju suatu medium atau dosis menuju air. Implementasi AXB
mengizinkan pengguna untuk memilih diantara melapor tentang dosis
menuju air atau dosis menuju suatu media. Dalam penelitian ini mode
dosis menuju air digunakan untuk membandingkan AAA dengan dosis
menuju air. Mode tersebut digunakan untuk dibandingkan dengan
kalkulasi MC. Untuk kedua mode laporan dosis, kefasihan kalkulasi
AXB sangat identic dan digunakan dalam berbagai tipe saraf seperti
yang ditentukan dari CT-scan. Untuk kalkulasi dosis menuju air,
konversi ke dosis dibuat dengan memanfaatkan fungsi respon dari air
untuk setiap voxel (volume dan pixel) bagaimanapun juga material voxel
yang ditentukan melalui CT-scan.

Metode MC tidak tergabung dengan sistem perencaan pengobatan


dan digunakan sebagai metode ketiga untuk membandingkan performa
dosimetrik dari AAA dan AXB dalam kasus ekstrim yang telah dipilih.
Model akselelator, didesain dengan paket kode EGSnrc yang
dikembangkan lebih awal dan divalidasi dengan data eksperimen yang
digunakan untuk mengkonfigurasi AAA dan AXB. Segmentasi jaringan
dilakukan dengan table 9 bahan dengan presentasi yang lebih detail dari
tipe saraf tulang. Ada suatu perbedaan khusus pada tipe saraf tulang
yang digunakan. Untuk mencocokan kalkulasi AXB dengan MC sebaik
mungkin untuk udara, paru-paru, adiposa dan otot, batasan ini dipilih
menjadi rata-rata dari interval massa densitas yang digunakan untuk
mencampurkan bahan material dalam AXB. Riwayat angka yang
diperlukan per satuan unit aria pada MC di evaluasi dengan sebuah
percobaan kalkulasi untuk salah satu dari wilayah pengobatan dalam
rencana terntentu.Dari riwayat angka yang dicoba dalam kalkulasi
meningkat sampai DVHs (Dose Volume Histograms) untuk satu wilayah
dikalkulasikan dengan angka yang berbeda dari riwayat yang bertemu
pada pemeriksaan visual.

Secara klinik, kisi dosis realistis sebesar 2 mm pada bidang


transversal dan 3 mm diantara kisi CT digunakan untuk seluruh
perhitungan dosis (termasuk MC). Metode kalkulasi dosis dibandingkan
untuk semua perencanaan pengobatan dengan analasis dari ipsilateral
paru paru DHV dengan parameter V 5 Gy , V 10 Gy , V 20 Gy , dan
V 40 Gy , dimana V XGy menunjukkan volume paru-paru menerima X
Gy. Perbedaan nilai ditunjukan dalam poin persen
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Densitas paru-paru pada bidang isocenter untuk scan FB secara


konsisten lebih tinggi dibandingkan dengan Koresponding dibawah
perawatan DIB untuk setiap 14 pasien dengan double CT-scan. Ciri-ciri
yang sama dapat dilihat untuk densitas paru-paru pada dua bidang
tambahan yang dianalisis untuk dari 14 pasien yang menerima
perawatan LGL. Dengan demikian, ketiga region oaru-paru yang diteliti
semuanya terpengaruh oleh deep inspiration. Untuk CT-scan FB densitas
dari bidang yang berbeda tidak diperintahkan untuk di scan, sementara
untuk DIBH CT-scan densitasnya secara konsisten menurun, hal ini
didapat dari bidang yang berada dipusat bidang tangensial. Deviasi
antara parameter DVH V 5 Gy , V 10 Gy , V 20 Gy , dan V 40 Gy untuk
paru-paru ipsilateral didapat dari dua algoritmal klinis dengan 3.1%
untuk setiap 14 pasien. Perbedaan paling kecil dapat dilihat untuk
parameter.
Gambar 5 Densitas paru paru pada bidang isocenter dengan 15% isodose untuk pasien direncanakan
untuk LGL (atas) dan pemeriksaan tangensial payudara (bawah) diterapkan pada DIBH CT-scan.
Hasil CT-scan densitas paru paru DIBH untuk pasien dengan kedua FB dan DIBH juga di tampilkan
untuk perbandingan. Titik yang lebih besar mengindikasikan penerapan yang ditunjuk untuk
perbandingan AAA, AXB dan MC
Gambar 6 DVH untuk ipsilateral paru-paru untuk LGL (kiri) dan rancangan pengobatan tangensial payudara
yang direncanakan pada DIBH CT-scan dengan terlihat memiliki densitas paling rendah. Kalkulasi dosis
dengan AAA, AXB (dosis untuk air), AXBDtM (dosis untuk medium), MC *2 mm dan 7 mm voxels)
DAFTAR PUTAKA

Kementerian kesehatan RI. 2015. Pusat Data dan Informasi: Profi l


Kesehatan Kota Surabaya tahun 2015.

Yufita, E.,Safitri R. 2012. Analisis Output Tolerance Limits X-Ray


Machine Diagnostic. Jurnal Natural.Vol 12. No 1.

Zamanian,H., Ardebili, H.E., Ardebili, M.E,. Sehojaeizadeh, D., Nedjat, S.,


dkk. 2015. Religious Coping and Qualityof Life in Women With
Breast Cancer. Asian Pasific Journal Of Cancer Prevention, 16: 7721-
7724.

Mangan, Y., 2003, Cara Bijak Menaklukkan Kanker, Sehat dengan


Ramuan Tradisional, Jakarta, AgroMedia Pustaka.

Susworo R.,2007 Radioterapi: Drasar-dasar Radioterapi, tata laksana


Radioterapi Penyakit Kanker, Jakarta: UI-Press.

Sonlimar, M.2002.Efek Sitotoksik Ekstrak Buah dan Daun Mahkota


Dewa [Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.} Terhadap Sel Hela.
Farmakologi Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta.

https://www.depkes.go.id/article/print/1060/jika-tidak-dikendalikan-
26-juta-orang-di-dunia-menderita-kanker-.html

Seibert, J.A. 2004. X-Ray Imaging Physics For Nuclear Medicine


Technologies. Part I : Basic Principles of X-Ray Production. Journal of
Nuclear Medicine Technology. 32(3) : 139-147
IMPACT OF LUNG DENSITY ON THE LUNG DOSE
ESTIMATION FOR RADIOTERAPY OF BREAST
CANCER

MAKALAH SEMINAR FISIKA


Diajukan unutk sebagai syarat untuk memenuhi tugas mata
kuliah seminar fisika program studi Fisika

NAZLA AULIA HISRAN


F1C316012

PROGRAM STUDI FISIKA


JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS JAMBI
2019

Anda mungkin juga menyukai

  • Bundelan Revisi 22
    Bundelan Revisi 22
    Dokumen27 halaman
    Bundelan Revisi 22
    Nazla Aulia
    Belum ada peringkat
  • 4 Gerak Dalam 2 Dimensi
    4 Gerak Dalam 2 Dimensi
    Dokumen25 halaman
    4 Gerak Dalam 2 Dimensi
    Nazla Aulia Hisran
    Belum ada peringkat
  • Kinematika Partikel
    Kinematika Partikel
    Dokumen32 halaman
    Kinematika Partikel
    Titip Anillahi
    Belum ada peringkat
  • 3 Gerak Dalam 1 Dimensi
    3 Gerak Dalam 1 Dimensi
    Dokumen46 halaman
    3 Gerak Dalam 1 Dimensi
    Yudha Candra Ardiansyah
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen10 halaman
    Bab Iv
    Nazla Aulia Hisran
    Belum ada peringkat
  • KK 5 Gelombang
    KK 5 Gelombang
    Dokumen1 halaman
    KK 5 Gelombang
    Nazla Aulia Hisran
    Belum ada peringkat
  • 819 1949 1 SM
    819 1949 1 SM
    Dokumen5 halaman
    819 1949 1 SM
    Nazla Aulia Hisran
    Belum ada peringkat
  • MAKALAH
    MAKALAH
    Dokumen13 halaman
    MAKALAH
    Nazla Aulia Hisran
    Belum ada peringkat
  • Sensor Cahaya Preteus
    Sensor Cahaya Preteus
    Dokumen15 halaman
    Sensor Cahaya Preteus
    Nazla Aulia Hisran
    Belum ada peringkat
  • SEMINAR FISIKA - 1 (AutoRecovered)
    SEMINAR FISIKA - 1 (AutoRecovered)
    Dokumen28 halaman
    SEMINAR FISIKA - 1 (AutoRecovered)
    Nazla Aulia Hisran
    Belum ada peringkat
  • SEMINAR FISIKA - 1 (AutoRecovered) - 1
    SEMINAR FISIKA - 1 (AutoRecovered) - 1
    Dokumen28 halaman
    SEMINAR FISIKA - 1 (AutoRecovered) - 1
    Nazla Aulia Hisran
    Belum ada peringkat
  • Ref
    Ref
    Dokumen1 halaman
    Ref
    Nazla Aulia Hisran
    Belum ada peringkat
  • MAKALAH Sensor Suhu
    MAKALAH Sensor Suhu
    Dokumen14 halaman
    MAKALAH Sensor Suhu
    Nazla Aulia Hisran
    Belum ada peringkat
  • Seminar Fisika
    Seminar Fisika
    Dokumen27 halaman
    Seminar Fisika
    Nazla Aulia Hisran
    Belum ada peringkat
  • Kwu
    Kwu
    Dokumen11 halaman
    Kwu
    Nazla Aulia Hisran
    Belum ada peringkat
  • Tugas Fisika Bumi
    Tugas Fisika Bumi
    Dokumen15 halaman
    Tugas Fisika Bumi
    Nazla Aulia Hisran
    Belum ada peringkat
  • Tugas Radiologi Magang
    Tugas Radiologi Magang
    Dokumen3 halaman
    Tugas Radiologi Magang
    Nazla Aulia Hisran
    Belum ada peringkat
  • Laporan Interfero
    Laporan Interfero
    Dokumen2 halaman
    Laporan Interfero
    Nazla Aulia Hisran
    Belum ada peringkat
  • Refrakto
    Refrakto
    Dokumen23 halaman
    Refrakto
    Nazla Aulia Hisran
    Belum ada peringkat
  • Makalah Print
    Makalah Print
    Dokumen10 halaman
    Makalah Print
    Nazla Aulia Hisran
    Belum ada peringkat
  • Presenasti Fisradio
    Presenasti Fisradio
    Dokumen3 halaman
    Presenasti Fisradio
    Nazla Aulia Hisran
    Belum ada peringkat
  • Moti Vasi
    Moti Vasi
    Dokumen33 halaman
    Moti Vasi
    Nazla Aulia Hisran
    Belum ada peringkat
  • Refrakto
    Refrakto
    Dokumen23 halaman
    Refrakto
    Nazla Aulia Hisran
    Belum ada peringkat
  • Makalah Print 2
    Makalah Print 2
    Dokumen1 halaman
    Makalah Print 2
    Nazla Aulia Hisran
    Belum ada peringkat
  • Radiofisika
    Radiofisika
    Dokumen5 halaman
    Radiofisika
    Nazla Aulia Hisran
    Belum ada peringkat
  • Radiofisika
    Radiofisika
    Dokumen15 halaman
    Radiofisika
    Nazla Aulia Hisran
    Belum ada peringkat
  • Soal Ujian Praktikum
    Soal Ujian Praktikum
    Dokumen3 halaman
    Soal Ujian Praktikum
    Nazla Aulia Hisran
    Belum ada peringkat
  • Proteksi Radiasi
    Proteksi Radiasi
    Dokumen5 halaman
    Proteksi Radiasi
    Nazla Aulia Hisran
    Belum ada peringkat
  • Fisika Industri
    Fisika Industri
    Dokumen4 halaman
    Fisika Industri
    Nazla Aulia Hisran
    Belum ada peringkat